16
2.2.3 Arsitektur Hindu
Agama Hindu dibawa oleh para pedagang dari India sekkitar abad ke-4 ke kepulauan Indonesia pada umumnya dan ke pulau Jawa pada khusunya.
Permulaan inilah yang mengakhiri zaman prasejarah di Jawa. Bukti-bukti mengenai keberadaan kerajaan Hindu-Jawa berupa prasasti-prasarti dari batu yang
ditemukan di pantai utara Jawa Barat, kurang lebih 60 kilometer sebelah timur Kota Jakarta di lembah sungai Cisedane Mangunwijaya, 1995.
Pada prasasti tersebut dapat dilihat bentuk dan gaya huruf India Selatan. Dari Prasasti tersebut dapat dilihat mengenai beberapa upacara yang dilakukan
oleh seorang raja yang merayakan peresmian bangunan irigasi dan bangunan keagamaan. Jawa Tengah merupakan salah satu daerah yang budayanya
dipengaruhi oleh budaya Hindu. Pada daerah ini pula ditemukan beberapa candi Hindu. Salah satu candi Hindu yang terkenal dan cukup besar adalah candi
Larajonggrang. Sejarah kebudayaan Jawa hingga abad ke-15 yang sangat dipengaruhi oleh kebudayaan India, pada periode inilah sejarah Jawa dimasukkan
kedalan periode Hindu Jawa Mangunwijaya, 1995.
2.2.3.1 Kebudayaan Hindu Masyarakat India menganggap bahwa alam semesta merupakan benua
berbentuk lingkaran, yang dikelilingi oleh beberapa samudera dengan pulau pulau besar di empat penjuru yang merupakan tempat tinggal keempat penjaganya yang
keramat. Di pusat terletak Gunung Mahameru yakni gunung para Dewa Mangunwijaya, 1995.
17
Alam semesta yang bermacam-macam itu pada hakikatnya hanyalah semu atau tipuan belaka. Mereka memandang segala yang ia lihat dan yang mereka
alami sebagai sesuatu yang kosmos atau yang agung. Dengan kata lain manusia menurut pandangan orang India harus melakukan perjalanan penuh perjuangan
dan pengekangan diri untuk pergi dari keadaan maya yang semu ini dan semakin membersihkan diri, semakin menghening, sehingga bersih bebas tanpa rupa tanpa
nafsu ataupun hasrat, meniadakan diri. Jalan peniadaan diri dari yang maya kedalam keheningan mumi mutlak nirvana itulah hakikat pandangan India
beserta ungkapan-ungkapan kebudayaannya Mangunwijaya, 1995.
2.2.3.2 Ciri-Ciri Arsitektur Hindu Banyak peninggalan-peninggalan yang ditinggalkan pada jaman Hindu antara
lain berupa satu kota dimana terdapat Istana Kerajaan, mempunyai beberapa kompleks candi yang didirikan untuk berbagai aspek kehidupan. Candi
merupakan salah satu peninggalan Hindu yang bersifat arsitektural yang masih dapat kita lihat sampai saat ini
Ayudhia, 2015. Candi berfungsi sebagai tempat tinggal dewa-dewa yang terbuat dari batu.
Bangunan batu yang tinggi itu melambangkan kekuasaan dan sifat abadi dari dewa yang bersangkutan. Untuk Candi Hindu dan Candi Budha mempunyai
persamaan dan perbedaan dalam pemakaian bentuk, pola dan orientasinya tetapi pada dasarnya adalah sama dengan memandang alam semesta
Ayudhia, 2015. Penggunaan bentuk-bentuk dasar dari candi menggunakan citra dasar
“gunung”. Gunung dalam penghayatan religius masyarakat kuno di India dapat
18
juga ditemukan pada daerah daerah lain di dunia, misalnya Olimpia dihayati sebagai tanah yang tinggi, tempat yang paling dekat dengan dunia atas, yang
dikaitkan dengan segala yang mulia, yang ningrat, yang aman Ayudhia, 2015.
A. Tata Bentuk
Pada puncak-puncak gunung itulah dibayangkan para dewata hidup. Hal ini sangat mempengaruhi bentuk-bentuk arsitektur Hindu. Bentuk candi terbagi
menjadi beberapa tipe. Pembagian tipologi candi ini dapat dilihat dari jumlah ruang pada candi, yaitu
Ayudhia, 2015 : 1.
Bangunan candi dengan satu ruang
Gambar 2.5 Candi satu ruangan Sumber: www.wikipedia.com
2. Bangunan candi dengan tiga ruang
Gambar 2.6 Candi tiga ruangan Sumber: www.wikipedia.com
19
3. Bangunan candi bertingkat dua dengan enam ruang
Gambar 2.7 Candi senam ruangan Sumber: www.wikipedia.com
4. Bangunan candi massif tanpa ruang.
Pembagian candi secara vertikal terbagi dalam tiga bagian utama, yaitu: a. Kaki Bhurloka
Pada bagian ini disebut juga sebagai dasar atau base dari sebuah candi. Bagian ini merupakan bagian yang paling luas dari keseluruhan candi. Pada tahap
ini menunjukkan makna dimana manusia masih dipenuhi oleh hawa nafsu. b. Badan Bhuvarloka
Menggambarkan keadaan manusia di dunia fana ini. Sadar tetapi masih sadar semu. Pada bagian ini merupakan bagian dimana manusia sudah mulai sadar
untuk meninggalkan nafsu duniawi. Biasanya terdapat patung yang mempunyai makna sebagai perantara atau petunjuk jalan untuk mencapai tahap kesempurnaan
hidup. Ukuran pintu sengaja dibuat kecil agar orang yang masuk merundukkan kepala sebagai tanda penghormatan dewa yang berada didalamnya. Bagian atas
pintu biasanya terdapat kepala kala yang dipercaya sebagai penjaga pintu candi.
20
Pada bagian atas dari badan body terdapat molding upper molding yang membatasi antara badan dan kepala roof.
c. Kepala roof Merupakan bagian dimana manusia memasuki tahap kesempurnaan hidup
dan meninggalkan hal-hal yang bersifat duniawi. Pada bagian atap terdapat 3 tingkatan yang terdiri dari:
Tingkatan 1 merupakan tingkatan paling bawah dari bagian kepala. Bagian ini merupakan tahap awal manusia memasuki tahap kesempurnaan.
Tingkatan 2 mempunyai skala yang lebih kecl dari tingkatan pertama yang menandakan manusia sudah berada pada tahapan yang semakin tunggi dan
semakin kecil. Tingkatan 3 merupakan tahap dimana manusia akan memasuki
kesempurnaan hidup. Semakin kecil dan semakin suci. Puncak dari kepala merupakan tahap puncak dimana manusia menjadi
sempurna dan suci. Pada tingkatan ini yang paling atas merupakan tahap keberhasilan manusia melewati paradaksina perjalanan hidup hingga
mencapai kesempurnaan hidup Mangunwijaya, 1995.
21
2.3 Bentuk Arsitektur Gereja Katolik