Subsidi dan Tindakan Imbalan

dan importir dalam jangka waktu paling lambat 7 tujuh hari kerja terhitung sejak tanggal penyelidikan berakhir. 2 Dalam hal laporan akhir hasil penyelidikan terbukti adanya Barang Dumping yang menyebabkan Kerugian, KADI menyampaikan besarnya Marjin Dumping dan merekomendasikan kepada Menteri mengenai pengenaan Bea Masuk Antidumping. 3 Dalam hal laporan akhir hasil penyelidikan tidak terbukti adanya Barang Dumping yang menyebabkan Kerugian, KADI melaporkan kepada Menteri mengenai penghentian penyelidikan.

B. Subsidi dan Tindakan Imbalan

1. Subsidi Menurut Pasal 1 ayat 1a persetujuan tentang Subsidi dan Tindakan Imbalan Agreement on Subsidies and Countervailing Measures, bahwa pengertian subsidi adalah kontribusi finansial oleh pemerintah atau badan pemerintah dalam wilayah anggota meliputi: 80 a. Suatu kegiatan pemerintahan melibatkan penyerahan dana secara langsung, seperti hibah, pinjaman dan penyerahan atau pemindahan dana atau kewajiban secara langsung, misalnya jaminan utang. b. Pendapatan pemerintah yang seharusnya sudah dibayar menjadi hapus atau tidak ditagih, misalnya insentif fiskal, seperti keringan pajak. c. Pemerintah menyediakan barang atau jasa selain dari infrastruktur atau pembelian barang. 80 Soerdjono Dirdjosoebroto, Kaidah-kaidah Hukum Perdagangan Internasional Perdagangan Multilateral Versi Organisasi Perdagangan Dunia World Trade Organization=WTO, Cetakan Pertama Bandung: CV. Utomo, 2004, hlm. 242 d. Pemerintah melakukan pembayaran pada mekanisme pendanaan atau menunjuk suatu organisasi atau badan swasta untuk melaksanakan satu atau lebih jenis fungsi sebagaimana yang disebutkan dalam butir a sampai c diatas, yang diberikan pada pemerintah dan pelaksanaannya berbeda dari yang biasanya dilakukan oleh pemerintah. Pemberian subsidi pada dasarnya mempunyai dua tujuan, yaitu : 81 a. Untuk mendorong pertumbuhan ekspor. Maksudnya ialah agar pengusaha yang memperoleh subsidi dapat memproduksi produknya dengan biaya yang lebih rendahmurah, sehingga produk tersebut dapat di ekspor dengan harga yang dapat bersaing dengan produk serupa dari negara pengimpor dari negara ketiga lainnya. b. Untuk mengurangi impor. Artinya bahwa pemberian subsidi terhadap komponen produk tertentu yang diproduksi di dalam negeri mendorong produsennya untuk tidak lagi membeli komponen produk serupa dari luar negeri. Meskipun demikian, subsidi seperti ini tidak menjamin bahwa produk lokal tersebut akan benar-benar baik kualitasnya dan rendah harganya dibandingkan dengan produk impor. Sehubungan dengan tujuan tersebut diatas, selanjutnya John H. Jackson dalam Taryana Sunandar 82 menyatakan bahwa: “In international trade policy terms, there are basically two tipes of subsidies: like production subsidies and export subsidies”: 81 A.F. Elly Erawati, Op. Cit., hlm. 1-2. 82 Taryana Sunandar, Op. Cit., hlm. 54 a. Production Subsidy is a subsidy granted to an industry merely for the “production”product regardless of the of whether the product is exported or not. b. Export Subsidy is one which is paid to an industry for each of its product which is exported.” Berdasarkan pendapat diatas, bahwa penggolongan “subsidi yang tidak dilarang” dimaksudkan untuk mendorong peningkatan produksi dan menggalakkan ekspor meliputi: 83 a. Subsidi produksi adalah subsidi yang memberikan jaminan kepada suatu industri hanya untuk mendorong kegiatan produksi tanpa memerhatikan apakah produksi tersebut di ekspor atau tidak. b. Subsidi ekspor adalah subsidi yang dibayar kepada suatu industri untuk setiap produksinya yang diekspor. Kriteria subsidi yang masuk dalam pengawasan WTO disepakati melalui pertemuan GATT Putaran Uruguay 1994, maka kriteria subsidi yang masuk dalam pengawasan WTO, diatur dalam Article I on Subsidies and Countervailing Measures GATTWTO 1994, adalah sebagai berikut. 84 a. Kontribusi financial yang berasal dari pemerintah seperti, hibah; pinjaman; penyertaan modal; pengalihan kewajiban atau modal, misalnya jaminan utang; pengalihan pemasukan kas negara, misalnya, pengurangan, penghapusan pajak; penyediaan barangfasilitas pelayanan yang bukan berupa barang atau sarana publik. 83 Muhammad Sood, Op. Cit., hlm. 191 84 Perundingan-perundingan Multilateral Putaran Uruguay Persetujuan Akhir yang Memuat Hasil-hasil dari Perundingan Perdagangan Multilateral di Marrakesh, 15 April 1994, Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman RI, hlm. 277 b. Khusus bidang pertanian, subsidi dianggap ada jika terdapat apa yang disebut sebagai price support atau income support. c. Subsidi tersebut harus menimbulkan keuntungan bagi pihak yang menerimanya. d. Subsidi tersebut harus bersifat spesifik, artinya subsidi itu memang diberikan oleh pemerintah hanya kepada sebuah perusahaan atau industri, atau ke sekelompok perusahaan atau sekelompok industri. Menurut Agreement on Subsidies and Countervailing Measures Article 3- Article 8 bahwa jenis subsidi meliputi: 85 a. Subsidi yang terlarang prohibiet subsidies dalam Article 3 yaitu: 1 Kelompok subsidi yang diberikan kepala pelaksana ekspor misalnya subsidi ekspor yang berhubungan dengan kinerja ekspor. Larangan subsidi ekspor ini tidak berlaku untuk negara yang tergolong sangat terbelakang, dan untuk negara berkembang dalam jangka waktu 8 tahun terhitung sejak berlakunya persetujuan WTO mengenai subsidi tersebut. 2 Kelompok subsidi yang diberikan untuk pemakaian produk lokal penggunaan barang dalam negeri sebagai pengganti produk impor. Larangan subsidi ini tidak berlaku bagi negara berkembang dalam jangka waktu 5 tahun, dan negara terbelakang selama jangka waktu 8 tahun sejak berlakunya persetujuan WTO. b. Subsidi yang dapat terkena tindakan actionable subsidies, Article 5 Kelompok subsidi jenis ini adanya kemungkinan terkena sanksi apabila: 85 Muhammad Sood, Op. Cit., hlm. 196-198 1 Mengakibatkan kerugian injury dan threat of injury industri dalam negeri dari negara yang mengimpor produk yang disubsidi tersebut. 2 Menghilangkan atau merusak keuntungan baik secara langsung maupun tidak langsung yang seharusnya dinikmati oleh negara lain. c. Subsidi yang tidak terkena tindakan non-actionable subsidies, Article 8 Kelompok subsidi jenis ini meliputi: 1 Subsidi yang tidak spesifik dalam pengertian Article 2. 2 Subsidi berupa bantuan penelitian yang dilakukan oleh perusahaan, universitas, lembaga penelitian, sepanjang besarnya bantuan itu tidak melebihi 75 dari biaya penelitian industri, atau bila riset itu masih pada tahap precompetitive development activity seperti biaya pengembangan sebelum dipasarkan tidak lebih dari 50 dari total biaya. a Subsidi untuk wilayah yang terbelakang, sepanjang kriteria daerah terbelakang itu disusun secara objektif, transparan, dan eksplisit melalui peraturan perundang-undangan dengan menggunakan tolak ukur pembangunan ekonomi yang minimal terdiri dari faktor pendapatan per kapita, angka pengganguran. b Subsidi untuk membantu penyesuaian fasilitas persyaratan lingkungan hidup sesuai dengan undang-undang, sepanjang bantuan itu hanya untuk satu kali saja dan besarnya 20 dari biaya yang dibutuhkan. 2. Bea Masuk Imbalan a. Proses Penerapan Bea Masuk Imbalan 1 Penyelidikan dan Pembuktian Adanya Kerugian Penyelidikan dan pembuktian mengenai adanya kerugian materiil sebagai akibat dari produk impor subsidi merupakan bagian dari proses penerapan bea masuk imbalan. Hal ini sebagaimana dunyatakan dalam Code on Subsidies and Countervailing Duties Article VI GATT, bahwa negara yang terkena dampak subsidi dapat: 86 a Melakukan “injury test” yaitu penyelidikan dan pembuktian tentang adanya kerugian materiil b Melakukan pengujian yang objektif tentang pengaruh harga barang impor terhadap produk domestik c Mengajukan permintaan tertulis kepada negara yang melakukan subsidi bahwa ia akan melakukan countervailing duty dengan disertai keterangan sebagai berikut 1 Subsidi yang telah dikenakan terhadap barang ekspor tertentu 2 Jumlah kerugian materiil yang diduga telah diderita oleh industri domestik d Apabila para pihak tidak mampu menyelesaikan persengketaannya, maka persoalan akan diserahkan kepada sebuah Komite di Indonesia: Komite Antidumping IndonesiaKADI. Kemudian Komite akan terlibat mencari fakta yang objektif tentang kebenaran adanya kerugian materiil. Apabila terbukti ditemukan fakta tentang kerugian materiil, maka 86 Ibid., hlm. 205 berdasarkan penyelidikan tersebut, maka suatu negara baru dapat mengenakan bea balasan setelah disetujui oleh Komite. Dalam melaksanakan penyelidikan, pembuktian dan pengujian terhadap produk impor yang terindikasi subsidi dan pengaruhnya terhadap produk domestik, pihak-pihak yang terlibat dalam proses penyelidikan tersebut meliputi: 87 a Produsenasosiasi produsen, b Pengekspor, c Pengimporasosiasi importer, d Pengguna akhirasosiasi pengguna akhir di negara penuduh, dan e Pemerintah negara yang dituduh Adapun secara garis besar tahapan-tahapan dalam melakukan penyelidikan subsidi adalah sebagai berikut: 88 a Negara penuduhpengimpor terlebih dahulu melakukan konsultasi dengan pihak-pihak yang terkait b Negara pengimpor melakukan pemberitahuan notification kepada negara asal barang subsidi c Memulai penyelidikan subsidi, meliputi penyampaian pengumuman, petisi dan daftar pertanyaan kuesioner kepada semua pihak yang terkait d Melakukan verifikasi atas jawaban kuesioner dari pihak terkait e Melakukan dengar pendapat hearing f Mengenakan bea masuk imbalan sementara 87 Ibid., hlm. 206 88 Ibid., hlm. 206-207 g Menetapkan keputusan akhir yang dapat berupa pengenaan bea masuk imbalan tetap, penyesuaian harga atau penghentian penyelidikan. Menurut PP No. 34 Tahun 2011 tentang Tindakan Antidumping, Tindakan Imbalan, dan Tindakan Pengamanan Perdagangan dalam pasal 39, proses dalam mengajukan permohonan penyelidikan subsidi adalah sebagai berikut: a Produsen dalam negeri Barang Sejenis danatau asosiasi produsen dalam negeri Barang Sejenis dapat mengajukan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat 2 secara tertulis kepada KADI untuk melakukan penyelidikan dalam rangka pengenaan Tindakan Imbalan atas barang impor yang diduga mengandung Subsidi yang menyebabkan Kerugian. b Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 hanya dapat dilakukan oleh produsen dalam negeri Barang Sejenis dan asosiasi produsen dalam negeri Barang Sejenis yang mewakili Industri Dalam Negeri. c Produsen dalam negeri Barang Sejenis dan asosiasi produsen dalam negeri Barang Sejenis dianggap mewakili Industri Dalam Negeri apabila: 1 Produksinya lebih dari 50 lima puluh persen dari jumlah produksi pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan produsen dalam negeri Barang Sejenis yang menolak permohonan penyelidikan; atau 2 Produksi dari pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan produsen dalam negeri Barang Sejenis yang mendukung permohonan penyelidikan menjadi lebih dari 50 lima puluh persen dari jumlah produksi pemohon, pendukung, dan yang menolak permohonan penyelidikan. d Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus memuat bukti awal dan didukung dengan dokumen lengkap mengenai adanya: 1 Subsidi; 2 Kerugian; dan 3 Hubungan sebab akibat antara barang impor yang mengandung Subsidi dan Kerugian yang dialami oleh pemohon. e Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat 4 terdiri atas data yang bersifat rahasia dan data yang bersifat tidak rahasia. f Dalam hal data yang bersifat rahasia sebagaimana dimaksud pada ayat 5 tidak didukung alasan yang kuat bahwa bersifat rahasia, KADI dapat mengabaikan kerahasiaan data dimaksud. g Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengajuan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur dengan Peraturan Menteri. Penyelidikan pada dasarnya dilakukan berdasarkan permohonan Industri Dalam Negeri yang telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Namun, apabila berdasarkan penilaian Komite, adanya indikasi bahwa barang impor tersebut mengandung subsidi yang menyebabkan kerugian, maka penyelidikan dapat dilakukan secara langsung atas prakarsa Komite tanpa adanya permohonan dari industri dalam negeri, seperti yang tercantum dalam pasal 40 PP Nomor 34 Tahun 2011 tentang Tindakan Antidumping, Tindakan Imbalan, dan Tindakan Pengamanan Perdagangan, yaitu : “Penyelidikan berdasarkan inisiatif KADI sebagaimana dimaksud pada Pasal 38 ayat 2 dapat dilakukan apabila KADI memiliki bukti awal yang cukup mengenai adanya Subsidi Neto, Kerugian Industri Dalam Negeri, dan hubungan sebab akibat antara Subsidi Neto dan Kerugian Industri Dalam Negeri.” Mengenai hasil akhir dari penyelidikan, dalam Pasal 45 PP No. 34 Tahun 2011, menyatakan bahwa: a KADI menyampaikan laporan hasil akhir penyelidikan kepada Menteri dan kepada eksportir danatau produsen secara langsung atau melalui pemerintah negara pengekspor, perwakilan Negara Republik Indonesia di negara pengekspor, pemohon atau Industri Dalam Negeri, dan Importir dalam jangka waktu paling lambat 7 tujuh hari kerja terhitung sejak tanggal penyelidikan berakhir. b Dalam hal laporan akhir hasil penyelidikan terbukti adanya barang mengandung Subsidi yang menyebabkan Kerugian, KADI menyampaikan besarnya Subsidi Neto dan merekomendasikan kepada Menteri mengenai pengenaan Bea Masuk Imbalan. c Dalam hal laporan akhir hasil akhir penyelidikan tidak terbukti adanya barang yang mengandung Subsidi yang menyebabkan Kerugian, KADI melaporkan kepada Menteri mengenai penghentian penyelidikan. Adapun yang dimaksud dengan Subsidi Neto adalah selisih antara subsidi dengan: 89 a Biaya permohonan, tangg2ungan atau pungutan lain yang dikeluarkan untuk memperoleh subsidi danatau b Pungutan yang dikenakan pada saat ekspor untuk pengganti subsidi yang diberikan kepada barang ekspor. 2 Pengenaan Bea Masuk Imbalan Menurut Pasal 21 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan, bahwa bea masuk imbalan dikenakan terhadap barang impor dalam hal: a Ditemukan adanya subsidi yang diberikan di negara pengekspor terhadap barang tersebut, dan b Impor barang tesebut: 1 Menyebabkan kerugian terhadap industri dalam negeri yang memproduksi barang sejenis dengan barang tersebut; 2 Mengancam terjadinya kerugian terhadap industri dalam negeri yang memproduksi barang sejenis dengan barang tersebut; 3 Menghalangi pengembangan industri barang sejenis di dalam negeri. Menurut Pasal 22 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995, dinyatakan bahwa bea masuk imbalan dikenakan terhadap barang impor sebagai disebut diatas setinggi-tingginya sebesar selisih antara subsidi dengan: 89 Ibid., hlm. 209 a Biaya permohonan, tanggungan atau pungutan lain yang dikeluarkan untuk memperoleh subsidi, danatau b Pungutan yang dikenakan pada saat ekspor untuk pengganti subsidi yang diberikan kepada barang ekspor tersebut. Bea masuk imbalan tersebut merupakan tambahan dari Bea Masuk terhadap barang impor yang dipungut berdasarkan tarif setinggi-tingginya 40 Nilai Pabean untuk perhitungan Bea Masuk. Penetapan bea masuk imbalan adalah berdasarkan hasil penyelidikan yang dilakukan oleh Komite Komite Antidumping IndonesiaKADI yang membuktikan bahwa barang tersebut mengandung subsidi yang menyebabkan kerugian sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 12 ayat 2, maka berdasarkan informasi yang disampaikan oleh Komite, Menteri Perindustrian dan Perdagangan memutuskan besarnya nilai tertentu untuk pengenaan bea masuk imbalan yang besarnya sama dengan atau lebih kecil dari “Subsidi Neto”. Jangka waktu pengenaan bea masuk imbalan oleh negara pengimpor terhadap barang subsidi selama lima tahun, dan dapat diperpanjang untuk lima tahun berikutnya. 3 Upaya-upaya dalam Menghadapi Tuduhan Subsidi di Negara Pengimpor Pemerintah maupun perusahaan terutama pihak produsen danatau pengekspor dalam menghadapi tuduhan subsidi di negara pengimpor harus melakukan beberapa upaya antisipasi, upaya-upaya yang dilakukan oleh perusahaan jika ada tuduhan subsidi adalah sebagai berikut: 90 90 Departemen Perdagangan Republik Indonesia, Penanganan Tuduhan Subsidi, Direktorat Pengamanan Perdagangan, Ditkjen Kerja Sama, Perdagangan Internasional , Departemen Perdagangan RI, 2009 a Para produsenpengekspor hendaknya terus merespons secara aktif dan kooperatif setiap tahapan dalam proses penyelidikan subsidi. b Mereka membentuk tim khusus untuk mengantisipasi adanya tuduhan subsidi terhadap produk Indonesia di luar negeri. c Para pengekspor hendaknya selalu memerhatikan setiap periode investigasi. d Setiap pengekspor yang terkena tuduhan subsidi harus menjawab kuesioner dari negara penuduh dengan baik, benar, lengkap dan tepat waktu. e Para produsenpengekspor harus menyimpan semua dokumen penting yang berkaitan dengan keuangan. f Para produsenpengekspor harus menerima dan melayani dengan baik tim investigator yang akan melakukan verifikasi data on spot verification. g Para produsenpengekspor harus memahami ketentuan subsidi negara tujuan ekspor. h Para produsenpengekspor harus mampu menyusun sanggahan submisi terhadap segala tuduhan subsidi. Adapun peranan Direktorat Pengamanan Perdagangan DPP dalam upaya menghadapi tuduhan antidumping yaitu: 91 a Memberitahukan adanya inisiasi tuduhan. b Memonitoring prosedur antisubsidi. 91 Ibid. c Koordinasi dengan produsen dan pengekspor yang dituduh, asosiasi, unit Pembina, KBRI, Atase Perdagangan dan Instansi terkait lainnya. d Mengagendakan permasalahan subsidi dalam forum bilateral. e Bersama dengan pengeksporprodusen tertuduh menghadiri hearing. f Menyusun sanggahan submisi versi pemerintah. g Bersama dengan pengekpor mengidentifikasi dan memobilisasi pressure group dari negara penuduh asosiasi importer dan user h Melakukan pendekatan ke otoritas antisubsidi negara penuduh dan mengarahkan kepada upaya win-win solution. i Membawa kasus ke WTO apabila terjadi tindakan unfair dalam pelaksanaan proceeding.

C. Pengamanan Perdagangan