6.2 Saran
1 Diharapkan kepada petani agar dapat terus merawat tanaman sayur-
mayur secara intensif baik itu penyemprotan pestisida, pemberian pupuk, dan penyiraman air sehingga kualitas komoditi dapat terjaga
dan produksi tidak menurun secara drastis pasca erupsi.
2 Diharapkan kepada petani agar memberikan pengarahan dan sosialisasi
di Desa Jeraya, Kecamatan Simapang Empat, Kabupaten Karo, agar dapat mengerti dalam penanggulan tanaman yang terkena debu
vulkanik, agar produksinya meningkat, dan juga memaksimalkan pupuk bersubsidi bagi petani di daerah tersebut agar meningkatkan
pendapatan petani.
3 Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat meneliti lebih
lanjut tentang material yang ada pada debu vulkanik di daerah erupsi Gunung Sinabung, agar pengaplikasiannya di dunia pertanian bisa
menjadi terobosan baru untuk pertanian Indonesia kedepannya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Posisi Strategis Komoditas Sayuran
Komoditas hortikultura, khususnya sayuran dan buah-buahan mempunyai beberapa peranan strategis, yaitu: 1 sumber bahan makanan bergizi
bagimasyarakat yang kaya akan vitamin dan mineral; 2 sumber pendapatan dan kesempatan kerja, serta kesempatan berusaha; 3 bahan baku agroindustri; dan4
sebagai komoditas potensial ekspor yang merupakan sumber devisa negara;dan 5 pasar bagi sektor non pertanian, khususnya industri hulu.
Sayuran adalah salah satu kelompok hortikultura yang mempunyai arti dan kedudukan tersendiri dalam proses pembangunan nasional di sub sektor pertanian.
Sayuran merupakan sumber vitamin dan mineral yang penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Idealnya, seseorang harus mengkonsumsi sayuran sekitar 200
gram per hari agar metabolisme di dalam tubuh tidak terganggu akibat kekurangan serat. Artinya penduduk Indonesia yang berjumlah sekitar 170 juta jiwa
memerlukan 34.000 ton sayuran perhari Rahardi,2000. Komoditas sayuran sangat strategis dan karenanya perlu memperoleh
prioritas pengembangan. Hal ini dilandasi dari sisi permintaan baik berupa konsumsi segar maupun olahan meningkat dari waktu ke waktu. Sementara itu
dari sisi produksi masih berpotensi untuk terus ditingkatkan, baik melalui perluasan areal ekstensifikasi secara horisontal, peningkatan intensitas tanam
ekstensifikasi secara vertikal maupun peningkatan produktivitas melalui intensifikasi usahatani.
2.1.2 Posisi Tanah Karo Sebagai Produsen Sayuran di Sumatera Utara
Pengembangan pertanian saat ini masih mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pengembangan ekonomi Sumatra Utara, terutama konstribusinya
terhadap ketahanan pangan, kesempatan kerja dan lapangan usaha. Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah di Sumatera Utara yang pengembangan
ekonominya bergerak di bidang pertanian. Komoditi utama yang menjadi andalan kabupaten Karo adalah tanaman hortikultura.
Mata pencaharian utama dari penduduk di Kabupaten Karo adalah pada bidang pertanian,sebagai produk unggulan sayuran seperti kol, brokoli, kentang,
tomat, sawi dan cabe, merupakan komoditi pertanian yang cukup dominan dan tinggi tingkat permintaannya untuk daerah lain. Perkembangan komoditi sayuran
sangat didukung pula oleh kondisi fisik wilayah yang sebagian besar berada pada daerah dataran tinggi.
Tanah Karo telah menjadi top of mind dalam bisnis sayuran. Oleh pedagang Tanah Karo dikirim kembali ke daerah yang membutuhkan seperti ke
Sumatera Barat, Riau ataupun Aceh. Ini adalah masalah bisnis di mana setiap pedagang mencari keuntungan. Pengiriman sayur dari satu daerah ke daerah lain
tidak memiliki permasalahan karena lancarnya jaringan transportasi, baik darat maupun udara.
Kepada pemerintah daerah Provinsi atau Kabupaten hendaknya dapat menyadari bahwa sayur adalah kelompok komoditi unggulan Sumatera Utara.
Potensi itu meliputi pada semua kabupaten dataran tinggi di Sumatera Utara. Jika ini dapat dikembangkan banyak petani kecil dan menengah perorangan yang akan
terbantu dan lepas dari kemiskinan dan pengangguran. Sebetulnya pemasukan devisa dari sayur Tanah Karo dapat diperbesar jika pemerintah bisa memberikan
bantuan kepada petani sayur. Tanah Karo sudah memiliki brand tersendiri sebagai sentra produksi sayur di dalam maupun luar negeri. Ini adalah potensi yang perlu
dikembangkan. Bantuan bibit, gambaran pasar dan konsultansi pada petani perorangan adalah hal yang perlu diberikan pada petani Tanah Karo, khususnya
petani yang berskala kecil dan menengah. Di tengah terbatasnya diversifikasi produk barang ekspor lainnya CPO, karet, kopi dan sebagainya maka
memberdayakan potensi ekspor yang telah berjalan sayur adalah suatu solusi bagi menambah meningkatkan penerimaan devisa Sumatera Utara Miraza, 2010.
2.1.3 Permintaan dan Penawaran Sayuran di Sumatera Utara
Salah satu faktor yang paling menghambat dalam pengembangan usaha hortikultura sayuran adalah fluktuasi harga yang sangat tinggi. Dalam era
perdagangan bebas saat ini tentu kita tidak bisa mengontrol harga, karena harga ditentukan oleh jumlah permintaan dan penawaran dan beberapa faktor lainnya.
Harga produksi hasil pertanian yang selalu berfluktuasi tergantung dari perubahan yang terjadi pada permintaan dan penawaran. Naik turunnya harga
dapat terjadi dalam jangka pendek yaitu per bulan, per minggu bahkan per hari atau dapat pula terjadi dalam jangka panjang. Untuk komoditas pertanian yang
cepat rusak seperti sayur-sayuran dan buah-buahan pengaruh perubahan permintaan pasar kadang-kadang sangat menyolok sekali sehingga harga yang
berlaku berubah dengan cepat. Hal ini dapat diamati perubahan harga pasar yang berbeda pada pagi, siang dan sore hari. Pada saat musim produk melimpah harga
rendah, sebaliknya pada saat tidak musim harga meningkat drastis. Keadaan tersebut menyebabkan petani sulit dalam melakukan perencanaan produksi, begitu
juga dengan pedagangsulit dalam memperkirakan permintaan Syahza, 2007. Terutama pada saat ini, erupsi Gunung Sinabung sangat mempengaruhi
jumlah penawaran pada komoditas pertanian khususnya sayuran di Kabupaten Karo. Lahan pertanian yang rusak akibat debu vulkanik dari Gunung Sinabung,
mengakibatkan sayur-sayuran atau buah-buahan menjadi rusak. Hal ini yang menjadikan jumlah penawaran terhadap sayuran menjadi rendah sedangkan
permintaan tetap atau bisa menjadi lebih tinggi.
2.1.4 Produksi dan Produktivitas Sayuran Khususnya Brokoli, Kentang, dan Sawi di Indonesia
Sayuran merupakan komoditas penting yang dibudidayakan oleh petani di berbagai daerah di Indonesia. Komoditas sayuran dapat secara nyata
mendatangkan keuntungan bagi petani di Indonesia. Dengan demikian, keberhasilan dalam usahatani sayuran dapat memberikan sumbangan yang besar
bagi kesejahteraan petani. Diantara sayuran utama yang ditanam petani di Indonesia, tanaman
kentang, brokoli, dan sawi merupakan tanaman yang memiliki luas lahan, produksi dan produktivitas yang cukup tinggi di Indonesia.
Berikut adalah data luas panen, produksi dan produktivitas kentang, brokoli, dan sawi di Indonesia:
Tabel 5. Luas Panen Ha Sayur-mayur Kentang, Brokoli, dan Sawi di Indonesia, 2009-2013
No. Komoditi
Tahun 2009
2010 2011
2012 2013
1. Kentang
71.238 66.531
59.882 65.989
70.187 2.
Brokoli 8.088
8.728 9.441
11.776 12.422
3. Sawi
56.414 59.450
61.538 61.059
62.951 Sumber: Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jendral Hortikultura
Tabel 6. Produksi Kg Sayur-mayur Kentang, Brokoli, dan Sawi di Indonesia, 2009-2013
No. Komoditi
Tahun 2009
2010 2011
2012 2013
1. Kentang
1.176.304 1.060.805 955.488 1.094.232 1.124.282 2.
Brokoli 96.038
101.205 113.491
135.837 151.288
3. Sawi
562.838 583.770
580.969 594.911
635.728 Sumber: Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jendral Hortikultura
Tabel 7. Produktivitas KgHa Sayur-mayur Kentang, Brokoli, dan Sawi di Indonesia, 2009-2013
No. Komoditi
Tahun 2009
2010 2011
2012 2013
1. Kentang
16,51 15,94
15,96 16,58
16,02 2.
Brokoli 11,87
11,60 12,02
11,54 12,18
3. Sawi
9,98 9,82
9,44 9,74
10,10 Sumber: Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jendral Hortikultura
Dari Tabel 5, 6 dan 7 diperoleh data luas lahan, produksi, dan produktivitas pada komoditi kentang, brokoli, dan sawi di Indonesia. Luas lahan,
produksi dan produktivitas pada komoditi kentang selama dekade terakhir mengalami penurunan walaupun tidak turun secara signifikan. Namun pada
komoditi brokoli dan sawi selama dekade terakhir mengalami peningkatan secara signifikan setiap tahunnya.
2.1.5 Gunung Sinabung
Gunung Sinabung adalah gunung berapi aktif di dataran tinggi Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Indonesia. Ketinggian Gunung Sinabung mencapai 2.460
meter. Gunung ini merupakan puncak tertinggi di Sumatera Utara. Koordinat puncak Gunung Sinabung adalah 3
10” LU, 98 23” BT. Gunung Sinabung tidak
pernah tercatat meletus lagi sejak tahun 1600 tetapi mendadak aktif kembali dan meletus pada tanggal 27 Agustus 2010. Tanggal 29 Agustus 2010 dini hari sekitar
pukul 00.15 WIB, Gunung Sinabung mengeluarkan larva. Letusan terakhir gunung ini terjadi pada September 2013 dan berlangsung hingga kini Wikipedia,
2014.
Debu vulkanik Gunung Sinabung tersembur hingga 5.000 meter di udara. Abu Gunung Sinabung cenderung meluncur dari arah barat daya menuju timur
laut dan menyelimuti pemukiman masyarakat. Beberapa ahli gunung api menyatakan, letusan Gunung Sinabung kemungkinan akan terjadi dalam durasi
yang panjang. Akibat letusan gunung ini, beberapa material yang keluar dari kepundan gunung tersebut yakni awan panas, material pijar, hujan abu, dan
kemungkinan gas beracun akan terlempar ke atmosfer. Ekonomi masyarakat pun menjadi krisis karena situasi lahan pertanian yang dijadikan sumber pendapatan
tidak dapat lagi diharapkan akibat diselimuti debu vulkanik. Enam kecamatan yang terkena dampak debu vulkanik Gunung Sinabung adalah Kecamatan
Simpang Empat, Kecamatan Namanteran, Kecamatan Merdeka, Kecamatan Dolat
Rayat, Kecamatan Barusjahe dan Kecamatan Berastagi. Tercatatlebih dari 17 ribu warga mengungsi akibat erupsi Gunung Sinabung BPTP Sumatera Utara, 2014.
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Penawaran
Penawaran adalah jumlah barang atau jasa yang ditawarkan oleh produsen atau penjual pada berbagai tingkat harga dalam jangka waktu tertentu. Penawaran
dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu penawaran individu dan penawaran kolektif atau penawaran pasar. Penawaran individu yaitu penawaran yang berasal
dari seorang penjual. Sedangkan penawaran kolektif atau penawaran pasar yaitu penawaran yang merupakan kumpulan dari penawaran individu. Ada banyak
faktor yang bisa mempengaruhi naik turunnya penawaran, yakni: 1
Faktor harga barang atau jasa Bila harga suatu barang atau jasa naik, penjual atau produsen akan
menambah penawarannya sebaliknya apabila harga suatu barang atau jasa tertentu turun, maka penjual atau produsen akan mengurangi penawaran barang atau jasa
tersebut. 2
Faktor biaya produksi Jika biaya produksi suatu barang atau jasa tertentu naik maka penjual atau
produsen akan menurunkan penawaran barang atau jasa tersebut. hal ini dikarenakan bila harga jual tetap sedangkan biaya produksi naik maka keuntungan
yang didapat makin sedikit atau bahkan bisa mengalami kerugian. Sebaliknya, bila biaya produksi turun, penjual atau produsen akan menambah penawarannya.
3 Faktor tingkat teknologi
Apabila produsen dalam proses produksi barang atau jasa menggunakan teknologi modern maka hal ini dapat meningkatkan penawaran karena dengan
teknologi yang modern mampu menghasilkan barang atau jasa dengan lebih cepat dan lebih banyak.
4 Faktor jumlah produsen
Munculnya produsen baru otomatis akan menambah penawaran karena bertambahnya jumlah barang atau jasa yang diproduksi, sebaliknya berkurangnya
jumlah produksi akan mengurangi penawaran. 5
Faktor jenis barang atau jasa Apabila barang atau jasa yang ditawarkan termasuk jenis musiman maka
bila datang musimnya penawaran akan meningkat sebaliknya bila musimnya lewat penawaran akan berkurang kemudian menghilang Pujianto, 2013.
Penawaran sayur-mayur di Kabupaten Karo sebelum terjadi erupsi Gunung Sinabung sangat tinggi karena Kabupaten Karo adalah sentra produksi
sayur-mayur di Sumatera Utara. Sayur-mayur asal Kabupaten Karo tidak hanya dipasarkan di wilayah Indonesia saja, namun hingga ke luar negeri seperti
Malaysia, Singapura, dan Taiwan. Namun sejak Gunung Sinabung kembali aktif hingga saat ini yang
mengakibatkan lahan pertanian masyarakat tertutupi debu vulkanik dan sebagian besar tanaman rusak bahkan mati, produksi sayur-mayur di Kabupaten Karo terus
mengalami penurunan. Di Desa Jeraya sendiri terjadi kerusakan sayur-mayur terutama kentang, brokoli, dan sawiyang cukup parah.
Untuk tanaman brokoli kerusakan yang terjadi, yakni daun luar mengering dan kehitaman serta abu vukanik masuk ke celah kedua hingga ketiga daun krop
brokoli. Untuk sawi terjadi kerusakan dimana daun sawi mengalami kekeringan, menyusutnya daun sawi. Sedangkan untuk kentang tidak terjadi kerusakan hanya
saja tanaman ditutupi debu vulkanik yang tebal namun tanaman langsung disiram dengan air agar terhindar dari kerusakan.
Kerusakan-kerusakan inilah yang menyebabkan produksi sayur-mayur menurun sehingga jumlah sayur-mayur yang ditawarkan ke pasar berkurang dan
harga pun melambung tinggi. Tidak hanya petani saja yang dirugikan karena lahan pertaniannya rusak dan pendapatannya berkurang bahkan merugi, namun
konsumen juga dirugikan karena jumlah sayur-mayur yang kurang tersedia dan harganya menjadi lebih tinggi.
2.2.2 Produktivitas
Produktivitas merupakan hasil per satuan luas, tenaga kerja, modal atau input lainnya. Pihak di luar keluarga petani cenderung mengukur produktivitas
usahatani menurut hasil biomassa, hasil komponen-komponen tertentu, hasil ekonomis atau keuntungan, seringkali memandang perlu untuk memaksimalkan
hasil per satuan lahan. Keluarga petani memiliki cara mereka sendiri untuk merumuskan dan mendefenisikan produktivitas, mungkin dengan satuan tenaga
kerja yang dibutuhkan pada saat penanaman atau penyiangan atau dengan satuan air irigasi yang dimanfaatkan.
Produktivitas menyatakan rasio antara output dan input. Dalam pekerjaan pengukuran produktivitas, terlebih dahulu harus disusun defenisi kerja dan
kemudian cara mengukur baik output maupun input. Secara garis besar setiap variabel dapat dinyatakan dalam satuan fisik atau satuan nilai rupiah.
Produktivitas dipengaruhi oleh suatu kombinasi dari banyak faktor, antara lain: varietas, tingkat kesesuaian lahan termasuk luas dan kualitasnya, jenis teknologi
yang digunakan, ketersediaan modal, kualitas pupuk dan input lainnya, ketersediaan dan kualitas infrastruktur pendukung seperti irigasi dan tingkat
pendidikanpengetahuan petani Sirait, 2009.
2.2.3 Pendapatan
Pendapatan merupakan pengurangan dari penerimaan dengan biaya total. Pendapatan usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor output dan biaya
produksi input. Pendapatan luar usahatani adalah pendapatan yang diperoleh sebagai akibat melakukan kegiatan diluar usahatani seperti berdagang, mengojek,
dll Sofyan, 2006. Dalam pendapatan usahatani ada dua unsur yang digunakan yaitu unsur
penerimaan dan pengeluaran dari usahatani tersebut. Penerimaan adalah hasil perkalian jumlah produk total dengan satuan harga jual, sedangkan pengeluaran
atau biaya yang dimaksudkan sebagai nilai penggunaan sarana produksi dan lain- lain yang dikeluarkan pada proses produksi tersebut Ahmadi, 2001.
Pendapatan atau dapat juga disebut keuntungan, adalah merupakan selisih antara penerimaan total dengan biaya total. Dimana biaya itu terdiri dari biaya
tetap dan biaya tidak tetap. Secara matematis analisis pendapatan dapat ditulis dan digambarkan sebagai berikut.
Y = TR-TC Keterangan:
Y = Pendapatan Rp
TR = Total Penerimaan Rp
TC = Total Biaya Rp Soekartawi, 2002.
Sedangkan untuk menghitung penerimaan usahatani dapat dihitung dengan rumus formula sebagai berikut:
TR = P.Q Keterangan
P = Harga per satuan Rp
Q = Jumlah Produksi kg Suratiyah, 2006
2.3 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang menjadi rujukan untuk penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh:
Ginting 2012 dengan judul skripsi Dampak Bencana Pasca Meletusnya Gunung Sinabung Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi di Desa Kutarayat
Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo menyimpulkan bahwa bencana
meletusnya Gunung Sinabung memberikan dampak yang signifikan terhadap sosial ekonomi di Desa Kutarayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo.
Artinya pasca meletusnya Gunung Sinabung memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap penurunan tingkat sosial ekonomi masyarakat baik dalam tingkat
pendapatan atau penghasilan, sumber pendapatan untuk pendidikan anak, serta kesehatan.
Karo 2014 dengan judul skripsi Dampak Bencana Pasca Meletusnya Gunung Sinabung Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa
Bekerah Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo menyimpulkan bahwa meletusnya Gunung Sinabung memberikan dampak yang sangat buruk terhadap
kehidupan sosial ekonomi penduduk Desa Bekerah Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo.
Sirait 2009 dengan judul skripsi Beberapa Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Kesempatan Kerja, Produktivitas, dan Pendapatan Petani Sayur-
Mayur di Kabupaten Karo Kasus: Wortel, Tomat, dan Kol di Desa Merdeka, Kecamatan Merdeka. Penelitian ini menyimpulkan bahwa besar kesempatan
kerja untuk tiap petani sampel berbeda, mulai dari petani sampel dengan kesempatan kerja terkecil sebesar 10,5 HKPtahun hingga petani dengan
kesempatan kerja terbesar sebesar 304,9 HKPtahun; faktor luas lahan, jumlah komoditi, dan pola tanam secara serempak berpengaruh nyata terhadap
kesempatan kerja petani sayur-mayur; faktor sosial ekonomi tingkat pendidikan, pengalaman bertani, tingkat kosmopolitan, jumlah tanggungan, dan luas lahan
berpengaruh tidak nyata terhadap produktivitas lahan petani sayur-mayur, produktivitas tenaga kerja petani sayur-mayur, dan terhadap pendapatan petani
sayur-mayur. Penelitian yang dilakukan oleh Trisni 2013 dengan judul Dampak erupsi
Merapi Terhadap Pendapatan Petani Salak Nglumut di Desa Kaliurang Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang. Yang menjadi rumusan masalah penelitian
terdahulu adalah adanya perbedaan Pendapatan Petani Salak Nglumut di Desa Kaliurang sebelum dan sesudah erupsi Merapi. Dimana dalam penelitian itu
penulis menemukan bahwa debu vulkanik dari erupsi Merapi menyebabkan kerusakan parah terhadap Tanaman Salak Nglumut yang di usahatanikan oleh
Petani di daerah penelitian, sehingga terjadi penurunan Pendapatan yang cukup drastis.
2.4 Kerangka Pemikiran