Landasan Teori .1 Teori Keagenan Belanja Modal BM

20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan Teori keagenan merupakan bagian dalam ilmu anggaran dan akuntansi.Dalam pemerintahan daerah teori keagenan ini telah dipraktikkan termasuk pemerintahan di Indonesia.Sejak otonomi dan desentralisasi diberikan kepada pemerintah daerah tahun 1999. Teori keagenan adalah hubungan kontrak antara pihak prinsipal dengan agen.Teori keagenan memiliki asumsi bahwa tiap-tiap individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan kepentingan antara prinsipal dan agen.Di pemerintah daerah prinsipal merupakan pihak legislatif perwakilan rakyat dan agen merupakan pihak eksekutif pemerintah daerah.Dalam konteks pembuatan kebijakan, legislatif adalah prinsipal yang mendelegasikan kewenangan kepada agen seperti pemerintah daerah atau panitia di legislatif untuk membuat kebijakan baru.Hubungan keagenan di sini terjadi setelah agen membuat kebijakan dan berakhir setelah usulan tersebut diterima atau ditolak oleh pihak prinsipal. Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi dasar dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran daerah disebut Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, baik untuk provinsi maupun kabupaten dan kota. Pendapatan asli daerah termasuk dalam anggaran daerah sebelum Universitas Sumatera Utara 21 penyusunan anggaran pendapatan dan belanja daerah dilakukan, terlebih dahulu dibuat kesepakatan antara eksekutif dan legislatif tentang arah dan kebijakan umum dan prioritas anggaran, yang akan menjadi pedoman untuk penyusunan anggran pendapatan dan anggaran belanja. Eksekutif membuat rancangan anggaran pendapatan dan anggaran belanja daerah sesuai dengan arah dan kebijakan umum prioritas anggaran, yang kemudian diserahkan kepada legislatif untuk dipelajari dan dibahas bersama-sama sebelum ditetapkan sebagai peraturan daerah.Dalam prespektif keagenan, hal ini merupakan bentuk kontrak yang menjadi alat bagi legislatif untuk mengawasi pelaksanaan tersebut.

2.2 Otonomi Daerah

Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, serta kewajiban daerah otonom guna untuk mengatur serta mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat daerah tersebut yang sesuai dengan peraturan perundang- undangan secara harfiah, kata otonomi daerah berasal dari otonomi dan daerah.Dalam bahasa Yunani, kata otonomi berasal dari autos dan namos. Autos yang memiliki arti sendiri serta namos yang berarti aturan atau undang- undang sehingga otonomi daerah dapat diartikan sebagai kewenangan untuk mengatur sendiri atau kewenangan guna untuk membuat aturan untuk mengurus daerahnya sendiri sedangkan daerah merupakan kesatuan masyarakat hukum dan mempunyai batas-batas wilayah. Pelaksanaan otonomi daerah selain memiliki landasan pada acuan hukum, juga sebagai suatu implementasi tuntutan globalisasi yang diberdayakan dengan cara memberikan daerah tersebut kewenangan yang luas, nyata dan memiliki tanggung jawab, terutam dalam hal mengatur, Universitas Sumatera Utara 22 memanfaatkan, serta menggali berbagai sumber-sumber potensi yang terdapat di daerahnya masing-masing.

2.2.1 Pelaksanaan Otonomi Daerah

Pelaksanaan otonomi daerah adalah titik fokus penting guna memperbaiki kesejahteraan rakyat.Pengembangan suatu daerah disesuaikan oleh pemerintah daerah itu sendiri dengan potensi yang ada serta ciri khas dari daerahnya masing- masing.Otonomi daerah sudah diberlakukan di Indonesia dengan melalui Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1999 mengenai Pemerintahan Daerah. Pada tahun 2004, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 mengenai Pemerintahan Daerah sudah dianggap tidak sesuai dengan adanya perkembangan keadaan dan tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah, sehingga sudah digantikan oleh Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 mengenai Pemerintahan Daerah. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 sampai saat ini sudah banyak mengalami perubahan, terakhir kali adalah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 mengenai Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 mengenai pemerintah daerah. Hal ini dapat dijadikan kesempatan yang baik bagi pemerintah daerah guna membuktikan kemampuannya untuk melaksanakan kewenangan yang menjadi hak daerah masing-masing.Maju dan tidaknya suatu daerah ditentukan oleh kemampuan serta kemauan dalam melaksanakannya.Pemerintah daerah dapat bebas berkreasi dalam rangka membangun daerahnya masing-masing, tentu saja masih tidak melanggar dengan perundang-undangan yang berlaku. Universitas Sumatera Utara 23

2.2.2 Tujuan Otonomi Daerah

Adapun tujuan pemberian otonomi daerah sebagai berikut. 1. Peningkatan terhadap pelayanan masyarakat yang semakin lebih baik. 2. Pengembangan kehidupan yang lebih demokrasi. 3. Keadilan nasional. 4. Pemerataan wilayah daerah. 5. Pemeliharaan hubungan antara pusat dengan daerah serta antar daerah dalam rangka keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 6. Mendorong pemberdayaaan masyarakat. 7. Menumbuhkan prakarsa serta kreativitas, meningkatkan peran serta keterlibatan masyarakat, mengembangkan peran serta fungsi dari DPRD. Secara konseptual, Negara Indonesia dilandasi oleh 3 tujuan utama antara lain tujuan politik, tujuan administratif, serta tujuan ekonomi hal yang ingin dicapai melalui tujuan politik adalah upaya dalam mewujudkan demokratisasi politik dengan cara melalui partai politik dan DPRD, hal yang ingin dicapai melalui tujuan administratif adalah adanya pembagian antara urusan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, termasuk sumber keuangan, pembaharuan manajemen birokrasi pemerintah daerah sedangkan tujuan ekonomi adalah terwujudnya peningkatan indeks pembangunan manusia yang digunakan sebagai indikator peningkatan kesejahteraan masyarakat. Universitas Sumatera Utara 24 2.2.3Prinsip Otonomi Daerah Prinsip otonomi daerah yaitu menggunakan prinsip otonomi yang nyata, prinsip otonomi yang seluas-luasnya, serta berprinsip otonomi yang dapat bertanggung jawab. 1. Prinsip otonomi seluas-luasnya Daerah diberikan kebebasan dalam mengurus serta mengatur berbagai urusan pemerintahan yang mencakup kewenangan pada semua bidang pemerintahan, kecuali kebebasan terhadap bidang politik luar negeri, agama, keamanan, moneter, peradilan, keamanan, serta fiskal nasional. 2. Prinsip otonomi nyata Daerah diberikan kebebasan dalam menangani berbagai urusan pemerintahan dengan berdasarkan tugas, wewenang, serta kewajiban yang senyatanya telah ada dan berpotensi dapat tumbuh, hidup, berkembang dan sesuai dengan potensi yang ada dan ciri khas daerah. 3. Prinsip otonomi yang bertanggung jawab Prinsip otonomi yang dalam sistem penyelenggaraannya harus sejalan dengan tujuan yang ada dan maksud dari pemberian otonomi, yang pada dasarnya guna untuk memberdayakan daerahnya masing-masing termasuk dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat. Universitas Sumatera Utara 25 2.3 Dana Bagi Hasil DBH 2.3.1 Pengertian Dana Bagi Hasil DBH Dana bagi hasil revenue sharing atau DBH adalah dana yang bersumber daripendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase untukmendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana bagi hasil dilaksanakandengan prinsip menurut sumbernya, dalam arti bahwa bagian daerah atas penerimaan yangdibagihasilkan didasarkan atas daerah penghasil. Prinsip tersebut berlaku untuk semuakomponen DBH, kecuali DBH perikanan yang dibagi sama rata ke seluruh kabupatenkota selain itu, penyaluran DBH baik pajak maupun SDA dilakukanberdasarkan realisasi penerimaan tahun anggaran berjalan.

2.3.1.1 Dana Bagi Hasil Pajak

Dana Bagi Hasil DBH adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah dengan memperhatikan potensi daerah penghasil berdasarkan angka presentase tertentu untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. a Dana Bagi Hasil Pajak Bumi dan Bangunan Penerimaan negara dari PBB dibagi dengan imbangan 10 untuk pemerintah dan 90 dibagi dengan rincian sebagai berikut: 16,2 untuk provinsi yang bersangkutan, 64,8 untuk kabupatenkota yang bersangkutan, dan 9 untuk biaya pemungutan. Universitas Sumatera Utara 26 Bagian pemerintah sebesar 10 dialokasikan kepada seluruh kabupatenkota. Alokasi untuk kabupaten dan kota sebagaimana dimaksud dibagi dengan rincian sebagai berikut: 6,5 dibagikan secara merata kepada seluruh kabupatenkota , dan 3,5 dibagikan sebagai insentif kepada kabupatenkota yang realisasi penerimaan PBB sektor pedesaan dan perkotaan pada tahun anggaran sebelumnya mencapaimelampaui rencana penerimaan yang ditetapkan. b Dana Bagi Hasil Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Penerimaan negara dari BPHTB dibagi dengan imbangan 20 untuk pemerintah dan 80 untuk daerah. DBH BPHTB untuk daerah sebesar 80 dibagi dengan rincian sebagai berikut: 16 untuk provinsi yang bersangkutan; dan 64 kota yang bersangkutan. Bagian pemerintah sebesar 20 dialokasikan dengan porsi yang sama besar untuk seluruh kabupatenkota. c Dana Bagi Hasil PPh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan Pajak Penerimaan negara dari PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21 dibagikan kepada daerah sebesar 20. DBH PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21 dibagi dengan rincian sebagai berikut: 8 untuk provinsi yang bersangkutan; dan 12 untuk kabupatenkota dalam provinsi yang bersangkutan. DBH WPOPDN dan PPh 21 dibagi dengan rincian berikut: 8.4 untuk kabupatenkota tempat wajib pajak terdaftar; dan 3,6 untuk seluruh kabupatenkota dalam provinsi yang bersangkutan dengan bagian yang sama besar. Universitas Sumatera Utara 27

2.3.1.2 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam

a. DBH Sumber Daya Alam Kehutanan dari Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Hutan IIUPH, Provinsi Sumber Daya Hutan PSDH dan Reboisasi DR. DBH kehutanan yang berasal dari IIUPH 80 dibagi dengan rincian: 16 untuk provinsi yang bersangkutan dan 64 untuk kabupatenkota penghasil. DBH kehutanan berasal dari PSDH 80 dibagi dengan rincian: 16 provinsi yang bersangkutan, 32 untuk kabupatenkota penghasil dan 32 untuk kabupatenkota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan. DBH kehutanan berasal dari DR sebesar 40 dibagi kabupatenkota pengahasil untuk mendanai kegiatan rehabilits hutan dan lahan b. Dana Bagi Hasil Pertambangan Umum berasal dari Iuran Tetap Land- rent; dan Iuran Eksplorasi dan Iuran Eksploitasi Royalty. DBH pertambangan umum sebsar 80 yang berasal dari wilayah kabupatenkota di bagi dengan rincian 16 untuk provinsi yang bersangkutan dan 64 untuk kabupatenkota penghasil. DBH pertambangan umum sebesar 80 yang berasal dari wilayah kabupatenkota dibagi dengan rincian: 16 untuk provinsi yang bersangkutan, 32 untuk kabupatenkota penghasil dan 32 untuk kabupatenkota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan. DBH pertambangan umum yang berasal dari wilayah provinsi adalah sebesar 80 untuk provinsi yang bersangkutan. DBH pertambangan umum dibagi Universitas Sumatera Utara 28 dengan rincian sebagi berikut: 26 untuk provinsi yang bersangkutan dan 54 kabupatenkota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan. c. Dana Bagi Hasil Perikanan DBH perikanan untuk daerah sebesar 80 dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk seluruh kabupatenkota. d. Dana Bagi Hasil Pertambangan Minyak Bumi DBH pertambangan minyak bumi sebesar 15,5 berasal dari penerimaan negara sumber daya alam pertambangan minyak bumi dari wilayah yang bersangkutan setelah dikurangi komponen pajak dan pungutan lainnya. DBH pertambangan minyak bumi sebesar 15 dibagi dengan rincian: 3 dibagikan untuk provinsi yang bersangkutan, 6 dibagikan untuk kabupatenkota penghasil dan 6 dibagiakan untuk seluruh kabupatenkota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan. e. Dana Bagi Hasil Pertambangan Gas Bumi DBH pertambangan gas bumi sebesar 30,5 berasal dari penerimaan negara sumber daya alam pertambangan gas bumi dari wilayah kabupatenkota yang bersangkutan setelah dikurangi komponen pajak dan pungutan lainnya. DBH pertambangan gas bumi sebesar 30 dibagi dengan rincian sebagai berikut: 6 dibagikan untuk provinsi yang bersangkutan, 12 dibagikan untuk kabupatenkota penghasil dan 12 dibagikan untuk selurh kanupatenkota lainnya yang dalam provinsi berasangkutan. DBH pertambangan gas bumi sebesar 0,5 dengan rincian: 0,1 untuk provinsi yang bersangkutan, 0,2 untuk Universitas Sumatera Utara 29 kabupatenkota penghasil dan 0,2 untuk seluruh kabupatenkota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan. f. Dana Bagi Hasil Pertambangan Panas Bumi DBH pertambangan panas bumi berasal dari: setoran bagian pemerintah, iuran tetap dan iuran produksi. DBH pertambangan panas bumi sebesar 80 dengan rincian: 16 untuk provinsi yang bersangkutan, 32 untuk kabupatenkota penghasil dan 32 untuk seluruh kabupatenkota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan.

2.3.2 Prinsip-prinsip Dana Bagi Hasil

Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam DBH SDA memiliki 2 dua prinsip yaitu, pengalokasian DBH dilakukan berdasarkan prinsip by origin daerah penghasil yaitu daerah penghasil akan mendapatkan porsi DBH SDA lebih besar daripada daerah lain dalam satu provinsi yang mendapatkan pemerataan dengan porsi tertentu dan penyaluran berdasarkan realisasi penerimaan. 2.4 Pertumbuhan Ekonomi 2.4.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi . Universitas Sumatera Utara 30 Tujuan pembangunan secara makro adalah meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi berhubungan dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi menyangkut perkembangannya berdimensi tunggal dan diukur dengan peningkatan hasil produksi dan pendapatan. Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai sekarang lebih tinggi dari pada yang dicapai pada masa sebelumnya. Dalam teori ekonomi pembangunan, dikemukakan ada enam karakteristik pertumbuhan ekonomi yaitu : 1. terdapatnya laju kenaikan produksi perkapita yang tinggi untuk mengimbangi laju pertumbuhan penduduk yang cepat, 2. semakin meningkatnya laju produksi perkapita terutama akibat adanya perbaikan teknologi dan kualitas input yang digunakan, 3. adanya perubahan struktur ekonomi dari sektor pertanian ke sektor industri dan jasa, 4. meningkatnya jumlah penduduk yang berpindah dari pedesaan ke daerah perkotaan urbanisasi, 5. pertumbuhan ekonomi terjadi akibat adanya ekspansi negara maju dan adanya kekuatan hubungan internasional. Data ekonomi merupakan sumber informasi sistematik untuk dapat mengukur sejauh mana perkembangan aktivitas ekonomi suatu negara.Suatu data yang akurat diharapkan dapat menggambarkan suatu kondisi statistik perekonomian.Statistik ini digunakan oleh para ahli ekonomi untuk mempelajari Universitas Sumatera Utara 31 perekonomian dan oleh para pengambil keputusan untuk mengawasi pembangunan ekonomi dan merumuskan kebijakan-kebijakan yang tepat. Pertumbuhan ekonomi daerah adalah angka yang ditunjukkan oleh besarnya tingkat pertumbuhan produk domestik regional bruto suatu daerah yang diukur atas dasar harga konstan. Bagi suatu daerah provinsi, kabupatenkota gambaran PDRB yang mencerminkan adanya laju pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dalam sektor-sektor ekonomi yang meliputi pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik gas dan air bersih, bangunan, perdagangan hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan penyewaan dan jasa perusahaan dan jasa-jasa lainnya. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari data konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal bruto, perubahan persediaan, ekspor dan impor. Rumus pertumbuhan ekonomi daerah : � = ���� 1 − ���� ���� � 100 Di mana: � = Laju pertumbuhan ekonomi ���� 1 = PDRB Atas Dasar Harga Konstan pada suatu tahun ���� = PDRB Atas Dasar Harga Konstan pada tahun sebelumnya Pendapatan Regional Atas Dasar Harga Berlaku dapat dihitung melalui dua metode yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. • Metode Langsung adalah metode penghitungan dengan menggunakan data yang bersumber dari daerah. Metode langsung akan dapat memperlihatkan karakteristik sosial ekonomi setiap daerah selain itu manfaat pemakaian Universitas Sumatera Utara 32 data daerah adalah dapat digunakan untuk menyempurnakan data statistik daerah yang lemah. • Metode Tidak Langsung adalah metode penghitungan dengan cara alokasi yaitu mengalokir PDB Nasional menjadi PDRB Provinsi dengan menggunakan beberapa indikator produksi dan atau indikator lainnya yang cocok sebagai alokator. 2.4.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi 2.4.2.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik Teori pertumbuhan ekonomi klasik yang dikembangkan oleh Adam Smith mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang meliputi penduduk, barang-barang modal, luas lahan dan kekayaan alam dan teknologi. Teori klasik menekankan bagaimana pengaruh pertambahan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi.

2.5 Belanja Modal BM

Menurut Standar Akuntansi Pemerintah SAP, belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetapinvestaris yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk di dalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat, serta meningkatkan kapasitas dan kualitas aset. Dalam SAP, belanja modal dapat dikategorikan ke dalam 5 lima kategori utama, yaitu : 1 belanja modal tanah; 2 belanja modal peralatan dan mesin; 3 belanja modal gedung dan bangunan; 4 belanja modal jalan, irigasi, dan jaringan; dan 5 belanja modal fisik lainnya. Universitas Sumatera Utara 33 PP Nomor 71 Tahun 2010, belanja modal merupakan belanja Pemerintah Daerah yang manfaatnya melebihi 1 tahun anggaran dan akan menambah asset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan pada kelompok belanja administrasi umum. Belanja modal digunakan untuk memperoleh aset tetap pemerintah daerah seperti perlatan, infrastruktur, dan harta tetap lainnya. Cara mendapatkan modal dengan membeli melalui proses lelang atu tender sedangkan menurut PSAP Nomor 2, Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang member manfaat lebih dari satu peiode akuntansi selanjutnya pasal 53 ayat 2 Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 ditentukan bahwa nilai aset tetap berwujud yang dianggarkan dalam belanja modal sebesar harga belibangun aset ditambah seluruh belanja yang terkait dengan pengadaan pembangunan aset sampai aset tersebut siap digunakan kemudian pada pasal 53 ayat 4 Pemendagri Nomor 59 Tahun 2007 disebutkan bahwa Kepala Daerah menetapkan batas minimal kapasitas sebagai dasar pembebanan belanja modal selain memenuhi batas minimal juga pengeluaran anggaran untuk belanja barang tersebut harus member manfaat lebih satu periode akuntansi bersifat tidak rutin. Ketentuan hal ini sejalan dengan PP 24 Tahun 2004 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan khususnya PSAP No 7, yang mengatur tentang akuntansi aset tetap. Belanja modal merupakan pengeluaran anggaran yang digunakan dalam rangka memperoleh atau menambah aset tetap dan aset lainnya yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap atau aset lainnya yang ditetapkan pemerintah. Universitas Sumatera Utara 34

2.6 Kinerja Keuangan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Dana Alokasi Umum (DAU) Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

7 86 98

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, Belanja Daerah Dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Di Indonesia Dengan Konsumsi Sebagai Variabel Moderating

1 31 106

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Dan Luas Wilayah Terhadap Belanja Modal Dengan Dana Alokasi Khusus Sebagai Variabel Moderating Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara

2 91 90

Pengaruh Belanja Modal dan Fiscal Stress Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan Dana Bagi Hasil Pajak dan Bagi Hasil Bukan Pajak sebagai Variabel Moderating pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

2 62 98

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Perimbangan terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

2 38 82

Pengaruh Tax Effort, Pertumbuhan Belanja Modal Dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Pada Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara

7 76 100

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan Dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah Terhadap Belanja Daerah Dengan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Sebagai Variabel Moderating Pada Propinsi Sumatera Utara

4 79 97

Pengaruh Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Peningkatan Belanja Modal pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

1 54 73

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum Terhadap Belanja Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara

0 35 106

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Transfer Terhadap Belanja Modal pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

0 52 85