Kelembagaan Pelindungan dan Pengamanan

E. Kelembagaan Pelindungan dan Pengamanan

1. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia Kementerian Perdagangan Republik Indonesia selaku perwakilan pemerintah dalam pelindungan dan pengamanan perdagangan memiliki kewenangan sebagai berikut: 117 a. Menetapkan kebijakan pelindungan dan pengamanan perdagangan b. Melakukan langkah pembelaan dalam hal adanya ancaman dari kebijakan, regulasi, tuduhan praktik perdagangan tidak sehat, danatau tuduhan lonjakan barang impor. c. Berkewajiban mendukung dan memberikan informasi dan data yang dibutuhkan mengambil langkah pembelaan. Susunan organisasi Kementerian Perdagangan terdiri atas: 118 a. Sekretariat Jenderal; b. Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri; c. Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga; d. Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri; e. Direktorat Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional; f. Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional; g. Inspektorat Jenderal; h. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi; i. Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan; j. Staf Ahli Bidang Pengamanan Pasar; 117 Lihat Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan, Pasal 68 Dan Pasal 69 118 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2015 Tentang Kementerian Perdagangan, Pasal 4. k. Staf Ahli Bidang Perdagangan Jasa; l. Staf Ahli Bidang Hubungan Internasional; dan m. Staf Ahli Bidang Iklim Usaha dan Hubungan Antar Lembaga. Kementerian Perdagangan dalam hal melakukan pengawasan terkait dengan perlindungan dan pengamanan perdagangan dilakukan oleh Direktorat Jenderal Luar Negeri. Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan dan fasilitasi ekspor barang nonmigas yang bernilai tambah dan jasa, pengendalian, pengelolaan dan fasilitasi impor serta pengamanan perdagangan. 119 Direktorat Jenderal Luar Negeri dalam melaksanakan tugasnya menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: 120 a. perumusan kebijakan di bidang optimalisasi fasilitasi ekspor produk pertanian, kelautan dan perikanan, kehutanan, industri, pertambangan yang bernilai tambah dan jasa, pengendalian dan fasilitasi impor serta pengamanan perdagangan; b. pelaksanaan kebijakan di bidang optimalisasi fasilitasi ekspor produk pertanian, kelautan dan perikanan, kehutanan, industri, pertambangan yang bernilai tambah dan jasa, pengendalian dan fasilitasi impor serta pengamanan perdagangan; c. penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang optimalisasi fasilitasi ekspor dan pengawasan impor; 119 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2015 Tentang Kementerian Perdagangan, Pasal 15. 120 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2015 Tentang Kementerian Perdagangan, Pasal 16. d. pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan supervise di bidang optimalisasi fasilitasi ekspor dan pengawasan impor; e. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang optimalisasi fasilitasi ekspor produk pertanian, kelautan dan perikanan, kehutanan, industri, pertambangan yang bernilai tambah dan jasa, pengendalian dan fasilitasi impor serta pengamanan perdagangan; f. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri; dan g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri. 2. Kementerian Keuangan Republik Indonesia Selaku penyelenggara otoritas moneter, Kementerian Keuangan Republik Indonesia dalam pengadministrasian peraturan antidumping mempunyai kewenangan sebagai berikut: a. Menetapkan tindakan sementara yang dapat berupa 1 pembayaran bea masuk antidumping sementara atau 2 penyerahan jaminan dalam bentuk uang tunai, jaminan bank atau jaminan dari perusahaan asuransi. b. Mengakhiri tindakan sementara yang dapat berupa 1 pengenaan bea masuk antidumping atau 2 pencabutan tindakan sementara dan pengembalian pembayaran bea masuk antidumping sementara atau pengembalian jaminan. c. Menetapkan besarnya bea masuk antidumping. Susunan organisasi Kementrian Keuangan Republik Indonesia adalah sebagai berikut: 121 121 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2015 Tentang Kementerian Keuangan, Pasal 6. a. Sekretariat Jenderal; b. Direktorat Jenderal Anggaran; c. Direktorat Jenderal Pajak; d. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; e. Direktorat Jenderal Perbendaharaan; f. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara; g. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan; h. Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko; i. Inspektorat Jenderal; j. Badan Kebijakan Fiskal; k. Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan; l. Staf Ahli Bidang Peraturan dan Penegakan Hukum Pajak; m. Staf Ahli Bidang Kepatuhan Pajak; n. Staf Ahli Bidang Pengawasan Pajak; o. Staf Ahli Bidang Kebijakan Penerimaan Negara; p. Staf Ahli Bidang Pengeluaran Negara; q. Staf Ahli Bidang Makro Ekonomi dan Keuangan Internasional; r. Staf Ahli Bidang Kebijakan dan Regulasi Jasa Keuangan dan Pasar Modal; dan s. Staf Ahli Bidang Organisasi, Birokrasi, dan Teknologi Informasi. Kementrian Keuangan dalam hal pelindungan dan pengamanan perdagangan dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan, penegakan hukum, pelayanan dan optimalisasi penerimaan negara di bidang kepabeanan dan cukai sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 122 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam melaksanakan tugasnya, menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: 123 a. perumusan kebijakan di bidang pengawasan, penegakan hukum, pelayanan dan optimalisasi penerimaan negara di bidang kepabeanan dan cukai; b. pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan, penegakan hukum, pelayanan dan optimalisasi penerimaan negara di bidang kepabeanan dan cukai; c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengawasan, penegakan hukum, pelayanan dan optimalisasi penerimaan negara di bidang kepabeanan dan cukai; d. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengawasan, penegakan hukum, pelayanan dan optimalisasi penerimaan negara di bidang kepabeanan dan cukai; e. pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pengawasan, penegakan hukum, pelayanan dan optimalisasi penerimaan negara di bidang kepabeanan dan cukai; f. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; dan g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri. 122 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2015 tentang Kementrian Keuangan, Pasal 20. 123 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2015 tentang Kementrian Keuangan, Pasal 21. 3. Komite Anti Dumping Indonesia Komite Antidumping Indonesia yang selanjutnya disingkat KADI, adalah komite yang bertugas untuk melaksanakan penyelidikan dalam rangka Tindakan Antidumping dan Tindakan Imbalan. 124 KADI mempunyai tugas menangani permasalahan yang berkaitan dengan upaya penanggulangan importasi Barang Dumping dan barang mengandung Subsidi. 125 Dalam melaksanakan tugasnya, KADI memiliki fungsi sebagai berikut: 126 a. Melakukan penyelidikan terhadap kebenaran tuduhan dumping dan hubungan sebab akibat antara dumping atau subsidi dan kerugian yang dialami oleh pemohon; b. Mengumpulkan, meneliti dan mengolah bukti dan informasi terkait dengan penyelidikan; c. Merekomendasikan pengenaan Bea Masuk Antidumping danatau Bea Masuk Imbalan kepada Menteri; d. Melaksanakan tugas lain terkait yang diberikan oleh Menteri. KADI dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, mempunyai wewenang sebagai berikut: a. Menyusun penjelasan lebih lanjut yang bersifat teknis dan administratif atas ketentuan yang berkaitan dengan dumping atau subsidi. 124 Peraturan Pemerintah Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2011, Pasal 1 Angka 29 125 Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 33M-DagPer62014, Pasal 2 126 Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 33M-DagPer62014, Pasal 3 b. Melakukan pemeriksaan, investigasi atau penyelidikan terhadap pihak yang berkepentingan dan pihak-pihak lain yang terkait dengan dumping atau subsidi. c. Mengusulkan kepada Menteri Perindustrian dan Perdagangan untuk memberlakukan tindakan sementara. d. Mengusulkan kepada Menteri Perindustrian dan Perdagangan mengenai hasil penilaian atas tawaran tindakan penyesuaian. e. Mengadakan pengkajian kembali pengenaan Bea Masuk Antidumping atau Bea Masuk Imbalan. f. Mengusulkan kepada Menteri Perindustrian dan Perdagangan untuk mencabut atau melanjutkan pengenaan Bea Masuk untuk Antidumping atau Bea Masuk Imbalan. g. Menerbitkan keputusan-keputusan terselubung yang berkaitan dengan penanganan Dumping atau Subsidi. Susunan organisasi KADI terdiri atas: 127 a. Ketua; b. Wakil Ketua; c. Sekretariat; d. Sub Komite Penyelidikan. 4. Komite Pengamanan Perdagangan Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia KPPI memiliki tugas yaitu, menangani permasalahan yang berkaitan dengan upaya memulihkan kerugian 127 Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 33M-DagPer62014, Pasal 4 Ayat 1 serius atau mencegah ancaman kerugian serius yang diderita oleh industri dalam negeri sebagai akibat lonjakan jumlah barang impor. 128 Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia dalam melaksanakan tugasnya, memiliki fungsi, yaitu: 129 a. Melakukan penyelidikan terhadap kerugian yang dialami oleh industri dalam negeri barang sejenis atau barang yang secara langsung bersaing dengan barang yang diselidiki sebagai akibat lonjakan jumlah impor; b. Mengumpulkan, meneliti dan mengolah bukti dan informasi terkait dengan penyelidikan; c. Membuat laporan hasil penyelidikan; d. Merekomendasikan pengenaan tindakan pengamanan kepada Menteri Perdagangan. 128 Komite Antidumping Indonesia, Sekilastentang Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia KPPI, Makalah Seminar Implementasi Trade Remedies di Indonesia, Medan, 29 September 2015, hlm. 1 129 Ibid 119 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan