20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan
Teori keagenan merupakan bagian dalam ilmu anggaran dan akuntansi.Dalam pemerintahan daerah teori keagenan ini telah dipraktikkan
termasuk pemerintahan di Indonesia.Sejak otonomi dan desentralisasi diberikan kepada pemerintah daerah tahun 1999.
Teori keagenan adalah hubungan kontrak antara pihak prinsipal dengan agen.Teori keagenan memiliki asumsi bahwa tiap-tiap individu semata-mata
termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan kepentingan antara prinsipal dan agen.Di pemerintah daerah prinsipal merupakan pihak
legislatif perwakilan rakyat dan agen merupakan pihak eksekutif pemerintah daerah.Dalam konteks pembuatan kebijakan, legislatif adalah prinsipal yang
mendelegasikan kewenangan kepada agen seperti pemerintah daerah atau panitia di legislatif untuk membuat kebijakan baru.Hubungan keagenan di sini terjadi
setelah agen membuat kebijakan dan berakhir setelah usulan tersebut diterima atau ditolak oleh pihak prinsipal.
Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi dasar dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran daerah disebut
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, baik untuk provinsi maupun kabupaten dan kota. Pendapatan asli daerah termasuk dalam anggaran daerah sebelum
Universitas Sumatera Utara
21
penyusunan anggaran pendapatan dan belanja daerah dilakukan, terlebih dahulu dibuat kesepakatan antara eksekutif dan legislatif tentang arah dan kebijakan
umum dan prioritas anggaran, yang akan menjadi pedoman untuk penyusunan anggran pendapatan dan anggaran belanja. Eksekutif membuat rancangan
anggaran pendapatan dan anggaran belanja daerah sesuai dengan arah dan kebijakan umum prioritas anggaran, yang kemudian diserahkan kepada legislatif
untuk dipelajari dan dibahas bersama-sama sebelum ditetapkan sebagai peraturan daerah.Dalam prespektif keagenan, hal ini merupakan bentuk kontrak yang
menjadi alat bagi legislatif untuk mengawasi pelaksanaan tersebut.
2.2 Otonomi Daerah
Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, serta kewajiban daerah otonom guna untuk mengatur serta mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat daerah tersebut yang sesuai dengan peraturan perundang- undangan secara harfiah, kata otonomi daerah berasal dari otonomi dan
daerah.Dalam bahasa Yunani, kata otonomi berasal dari autos dan namos. Autos yang memiliki arti sendiri serta namos yang berarti aturan atau undang-
undang sehingga otonomi daerah dapat diartikan sebagai kewenangan untuk mengatur sendiri atau kewenangan guna untuk membuat aturan untuk mengurus
daerahnya sendiri sedangkan daerah merupakan kesatuan masyarakat hukum dan mempunyai batas-batas wilayah. Pelaksanaan otonomi daerah selain memiliki
landasan pada acuan hukum, juga sebagai suatu implementasi tuntutan globalisasi yang diberdayakan dengan cara memberikan daerah tersebut kewenangan yang
luas, nyata dan memiliki tanggung jawab, terutam dalam hal mengatur,
Universitas Sumatera Utara
22
memanfaatkan, serta menggali berbagai sumber-sumber potensi yang terdapat di daerahnya masing-masing.
2.2.1 Pelaksanaan Otonomi Daerah
Pelaksanaan otonomi daerah adalah titik fokus penting guna memperbaiki kesejahteraan rakyat.Pengembangan suatu daerah disesuaikan oleh pemerintah
daerah itu sendiri dengan potensi yang ada serta ciri khas dari daerahnya masing- masing.Otonomi daerah sudah diberlakukan di Indonesia dengan melalui Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1999 mengenai Pemerintahan Daerah. Pada tahun 2004, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 mengenai Pemerintahan Daerah sudah
dianggap tidak sesuai dengan adanya perkembangan keadaan dan tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah, sehingga sudah digantikan oleh Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 mengenai Pemerintahan Daerah. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 sampai saat ini sudah banyak mengalami perubahan,
terakhir kali adalah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 mengenai Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 mengenai pemerintah daerah.
Hal ini dapat dijadikan kesempatan yang baik bagi pemerintah daerah guna membuktikan kemampuannya untuk melaksanakan kewenangan yang
menjadi hak daerah masing-masing.Maju dan tidaknya suatu daerah ditentukan oleh kemampuan serta kemauan dalam melaksanakannya.Pemerintah daerah dapat
bebas berkreasi dalam rangka membangun daerahnya masing-masing, tentu saja masih tidak melanggar dengan perundang-undangan yang berlaku.
Universitas Sumatera Utara
23
2.2.2 Tujuan Otonomi Daerah
Adapun tujuan pemberian otonomi daerah sebagai berikut. 1. Peningkatan terhadap pelayanan masyarakat yang semakin lebih baik.
2. Pengembangan kehidupan yang lebih demokrasi. 3. Keadilan nasional.
4. Pemerataan wilayah daerah. 5. Pemeliharaan hubungan antara pusat dengan daerah serta antar daerah dalam
rangka keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 6. Mendorong pemberdayaaan masyarakat.
7. Menumbuhkan prakarsa serta kreativitas, meningkatkan peran serta keterlibatan masyarakat, mengembangkan peran serta fungsi dari DPRD.
Secara konseptual, Negara Indonesia dilandasi oleh 3 tujuan utama antara lain tujuan politik, tujuan administratif, serta tujuan ekonomi hal yang ingin
dicapai melalui tujuan politik adalah upaya dalam mewujudkan demokratisasi politik dengan cara melalui partai politik dan DPRD, hal yang ingin dicapai
melalui tujuan administratif adalah adanya pembagian antara urusan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, termasuk sumber keuangan, pembaharuan
manajemen birokrasi pemerintah daerah sedangkan tujuan ekonomi adalah terwujudnya peningkatan indeks pembangunan manusia yang digunakan sebagai
indikator peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
24
2.2.3Prinsip Otonomi Daerah
Prinsip otonomi daerah yaitu menggunakan prinsip otonomi yang nyata, prinsip otonomi yang seluas-luasnya, serta berprinsip otonomi yang dapat
bertanggung jawab.
1. Prinsip otonomi seluas-luasnya
Daerah diberikan kebebasan dalam mengurus serta mengatur berbagai urusan pemerintahan yang mencakup kewenangan pada semua bidang
pemerintahan, kecuali kebebasan terhadap bidang politik luar negeri, agama, keamanan, moneter, peradilan, keamanan, serta fiskal nasional.
2. Prinsip otonomi nyata
Daerah diberikan kebebasan dalam menangani berbagai urusan pemerintahan dengan berdasarkan tugas, wewenang, serta kewajiban yang
senyatanya telah ada dan berpotensi dapat tumbuh, hidup, berkembang dan sesuai dengan potensi yang ada dan ciri khas daerah.
3. Prinsip otonomi yang bertanggung jawab
Prinsip otonomi yang dalam sistem penyelenggaraannya harus sejalan dengan tujuan yang ada dan maksud dari pemberian otonomi, yang pada
dasarnya guna untuk memberdayakan daerahnya masing-masing termasuk dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Universitas Sumatera Utara
25
2.3 Dana Bagi Hasil DBH 2.3.1 Pengertian Dana Bagi Hasil DBH
Dana bagi hasil revenue sharing atau DBH adalah dana yang bersumber daripendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka
persentase untukmendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana bagi hasil dilaksanakandengan prinsip menurut sumbernya,
dalam arti bahwa bagian daerah atas penerimaan yangdibagihasilkan didasarkan atas daerah penghasil. Prinsip tersebut berlaku untuk semuakomponen DBH,
kecuali DBH perikanan yang dibagi sama rata ke seluruh kabupatenkota selain itu, penyaluran DBH baik pajak maupun SDA dilakukanberdasarkan realisasi
penerimaan tahun anggaran berjalan.
2.3.1.1 Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil DBH adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah dengan memperhatikan potensi daerah
penghasil berdasarkan angka presentase tertentu untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
a Dana Bagi Hasil Pajak Bumi dan Bangunan
Penerimaan negara dari PBB dibagi dengan imbangan 10 untuk pemerintah dan 90 dibagi dengan rincian sebagai berikut: 16,2 untuk provinsi
yang bersangkutan, 64,8 untuk kabupatenkota yang bersangkutan, dan 9 untuk biaya pemungutan.
Universitas Sumatera Utara
26
Bagian pemerintah sebesar 10 dialokasikan kepada seluruh kabupatenkota. Alokasi untuk kabupaten dan kota sebagaimana dimaksud dibagi
dengan rincian sebagai berikut: 6,5 dibagikan secara merata kepada seluruh kabupatenkota , dan 3,5 dibagikan sebagai insentif kepada kabupatenkota yang
realisasi penerimaan PBB sektor pedesaan dan perkotaan pada tahun anggaran sebelumnya mencapaimelampaui rencana penerimaan yang ditetapkan.
b Dana Bagi Hasil Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
Penerimaan negara dari BPHTB dibagi dengan imbangan 20 untuk pemerintah dan 80 untuk daerah. DBH BPHTB untuk daerah sebesar 80
dibagi dengan rincian sebagai berikut: 16 untuk provinsi yang bersangkutan; dan 64 kota yang bersangkutan. Bagian pemerintah sebesar 20 dialokasikan
dengan porsi yang sama besar untuk seluruh kabupatenkota. c
Dana Bagi Hasil PPh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan Pajak Penerimaan negara dari PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21 dibagikan
kepada daerah sebesar 20. DBH PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21 dibagi dengan rincian sebagai berikut: 8 untuk provinsi yang bersangkutan; dan 12 untuk
kabupatenkota dalam provinsi yang bersangkutan. DBH WPOPDN dan PPh 21 dibagi dengan rincian berikut: 8.4 untuk
kabupatenkota tempat wajib pajak terdaftar; dan 3,6 untuk seluruh kabupatenkota dalam provinsi yang bersangkutan dengan bagian yang sama
besar.
Universitas Sumatera Utara
27
2.3.1.2 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
a. DBH Sumber Daya Alam Kehutanan dari Iuran Izin Usaha Pemanfaatan
Hutan IIUPH, Provinsi Sumber Daya Hutan PSDH dan Reboisasi DR. DBH kehutanan yang berasal dari IIUPH 80 dibagi dengan
rincian: 16 untuk provinsi yang bersangkutan dan 64 untuk kabupatenkota penghasil. DBH kehutanan berasal dari PSDH 80 dibagi
dengan rincian: 16 provinsi yang bersangkutan, 32 untuk kabupatenkota penghasil dan 32 untuk kabupatenkota lainnya dalam
provinsi yang bersangkutan. DBH kehutanan berasal dari DR sebesar 40 dibagi kabupatenkota pengahasil untuk mendanai kegiatan rehabilits
hutan dan lahan
b. Dana Bagi Hasil Pertambangan Umum berasal dari Iuran Tetap Land-
rent; dan Iuran Eksplorasi dan Iuran Eksploitasi Royalty. DBH pertambangan umum sebsar 80 yang berasal dari wilayah
kabupatenkota di bagi dengan rincian 16 untuk provinsi yang bersangkutan dan 64 untuk kabupatenkota penghasil. DBH
pertambangan umum sebesar 80 yang berasal dari wilayah kabupatenkota dibagi dengan rincian: 16 untuk provinsi yang
bersangkutan, 32 untuk kabupatenkota penghasil dan 32 untuk kabupatenkota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan. DBH
pertambangan umum yang berasal dari wilayah provinsi adalah sebesar 80 untuk provinsi yang bersangkutan. DBH pertambangan umum dibagi
Universitas Sumatera Utara
28
dengan rincian sebagi berikut: 26 untuk provinsi yang bersangkutan dan
54 kabupatenkota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan.
c. Dana Bagi Hasil Perikanan
DBH perikanan untuk daerah sebesar 80 dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk seluruh kabupatenkota.
d. Dana Bagi Hasil Pertambangan Minyak Bumi
DBH pertambangan minyak bumi sebesar 15,5 berasal dari penerimaan negara sumber daya alam pertambangan minyak bumi dari wilayah yang
bersangkutan setelah dikurangi komponen pajak dan pungutan lainnya. DBH pertambangan minyak bumi sebesar 15 dibagi dengan rincian: 3
dibagikan untuk provinsi yang bersangkutan, 6 dibagikan untuk kabupatenkota penghasil dan 6 dibagiakan untuk seluruh
kabupatenkota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan. e.
Dana Bagi Hasil Pertambangan Gas Bumi DBH pertambangan gas bumi sebesar 30,5 berasal dari penerimaan
negara sumber daya alam pertambangan gas bumi dari wilayah kabupatenkota yang bersangkutan setelah dikurangi komponen pajak dan
pungutan lainnya. DBH pertambangan gas bumi sebesar 30 dibagi dengan rincian sebagai berikut: 6 dibagikan untuk provinsi yang
bersangkutan, 12 dibagikan untuk kabupatenkota penghasil dan 12 dibagikan untuk selurh kanupatenkota lainnya yang dalam provinsi
berasangkutan. DBH pertambangan gas bumi sebesar 0,5 dengan rincian: 0,1 untuk provinsi yang bersangkutan, 0,2 untuk
Universitas Sumatera Utara
29
kabupatenkota penghasil dan 0,2 untuk seluruh kabupatenkota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan.
f. Dana Bagi Hasil Pertambangan Panas Bumi
DBH pertambangan panas bumi berasal dari: setoran bagian pemerintah, iuran tetap dan iuran produksi. DBH pertambangan panas bumi sebesar
80 dengan rincian: 16 untuk provinsi yang bersangkutan, 32 untuk kabupatenkota penghasil dan 32 untuk seluruh kabupatenkota lainnya
dalam provinsi yang bersangkutan.
2.3.2 Prinsip-prinsip Dana Bagi Hasil
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam DBH SDA memiliki 2 dua prinsip yaitu, pengalokasian DBH dilakukan berdasarkan prinsip by origin daerah
penghasil yaitu daerah penghasil akan mendapatkan porsi DBH SDA lebih besar daripada daerah lain dalam satu provinsi yang mendapatkan pemerataan dengan
porsi tertentu dan penyaluran berdasarkan realisasi penerimaan.
2.4 Pertumbuhan Ekonomi 2.4.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama
periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk
kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi
.
Universitas Sumatera Utara
30
Tujuan pembangunan secara makro adalah meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi berhubungan dengan proses peningkatan
produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi menyangkut perkembangannya berdimensi tunggal
dan diukur dengan peningkatan hasil produksi dan pendapatan. Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila tingkat kegiatan
ekonomi yang dicapai sekarang lebih tinggi dari pada yang dicapai pada masa sebelumnya. Dalam teori ekonomi pembangunan, dikemukakan ada enam
karakteristik pertumbuhan ekonomi yaitu : 1.
terdapatnya laju kenaikan produksi perkapita yang tinggi untuk mengimbangi laju pertumbuhan penduduk yang cepat,
2. semakin meningkatnya laju produksi perkapita terutama akibat adanya
perbaikan teknologi dan kualitas input yang digunakan, 3.
adanya perubahan struktur ekonomi dari sektor pertanian ke sektor industri dan jasa,
4. meningkatnya jumlah penduduk yang berpindah dari pedesaan ke daerah
perkotaan urbanisasi, 5.
pertumbuhan ekonomi terjadi akibat adanya ekspansi negara maju dan adanya kekuatan hubungan internasional.
Data ekonomi merupakan sumber informasi sistematik untuk dapat mengukur sejauh mana perkembangan aktivitas ekonomi suatu negara.Suatu data
yang akurat diharapkan dapat menggambarkan suatu kondisi statistik perekonomian.Statistik ini digunakan oleh para ahli ekonomi untuk mempelajari
Universitas Sumatera Utara
31
perekonomian dan oleh para pengambil keputusan untuk mengawasi pembangunan ekonomi dan merumuskan kebijakan-kebijakan yang tepat.
Pertumbuhan ekonomi daerah adalah angka yang ditunjukkan oleh besarnya tingkat pertumbuhan produk domestik regional bruto suatu daerah yang
diukur atas dasar harga konstan. Bagi suatu daerah provinsi, kabupatenkota gambaran PDRB yang mencerminkan adanya laju pertumbuhan ekonomi dapat
dilihat dalam sektor-sektor ekonomi yang meliputi pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik gas dan air bersih, bangunan, perdagangan
hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan penyewaan dan jasa perusahaan dan jasa-jasa lainnya. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari data
konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal bruto, perubahan persediaan, ekspor dan impor. Rumus pertumbuhan ekonomi daerah :
� = ����
1
− ���� ����
� 100 Di mana:
�
=
Laju pertumbuhan ekonomi ����
1 =
PDRB Atas Dasar Harga Konstan pada suatu tahun ����
=
PDRB Atas Dasar Harga Konstan pada tahun sebelumnya
Pendapatan Regional Atas Dasar Harga Berlaku dapat dihitung melalui dua metode yaitu metode langsung dan metode tidak langsung.
•
Metode Langsung adalah metode penghitungan dengan menggunakan data yang bersumber dari daerah. Metode langsung akan dapat memperlihatkan
karakteristik sosial ekonomi setiap daerah selain itu manfaat pemakaian
Universitas Sumatera Utara
32
data daerah adalah dapat digunakan untuk menyempurnakan data statistik daerah yang lemah.
•
Metode Tidak Langsung adalah metode penghitungan dengan cara alokasi yaitu mengalokir PDB Nasional menjadi PDRB Provinsi dengan
menggunakan beberapa indikator produksi dan atau indikator lainnya yang cocok sebagai alokator.
2.4.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi 2.4.2.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik
Teori pertumbuhan ekonomi klasik yang dikembangkan oleh Adam Smith mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh beberapa faktor
yang meliputi penduduk, barang-barang modal, luas lahan dan kekayaan alam dan teknologi. Teori klasik menekankan bagaimana pengaruh pertambahan penduduk
terhadap pertumbuhan ekonomi.
2.5 Belanja Modal BM
Menurut Standar Akuntansi Pemerintah SAP, belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya
menambah aset tetapinvestaris yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk di dalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan
yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat, serta meningkatkan kapasitas dan kualitas aset. Dalam SAP, belanja modal dapat
dikategorikan ke dalam 5 lima kategori utama, yaitu : 1 belanja modal tanah; 2 belanja modal peralatan dan mesin; 3 belanja modal gedung dan bangunan;
4 belanja modal jalan, irigasi, dan jaringan; dan 5 belanja modal fisik lainnya.
Universitas Sumatera Utara
33
PP Nomor 71 Tahun 2010, belanja modal merupakan belanja Pemerintah Daerah yang manfaatnya melebihi 1 tahun anggaran dan akan menambah asset
atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan pada kelompok belanja administrasi umum.
Belanja modal digunakan untuk memperoleh aset tetap pemerintah daerah seperti perlatan, infrastruktur, dan harta tetap lainnya. Cara mendapatkan modal
dengan membeli melalui proses lelang atu tender sedangkan menurut PSAP Nomor 2, Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap
dan aset lainnya yang member manfaat lebih dari satu peiode akuntansi selanjutnya pasal 53 ayat 2 Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 ditentukan bahwa
nilai aset tetap berwujud yang dianggarkan dalam belanja modal sebesar harga belibangun aset ditambah seluruh belanja yang terkait dengan pengadaan
pembangunan aset sampai aset tersebut siap digunakan kemudian pada pasal 53 ayat 4 Pemendagri Nomor 59 Tahun 2007 disebutkan bahwa Kepala Daerah
menetapkan batas minimal kapasitas sebagai dasar pembebanan belanja modal selain memenuhi batas minimal juga pengeluaran anggaran untuk belanja barang
tersebut harus member manfaat lebih satu periode akuntansi bersifat tidak rutin. Ketentuan hal ini sejalan dengan PP 24 Tahun 2004 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan khususnya PSAP No 7, yang mengatur tentang akuntansi aset tetap. Belanja modal merupakan pengeluaran anggaran yang digunakan dalam rangka
memperoleh atau menambah aset tetap dan aset lainnya yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta melebihi batasan minimal
kapitalisasi aset tetap atau aset lainnya yang ditetapkan pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
34
2.6 Kinerja Keuangan