Tahun 2014 tentang Perdagangan bahwa mengenai Kebijakan Pelindungan dan Pengamanan Perdagangan haruslah di lengkapi dengan peraturan
pelaksana berupa Peraturan Menteri Permen, tetapi hingga saat ini peraturan pelaksana tersebut belumlah ada, sehingga peraturan pelaksana
yang telah ada terkait dengan Tindakan Antidumping, Tindakan Imbalan, dan Tindakan Pengamanan Perdagangan serta hal-hal lain yang berkaitan
dengan Kebijakan Pelindungan dan Pengamanan Perdagangan sebelum keluarnya Undang-undang Nomor 7 Tahun 2014 masih berlaku selama
hal-hal yang tercantum dalam peraturan pelaksana tersebut tidak bertentangan dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 2014.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan diatas, maka dapat diajukan saran- saran sebagai berikut:
1. Pemerintah yang dalam hal ini diwakili oleh Kementrian Perdagangan
diharapkan mampu dengan segera mengeluarkan peraturan Menteri permen terkait dengan kebijakan pelindungan dan pengamanan
perdagangan seperti amanat dari Undang-undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, mengingat pentingnya pelindungan dan pengamanan
perdagangan terhadap industri dalam negeri. 2.
Pemerintah agar memberikan sosialisasi kepada pihak-pihak yang terkait dengan perdagangan internasional terlebih mengenai kebijakan
pelindungan dan pengamanan perdagangan
18
BAB II KERANGKA HUKUM PERDAGANGAN BEBAS DALAM WORLD
TRADE ORGANIZATION A.
World Trade Organization
1. Pendirian WTO
Perdagangan internasional pada Perang Dunia II berada dalam keadaan yang tidak menentu. Banyak perangkat dari subsistem yang menunjang kelancaraan
perdagangan yang telah merusak baik institusional maupun fisik. Dan pada akhir Perang Dunia II 1945, negara-negara sekutu sebagai pihak pemenang perang
mulai mengambil upaya untuk membenahi sistem perekonomian dan perdagangan internasional berdasarkan kerjasama antarnegara.
ECOSOC suatu badan dibawah PBB, pada sidang pertamanya telah mengambil resolusi untuk mengadakan konferensi guna menyusun piagam
internasional di bidang perdagangan. Pada waktu yang bersamaan, pemerintah Amerika Serikat AS mengeluarkan suatu draft mengenai piagam untuk
International Trade Organization ITO sebagai langkah menangani masalah perdagangan internasional pada bulan Februari 1946.
26
Suatu panitia persiapan ITO dibentuk dan bersidang di Landon 18 Oktober sampai 26 Desember 1946 sebagai langkah menyusun inisiatif tersebut. Panitia
persiapan berhasil mengeluarkan suatu rancangan Piagam Landon The Landon Draft Charter. Namun anggota peserta pertemuan itu gagal oleh karena AS
Amerika Serikat sebagai salah satu peserta tidak bersedia meratifikasi mencapai kata sepakat untuk mengesahkan rancangan piagam tersebut.
26
H. S. Kartadjoemena, GATT dan WTO Jakarta: Universitas Indonesia Press UI Press, 1996, hlm. 64
Suatu pertemuan diadakan pada tanggal 21 November 1947 sampai dengan 24 Maret 1948 yang berlangsung di Havana. Pertemuan ini membahas piagam ITO
oleh delegasi dari 66 negara. Pertemuan berhasil mengesahkan piagam Havana. Namun sampai dengan pertengahan tahun 1950 negara-negara peserta menemui
kesulitan dalam meratifikasi piagam ITO. Dengan kegagalan ITO dijadikan realitas maka telah dibentuk apa yang dinamakan dengan GATT General
Agreement on Tariff and Trade. GATT sendiri sebenarnya menjelma setelah pada akhir Perang Dunia II,
negara-negara yang telah menang perang ini tidak berhasil mendirikan apa yang mereka namakan “International Trade Organization”. Menurut tujuannya semula,
maka ITO ini akan dibentuk sebagai “Specialized Agency” dari PBB. ITO ini semula diharapkan agar dapat membangun kembali sistem ekonomi moneter
sebelum perang dunia dengan mengatasi kekurangan yang telah dikemukakan terhadap perdagangan bebas.
27
Sejarah GATT dipengaruhi oleh berbagai faktor politis, baik ekonomi maupun institusional di negara penandatanganan perjanjian. Dalam proses ke arah
terwujudnya GATT dapat dicatat bahwa inisiatif utama untuk mengambil langkah, yang akhirnya sampai pada pembentukan GATT diambil Amerika Serikat dan
sekutunya terutama Inggris, pada waktu Perang Dunia II masih melanda. GATT yang telah ditandatangani pada 30 Oktober 1947 oleh 23 negara,
bukanlah merupakan suatu konstitusi atau anggaran dasar tetapi merupakan suatu “Common Code Coducy” untuk internasional. GATT merupakan alat untuk
stabilisasi secara progresif dari tarif bea masuk dan merupakan forum untuk
27
Sudargo Gautama, Segi-segi Hukum Perdagangan Internasional Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1994, hlm. 108
konsultasi, forum perundingan untuk bicara secara berkala antara negara-negara peserta Contracting Practicess-CPS. Disamping itu juga disediakan prosedur
untuk konsiliasi dan penyelesaian sengketa atau biasa disebut dengan Seetlement of Dispute Mechanism.
GATT dibentuk sebagai suatu dasar wadah yang sifatnya sementara setelah Perang Dunia II. Pada masa itu timbul kesadaran masyarakat internasional akan
suatu lembaga multilateral disamping Bank Dunia dan International Monetaring Fund IMF. Kebutuhan akan adanya suatu lembaga multilateral yang khusus
pada waktu ini sangat dirasakan benar. Pada waktu itu masyarakat internasional menemui kesulitan untuk mencapai kata sepakat mengenai pengurangan dan
penghapusan berbagai kuantitatif serta diskriminasi perdagangan. Hal ini dilakukan untuk mencegah terulangnya praktik proteksionisme yang berlangsung
pada tahun 1930-an yang memukul perekonomian dunia.
28
GATT mendirikan usaha di Palais Des Nation dari Liga Bangsa-bangsa lama yang digantikan oleh PBB. Palais tersebut berada di Jenewa, dimana GATT sejak
saat itu mendirikan bangunan kantor pusat untuk menempatkan sekretariatnya. Untuk mengurangi tarif dan rintangan perdagangan lainnya, perundingan GATT
diselenggarakan dalam delapan putaran yang dimulai pada tahun 1947. Delapan putaran tersebut adalah Putaran Jenewa tahun 1947, Putaran Annecy tahun 1949,
Putaran Turki tahun 1951, Putaran Jenewa tahun 1956, Putaran Jenewa Dillon tahun 1960-1961, Putaran Jenewa Kennedy tahun 1964-1967, Putaran Jenewa
Tokyo tahun 1973-1979, Putaran Jenewa Uruguay tahun 1986-1994, dan Putaran Doha tahun 2001 yang masih berlangsung sampai dengan saat ini.
28
Huala Adolf, Hukum Perdagangan Internasional Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005, hlm. 102
Sebagai hasil dari kesimpulan perundingan GATT Putaran Uruguay yang berhasil, pada tanggal 1 Januari 1995 maka WTO menggantikan Sekretariat GATT dan
mulai mengatur sistem hukum perdagangan internasional. World Trade Organization adalah organisasi perdagangan dunia yang
berfungsi untuk mengatur dan menfasilitasi perdagangan internasional. WTO adalah suatu lembaga perdagangan multilateral yang permanen, peranan WTO
akan lebih kuat daripada GATT. Hal ini secara langsung tercermin dalam struktur organisasi dan pengambil keputusan.
29
GATT sebagai lembaga yang telah mengalami transformasi telah menjelma sebagai suatu lembaga baru dengan wewenang dan wawasan substantif yang jauh
lebih luas. Rangkaian perjanjian yang disepakati mencakup penyempurnaan aturan GATT yang ada. Dengan perluasan wewenang dan wawasan substantif
tersebut maka WTO sebagai lembaga penerus GATT akan mempunyai peranan luas pada tahun-tahun mendatang.
2. Tujuan WTO
Tujuan utama WTO adalah untuk menciptakan persaingan sehat di bidang perdagangan internasional bagi para anggotanya dan juga membantu para
produsen barang dan jasa, eksportir dan importir dalam kegiatan perdagangan. Tujuan WTO adalah:
30
a. Untuk meningkatkan taraf hidup dan pendapatan;
b. Menjamin terciptanya lapangan pekerjaan;
c. Meningkatkan produksi dan perdagangan serta;
29
Syahmin AK, Hukum Dagang Internasional Dalam Kerangka Studi Analisis, Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2005, hlm. 51
30
Suci Yunita Siregar, Penerapan Prinsip Non Diskriminasi pada Sistem Perdagangan Multilateral dalam Kerangka WTO World Trade Organization, Skripsi, Ilmu Hukum, Fakultas
Hukum, Universitas Sumatera Utara, hlm. 22
d. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya manusia.
Para pihak WTO memasuki suatu rencana timbal balik yang menguntungkan yang diarahkan untuk mengurangi tarif dan rintangan-rintangan pada perdagangan
lainnya dan menghilangkan diskriminasi dalam perdagangan internasional. Dengan memperhatikan tujuan-tujuan di atas sangat umum sifatnya, yang mana
rencana itu ditujukan untuk dapat memberikan sumbangannya secara tidak langsung pada tujuan ini melalui promosi perdagangan yang bebas dan
multilateral. 3.
Fungsi WTO WTO harus betul-betul menjalankan fungsinya secara baik untuk mencapai
tujuan-tujuan tersebut. Ada tiga fungsi WTO dalam mencapai tujuannya, yaitu:
31
a. Sebagai suatu perangkat ketentuan aturan multilateral yang mengatur
transaksi perdagangan yang dilakukan oleh negara-negara anggota dengan memberikan suatu perangkat ketentuan perdagangan the rule of the road
for the trade. b.
Sebagai suatu forum wadah perundingan perdagangan. Disini diupayakan agar praktik perdagangan dapat dibebaskan dari rintangan-
rintangan yang mengganggu liberalism perdagangan. Selain itu, WTO mengupayakan agar aturan atau praktik perdagangan demikian itu menjadi
jelas agar aturan atau praktik perdagangan demikian itu menjadi jelas predictable, baik melalui pembukaan pasar nasional atau melalui
penegakkan atau penyebarluasan pemberlakuan peraturannya.
31
Huala Adolf, Op. Cit., hlm. 98-102
c. Sebagai suatu “pengadilan” internasional dimana para anggotanya
menyelesaikan sengketa dagangnya dengan anggota-anggota WTO lainnya. Fungsi penyelesaian sengketa ini sifatnya penting dan
pengaturannya mengalami perkembangan yang menarik. WTO semula hanyalah aturan kesepakatan mengenai perdagangan internasional. WTO
bukan lembaga khusus yang dilengkapi dengan badan khusus atau aturan khusus tentang penyelesaian sengketa perdagangan multilateral.
WTO adalah satu-satunya instrument multilateral di bidang perdagangan internasional yang disepakati bersama dengan negara-negara anggotanya
Contracting Parties. Disamping pedoman bagi hubungan internasional, WTO juga merupakan forum dimana negara anggotanya dapat membahas dan
menanggulangi masalah-masalah perdagangan yang dihadapi. Sesuai dengan fungsinya, WTO sebagai lembaga internasional yang mengatur
sistem dan mekanisme perdagangan internasional yang telah menciptakan kerangka kerja dalam Uruguay Round. Tujuan dari putaran atau perundingan ini
bertujuan untuk mempercepat liberalisasi perdagangan internasional. Putaran perundingan perdagangan ini mempunyai keuntungan-keuntungan
sebagai berikut:
32
a. Perundingan-perdagangan memungkinkan para pihak secara bersama-sama
dapat memecahkan masalah-masalah perdagangan yang cukup luas. b. Para pihak akan lebih mudah membahas komitmen-komitmen perdagangan
di suatu putaran perundingan daripada membahasnya di lingkup bilateral.
32
Ibid., hlm. 99
c. Negara-negara sedang berkembang dan negara-negara kurang maju akan
lebih memiliki kesempatan yang lebih luas dalam membahas sistem perdagangan multilateral dalam lingkup suatu perundingan dan akan lebih
menguntungkan negara-negara berkembang dibandingkan apabila mereka berunding langsung dengan negara-negara maju.
4. Struktur Organisasi WTO
Fungsi WTO terpenting adalah melancarkan pelaksanaannya, administrasinya serta lebih meningkatkan tujuan dan perjanjian pembentukan WTO akan menjadi
forum negosiasi bagi para anggota di bidang yang menyangkut perdagangan multilateral, forum penyelesaian sengketa dan melaksanakan peninjauan atas
kebijakan perdagangan, WTO dilengkapi dengan sejumlah organ yakni:
33
a. Ministrial Conference
Ini merupakan organ utama yang anggotanya adalah seluruh negara anggota dan akan melakukan pertemuan sedikitnya dua tahun sekali.
Organ ini akan menjalankan fungsi WTO, organ ini sekaligus memiliki kekuasaan untuk mengambil segala keputusan atas persoalan yang diatur
salah satu Multilateral Trade Agreement jika dikehendaki oleh suatu anggota, sesuai dengan pernyataan khusus bagi pengambilan keputusan
dalam perjanjian ini dan dalam Multilateral Trade Agreement lain yang relevan.
b. General Council
33
Syahmin AK, Op. Cit., hlm. 51
Organ ini terdiri dari utusan negara anggota. Organ ini melaksanakan fungsi-fungsi Ministrial Confrence pada waktu diantara pertemuan-
pertemuan Ministrial Confrence, General Council juga akan melaksanakan tugas yang dibebankan padanya oleh perjanjian ini. Organ ini akan
menetapkan prosedurnya sendiri, serta menyetujui peraturan procedural dari komite-komite WTO dan mengadakan pertemuan dibawah
Multilateral Trade Agreement maupun Plurilatual Trade Agreement. c.
Council for Trade in Goods Dewan Perdagangan Barang Dewan ini dibawah General Council yang bertugas memantau
pelaksanaan persetujuan yang dicapai dibidang perdagangan barang. d.
Council of Trade Aspects of International Property Rights Dewan untuk aspek dagang yang terkait dengan HAKI
Badan ini dibawah General Council yang bertujuan memantau pelaksanaan persetujuan di bidang aspek perdagangan HAKI.
e. Council of Trade in Service Dewan Perdagangan Jasa
Badan ini dibawah General Council dan bertugas memantau pelaksanaan persetujuan yang dicapai dibidang perdagangan jasa dan mengakomodasi
pemberitahuan dari negara-negara anggota dan menentukan bantuan- bantuan teknis untuk negara-negara berkembang.
f. Dispute Settlement Body Badan Penyelesaian Sengketa
Badan ini dibawah Ministrial Conference yang menyelenggarakan forum pelaksanaan penyelesaian sengketa perdagangan yang timbul di antara
negara anggota. Badan penyelesaian sengketa ini terdiri dari dua badan utama yaitu panel penyelesaian sengketa Dispute Settlement Panels dan
badan banding Appellate Body. Badan banding disini lebih merupakan alternatif terhadap rekomendasi ataupun putusan panel penyelesaian
sengketa. g.
Trade Policy Review Body Badan Peninjauan Kebijakan Perdagangan Badan ini dibawah Ministrial Conference
yang bertujuan menyelenggaraan mekanisme pemantauan kebijakan dibidang
perdagangan. Dalam memenuhi pelaksanaan kewajibannya badan peninjauan kebijakan perdagangan dapat menetukan sendiri prosedur dan
ketentuan yang diperlukan. Seperti yang telah disebutkan diatas pada dasarnya tingkatan-tingkatan dalam
WTO adalah sebagai berikut: a.
Tingkat pertama : The Ministrial Conference
b. Tingkat Kedua
: General Council c.
Tingkat Ketiga : Council untuk bidang perdagangan yang luas
d. Tingkat Keempat
: Subsidiary Bodies Selain badan-badan yang telah disebutkan diatas didalam WTO terdapat pula
badan lain yang masih termasuk dalam struktur WTO dalam rangka mengantisipasi perkembangan perdagangan dunia. Badan-badan yang dimaksud
adalah : committee on trade in aircraft, committee government procurement, international dairy council, international meat council, committee on trade and
environment, committee on trade and development, committee on regional trade agreement, committee on balance of payment restrictions, committee on budget
finance and administration and working parties on accesson.
34
34
Astim Riyanto, World Trade Organization Organisasi Perdagangan Dunia Bandung: Yapemendo, 2003, hlm. 49
Mengenai keanggotaan suatu negara, dalam WTO disebutkan bahwa negara- negara anggota GATT pada saat persetujuan pembentukan WTO menjadi
Original Members WTO sepanjang sudah memenuhi persyaratan mengenai komitmen dan konsesi.
B. Prinsip – Prinsip Perdagangan Bebas dalam Kerangka WTO