Interpretasi Bentuk Pada Arsitektur Graha Maria Annai Velangkanni

(1)

88 DAFTAR PUSTAKA

Ayudhia, Anka, 2015, Transformasi Bentuk Atap Kubah (Studi Kasus: Masjid Al-Osmani Pekan Labuhan), Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Medan.

Bentley, Ian, dkk, 1992, Lingkungan Yang Tanggap, Sebuah Pedoman Bagi Perancang, Penerbit Intermatra, Bandung.

Bonta, J.P. 1979. Architecture and Its Interpretation.Rizzoli, New York

Martasudjita, Emanuel, 1998, Memahami Simbol-simbol dalam Liturgi. Yogyakarta: Kanisius, 11.

Laurens, Joyce, 2014,Makna Bentuk Pada Arsitektur Gereja Katolik Dengan Prinsip Inkulturasi, Arsitektur/FTSP, Universitas Kristen Petra Surabaya.

Laurens, Joyce, 2013, Relasi Bentuk-Makna Perseptual Pada Arsitektur Gereja Katolik Di Indonesia, Arsitektur/FTSP, Universitas Kristen Petra Surabaya.

Kusbiantoro, Krismanto, 2012, Studi Komparasi Bentuk dan Makna Arsitektur Gereja W.C.P Schoemaker, Studi Kasus Gereja Katedral ST. Petrus & GPIB Bethel Bandung, Jurusan Desain Interior Arsitektur, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Universitas Kristen Maranatha Bandung.

Malino, Wilvansius, 2012, Landasan Konseptual Perencanaan dan Perancangan Gereja Katolik Kristus Raja di Wasuponda, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Mangunwijaya, Y.B.(1995), Wastu Citra; Pengantar ke Ilmu Budaya Bentuk dan Sendi-sendi Filsafatnya , Gramedia Pustaka Utama, Jakarta


(2)

89

Mayangsari, Sriti dkk, 2008, Kajian Perwujudan Nirmana Interior Gereja Katolik Santo Paulus di Surabaya Dengan Pendekatan Semiotik, Jurnal Dimensi Interior, Vol.6, No.1, Hal 24-34.

Ponty, M.M. 2010. Phenomenology of Perception. New York: Routledge

Ratnatami, Ariko, 2005, Aspek Bentuk Arsitektur Bangunan Pada Makna Fungsi Bangunan dan Ekspresi Arsitektur Kawasan Koridor, Magister Teknik Arsitektur, Universitas Diponegoro Semarang.

Sutrisno, M., Verhaak C. 1983. Estetika Filsafat Keindahan. Yogyakarta: Kanisius

Surasetja, R, Irawan, 2007, Fungsi, Ruang, Bentuk dan Ekspresi Dalam Arsitektur, Program Studi Arsitektur, Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan, FPTK-UPI.

Windhu, I. Marsana, 1997. Mengenal 30 Lambang atau Simbol Kristiani. Yogyakarta: Kanisius.

Wiranto, Ir, MSA, 1997, Cakrawala Arsitektur, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

https://rentalmedansumut.wordpress.com/2015/01/06/graha-bunda-maria-annai-velangkanni/ (diakses pada Tanggal 7 Oktober 2015, pukul 02:22)

https://www.facebook.com/pages/Greja-Khatolik-Graha-Maria-Annai-Velangkani-Tanjung-Selamat-Medan/190251111000834 (diakses pada Tanggal 7 Oktober 2015 , pukul 02.00)


(3)

49 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian yang menunjang penggunaan metode kualitatif dengan pendekatan ilustrasi dekriptif-interpretatif (Silaen S. dan Widiyono, 2013). Data-data yang diperlukan diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung pada objek penelitian.

3.2 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah untuk menginterpretasikan bentuk pada arsitektur bangunan Graha Maria Annai Velangkanni. Penelitian ini dilakukan dengan 2 cara. Pertama membandingkan penerapan teori dengan tinjauan pustaka. Kedua mencermati objek penelitian secara visual. Berikut penjabaran variabel pada penelitian ini :

Tabel 3.1 Variabel penelitian

Variabel Sub Variabel Metode

Wujud arsitektur pada Gereja Katolik Graha Maria Annai Velangkanni.

 Bentuk bangunan

Observasi langsung pada objek penelitian,

mengambar ulang denah dan tampak bangunan Graha Maria Annai Velangkanni kemudian menginterpretasikan data dan menyesuaikan dengan kajian pustaka.

Ekspresi wujud arsitektur Gereja Katolik Graha Maria Annai Velangkanni.

 Komposisi arsitektur  warna

Observasi langsung pada objek penelitian,

mengambar ulang denah dan tampak bangunan


(4)

50

Graha Maria Annai Velangkanni kemudian menginterpretasikan data dan menyesuaikan dengan kajian pustaka.

Elemen Arsitektur Gereja Katolik Graha Maria

Annai Velangkanni.

 Ruang  Ornamen  Motif kaligrafi

Observasi langsung pada objek penelitian,

mengambar ulang denah dan tampak bangunan Graha Maria Annai Velangkanni kemudian menginterpretasikan data dan menyesuaikan dengan kajian pustaka.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan metode kualitatif. Dalam rangka mengumpulkan data yang diperlukan, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu :

1. Observasi

Dalam mengumpulkan data, maka penulis mengumpulkan data dengan cara mengamati secara langsung bangunan yang akan diteliti. Sehingga dalam hal ini penulis memperoleh data yang akurat.

2. Studi Dokumen

Dalam penelitian ini dilakukan berupa pengumpulan buku, arsip-arsip atau dokumen, artikel-artikel didalam majalah atau surat kabar yang berkaitan dengan topik penelitian, buku-buku serta literature lain yang mendukung penelitian.

Data dalam peneltian ini di bagi menjadi 2 bagian yaitu data primer dan data sekunder. Pada tabel 3.2 akan menjabarkan secara rinci metode pengumpulan data pada penelitian ini.


(5)

51

Tabel 3.2 Metode pengumpulan data

Jenis Data Data Metode Pegumpulan Data

Data Primer

 Gambaran umum

bentuk Graha Maria Annai Velangkanni.  Elemen-Elemen Graha

Maria Annai

Velangkanni berupa ornamen dan motif kaligrafinya beserta detail arsitekturnya.

 Observasi langsung pada objek penelitian, berupa pengambilan gambar/foto Graha Maria Annai Velangkanni.  Menggambar ulang

denah, tampak Graha Maria Annai Velangkanni

Data Sekunder

 Tinjauan Pustaka tentang arsitektur Gereja Katolik

 Mencari dan memilih tinjauan pustaka tentang arsitektur Gereja Katolik secara umum dari jurnal penelitian terdahulu dan artikel.

 Tinjauan pustaka tentang bentuk arsitektur Gereja Katolik

 Mencari dan memilih tinjauan pustaka tentang arsitektur Gereja Katolik secara umum dari buku, jurnal penelitian,

dokumen dan artikel.

3.4 Metode Analisa Data

Untuk sampai kepada tujuan penelitian, diperlukan metode kerja yang sistematis. Secara umum tahapan kerja yang dilakukan berturut-turut adalah tahap pengumpuan data, pengolahan data dan penafsiran data.

1. Tahap pengumpulan data pada penelitian ini terdiri dari studi kepustakaan dan studi lapangan. Studi kepustakaan meliputi pengumpulan daftar pustaka yang berhubungan dengan penelitian. Data-data kepustakaan yang dikumpulkan terutama yang berhubungan dengan bentuk arsitektur Gereja Katolik.


(6)

52

Studi lapangan meliputi peninjauan langsung kebangunan yang dijadikan objek penelitian dengan melakukan pendeskripsan. Pendeskripsian objek penelitian dilakukan secara verbal (uraian) dan pictorial (gambar) berupa pencatatan, pemotretan, penggambaran pada komponen-komponen utama Graha Maria Annai Velangkanni yang meliputi bagian tubuh, atap bangunan, denah, dan ornamen berupa motif kaligrafi dan motif lainnya. Setelah semua data dikumpulkan, maka dilakukan pengelompokkan data untuk dianalisa.

2. Tahap selanjutnya adalah pengolahan data. Dalam tahap ini analisis data dilakukan setelah data kepustakaan dan data lapangan terkumpul. Analisis yang dilakukan pada tahap ini bertujuan untuk mengetahui bentuk arsitektur Graha Maria Annai Velangkanni. Menganalisis data dilakukan dengan mengumpulkan data hasil observasi langsung pada objek penelitian, mengambar ulang denah dan tampak bangunan Graha Maria Annai Velangkanni kemudian menginterpretasikan data dengan menyesuaikan data tersebut dengan kajian pustaka yang telah dikumpulkan.

3. Tahap yang terakhir adalah penafsiran data. Dalam tahap ini data-data yang diperoleh dari tahap pengumpulan data dan pengolahan data, dirangkum untuk menghasilkan suatu kesimpulan berdasarkan kepada permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai.


(7)

53 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Graha Maria Annai Velangkanni merupakan Gereja umat Katolik. Gereja ini digagas oleh Pastur James Barathaputra, SJ. Beliau adalah seorang pastur Yesuit dari India yang melayani di Indonesia. Pastor James Bharataputra, SJ adalah penggagas sekaligus pelaksana pembangunan Graha Maria Annai Velangkanni. Gereja ini dibangun mulai dari tahun 2001 dan selesai pada tahun 2005 serta diresmikan pada tanggal 1 oktober 2005 oleh uskup medan, Mgr. Pius Batubara.

Graha Maria Annai Velangkanni, terletak dijalan Sakura III No. 7-10 Perumahan Taman Sakura Indah, Tanjung Selamat Medan, Sumatera Utara. Berjarak sekitar 39 KM dari Bandara Kualanamu. Lokasi Graha Maria Annai Velangkanni ini mudah sekali dijangkau dan dilewati banyak kendaraan umum dari berbagai jurusan.

Gereja Katolik yang ada dikota medan ini awalnya diperuntukkan bagi umat Katolik Tamil yang ada di kota Medan, akan tetapi dalam perkembangannya Gereja Katolik ini terbuka untuk umum. Tidak hanya sekedar umat Katolik, siapa pun boleh berkunjung ke Graha Maria Annai Velangkanni ini untuk beribadah, maupun untuk sekedar menikmati keindahan Arsitektur nya. Pada segi arsitektur bangunannya sendiri, Gereja ini tampak terlihat seperti Kuil Hindu, dikarenakan bentuk nya yang menyerupai menara candi. Gereja yang terlihat seperti kuil


(8)

54

Hindu ini, selain di fungsikan sebagai tempat ibadah juga digunakan sebagai tempat berziarah bagi umat Katolik.

Gambar 4.1 Skematik jarak kawasan penelitian Sumber : Diolah dari google maps

Gambar 4.2 Peta Kawasan Eksisting Graha Maria Annai Velangkanni Sumber : Diolah dari Google Earth

Jalan Sakura III No. 7-10 Perumahan Taman Sakura Indah,

Tanjung Selamat Binjai

Belawan

Tebing Tinggi Kabanjahe

49,6 KM

29,3 KM 14,3 KM


(9)

55

Gambar 4.3 Masterplan Graha Maria Annai Velangkanni Sumber : Diolah dari hasil observasi

Pada Graha Maria Annai Velangkanni terdapat gedung Gereja yang terdiri dari 3 lantai yang dipenuhi benda-benda dengan sentuhan seni di setiap dinding dan sudut bangunan, lantai pertama di fungsikan sebagai Aula, lantai 2 merupakan ruang sakral Gereja, dan lantai 3 difungsikan sebagai balkon. Pada area sekitar bangunan terdapat Kapel Graha Maria Annai Velangkanni yang merupakan

rumah do’a untuk umat Katolik. Homestay atau rumah singgah sebagai

penginapan untuk pengunjung yang datang dari luar kota maupun luar negeri. Kantin untuk menunjang kebutuhan pengunjung. Dan pos jaga. Terdapat juga taman, yang dihiasi oleh patung-patung bercorak India baik sebagai hiasan maupun sebagai simbol keagamaan. Pada dinding dan atap banyak terdapat lukisan, mozaik, ornamen dan relief yang menceritakan awal terciptanya bumi dan alam semesta.

Keterangan : Kantin

Gedung Gereja

Sakristi

Rumah do’a

Homestay/ asrama Pos Jaga


(10)

56

Gambar 4.4 Tampak Depan Graha Maria Annai Velangkanni Sumber : Diolah dari hasil observasi

Gambar 4.5 Graha Maria Annai Velangkanni Sumber : Dokumentasi Pribadi (2015)

Gambar 4.6 Perspektif Graha Maria Annai Velangkanni Sumber : Dokumentasi Pribadi (2015)


(11)

57 4.2 Bentuk Arsitektur Pada Graha Maria Annai Velangkanni

4.2.1 Atap

Graha Maria Annai Velangkanni menggunakan atap kubah pada bangunannya. Terlihat 3 kubah dengan bentuk yang sama pada bagian atas bangunan. 3 kubah ini melambangkan konsep ketuhanan Trinitas dalam agama Katholik yaitu Allah, Yesus dan Roh Kudus.

Gambar 4.7 Tampak Atap Kubah Graha Maria Annai Velangkanni Sumber : Diolah dari hasil observasi

Bentuk kubah pada Gereja Katolik Graha Maria Annai Velangkanni ini, merupakan bentuk kubah yang sesuai pada gereja-Gereja Katolik pada umum nya. Bentuk kubah ini sesuai dengan teori ciri-ciri kubah Gereja Katolik yaitu, 1. Memiliki lantern (hiasan pada pucuk kubah) 2. Memiliki drum atau tholobate


(12)

58

yang merupakan bagian penyangga berbentuk silinder, 3. Memiliki lubang-lubang yang disebut oculus, 4. Kubah Gereja Katolik umumnya berbentuk bulat.

Gambar 4.8 Tampak Atap Kubah Graha Maria Annai Velangkanni Sumber : Diolah dari hasil observasi

Gambar 4.9 Atap Kubah Graha Maria Annai Velangkanni Sumber : Dokumentasi Pribadi (2015)

Cupola

Lantern

Kubah

Drum (tholobate)


(13)

59

Desain kubah diadopsi dari bentuk kubah Gereja Katolik yang ada di Eropa. Seperti, gereja St. Paul di London, Gereja Basilika Saint Peter di Vatikan, Roma dan Gereja Katedral Berlin di Berlin, Jerman.

Gambar 4.10 Gereja St. Paul di London

Sumber: www.google.com

Gambar 4.11 Gereja Katedral Berlin di Jerman

Sumber: www.google.com

Gambar 4.12 Gereja Basilika Saint Peter di Roma Sumber: www.google.com


(14)

60 4.2.2 Candi

Bentuk candi pada Graha Maria Annai Velangkanni ini dapat di lihat pada bentuk bangunannya. Seperti yang diketahui penggunaan bentuk-bentuk dasar candi menggunakan citra dasar gunung dalam penghayatan religious masyarakat kuno di India (Ayudhia, 2015).

Pembagian candi secara vertical terbagi dalam tiga bagian utama, yaitu :

Gambar 4.13 Tampak bentuk candi pada Graha Maria Annai Velangkanni Sumber : Diolah dari hasil observasi

a. Kaki (Bhurloka)

Pada bagian ini disebut juga sebagai dasar atau base dari sebuah candi. Bagian ini merupakan bagian yang paling luas dari keseluruhan candi. Pada Graha Maria Annai Velangkanni, bagian ini digunakan sebagai Aula/ Ruang serbaguna.

Kaki Badan Kepala


(15)

61

b. Badan (Bhuvarloka)

Menggambarkan keadaan manusia di dunia fana ini. Sadar tetapi masih sadar semu. Pada bagian ini merupakan bagian dimana manusia sudah mulai sadar untuk meninggalkan nafsu duniawi. Biasanya terdapat patung yang mempunyai makna sebagai perantara atau petunjuk jalan untuk mencapai tahap kesempurnaan hidup. Pada Graha Maria Annai Velangkanni, bagian ini digunakan sebagai ruang tersakral yaitu ruang utama Gereja.

c. Kepala (roof)

Merupakan bagian dimana manusia memasuki tahap kesempurnaan hidup dan meninggalkan hal-hal yang bersifat duniawi. Pada Graha Maria Annai Velangkanni, bagian ini terdiri dari 7 tingkat.


(16)

62 4.2.3 Tiang

Pada tiang penyangga bangunan Gereja Katolik Graha Maria Annai Velangkanni, terdapat bentuk-bentuk ornamen hias. Bentuk-bentuk ornamen tersebut melambangkan arti sebagai berikut :

Gambar 4.14 Ornamen pada Tiang Kolom Graha Maria Annai Velangkanni Sumber : Diolah dari hasil observasi

1. Lambang bunga teratai, Bunga teratai adalah bunga nasional di India, karena dianggap sebagai simbol dari Kebenaran, Kesucian dan Keindahan (Satyam-Shiwam-Sundaram). Motif-motif lotus dan teratai ini selalu hadir di berbagai kuil, candi, perhiasan dan ornamen-ornamen yang disakralkan. Lotus juga dinamakan Kamal, Kamala, Kamalakshi, Padma, dsb. Yang kesemuanya berarti teratai. Makna bunga ini sangatlah tinggi. Teratai hanya dapat tumbuh di lumpur dan air keruh, namun setelah bunganya mekar, maka sulit sekali bahkan untuk benda sebersih apapun untuk melekat di kelopak bunganya karena sangat berminyak. Demikian juga

1


(17)

63

dengan manusia yang tadinya bergelimangan dosa, seandainya suatu hari disentuh olehNya, maka iapun akan disucikan ibarat teratai ini. Ornamen Bunga teratai ini terdapat pada 2 kolom utama Gereja, dan juga terdapat pada patung yang terletak di taman Graha Maria Annai Velangkanni. 2. Ornamen bunga melati, ornamen ini terdapat pada setiap kolom utama di

lantai 1 Graha Maria Annai Velangkanni ,ornamen melati melambangkan keindahan dan kesucian.

Gambar 4.15 Ornamen bunga teratai Sumber : Dokumentasi Pribadi (2015)

Kolom/tiang penyangga pada bagian interior ruangan Gereja berbentuk polos dengan warna abu-abu dan pada setip kolom diletakkan patung-patung roh Kudus.

Gambar 4.16 Bentuk-Bentuk Tiang Kolom Pada Graha Maria Annai Velangkanni Sumber : Dokumentasi Pribadi (2015)


(18)

64 4.2.4 Dinding

Dinding pada Graha Maria Annai Velangkanni menggunakan bata. Dinding diberi warna kuning yang dipadukan dengan warna putih. Warna kuning sendiri didalam liturgi Gereja Katolik mengungkapkan kemuliaan, kemenangan dan kegembiraan. Biasanya dipadukan dengan warna putih.

Pada dinding Graha Maria Annai Velangkanni terdapat beberapa elemen yaitu pintu dan jendela.

 Pintu

Bentuk pintu pada Graha Maria Annai Velangkanni berbentuk persegi. Tinggi pintu masuk Gereja Katolik ini yaitu 3 m, dengan di hiasi ornamen pada sisi kiri dan kanannya. Sebelum mencapai pintu masuk, terdapat tangga yang menjadi pemisah antara ruang sacral dan serambi. Dihiasi oleh tanaman hidup yang memberikan kenyaman kepada umat.

Gambar 4.17 Pintu Masuk Gereja Graha Maria Annai Velangkanni Sumber : Dokumentasi Pribadi (2015)


(19)

65  Jendela

Bentuk jendela pada Graha Maria Annai Velangkanni berbentuk persegi dan melengkung. Pada jendela secara keseluruhan yang berbentuk melengkung terdapat ukiran yang menceritakan terjadi nya peristiwa salib atau yang disebut jalan salib. Sedangkan jendela yang berbentuk persegi terdapat lukisan-lukisan Kudus.

Gambar 4.18 Ukiran Jalan Salib Pada Jendela Graha Maria Annai Velangkanni

Sumber : Dokumentasi Pribadi (2015)

Gambar 4.19 lukisan Bunda Maria pada Jendela Graha Maria Annai Velangkanni Sumber : Dokumentasi Pribadi (2015)


(20)

66 4.3 Fungsi Arsitektur Gereja Katolik Graha Maria Annai Velangkanni 4.3.1 Fungsi Liturgial

Menurut Laurens (2013), Setiap bentukan arsitektur selalu diawali dengan adanya aktivitas manusia yang menjadi penggerak lahirnya wadah aktivitas tersebut. Hubungan antara satu aktivitas dengan aktivitas lainnya, atau antara satu kelompok aktivitas dengan kelompok aktivitas lainnya terstruktur dalam satu organisasi ruang atau tatanan ruang. Pelingkup tatanan ruang ini, secara tiga dimensional merupakan aspek bentuk arsitektur. Aktivitas utama yang harus diakomodasi dalam sebuah bangunan Gereja Katolik adalah aktivitas perayaan liturgis, sebagai perayaan iman umat Kristen.

Gereja Katolik menekankan dasar teologis dalam setiap pendirian bangunan Gereja; fungsi liturgial menjadi landasan utama penataan ruang dan bentuk arsitektur Gereja Katolik, baik di masa sebelum maupun sesudah Konsili Vatikan II. Seperti hal nya hirarki ruang sakral arsitektur Gereja Katolik pada umumnya, pada Gereja Katolik Graha Maria Annai Velangkanni juga mengambil konsep yang sama. Dapat dilihat pada gambar di bawah hirarki ruang sakral pada Graha Maria Annai Velangkanni di bawah ini. Adanya dinding sebagai elemen pembatas antara ruang sacral dan komplek Gereja.


(21)

67

Gambar 4.20 Hirarki Ruang Sakral Graha Maria Annai Velangkanni Sumber : Diolah dari hasil observasi

Fungsi liturgial pada Graha Maria Annai Velangkanni juga bisa dilihat pada langit-langit gereja, yang terdapat lukisan gambar-gambar kudus.

Gambar 4.21 Gambar-Gambar Kudus Sumber : Dokumentasi Pribadi (2015)

Area yang tersakral

Area sakral

Area kurang sakral Lokasi/tempat Bangunan sakral


(22)

68 4.3.2 Fungsi Simbolisasi

Salib merupakan simbol yang di hormati oleh seluruh umat Kristen, dan karena sifatnya yang sangat simbolis sebagai lambang pengorbanan jiwa dan raga Kristus, maka harus berhati-hati dan jangan sampai kehilangan maknanya ketika diulang-ulang dalam penerapannya di semua aspek interior Gereja.

Gambar 4.22 Simbol Keagamaan dan Tuntutan Liturgi Gereja Graha Maria Annai Velangkanni

Sumber : Dokumentasi Pribadi (2015)

Gambar 4.23 Lukisan Kaca Sebagai Unsur Dekoratif pada Graha Maria Annai Velangkanni


(23)

69

Gambar 4.24 Merpati sebagai simbol kehadiran roh Kudus Sumber : Dokumentasi Pribadi (2015)

4.4 Arsitektur Gereja Katolik

4.4.1 Tata Ruang Gereja Katolik Graha Maria Annai Velangkanni

Ruang ibadat umat ditata dalam beberapa tahap yang diatur melalui penataan ruang Gereja (Malino, 2012).

4.4.1.1 Gerbang

Gerbang yang merupakan peralihan dari luar area Gereja ke dalam area Gereja juga terdapat pada Graha Maria Annai Velangkanni. Gerbang pada Graha Maria Annai Velangkanni terlihat berbeda dengan bangunan didalam nya. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada bagian atap gerbang. Atap pada gerbang ini menggunakan atap batak yang berasal dari arsitektur setempat. Pada bagian samping kanan dan kiri gerbang terdapat pos satpam. Gerbang ini difungsikan sebagai akses keluar masuk pengunjung maupun jemaat Gereja.


(24)

70

Gambar 4.25 Gerbang Graha Maria Annai Velangkanni

Sumber : Dokumentasi Pribadi (2015)

4.4.1.2 Halaman

Halaman Gereja merupakan tempat bersosialisasi antar umat sekaligus sebagai peralihan suasana ramai ke suasana tenang. Biasanya dihalaman terdapat taman, patung, gua maria, kolam pembaptisan, dan perhentian jalan salib (Malino, 2012). Seperti Gereja Katolik pada umum nya, pada bagian halaman Graha Maria Annai Velangkanni juga terdapat taman, patung, dan lukisan kaligrafi yang menjelaskan awal penciptaan.

Gambar 4.26 Taman Graha Maria Annai Velangkanni Sumber : Dokumentasi Pribadi (2015)


(25)

71

Gambar 4.27 Lukisan Kaligrafi pada halaman Graha Maria Annai Velangkanni Sumber : Dokumentasi Pribadi (2015)

Gambar 4.28 Patung pada halaman Graha Maria Annai Velangkanni Sumber : Dokumentasi Pribadi (2015)


(26)

72 4.4.1.3 Gedung Gereja

Pada area Graha Maria Annai Velangkanni terdapat beberapa bangunan yang terpisah dengan gedung Gereja. Disebelah kanan gerbang terdapat kapel

pembabtisan/ rumah do’a, pada bagian belakang bangunan Gereja terdapat

asrama, dan disebelah kiri gerbang terdapat kantin. Pada area gedung Gereja nya sendiri terdiri dari 3 lantai. lantai 1 di fungsikan sebagai aula/ruang serbaguna, terdapat panggung pada bagian depan. Lantai 2 di fungsikan sebagai ruang sakral Gereja, disebelah kanan dan kiri pintu masuk terdapat ruang pengakuan, memasuki ruang berhimpun terdapat tempat duduk jemaat yang ditata sedemikian rupa, pada bagain depan terdapat altar. Dan di lantai 3 sendiri hanya pada bagian kanan, kiri dan belakang yang di fungsikan sebagai ruang berhimpun dan terdapat tempat duduk jemaat, sedangkan pada bagian tengan nya dibuat void ke lantai 2.

Gambar 4.29 Denah Lantai 1 Graha Maria Annai Velangkanni Sumber : Diolah dari hasil observasi


(27)

73

Gambar 4.30 Denah Lantai 2 Graha Maria Annai Velangkanni Sumber : Diolah dari hasil observasi

Gambar 4.31 Denah Lantai 3 Graha Maria Annai Velangkanni Sumber : Diolah dari hasil observasi


(28)

74

Bentuk denah Gereja dan tatanan ruang Gereja pada Graha Maria Annai Velangkanni ini menggunakan bentuk Rectangle, seperti yang sudah dilampirkan pada tabel 2.1 sebelumnya.

Gambar 4.32 Bentuk Rectangle pada denah Gereja

Sumber : de Chiarra, 2007

4.4.2 Liturgi Pada Interior Gereja Katolik Graha Maria Annai Velangkanni

Desain interior Gereja Katolik adalah proses penataan interior suatu tempat ibadah dengan mengacu pada liturgi Katolik serta bertujuan untuk mendukung aktivitas umat dalam berliturgi. Fungsi liturgi dalam Gereja tersebut adalah untuk memfokuskan ibadat dengan menggunakan simbol-simbol untuk membantu umat beriman menghayati imannya, baik secara pribadi maupun bersama-sama sebagai

„Gereja‟ (Komisi Liturgi KWI, 2000).

Menurut Mayangsari dkk (2008), lay out, elemen pembentuk ruang, perabot, dan warna merupakan unsur-unsur desain interior dalam Gereja Katolik yang mempunyai pola serta penataan terkait dengan tanda liturgi. Untuk lay out pada Graha Maria Annai Velangkanni sendiri, mengikuti bentuk lay out pada umumnya. Terdapat serambi menuju pintu masuk, lalu terdapat baptisterium,


(29)

75

sedilia, sakristi, altar, mimbar, balkon dan ruang pengakuan. Lay out dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.33 Lay out Graha Maria Annai Velangkanni Sumber : Diolah dari hasil observasi

4.4.3 Prinsip-Prinsip Ruang dan Perabot Pada Gereja Katolik Graha Maria Annai Velangkanni

Menurut Malino (2012), Prinsip-prinsip ruang dan perabot dalam Geraja Katolik telah ditentukan oleh kongregasi dalam Institutio Generalis Missalis Romawi abad V pada tahun 1969, yang menetapkan bahwa dalam sebuah Gereja Katolik harus terdapat fasilitas ibadah yang berupa peralatan dan perabot. Dalam

Sedilia Sakristi

Altar Utama

Mimbar

Dome

Nave Ruang Pengakuan


(30)

76

sebuah Gereja Katolik memiliki pembagian ruang dengan fasilitas-fasilitas sebagai berikut.

4.4.3.1 Panti Imam

Menurut Windhu (1997), Panti Imam adalah tempat imam memimpin perayaan liturgi. Di Panti Imam terdapat altar, mimbar, kredes, tempat duduk imam serta para pembantunya (prodiakon paroki, misdinar, dan petugas lainnya), tebernakel, dan lampu Tuhan.

Pada Panti Imam Graha Maria Annai Velangkanni ini juga terdapat perlengkapan yang umum dimiliki oleh Gereja Katolik pada umumnya seperti altar, mimbar, kredes, tempat duduk imam serta para pembantunya, tabernakel dan lampu tuhan. Perlengkapan tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.34 Denah Panti Imam Graha Maria Annai Velangkanni Sumber : Diolah dari hasil observasi


(31)

77

Gambar 4.35 Panti Imam Graha Maria Annai Velangkanni

Sumber : Diolah dari hasil observasi

No. Keterangan

1 Altar

2 Mimbar

3 Kredes

4 Tempat duduk imam serta pembantunya

5 Tabernakel

6 Lampu Tuhan

4.4.3.2 Panti Umat

Panti umat adalah tempat beribadah umat/jema’at. Pada panti umat ini sendiri disediakan banyak fasilitas tempat duduk dan biasanya dilengkapi juga dengan tempat untuk berlutut agar umat dapat mengikuti tata cara liturgi ibadah yang sudah ditetapkan.

1

2 3

4 5


(32)

78

Pada Graha Maria Annai Velangkanni sendiri juga terdapat panti umat,

yang dipenuhi oleh fasilitas tempat duduk untuk para umat/jema’at beribadah.

Kursi duduk panjang yang sederhana dan terbuat dari kayu tersusun rapi menambah kesakralan tempat beribadah pada Gereja Katolik ini.

Gambar 4.36 Denah Panti Umat Graha Maria Annai Velangkanni Sumber : Diolah dari hasil observasi

Gambar 4.37 Panti Umat Graha Maria Annai Velangkanni Sumber : Dokumentasi Pribadi (2015)


(33)

79 4.4.3.3 Kamar Pengakuan

Kamar pengakuan ini adalah tempat memenerima Sakramen Tobat. Pada Graha Maria Annai Velangkanni sendiri terdapat 2 ruang kamar pengakuan, yang terletak tepat dikanan dan kiri Gereja setelah pintu masuk ruangan. Perletakan kamar pengakuan ini juga sesuai dengan arsitektur Gereja Katolik pada umumnya. Menurut malino (2012), Kamar pengakuan adalah tempat menerima Sakramen Tobat. Ruang ini terbagi atas dua ruang bersekat kasa, masing-masing untuk Imam dan pengakuan dosa. Di dalamnya biasanya terdapat Salib dan bangku untuk berlutut. Kamar pengakuan ini biasanya terletak di sayap kanan dan kiri bagian dalam Gereja. Biasanya ada lebih dari satu kamar.

Gambar 4.38 Denah Kamar Pengakuan Graha Maria Annai Velangkanni Sumber : Diolah dari hasil observasi

Gambar 4.39 Kamar Pengakuan Graha Maria Annai Velangkanni Sumber : Dokumentasi Pribadi (2015)


(34)

80 4.4.3.4 Balkon

Balkon juga terdapat pada Graha Maria Annai Velangkanni. Balkon ini

difungsikan sebagai tepat duduk umat. Berbentuk leter “U” yang berada tepat

disamping kanan, kiri, dan belakang Gereja, ditengah nya dibuat void untuk memandang langsung ke bawah kedalam ruang Gereja. Menurut malino (2012), Balkon merupakan ruang di bagian depan Gereja. Dahulu, balkon digunakan untuk tempat koor supaya suara lantang memenuhi gedung Gereja. Balkon yang tidak digunakan untuk koor, dipakai untuk tempat duduk umat.

Gambar 4.40 Balkon Graha Maria Annai Velangkanni Sumber : Dokumentasi Pribadi (2015)

Gambar 4.41 Denah Balkon Graha Maria Annai Velangkanni Sumber : Diolah dari hasil observasi


(35)

81 4.4.3.5 Portal dan Bejana Air Suci

Portal dan bejana air suci pada Graha Maria Annai Velangkanni ini terletak diluar dari bangunan Gereja. Tepatnya berada di belakang rumah do’a / kapel Graha Maria Annai Velangkanni. Bejana air suci berisi air yang sudah diberkati. Tepat di samping bejana air suci, disediakan botol-botol air agar pengunjung maupun jemaat mudah untuk membawa dan meminum air suci tersebut.

Gambar 4.42 Portal dan Bejana Air Suci Graha Maria Annai Velangkanni Sumber : Dokumentasi Pribadi (2015)

4.4.3.6 Perlengkapan Gereja

Menurut Windhu (1997), Salib adalah perlengkapan Gereja yang tidak pernah dilupakan. Setiap umat mengadakan kegiatan liturgi dan ibadah yang lain, Salib selalu hadir di sana. Pada Graha Maria Annai Velangkanni, Salib menghiasi bagian eksterior dan interior bangunan.

Gambar 4.43 Salib Pada Graha Maria Annai Velangkanni Sumber : Dokumentasi Pribadi (2015)


(36)

82

Patung Yesus terletak di sebelah kiri altar. Patung Yesus tersebut merupakan tabernakel yang sangat artistik. Seperti yang terlihat pada gambar (kanan) di bawah, patung Yesus tersebut di buat bergaya India, yang cukup menjelaskan jika Gereja Katolik ini mengadopsi gaya arsitektur India. Patung Yesus dengan anak-anak berbagai bangsa menyimbolkan persatuan dalam perbedaan ras dan bangsa.

Gambar 4.44 Patung Yesus Pada Graha Maria Annai Velangkanni Sumber : Dokumentasi Pribadi (2015)

Patung bunda Maria pada Graha Maria Annai Velangkanni ini pun tampak terlihat unik dan berbeda dengan penampakan budan Maria di Gereja Katolik lainnya. Patung bunda Maria ini bergaya India, dapat dilihat dari penggunaan sari dan kalung bunga.


(37)

83

Gambar 4.45 Patung Bunda Maria Pada Graha Maria Annai Velangkanni Sumber : Dokumentasi Pribadi (2015)

Selanjutnya adalah patung Santo/Santa, patung-patung Santo ini berada di sebelah kanan dan kiri dari pintu masuk Gereja. Patung Santo Paulus terletak disisi kiri pintu masuk Gereja dan patung Santo Fransiskus Xaverius terletak di sisi kanan pintu masuk Gereja Graha Maria Annai Velangkanni.

Gambar 4.46 Patung Santa Pada Graha Maria Annai Velangkanni Sumber : Dokumentasi Pribadi (2015)


(38)

84

Menurut Windhu (1997), Gambar dan relief jalan Salib dapat dipastikan ada di setiap Gereja. Jumlahnya sebanyak 14 buah. Pada saat tertentu umat mengadakan kebaktian jalan Salib di Gereja dengan bantuan gambar atau relief tersebut. Biasanya gambar atau relief jalan Salib dipasang pada dinding-dinding Gereja. Yang berupa gambar biasanya merupakan lukisan, sedangkan yang berupa relief merupakan pahatan dari batu ataupun kayu. Pada Graha Maria Annai Velangkanni relief jalan Salib tersebut terdapat pada langit-langit ruang dalam Gereja. Relief tersebut berupa lukisan. Seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 4.47 Gambar dan Relief Jalan Salib Pada Graha Maria Annai Velangkanni


(39)

85 4.4.4 Penggunaan Warna Dalam Interior Gereja Graha Maria Annai

Velangkanni

Warna yang digunakan pada interior Graha Maria Annai Velangkanni secara keseluruhan menggunakan warna kuning yang dipertemukan dengan warna putih. Seperti yang dituliskan oleh Windhu (1997), kuning mengungkapkan kemuliaan, kemenangan dan kegembiraan. Gereja Katolik menggunakan warna-warna liturgi dalam beribadah. Warna liturgi sering digunakan sesuai dengan kalender liturgi. Dalam liturgi warna melambangkan dasar misteri Iman yang dirayakan dan menegaskan perjalanan hidup Kristiani sepanjang tahun liturgi.

Gambar 4.48 Warna Dalam Interior Graha Maria Annai Velangkanni Sumber : Dokumentasi Pribadi (2015)


(40)

86

Arti warna-warna yang terdapat pada bangunan Graha Maria Annai Velangkanni ialah sebagai berikut :

 Warna Hitam, Jika diperhatikan jalan beraspal mulai pada pintu masuk dapat dilihat sosok manusia dalam kegelapan dan kedosaan (Hitam) terlungkup bersujud dengan tangannya keluar menggeliat, dihadapan Allah Tritunggal yang Maha Kudus dalam Surga yang dilambangkan oleh tiga kubah dan menara yang berlantai tujuh sebagai langit ke tujuh (Surga).

 Warna Abu-Abu, dianggap sebagai simbol pertobatan dalam Alkitab. dapat dilihat bahwa warna dominan Graha Maria adalah abu-abu. Oleh karena itu, Graha Maria dimaksudkan untuk memberitakan pertobatan kepada semua yang datang padaNya.

 Warna Putih, yang di padukan dengan warna kuning dapat terlihat di ruang aula gereja pada lantai 1, yang mengungkapkan kemuliaan, kemenangan dan kegembiraan.

 Warna Kuning Emas, terdapat pada tiga kubah gereja yang mengungkapkan kemuliaan.


(41)

87 BAB V

KESIMPULAN

Graha Maria Annai Velangkanni adalah Gereja Katolik yang bentuk arsitekturnya banyak di pengaruhi oleh bentuk arsitektur Hindu/India dan arsitektur lokal setempat. Dari segi eksterior bangunan, Graha Maria Annai Velangkanni menerapkan bentuk arsitektur Hindu/India. Hal tersebut dapat dilihat dari bentuk bangunan yang menyerupai menara candi yang pada umumnya di gunakan pada kuil-kuil Hindu dan pengunaan ornamen dan patung-patung yang menghiasi bagian luar dan dalam Graha Maria Annai Velangkanni. Sedangkan bentuk gerbang masuk Graha Maria Annai Velangkanni tidak seperti bentuk eksterior bangunannya, bentuk gerbang masuk Graha Maria Annai Velangkanni banyak di pengaruhi oleh arsitektur lokal setempat, Hal ini bisa dilihat dari desain atap gerbang yang menggunakan atap batak Karo di dua sisi bagian atap dan Batak Toba di bagian tengah atap.

Penerapan bentuk arsitektur Gereja Katolik pada perancangan bangunan Graha Maria Annai Velangkanni sendiri dapat dilihat pada bagian interior bangunan, tata ruang gereja, Liturgi pada Interior Gereja, prinsip dan perabot Gereja, penggunaan warna pada Gereja dan desain atap kubah Gereja. Interior dan tatanan ruang pada Gereja Katolik Graha Maria Annai Velangkanni ini di rancang seperti Gereja Katolik pada umumnya.


(42)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bentuk Dalam Arsitektur

Dalam arsitektur bentuk merupakan sebuah istilah inklusif yang memiliki beberapa pengertian. Bentuk dapat dihubungkan pada penampilan luar yang dapat dikenali seperti sebuah kursi atau tubuh seseorang yang mendudukinya (Ching, 1999). Hal ini juga menjelaskan kondisi tertentu dimana sesuatu dapat mewujudkan keberadaanya, misalnya bila kita bicara mengenai air dalam bentuk es atau uap. Dalam seni dan perancangan seringkali dipergunakan istilah tadi untuk menggambarkan struktur formal sebuah pekerjaan cara dalam menyusun dan mengkoordinasi unsur – unsur dan bagian – bagian dari suatu komposisi untuk mengasilkan suatu gambaran nyata (Ayudhia, 2015).

Namun bentuk dapat dihubungkan baik dengan struktur internal maupun garis eksternal serta prinsip yang memberikan kesatuan secara menyeluruh. Jika bentuk lebih dimaksudkan sebagai pengertian massa atau isi – dimensi, maka wujud secara khusus lebih mengarah pada aspek penting bentuk yang mewujudkan penampilannya, konfigurasi atau peletakan garis atau kontur yang membatasi suatu bentuk (Ayudhia, 2015).

Ciri-ciri pokok yang menunjukan suatu bentuk dipengaruhi oleh keadaan bagaimana cara kita memandangnya. Selain itu, bentuk juga merupakan sarana pokok yang memungkinkan kita mengenal dan melihat latar belakang, persepsi kita terhadap satu dan yang lain, sangat tergantung dari derajat ketajaman visual


(43)

7

dalam arsitektur. Bentuk dapat dikenali karena ia memiliki ciri-ciri visual (Ching, 1979). Ciri-ciri visual tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Ciri-Ciri Visual Bentuk

No. Ciri-Ciri

Bentuk Definisi Gambar

1. Wujud

hasil konfigurasi tertentu dari

permukaan-permukaan dan sisi-sisi bentuk.

2. Dimensi

dimensi suatu bentuk adalah panjang, lebar dan tinggi. Dimensidimensi ini menentukan proporsinya. Adapun skalanya ditentukan oleh perbandingan ukuran relatifnya terhadap bentuk-bentuk lain disekelilingnya.

3. Warna

corak, intensitas dan nada pada permukaan suatu bentuk. Warna adalah atribut yang paling mencolok yang membedakan suatu bentuk terhadap lingkungannya. Warna juga mempengaruhi bobot visual suatu bentuk.


(44)

8

4. Tekstur

karakter permukaan suatu bentuk. Tekstur mempengaruhi perasaan kita pada waktu menyentuh, juga pada saat kualitas pemantulan cahaya menimpa permukaan bentuk tersebut.

5. Posisi

letak relatif suatu bentuk terhadap suatu lingkungan atau medan visual.

6. Orientasi

posisi relatif suatu bentuk terhadap bidang dasar, arah mata angin atau terhadap

pandangan seseorang yang melihatnya.

7. Inersia Visual

derajad konsentrasi dan stabilitas suatu bentuk. Inersia suatu bentuk tergantung pada geometri dan orientasi relatifnya terhadap bidang dasar dan garis pandangan kita.

8 Skala

Proporsi tertentu yang digunakan untuk menetapkan pengukuran dan dimensi-dimensi. Sumber : Ching, 1979


(45)

9 2.2 Tinjauan Bentuk Arsitektur Pada Bangunan Graha Maria Annai

Velangkanni

2.2.1 Sejarah Graha Maria Annai Velangkanni

Menurut sejarahnya, “Gua Maria’ ini meniru aslinya di India, yang mengingatkan akan penampakan Bunda Maria pada abad ke-16, ketika seorang ibu (Annai) yang disembuhkan penyakitnya oleh Bunda Maria di desa Velangkanni yang terletak di pesisir selatan India. Oleh karena itu, Gua Maria di India tersebut dinamakan Lourdes Timur. Annai Maria Velangkanni adalah tempat ziarah untuk mengingat Bunda Maria yang sangat dihormati. Tempat ziarah tersebut terletak di Chennai Pantai Teluk Benggala, bagian tenggara India, di sebelah selatan dari kota Madras. Penampakan Bunda Maria yang terjadi di sini sudah mendapat pengakuan dari Gereja Katolik. (https://.wordpress.com)

Masyarakat India yang beragama Katolik ini, sebagian menetap di Velangkani. Namun di antara mereka ada pula yang migrasi ke berbagai tempat di dunia ini, termasuk Medan Indonesia. Mereka migrasi dengan berbagai alasan. Di antaranya adalah untuk kepetingan ekonomi, yaitu menaikkan taraf hidupnya. Ada pula alasan untuk mengembangkan agama. (https://.wordpress.com)

Sebagian dari masyarakat India yang beragama Katolik dan bermigrasi ke Indonesia khususnya medan tersebut melatarbelakangi di bangunnya Graha Maria Annai Velangkanni ini.

Di Tanjung Selamat Medan, sejak tahun 2001, yang disebut juga tahun Yubileum Agung, telah mulai dibangun suatu tempat suci untuk menghormati Ibu Maria Bunda Penyembuh yang lazimnya disebut Annai Maria Velangkanni.


(46)

10

Tempat suci di Tanjung Selamat didirikan untuk menghormati Ibu Maria dengan gelar yang sama yaitu Bunda Penyembuh, atau dalam bahasa Inggris Our Lady of Good Health. Terbangunnya tempat peribadatan Katolik ini, selain dari dukungan umat, juga tidak dapat dilepaskan dari usaha Pastor James Bharataputra, SJ seorang Yesuit asli India yang sudah lebih dari 30 tahun berkarya di Keuskupan Agung Medan. Pastor James Bharataputra, SJ adalah penggagas sekaligus pelaksana pembangunan Graha Maria Annai Velangkanni. (Sumber : Facebook Maria Annai Velangkanni Medan)

Gereja ini memberikan pengabdiannya kepada Bunda Maria yang telah lama menampakkan dirinya di pesisir desa Velangkanni, Tami Nadu, India sekitar abad 17. Nama Annai Velangkani diambil dari bahasa India. Annai yang berarti bunda dan Velangkanni adalah desa di mana Bunda Maria menampakkan diri. Penampakan ini menjadi latar belakang dibangunnya Gereja Katolik berarsitektur Mogul, ciri khas kuil-kuil di India. Saat masuk ke dalam gereja, pengunjung akan terkesima dengan arsitektur yang dibuat begitu indahnya, gambar-gambar dan lukisan berwarna-warni yang memberikan kesan indah dan damai. (https://.wordpress.com)

2.2.2 Atap Kubah

Pengertian kubah adalah separuh bola berongga yang menghiasi atap atau bagian atas sebuah bangunan. Bentuk kubah telah dikembangkan selama ratusan tahun oleh banyak kelompok masyarakat di berbagai belahan dunia. Garis sejarah mengenai perkembangan dari bentuk kubah beserta fungsinya sangat luas dan


(47)

11

kaya makna bahkan telah menjadi simbol semiotik yang khas bagi berbagai agama, budaya dan peradaban tertentu (Ayudhia, 2015).

2.2.2.1 Sejarah Kubah

Seperti yang dijelaskan oleh Sopandi dalam buku Sejarah Arsitektur, Perkembangan arsitektur di Eropa Timur dan Timur Tengah banyak mewarisi beragam inovasi yang dikembangkan pada masa kejayaan Romawi. Selain karena perkembangan teknologi membangunnya, Romawi sangat berpengaruh dalam peradaban dunia karena kekuasaan politiknya yang sangat luas, mencakup daratan yang mengelilingi Laut Mediterania yakni Italia, Yunani, semenanjung Eropa Barat, sebagian Britania, delta muara Sungai Nil, semenanjung Arab, dan Asia kecil. Pada puncak kejayaannya, yang dimulai dari abad ke- 4 SM sampai dengan 400 M, bahkan Roma juga sempat melakukan pengembangan dalam infrastruktur kota yang sangat canggih di daerah – daerah kekuasaannya (Ayudhia, 2015).

Setelah Roma mengalami banyak masalah yang menyebabkannya ketidak kondusifan Roma sebagai ibukota, maka ibukota kekaisaran dipindahkan ke bagian Timur, yakni ke Kota Bizantium. Kaisar Konstantin merupakan Kaisar pertama yang memeluk agama Kristen pada tahun 313 M, bahkan beliau telah menjadikan Agama Kristen menjadi sebuah agama yang resmi pada Kekaisaran Romawi. Kekaisaran Romawi Timur (Kekaisaran Bizantium) telah mengembangkan peradaban yang maju di Eropa Timur dan sebagiannya di Timur Tengah. Bagi sejarah perkembangan arsitektur Eropa, perpecahan ini penting


(48)

12

karena menentukan tradisi dalam perkembangan monument – monument arsitektur, terutama pada bangunan peribadatan (Ayudhia, 2015).

Arsitektur religius di Bizantium sangat identik dengan menggunakan elemen kubah dan bentuk denah yang terpusat. Hagia Sophia merupakan sebuah karya agung Bizantium yang di bangun pada kurun waktu sekitar 532-537 M. Inovasi geometri yang dihasilkan pada Hagia Sophia adalah bidang segitiga melengkung yang disebut dengan pendentive. Kebanyakan interpretasi sejarah arsitektur menghubungkan arsitektur Bizantium sebagai pengembangan lanjut dari yang telah dicapai oleh monumen Patheon, yaitu berusaha menciptakan ruang simbolis yang merepresentasikan cakrawala dan semesta lewat konstruksi kubah

(Ayudhia, 2015).

Gambar 2.1 Hagia Sophia Sumber : www. Wikipedia.com

Arsitektur zaman Bizantium (330-1453) bersamaan dengan jaman Kristen Awal dan Islam Awal, keduanya banyak menggunakan kubah. Struktur kubah yang kekuatannya justru karna bentuk, mulanya berfungsi untuk memenuhi


(49)

13

kebutuhan ruang lebar tanpa kolom, dan dapat mendengungkan suara sebagai pengeras suara. Namun karena keindahannya kemudian banyak diambil hanya pada elemen bentuknya saja. Pada zaman Bizantium banyak pula dibangun Gereja dengan kubah sebagai mahkota di bagian atas bangunan, kadang – kadang hanya majemuk seperti antara lain Gereja S. Marko (1063-85) (Ayudhia, 2015).

Gambar 2.2 Gereja S. Marko

Sumber : www. Wikipedia.com

Era Renaissance merupakan masa peralihan dari zaman pertengahan ke zaman modern. Arsitektur Renaissance menggambarkan perjuangan lepas dari doktrin Gereja. Ornamen-ornamen organis muncul sebagai bagian dari keindahan bangunan. Cahaya masih menjadi bagian dari keindahan bangunan, namun unsur unsur duniawi juga muncul dalam bentuk detail-detail yang indah. Detail yang bersifat duniawi pada era pertengahan sangat dibatasi. Kemunculan detail ini dilandasi oleh ideologi untuk melepaskan diri dari doktrin Gereja. Kubah pada Gereja ini biasanya tidak lebar, menggunakan kerangka kayu. Tidak sedikit Gereja lain sejaman memakai “kubah palsu” majemuk, bahkan memodifikasi


(50)

14

menjadi bentuk bawang, yaitu kubah yang runcing di atas, menggelembung di tengah seperti bawang (onion) (Ayudhia, 2015).

2.2.2.2 Ciri-Ciri Kubah Gereja Katolik

Bentuk kubah pada Gereja Katolik mempunyai ciri-ciri tersendiri. Ciri-ciri kubah pada Gereja Katolik terdiri dari 4 bagian (Ayudhia, 2015).:

1. Kubah gereja2 Katolik memiliki lantern (hiasan pada pucuk kubah) yang tidak dimiliki kubah dalam arsitektur Islam maupun Ortodoks. Lantern selain berguna untuk menambah estetika kubah, juga berfungsi untuk menambah pencahayaan. Di atas lantern, umumnya diberikan kubah tambahan yang berukuran kecil yang disebut cupola. 2. Kubah Gereja Katolik dan Ortodoks umumnya memiliki bagian

penyangga yang berbentuk silinder yang disebut drum atau tholobate yang sangat jelas kentara.

3. Kubah Gereja Katolik umumnya memiliki lubang-lubang yang disebut oculus (bulls-eye) pada tepi2nya untuk menambah pencahayaan. 4. Kubah Gereja Katolik umumnya berbentuk bulat.


(51)

15

Gambar 2.3 Bentuk Kubah Gereja Katolik Sumber: www.google.com

Pada gambar di atas, 1 adalah cupola, 2 adalah lantern, 3 adalah kubah, dan 4 adalah drum (tholobate).

Gambar 2.4 Kubah Katedral St. Paul di London Sumber: www.google.com


(52)

16 2.2.3 Arsitektur Hindu

Agama Hindu dibawa oleh para pedagang dari India sekkitar abad ke-4 ke kepulauan Indonesia pada umumnya dan ke pulau Jawa pada khusunya. Permulaan inilah yang mengakhiri zaman prasejarah di Jawa. Bukti-bukti mengenai keberadaan kerajaan Hindu-Jawa berupa prasasti-prasarti dari batu yang ditemukan di pantai utara Jawa Barat, kurang lebih 60 kilometer sebelah timur Kota Jakarta di lembah sungai Cisedane (Mangunwijaya, 1995).

Pada prasasti tersebut dapat dilihat bentuk dan gaya huruf India Selatan. Dari Prasasti tersebut dapat dilihat mengenai beberapa upacara yang dilakukan oleh seorang raja yang merayakan peresmian bangunan irigasi dan bangunan keagamaan. Jawa Tengah merupakan salah satu daerah yang budayanya dipengaruhi oleh budaya Hindu. Pada daerah ini pula ditemukan beberapa candi Hindu. Salah satu candi Hindu yang terkenal dan cukup besar adalah candi Larajonggrang. Sejarah kebudayaan Jawa hingga abad ke-15 yang sangat dipengaruhi oleh kebudayaan India, pada periode inilah sejarah Jawa dimasukkan kedalan periode Hindu Jawa (Mangunwijaya, 1995).

2.2.3.1 Kebudayaan Hindu

Masyarakat India menganggap bahwa alam semesta merupakan benua berbentuk lingkaran, yang dikelilingi oleh beberapa samudera dengan pulau pulau besar di empat penjuru yang merupakan tempat tinggal keempat penjaganya yang keramat. Di pusat terletak Gunung Mahameru yakni gunung para Dewa (Mangunwijaya, 1995).


(53)

17

Alam semesta yang bermacam-macam itu pada hakikatnya hanyalah semu atau tipuan belaka. Mereka memandang segala yang ia lihat dan yang mereka alami sebagai sesuatu yang kosmos atau yang agung. Dengan kata lain manusia menurut pandangan orang India harus melakukan perjalanan penuh perjuangan dan pengekangan diri untuk pergi dari keadaan maya yang semu ini dan semakin membersihkan diri, semakin menghening, sehingga bersih bebas tanpa rupa tanpa nafsu ataupun hasrat, meniadakan diri. Jalan peniadaan diri (dari yang maya) kedalam keheningan mumi mutlak (nirvana) itulah hakikat pandangan India beserta ungkapan-ungkapan kebudayaannya (Mangunwijaya, 1995).

2.2.3.2 Ciri-Ciri Arsitektur Hindu

Banyak peninggalan-peninggalan yang ditinggalkan pada jaman Hindu antara lain berupa satu kota dimana terdapat Istana Kerajaan, mempunyai beberapa kompleks candi yang didirikan untuk berbagai aspek kehidupan. Candi merupakan salah satu peninggalan Hindu yang bersifat arsitektural yang masih dapat kita lihat sampai saat ini (Ayudhia, 2015).

Candi berfungsi sebagai tempat tinggal dewa-dewa yang terbuat dari batu. Bangunan batu yang tinggi itu melambangkan kekuasaan dan sifat abadi dari dewa yang bersangkutan. Untuk Candi Hindu dan Candi Budha mempunyai persamaan dan perbedaan dalam pemakaian bentuk, pola dan orientasinya tetapi pada dasarnya adalah sama dengan memandang alam semesta (Ayudhia, 2015).

Penggunaan bentuk-bentuk dasar dari candi menggunakan citra dasar “gunung”. Gunung dalam penghayatan religius masyarakat kuno di India (dapat


(54)

18

juga ditemukan pada daerah daerah lain di dunia, misalnya Olimpia) dihayati sebagai tanah yang tinggi, tempat yang paling dekat dengan dunia atas, yang dikaitkan dengan segala yang mulia, yang ningrat, yang aman (Ayudhia, 2015).

A. Tata Bentuk

Pada puncak-puncak gunung itulah dibayangkan para dewata hidup. Hal ini sangat mempengaruhi bentuk-bentuk arsitektur Hindu. Bentuk candi terbagi menjadi beberapa tipe. Pembagian tipologi candi ini dapat dilihat dari jumlah ruang pada candi, yaitu (Ayudhia, 2015) :

1. Bangunan candi dengan satu ruang

Gambar 2.5 Candi satu ruangan Sumber: www.wikipedia.com

2. Bangunan candi dengan tiga ruang

Gambar 2.6 Candi tiga ruangan Sumber: www.wikipedia.com


(55)

19

3. Bangunan candi bertingkat dua dengan enam ruang

Gambar 2.7 Candi senam ruangan Sumber: www.wikipedia.com

4. Bangunan candi massif tanpa ruang.

Pembagian candi secara vertikal terbagi dalam tiga bagian utama, yaitu:

a. Kaki (Bhurloka)

Pada bagian ini disebut juga sebagai dasar atau base dari sebuah candi. Bagian ini merupakan bagian yang paling luas dari keseluruhan candi. Pada tahap ini menunjukkan makna dimana manusia masih dipenuhi oleh hawa nafsu.

b. Badan (Bhuvarloka)

Menggambarkan keadaan manusia di dunia fana ini. Sadar tetapi masih sadar semu. Pada bagian ini merupakan bagian dimana manusia sudah mulai sadar untuk meninggalkan nafsu duniawi. Biasanya terdapat patung yang mempunyai makna sebagai perantara atau petunjuk jalan untuk mencapai tahap kesempurnaan hidup. Ukuran pintu sengaja dibuat kecil agar orang yang masuk merundukkan kepala sebagai tanda penghormatan dewa yang berada didalamnya. Bagian atas pintu biasanya terdapat kepala kala yang dipercaya sebagai penjaga pintu candi.


(56)

20

Pada bagian atas dari badan (body) terdapat molding (upper molding) yang membatasi antara badan dan kepala (roof).

c. Kepala (roof)

Merupakan bagian dimana manusia memasuki tahap kesempurnaan hidup dan meninggalkan hal-hal yang bersifat duniawi. Pada bagian atap terdapat 3 tingkatan yang terdiri dari:

 Tingkatan 1 merupakan tingkatan paling bawah dari bagian kepala. Bagian ini merupakan tahap awal manusia memasuki tahap kesempurnaan.

 Tingkatan 2 mempunyai skala yang lebih kecl dari tingkatan pertama yang menandakan manusia sudah berada pada tahapan yang semakin tunggi dan semakin kecil.

 Tingkatan 3 merupakan tahap dimana manusia akan memasuki kesempurnaan hidup. Semakin kecil dan semakin suci.

 Puncak dari kepala merupakan tahap puncak dimana manusia menjadi sempurna dan suci. Pada tingkatan ini yang paling atas merupakan tahap keberhasilan manusia melewati paradaksina (perjalanan) hidup hingga mencapai kesempurnaan hidup (Mangunwijaya, 1995).


(57)

21 2.3 Bentuk Arsitektur Gereja Katolik

Dalam kajian teori arsitektur, Capon (1999) dan Salura (2012) menempatkan aspek fungsi, bentuk dan makna sebagai aspek yang utama dalam arsitektur. Setiap bentukan arsitektur selalu diawali dengan adanya aktivitas manusia yang menjadi penggerak lahirnya wadah aktivitas tersebut. Hubungan antara satu aktivitas dengan aktivitas lainnya, atau antara satu kelompok aktivitas dengan kelompok aktivitas lainnya terstruktur dalam satu tatanan ruang. Tatanan ini, secara tiga dimensional merupakan aspek bentuk arsitektur (Laurens, 2014).

Meskipun tidak ada teori koheren yang menjelaskan dengan gamblang sumber pemberi bentuk arsitektur, namun secara umum dapat dikatakan bahwa terdapat tiga kelompok teori bentuk. Pertama, teori deterministik yang menekankan pentingnya kekuatan informasi eksternal yang ditangkap oleh perancang. Di sini perancang berperan pasif dalam menemukan kekuatan tersebut. Dalam pandangan ini sebuah bangunan arsitektur dibentuk oleh berbagai tuntutan fungsi fisik, sosial, psikologis, maupun fungsi simbolik yang harus diakomodasikannya, seperti kekuatan nilai-nilai sosial budaya, ekonomi setempat, atau bahkan ditentukan oleh prinsip tatanan yang sudah ada berdasarkan logika geometris. Kelompok kedua adalah kelompok behavioristik yang menekankan pentingnya kondisi transpersonal perancang, di mana perancang berperan secara aktif mengekspresikan imajinasinya untuk kemudian membentuk kesesuaian dengan kondisi lingkungan di luar dirinya. Penganut paham strukturalis mempunyai pandangan yang berlawanan dengan kelompok pertama yang lebih deterministik maupun kelompok behavioristik. Mereka berpendapat bahwa


(58)

22

perancang tidak secara pasif menerima informasi eksternal tetapi secara aktif mengolah informasi eksternal tersebut untuk mendapatkan solusi bagi tuntutan desain dalam tatanan ruang (Laurens, 2014).

Bentuk arsitektur Gereja Katolik selalu dilandasi gagasan teologis agama Katolik, yang juga menjadi dasar penerimaan dan penolakan teori atau pemahaman tertentu lainnya. Dalam perwujudannya, arsitektur Gereja Katolik selalu merupakan pencampuran antara hal-hal orthodoxies, yang terkait dengan konsep teologis agama Katolik tersebut, dan hal-hal praktis yang berperan sebagai kekuatan pembentuk perwujudan fisik bangunan Gereja (Laurens, 2014).

Mengacu kepada sejarah arsitektur Gereja Katolik, Secara umum terdapat tiga karakteristik utama pada gaya arsitektur Renaissance. Karakteristik yang pertama merupakan atap kubah dengan stuktur cangkang dengan detail-detailnya yang rumit. Karakter yang kedua adalah denah bangunan yang berbentuk salib. Serta karakter ketiga adalah skala bangunan yang monumental (Malino, 2012).

2.4 Fungsi Arsitektur Gereja Katolik 2.4.1 Fungsi Liturgial

Liturgi adalah kegiatan dari Kristus Paripurna, dalam bahasa Latin Christus totus, atau Kristus seluruhnya, yaitu Kristus di surga sebagai kepala dan seluruh jemaatNya yang masih ada di dunia, yaitu Gereja yang merupakan Tubuh Kristus, dalam korban pujian dan syukur kepada Allah (Konsili Vatikan II, Konstitusi Liturgi).


(59)

23

Liturgi dirayakan dengan menggunakan berbagai tanda dan lambang, baik yang berasal dari pengalaman manusia, tanda-tanda "Perjanjian" antara Allah dan umatNya, tanda-tanda yang diangkat oleh Kristus, dan tanda-tanda sakramental, yang semuanya merujuk pada keselamatan yang berasal dari Kristus, menggambarkan dan mencicipi pada masa sekarang kemuliaan surga. Juga dengan menggunakan perkataan (terutama dalam Liturgi Sabda di mana Kitab Suci dibacakan dan direnungkan) dan Tindakan (terkait dengan masing-masing Sakramen: misalnya pembaptisan, pengurapan minyak, Liturgi Ekaristi, penumpangan tangan). Dengan nyanyian dan musik, dan gambar-gambar kudus, misalnya ikon (Konsili Vatikan II, Konstitusi Liturgi).

Setiap bentukan arsitektur selalu diawali dengan adanya aktivitas manusia yang menjadi penggerak lahirnya wadah aktivitas tersebut. Hubungan antara satu aktivitas dengan aktivitas lainnya, atau antara satu kelompok aktivitas dengan kelompok aktivitas lainnya terstruktur dalam satu organisasi ruang atau tatanan ruang. Pelingkup tatanan ruang ini, secara tiga dimensional merupakan aspek bentuk arsitektur (Laurens, 2013).

Aktivitas utama yang harus diakomodasi dalam sebuah bangunan Gereja Katolik adalah aktivitas perayaan liturgis, sebagai perayaan iman umat Kristen. Gereja Katolik menekankan dasar teologis dalam setiap pendirian bangunan gereja; fungsi liturgial menjadi landasan utama penataan ruang dan bentuk arsitektur Gereja Katolik, baik di masa sebelum maupun sesudah Konsili Vatikan II (Laurens, 2013).


(60)

24

Melalui ritual Gereja lah terjadi pembentukan ruang-ruang sakral. Berbagai aktivitas ritual umat baik yang diwadahi di pelataran bangunan Gereja, atau di ruang luar gedung gereja, mendukung pembentukan hirarki ruang sakral. Dapat dilihat pada gambar di bawah ini (Laurens, 2013).

Gambar 2.8 Hirarki Ruang Sakral Arsitektur Gereja Katolik Sumber : Laurens 2013

2.4.2 Fungsi Simbolisasi

Simbol berasal dari bahasa Yunani symbolon, kata kerja: symbalein yang berarti tanda pengenal yang menjelaskan dan mengaktualisasikan suatu perjumpaan dan kebersamaan yang didasarkan oleh suatu kewajiban atau perjanjian. Dapat juga dikatakan bahwa simbol adalah tanda indrawi, barang atau tindakan, yang menyatakan realita lain di luar dirinya. Simbol memiliki lingkup makna dan kandungan isi yang amat luas, karena itu merupakan sarana ulung untuk mengungkapkan sesuatu tentang Tuhan. Simbol berbeda dengan tanda. Simbol melibatkan emosi individu, gairah, keterlibatan dan kebersamaan. Selain


(61)

25

itu, simbol juga terbuka terhadap berbagai arti dan tafsiran, tergantung bagaimana setiap individu memaknai simbol itu sendiri (Martasudjita, 1998).

Simbolisasi kekristenan ini tidak selalu ditampilkan dengan cara yang sama di setiap bangunan Gereja Katolik. Transformasi simbolis terjadi melalui adanya pengalaman yang sejalan dengan sosial-budaya masyarakat pendukungnya/setempat dan pada periode tertentu. Di dalamnya terdapat pembentukan simbol-simbol ekspresif yang sesuai dengan perjalanan waktu dan perkembangan budaya, namun tidak menyimpang dari kaidah-kaidah gerejani. Simbol-simbol keagamaan berbeda dari simbol yang lain, oleh kenyataan bahwa simbol keagamaan merupakan representasi dari sesuatu yang sama sekali ada di luar bidang konseptual. menunjuk pada realitas tertinggi yang tersirat dalam tindak keagamaan. Dengan demikian, simbol keagamaan pada arsitektur Gereja Katolik tergantung pada tuntutan liturgi Gereja. Misalnya, perwujudan sanctuary sebagai ruang tersakral. Seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini (Laurens, 2013).

Gambar 2.9 Contoh Simbol Keagamaan dan Tuntutan Liturgi Gereja Sumber: Laurens, 2013


(62)

26

Hakekat agama Katolik untuk menciptakan komunitas dan rasa kebersamaan, kesatuan dan kerukunan membuat bangunan Gereja harus mampu membentuk keterbukaan untuk menampung setiap orang. Arsitektur Gereja juga dapat berperan sebagai media, katekisasi-tanpa-kata, melalui simbolisasi yang menjelaskan berbagai peristiwa dalam Ekaristi Kudus, misalnya tata letak ruang menggambarkan perjalanan hidup orang Kristen, yaitu lahir lewat pembaptisan/penempatan kolam baptis di bagian depan Gereja, menikah lewat sakramen perkawinan, dan meninggal yang tergambarkan peletaka makam di belakang Gereja. Katekisasi juga dapat diekspresikan melalui patra di lantai, atau ornamen Gereja (Laurens, 2013).

2.5 Arsitektur Gereja Katolik

2.5.1 Sejarah Arsitektur Gereja Katolik

Keberadaan arsitektur Gereja mulai berkembang ketika bangsa Romawi mencapai kejayaannya. Kejayaan bangsa Romawi pada abad 15 tidak terlepas pada munculnya kebudayaan baru yaitu kebudayaan Renaissance yang memiiki arti kelahiran kembali. Hal ini mengacu pada lahirnya kembali budaya-budaya klasik pada jaman Yunani kuno dan Romawi kuno. Langgam arsitektur gaya-gaya Yunani serta Romawi kuno bermunculan kembali seperti kolom-kolom dorik, ionic dan korintians (Malino, 2012).

Pada masa Renaissance, gaya arsitektur merupakan hasil karya para seniman Roma. Proporsi yang harmonis menguasai perhatian arsitek pada masa tersebut. Mereka berusaha menghubungkan matra tiap bagian utama bangunan


(63)

27

dengan satu modul, atau satuan panjang yang menjadi dasar. Bentuk-bentuk denah yang dikembangkan adalah bentuk simetris. Menara-menara bangunan bentuknya lebih sederhana serta jumlahnya yang tidak banyak. Arsitektur ditangani dengan menggunakan daya nalar atau pikiran yang rasional. Perlakuan yang menggunakan daya nalar ini sekaligus menjadi titik penting perjalanan arsitektur Barat mengingat sebelumnya arsitektur sepenuhnya diperlakukan hanya dengan menggunakan daya rasa seni bangunan (Malino, 2012).

Secara umum terdapat tiga karakteristik utama pada gaya arsitektur Renaissance. Karakteristik yang pertama merupakan atap kubah dengan stuktur cangkang dengan detail-detailnya yang rumit. Karakter yang kedua adalah denah bangunan yang berbentuk salib. Serta karakter ketiga adalah skala bangunan yang monumental (Malino, 2012).

Konsili Vatikan II merumuskan bahwa “membangun gedung Gereja haruslah direncanakan dengan baik, agar cocok untuk perayaan liturgi dan partisipasi aktif umat beriman”. Prinsip ini dijabarkan oleh Kongregasi, dengan menjelaskan bahwa pada bagian dalam Gereja terdapat (Malino, 2012):

a. Altar Utama

Merupakan pusat seluruh gedung Gereja. Altar berdiri sendiri supaya para Imam dapat bergerak bebas disekitarnya dan dipasang sedemikian rupa sehingga Imam menghadap umat dalam perayaan liturgis.


(64)

28 b. Mimbar

Adalah tempat membacakan bacaan Kitab suci, Mazmur, Homily, dan Doa umat. Mimbar haruslah ditempatkan sedimikian rupa, sehingga Imam dan para petugas liturgi dapat terlihat dan suara mereka terdengar jelas oleh umat.

c. Tabernakel

Tempat menyimpan Sakramen Mahakudus adalah sebuah kapel khusus yang cocok untuk devosi pribadi; jika tidak memungkinkan dapat juga digunakan altar samping atau tempat lain yang terhormat. Sakramen maha kudus harus disimpan dalam sebuah tabernakel, yaitu lemari kecil dari bahan yang kuat dan pantas sebagai tempat sakramen mahakudus.

d. Lilin

Sebagai lambang kristus cahaya dunia.

e. Patung

Patung orang kudus ditempatkan untuk merangsang penghormatan kepada Allah melalui tokoh tersebut.

f. Babtisterium


(65)

29 g. Bejana Air Suci

Berisi air yang sudah diberkati, ditempatkan dekat pintu untuk digunakan umat saat masuk atau keluar Gereja.

h. Kamar Pengakuan

Tempat menerima sakramen tobat. Terbagi atas dua ruang bersekat kasa, masing-masing untuk Imam dan pengaku dosa.

Gambar 2.10 Tatanan Gereja Katolik dari Dalam Sumber : Heuken, 1991

Keterangan :

3. Kamar penerimaan sakramen pengakuan, 2. Patung orang kudus, 3. Salib, 4. Salib dan jago di atas gedung gereja, 5. Tabernakel, 6. Lampu Tuhan, 7. Sedilia, 8. Tempat putera/I altar, 9. Altar dengan lilin, 10. Mimbar, 11 Bangku-bangku umat, 12. Sirkulasi utama, biasanya untuk penerimaan komuni umat.

1 2

3 4

5 6

7 8 9

10 11


(66)

30 3.1.1 Tata Ruang Gereja Katolik

Ruang ibadat umat ditata dalam beberapa tahap yang diatur melalui penataan ruang Gereja (Malino, 2012).

1. Gerbang

Gerbang adalah penanda peralihan dari luar area Gereja ke dalam area Gereja (Malino, 2012).

2. Halaman

Halaman Gereja sebagai tempat bersosialisasi antar umat, sekaligus sebagai peralihan suasana ramai ke suasana tenang. Biasanya dihalaman terdapat taman, patung, gua Maria, kolam pembaptisan, dan perhentian jalan Salib (Malino, 2012).

3. Gedung Gereja

Pada area gedung Gereja sendiri terdapat 3 tahapan yaitu ruangan persiapan, ruang berhimpun, dan ruang mahakudus. Di sebelah kiri pintu masuk adalah kapel pembabtisan dan sebelah kanan adalah sakristi, tempat petugas mempersiapkan diri secara fisik menjelang ibadat. Memasuki ruang berhimpun, terdapat tempat duduk jemaat yang ditata sedemikian rupa sehingga menampakkan seluruh jemaat sebagai satu himpunan. Setiap jemaat harus dapat melihat dengan baik apa yang terjadi di ruang mahakudus dan mendengar pewartaan di sana.

Paling ujung dari bangunan Gereja adalah ruang mahakudus, sebagai pusat kegiatan ibadat. Dalam ruang mahakudus perlu diperhatikan hubungan antara


(67)

31

sabda dan ekaristi. Perayaan ekaristi terdiri dari dua bagian, yaitu liturgi sabda dan liturgi ekaristi. Keduannya berhubungan erat sebagai satu tindakan ibadat. Dalam perayaan ekaristi, sabda dimaksudkan sebagai pengajaran bagi orang-orang beriman dan tubuh Kristus, yaitu perjamuaan, sebagai santapan mereka. Dengan demikian, terdapat dua meja dalam perayaan ekaristi, yaitu meja sabda dan meja ekaristi. Diantara kedua meja ini terdapat kursi pemimpin sebagai salah satu pusat ibadat. Jadi, terdapat tiga pusat kegiatan dalam ruang mahakudus, yaitu kursi-kursi pemimpin, mimbar, dan altar. Mimbar adalah pusat kegiatan selama liturgi sabda, altar adalah pusat kegiatan selama liturgi ekaristi dan kursi pemimpin sebagai pusat kegiatan pembukaan dan penutup ibadat, di luar liturgi sabda dan liturgi ekaristi. (Komisi Liturgi KW 53-56 dalam Malino, 2012).

Bentuk-bentuk denah Gereja dan tatanan ruang Gereja pada umumnya dapat di lihat pada tabel 2.1 di bawah ini.

Tabel 2.1 Bentuk-Bentuk Denah Gereja

No Denah Bentuk Ruang

1.

Central

1. Entry

2. Worship Room

3. Altar

4. Baptismal Font 5. Sanctuary

Seating 6. Lecturn 7. Sanctuary 8. Choir Seating

9. Organ

10. Vesting Room 11. Toilet

12. Lounge

1 4 5 5

5 5 5 5 5 5 2 3 7

6 8

9 10 12

11 11


(68)

32

2.

Parallel Seating

1. Entry

2. Worship Room

3. Sanctuary Seating 4. Lecturn 5. Sanctuary 6. Toilet 7. Office 8. Lounge 9. Bema 3. Multi Form 1. Entry

2. Worship Room

3. Altar 4. Sanctuary

Seating 5. Lecturn 6. Choir Seating

7. Organ

8. Vesting Room

9. Toilet

4.

L Shope

1. Entry

2. Worship Room

3. Altar

4. Baptismal Font 5. Sanctuary

Seating 6. Lecturn 7. Sanctuary 8. Choir Seating

9. Organ

10. Vesting Room 11. Work Sacristy 12. Storage 13. Toilet 14. Office 1 2 15 1 3

5 4 5 3 8 1 6 7 7 6 9 1 2 1 3 4 4 4 6 7

8 8 8 9 9 5 1 1 2 4 5 5 5 5 5 3 6 7 9 8 10 11 12 13


(69)

33

5.

Rectangle

1. Worship Room

2. Altar

3. Baptismal Font 4. Sanctuary

Seating 5. Lecturn 6. Sanctuary 7. Choir Seating

8. Organ

9. Work Sacristy 10. Storage

6.

Crucform

1. Entry

2. Worship Room

3. Altar

4. Baptismal Font 5. Sanctuary

Seating 6. Lecturn 7. Sanctuary 8. Choir Seating

9. Organ

10. Vesting Room 11. Toilet

Sumber : de Chiarra, 2007

3.1.2 Liturgi Pada Interior Gereja Katolik

Desain interior Gereja Katolik adalah proses penataan interior suatu tempat ibadah dengan mengacu pada liturgi Katolik serta bertujuan untuk mendukung aktivitas umat dalam berliturgi. Fungsi liturgi dalam Gereja tersebut adalah untuk memfokuskan ibadat dengan menggunakan simbol-simbol untuk membantu umat beriman menghayati imannya, baik secara pribadi maupun bersama-sama sebagai „Gereja‟ (Komisi Liturgi KWI,2000:9). Sebagai contoh, dalam liturgi abu mempunyai makna mengingatkan kefanaan yang akan dihadapi oleh semua orang. Makna tanda liturgi Katolik dapat diwujudkan dalam pola serta penataan dalam interior Gereja Katolik. Menurut Mariyanto unsur-unsur desain interior dalam Gereja Katolik yang mempunyai pola serta penataan terkait dengan

1 3

4 4 4 4 4 2 6 5 7 8 8 9 9 10 5 1 5

5 5

4

2

1 3

5 7 6

8 9

10 11


(70)

34

makna tanda liturgi adalah lay out, elemen pembentuk ruang, perabot, dan warna. Seluruh unsur di atas yang menjadi perwujudan tanda liturgi akan ditelusuri maknanya berdasarkan acuan liturgi. Dan diuraikan seluruh unsur fisik ruang yang dapat dijelaskan kesesuaiannya sebagai tanda yang menyimbolkan ketiga makna tersebut dan dengan nilai-nilai tanda sesuai dengan perwujudan-nya, yaitu perwujudan sesuai nilai-nilai yang terkandung dalam unsur-unsur nirmana (Mayangsari dkk, 2008).

Sebuah Gereja Katolik memiliki zoning yang dibagi berdasarkan kegiatan dari pemimpin liturgi yaitu Imam dengan umat yang beribadah. Tempat Imam merupakan tempat mahakudus dimana umat tidak bisa seenaknya masuk. Bahkan saat umat melewati panti Imam ini, umat harus berlutut menghormati tanda kehadiran tubuh Kristus dalam bentuk roti (hosti) yang terdapat dalam tabernakel (Malino, 2012).

Gambar 2.11 Layout Secara Umum Gereja Katolik Sumber : cit Herz, 1970


(71)

35 3.1.3 Prinsip-Prinsip dan Perabot Pada Gereja Katolik

Prinsip-prinsip ruang dan perabot dalam Geraja Katolik telah ditentukan oleh kongregasi dalam Institutio Generalis Missalis Romawi abad V pada tahun 1969, yang menetapkan bahwa dalam sebuah Gereja Katolik harus terdapat fasilitas ibadah yang berupa peralatan dan perabot. Dalam sebuah Gereja Katolik memiliki pembagian ruang dengan fasilitas-fasilitas sebagai berikut (Windhu, 1997 dalam Malino, 2012).

A. Panti Imam

Panti Imam adalah tempat Imam memimpin perayaan liturgi. Di Panti Imam terdapat altar, mimbar, kredes, tempat duduk imam serta para pembantunya (prodiakon paroki, misdinar, dan petugas lainnya), tebernakel, dan lampu Tuhan. (Windhu, 1997).

Gambar 2.12 Susunan Panti Imam Sumber : Windhu, 1997

Tinggi panti Imam dari lantai panti umat untuk gereja yang memiliki jemaat antara 800 sampai 1000 orang adalah kira-kira 90 cm (Suptandar 130).


(72)

36

Upaya peninggian lantai ini dilakukan dengan tujuan dapat menunjang fungsi atau kegiatan yang terjadi dalam ruang dan dapat member karakter yang dapat memperjelas sifat ruang. Dengan adanya perbedaan ketinggian lantai panti Imam ini serta material pada bangunan Gereja dapat memberi pesan khidmat. Sedangkan untuk menjadikan ruangan tampak agung dapat menggunakan warna formal (Malino, 2012).

 Altar

Dalam Gereja lama, kata altar dipakai untuk menunjuk pada meja ekaristi Perjamuan Kudus (Wellem 25). Altar utama merupakan pusat seluruh gedung Gereja, berupa meja besar untuk mengadakan perayaan Ekaristi dan kegiatan liturgi yang lain. Altar harus lebih tinggi dari panti umat karena selain untuk memudahkan umat melihat dan mengikuti jalannya perayaan, juga mengingatkan umat kepada bukit Kalvari tempat Yesus disalibkan. Sehingga daerah panti Imam ini memiliki anak tangga berjumlah tiga yang melambangkan Allah Tritunggal. Altar sebagai meja perjamuan juga untuk mengingatkan kepada perjamuan terakhir Yesus dengan murid murid- Nya. Altar sebagai meja perjamuan ditutup dengan kain putih seperti meja makan (Windhu, 1997). Meja altar memiliki panjang maksimum 3,6 m dan tinggi 97,5 cm (Sleeper, 1995 dalam Malino, 2012).


(73)

37

Gambar 2.13 Dimensi Altar Sumber : de Chiarra, 2007

 Tabernakel

Tempat terbaik untuk menyimpan Sakramen Mahakudus yaitu sebuah lemari kecil dari bahan yang kuat dan pantas. Biasanya Sakramen Mahakudus sudah dimasukkan dalam sibori yang ditudungi kain kuning atau kuning keemasan (Malino, 2012).

Gambar 2.14 Tabernakel


(74)

38  Lampu Tuhan

Disebut juga lampu suci, merupakan lampu merah yang terus menyala dekat tabernakel sebagai tanda bahwa di dalamnya tersimpan Sakramen Mahakudus. Sebutan Lampu Tuhan menunjukkan bahwa Tuhan hadir dalam sakramen Mahakudus tersebut. Dulu lampu harus berasal dari minyak zaitun namun sekarang tidak diharuskan karena sulit mendapatkannya, bahkan banyak Gereja menggunakan listrik (Malino, 2012).

Gambar 2.15 Lampu Tuhan

Sumber : http:/google.com/gambar/lampu/tuhan/html

Sedilia

Sedilia merupakan tempat duduk Imam dan para pembantunya (para prodiakon misdinar dan konselebran) (Malino, 2012).

Gambar 2.16 Dimensi selidia Sumber : de Chiarra, 2007


(75)

39  Mimbar

Merupakan tempat untuk membacakan bacaan kitab suci (perjanjian lama, surat rasul, atau epistola, dan injil), berkotbah, pembacaan mazmur, pembacaan doa umat, dan pengumuman (Malino, 2012).

Gambar 2.17 Dimensi Mimbar Kecil dan Mimbar Besar Sumber : de Chiarra, 2007

Kredens

Merupakan meja kecil tempat diletakkannya piala, purificatorium, palla, corporal, patena, sibori, monstrans, ampul berisi air dan anggur, serta lavabo (Malino, 2012).

Gambar 2.18 Dimensi Kredens Sumber : Sleeper, 1995


(76)

40

B. Panti Umat

Panti umat adalah tempat beribadah umat, karena itu pada daerah ini disediakan banyak fasilitas tempat duduk, yang biasanya dilengkapi tempat untuk berlutut supaya umat dapat mengikuti tata cara liturgi ibadah yang sudah ditetapkan (Malino, 2012).

Gambar 2.19 Dimensi Kursi Umat Sumber : de Chiarra, 2007

Lebar kursi 45 cm untuk ukuran minimum (tidak direkomendasikan). 50 cm untuk ukuran yang baik, sedangkan 55 cm untuk ukuran yan terbaik (Sleeper 299). Jarak sirkulasi yang baik antara kursi dengan dinding 1,2m sedangkan untuk sirkulasi utama menuju ke altar adalah 1,8m.

C. Tempat Koor

Tempat khusus bagi para petugas yang membawakan lagu-lagu selama perayaan liturgi Dulu tempat koor berada di balkon supaya suaranya dapat terdengar kuat dan bagus, namun sekarang bisa berada di samping kiri atau kanan


(77)

41

altar bahkan ada yang menjadi satu dengan umat dengan maksud lebih menggiatkan partisispasi umat dalam bernyanyi (Malino, 2012).

Gambar 2.20 Tempat Koor Sumber : Windhu, 1997

D. Kamar Pengakuan

Kamar pengakuan adalah tempat menerima Sakramen Tobat. Ruang ini terbagi atas dua ruang bersekat kasa, masing-masing untuk Imam dan pengakuan dosa. Di dalamnya biasanya terdapat salib dan bangku untuk berlutut. Kamar pengakuan ini biasanya terletak di sayap kanan dan kiri bagian dalam Gereja. Biasanya ada lebih dari satu kamar (Malino, 2012).

Gambar 2.21 Ruang Pengakuan Sumber : Windhu, 1997


(78)

42

E. Balkon

Merupakan ruang di bagian depan Gereja. Dahulu, balkon digunakan untuk tempat koor supaya suara lantang memenuhi gedung Gereja. Balkon yang tidak digunakan untuk koor, dipakai untuk tempat duduk umat (Malino, 2012).

Gambar 2.22 Balkon Pada Gereja Sumber : Windhu, 1997

F. Portal dan Bejana Air Suci

Portal atau gerbang adalah sekat papan atau pertisi yang terdapat setelah memasuki pintu utama gereja, sehingga umat tidak terlihat dari luar (Windhu, 1997, 22). Bejana air suci berisi air yang sudah diberkati, biasanya di letakkan dekat pintu supaya dapat digunakan waktu masuk atau keluar Gereja (Malino, 2012).


(79)

43

Gambar 2.23 Portal dan Tempat Air Suci Sumber : Windhu, 1997

G. Perlengkapan Gereja  Salib

Salib adalah perlengkapan Gereja yang tidak pernah dilupakan. Setiap umat mengadakan kegiatan liturgi dan ibadah yang lain, salib selalu hadir di sana. Salib biasanya didampingi lilin-lilin yang sudah dinyalakan dan diletakkan di atas meja altar atau dipasang di dekat altar yang dikenak dengan salib duduk. Salib duduk memiliki ukuran tinggi 18cm-30cm . Ada juga salib yang besar di belakang altar menempel pada dinding dengan ukuran tinggi 60cm-200cm Perbandingan antara tinggi dan lebar Salib adalah 2:1. (Windhu, 1997).


(80)

44

Gambar 2.24 Salib Duduk Sumber : Windhu, 1997  Patung Yesus

Patung Yesus biasanya berukuran cukup besar ( tinggi rata-rata 60cm-200cm) sehingga bisa dengan mudah dilihat umat yang hadir di gereja. Patung Yesus biasanya diletakkan di samping kanan altar ( Windhu, 1997).

Gambar 2.25 Patung Yesus Sumber : Windhu, 1997  Patung Maria

Patung Maria juga berukuran besar (tinggi rata-rata 60cm-200cm) dan biasanya diletakkan di samping kiri altar. Di sekitar patung Maria biasanya disediakan tempat bagi umat yang ingin mempersembahkan lilin supaya permohonannya dikabulkan. Baik patung Yesus maupun Maria berfungsi


(81)

45

sebagai sarana pembantu umat untuk berjumpa dengan Tuhan sendiri (Windhu, 1997).

Gambar 2.26 Patung Maria Sumber : Windhu, 1997

 Gambar dan Relief Jalan Salib

Gambar dan relief jalan salib dapat dipastikan ada di setiap Gereja. Jumlahnya sebanyak 14 buah. Pada saat tertentu umat mengadakan kebaktian jalan salib di gereja dengan bantuan gambar atau relief tersebut. Biasanya gambar atau relief jalan salib dipasang pada dinding-dinding Gereja. Yang berupa gambar biasanya merupakan lukisan, sedangkan yang berupa relief merupakan pahatan dari batu ataupun kayu. ( Windhu, 1997).

Gambar 2.27 Jalan Salib Sumber : Windhu, 1997


(82)

46  Patung Santo/Santa

Biasanya paroki memakai nama pelindung seorang Santo atau Santa. Gambar atau Patung Santo / Santa pelindung di letakkan di depan Gereja. Kadang –kadang gambarnya diwujudkan dalam lukisan pada dinding kaca di bagian depan Gereja. Maksud penggunaan nama Santo / Santa pelindung supaya umat paroki mendapat perlindungan dan dapat mewarisi semangat hidup yang suci, karena Santo / Santa menjadi teladan hidup suci (Windhu, 1997).

Gambar 2.28 Patung Santo/Santa Sumber : Windhu, 1997

 Organ

Organ merupakan alat musik tekan yang digunakan untuk mengiringi koor atau setiap lagu yang dinyanyikan saat ibadah (Malino, 2012).

 Gong dan Kelinting

Gong merupakan salah satu alat bunyi gemelan yang di pasang dekat altar. Bersama bel atau kelinting, gong dipakai untuk memberi tanda konserkrasi.


(1)

viii DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ciri-Ciri Visual Bentuk ... 7

Tabel 2.2 Bentuk-bentuk Denah Gereja ... 31

Tabel 3.1 Variabel Penelitian ... 49


(2)

ix DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Hagia Sophia ... 12

Gambar 2.2 Gereja S. Marko ... 13

Gambar 2.3 Bentuk Kubah Gereja Katolik ... 15

Gambar 2.4 Kubah Katedral St. Paul di London ... 15

Gambar 2.5 Candi Satu Ruangan ... 18

Gambar 2.6 Candi Tiga Ruangan ... 18

Gambar 2.7 Candi Senam Ruangan ... 19

Gambar 2.8 Hirarki Ruang Sakral Arsitektur Gereja Katolik ... 24

Gambar 2.9 Contoh Simbol Keagamaan dan Tuntutan Liturgi Gereja... 25

Gambar 2.10 Tatanan Gereja Katolik Dari Dalam ... 29

Gambar 2.11 Layout Secara Umum Gereja Katolik ... 34

Gambar 2.12 Susunan Panti Imam ... 35

Gambar 2.13 Dimensi Altar ... 37

Gambar 2.14 Tabernakel ... 37

Gambar 2.15 Lampu Tuhan ... 38

Gambar 2.16 Dimensi Selidia ... 38

Gambar 2.17 Dimensi Mimbar Kecil dan Mimbar Besar ... 39

Gambar 2.18 Dimensi Kredens ... 39

Gambar 2.19 Dimensi Kursi Umat ... 40

Gambar 2.20 Tempat Koor ... 41


(3)

x

Gambar 2.22 Balkon Pada Gereja ... 42

Gambar 2.23 Portal dan Tempat Air Suci ... 43

Gambar 2.24 Salib Duduk ... 44

Gambar 2.25 Patung Yesus ... 44

Gambar 2.26 Patung Maria ... 45

Gambar 2.27 Jalan Salib ... 45

Gambar 2.28 Patung Santo/Santa ... 46

Gambar 2.29 Gong dan Kelinting ... 47

Gambar 2.30 Lonceng ... 47

Gambar 4.1 Skematik Jarak Kawasan Penelitian... 54

Gambar 4.2 Peta Kawasan Eksisting Graha Maria Annai Velangkanni ... 54

Gambar 4.3 Masterplan Graha Maria Annai Velangkanni ... 55

Gambar 4.4 Tampak Depan Graha Maria Annai Velangkanni ... 56

Gambar 4.5 Graha Maria Annai Velangkanni ... 56

Gambar 4.6 Perspektif Graha Maria Annai Velangkanni ... 56

Gambar 4.7 Tampak Atap Kubah Graha Maria Annai Velangkanni ... 57

Gambar 4.8 Tampak Atap Kubah Graha Maria Annai Velangkanni ... 58

Gambar 4.9 Atap Kubah Graha Maria Annai Velangkanni ... 58

Gambar 4.10 Gereja St. Paul di London ... 59

Gambar 4.11 Gereja Katedral Berlin di Jerman ... 59

Gambar 4.12 Gereja Basilika Saint Peter di Roma ... 59

Gambar 4.13 Tampak Bentuk Candi Pada Graha Maria Annai Velangkanni ... 60


(4)

xi Gambar 4.14 Ornamen Pada Tiang Kolom Graha Maria Annai

Velangkanni ... 62

Gambar 4.15 Ornamen Bunga Teratai Pada Patung Graha Maria Annai Velangkanni ... 63

Gambar 4.16 Bentuk-Bentuk Tiang Kolom Pada Graha Maria Annai Velangkanni ... 63

Gambar 4.17 Pintu Masuk Gereja Graha Maria Annai Velangkanni ... 64

Gambar 4.18 Ukiran Jalan Salib Pada Jendela Graha Maria Annai Velangkanni ... 65

Gambar 4.19 Lukisan Bunda Maria Pada Jendela Graha Maria Annai Velangkanni ... 65

Gambar 4.20 Hierarki Ruang Sakral Graha Maria Annai Velangkanni ... 67

Gambar 4.21 Gambar-Gambar Kudus ... 67

Gambar 4.22 Simbol Keagamaan dan Tuntutan Liturgi Gereja Graha Maria Annai Velangkanni ... 68

Gambar 4.23 Lukisan Kaca Sebagai Unsur Dekoratif Pada Graha Maria Annai Velangkanni ... 68

Gambar 4.24 Merpati Sebagai Simbol Kehadiran Roh Kudus ... 68

Gambar 4.25 Gerbang Graha Maria Annai Velangkanni ... 69

Gambar 4.26 Taman Graha Maria Annai Velangkanni ... 70

Gambar 4.27 Lukisan Kaligrafi Pada Halaman Graha Maria Annai Velangkanni ... 70


(5)

xii Gambar 4.28 Patung Pada Halaman Graha Maria Annai

Velangkanni ... 71

Gambar 4.29 Denah Lantai 1 Graha Maria Annai Velangkanni... 72

Gambar 4.30 Denah Lantai 2 Graha Maria Annai Velangkanni... 73

Gambar 4.31 Denah Lantai 3 Graha Maria Annai Velangkanni... 73

Gambar 4.32 Bentuk Rectangle pada Denah Gereja ... 74

Gambar 4.33 Lay out Graha Maria Annai Velangkanni ... 75

Gambar 4.34 Denah Panti Imam Graha Maria Annai Velangkanni ... 76

Gambar 4.35 Panti Imam Graha Maria Annai Velangkanni ... 77

Gambar 4.36 Denah Panti Umat Graha Maria Annai Velangkanni ... 78

Gambar 4.37 Panti Umat Graha Maria Annai Velangkanni ... 78

Gambar 4.38 Denah Kamar Pengakuan Graha Maria Annai Velangkanni . 79 Gambar 4.39 Kamar Pengakuan Graha Maria Annai Velangkanni ... 79

Gambar 4.40 Balkon Graha Maria Annai Velangkanni ... 80

Gambar 4.41 Denah Balkon Graha Maria Annai Velangkanni ... 80

Gambar 4.42 Portal dan Bejana Air Suci Graha Maria Annai Velangkanni ... 81

Gambar 4.43 Salib Pada Graha Maria Annai Velangkanni ... 81

Gambar 4.44 Patung Yesus Pada Graha Maria Annai Velangkanni... 82

Gambar 4.45 Patung Bunda Maria Pada Graha Maria Annai Velangkanni ... 83


(6)

xiii Gambar 4.47 Gambar dan Relief Jalan Salib Pada Graha Maria

Annai Velangkanni ... 84 Gambar 4.48 Warna Dalam Interior Graha Maria Annai Velangkanni ... 85