5.1.2 Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Produktivitas Brokoli
Brokoli Brassica oleracea L. merupakan tanaman sayuran sub tropik yang banyak dibudidayakan di Eropa dan Asia. Tanaman brokoli termasuk cool
season crop, sehingga cocok ditanam pada daerah pegunungan dataran tinggi, yang beriklim sejuk. Di Indonesia, tanaman brokoli sebagai sayuran
dibudidayakan secara luas pada daerah tinggi seperti Bukit Tinggi Sumatera Barat, Karo Sumatera Utara, Pangalengan Jawa Barat, dan Sumber Brantas
Jawa Timur. Pada mulanya bunga brokoli dikenal sebagai sayuran daerah beriklim dingin sub tropis, sehingga di Indonesia cocok ditanam di dataran
tinggi antara 1.000 – 2.000 meter dari atas permukaan laut dpl yang suhu udaranya dingin dan lembab. Kisaran temperatur optimum untuk pertumbuhan
produksi sayuran ini antara 15,5 - 18°C, dan maksimum 24°C. Muslim, 2009.
Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah dataran tinggi di Indonesia yang membudidayakan sayuran. Pemasok sayuran terbesar untuk Sumatera adalah
dari Kabupaten Karo. Namun akibat erupsi Gunung Sinabung, produktivitas sayur menurun. Semua lapisan, meskipun secara tidak langsung tetapi dampaknya
meluas, baik dari segi ekonomi, pertanian, peternakan, pemukiman, kesehatan dan pendidikan.
Tabel 14. Produktivitas Brokoli Sebelum Tahun 2012 dan Sesudah Tahun 2014 Erupsi Gunung Sinabung
No. Uraian
Sebelum Erupsi Sesudah Erupsi
Total Rataan
Total Rataan
1. Luas Panen Ha
6,15 0,3075
3,46 0,173
2. Produksi Kg
499.500 24.975
227.100 11.355
3. Produktivitas KgHa
1.657.393 82.870
1.340.717 67.036
Sumber: Data primer diolah, lampiran 12 Dari tabel 14 dapat dijelaskan bahwa rata-rata produktivitas sayur brokoli
sesudah erupsi mengalami penurunan15.834kgha. Kerusakan lahan yang ringan maupun berat memberi dampak yang cukup luas terhadap produktivitas sayur
yang ada di Karo.
5.1.3 Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Produktivitas Sawi
Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan sayuran, baik segar
maupun diolah. Sawi mencakup beberapa spesies Brassica yang kadang-kadang mirip satu sama lain.Di Indonesia penyebutan sawi biasanya mengacu pada sawi
hijau Brassica rapa kelompok parachinensis, yang disebut juga sawi bakso, caisim, atau caisin. Selain itu, terdapat pula sawi putih Brassica rapa kelompok
pekinensis, disebut juga petsai yang biasa dibuat sup atau diolah menjadi asinan.Jenis lain yang kadang-kadang disebut sebagai sawi hijau adalah sawi
sayur untuk membedakannya dengan caisim. Desa Jeraya merupakan salah satu desa di Kabupaten Karo yang menanam
sayuran sawi jenis sawi putih. Sekitar 3,88 hektar luas lahan yang ada di Desa Jeraya digunakan petani untuk usahatani sawi. Namun luasan berkurang sejak
terjadi bencana letusan Gunung Sinabung mulai tahun 2010. Letusan Gunung Sinabung membawa dampak yang besar terhadap tanaman sayuran yang ada
disana khususnya sayur sawi. Karena morfologi sayur sawi yang bertumbuh di pemukaan tanah mengakibatkan dampak yang terjadi sangat nyata. Debu vulkanik
sudah menutupi sayur sawi sehingga bentuk sayur menyusut karena panas dan mengakibatkan petani menjadi gagal panen. Berikut disajikan tabel 15
produktivitas sawi sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung.
Tabel 15. Produktivitas Sawi Sebelum Tahun 2012 dan Sesudah Tahun 2014 Erupsi Gunung Sinabung
No. Uraian
Sebelum Erupsi Sesudah Erupsi
Total Rataan
Total Rataan
1. Luas Panen Ha
6,9 0,345
3,88 0,194
2. Produksi Kg
431.910 21.596
196.800 9.840
3. Produktivitas KgHa
1.311.450 65.573
1.046.750 52.338
Sumber: Data primer diolah, lampiran 12 Dari tabel 15 dapat diketahui bahwa rata-rata produktivitas sayur sawi
mengalami penurunan sebesar 13.235 kgha. Tidak seperti tanaman kentang yang pertumbuhannya didalam tanah, sayur sawi yang tumbuh di permukaan tanah,
tanamanlangsung menyentuh abu vulkanik sehingga tanaman menyusut akibat lahar panas.
Untuk melihat perbedaan produktivitas kentang, brokoli dan sawi sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung maka di analisis dengan menggunakan
Paired Sample T-test, hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 16. Hasil Uji Beda Rata –rata T-test Produktivitas Sayur –mayur Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung
Uraian Komoditi
Paired Differences Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
T Df
Sig.
Produktivitas Sebelum dan
Sesudah Erupsi
Gunung Sinabung
Kentang 3.88890E4 37012.57494 8276.26336
4.699 19 .000 Brokoli
1.58338E4 14240.15079 3184.19452 4.973 19 .000
Sawi 1.32350E4 16733.19739 3741.65668
3.537 19 .002
Sumber: Data primer, diolah Pada output Paired Samples Test dapat di interpretasikan seperti berikut:
Sig. = 0.000 α = 0.05
Keputusan Uji: Karena
nilai Sig. α maka keputusannya adalah H ditolak.
Jadi dengan tingkat signifikansi 5 didapatkan kesimpulan rata-rata produktivitas sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung adalah ada perbedaan
yang nyata pada produktivitas kentang, brokoli dan sawi sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung.
5.2 Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Jumlah Sayur-Mayur Kentang, Brokoli, dan Sawi Yang Ditawarkan Di Lokasi Penelitian