Sikap Masyarakat Melayu Menerima Orang Batak Hubungan masyarakat Batak Toba Di Desa Serdang Dengan Penduduk Setempat

Begitu juga halnya dengan migran Batak Toba yang ada di Desa Serdang. Proses interaksi yang mereka lakukan berjalan dengan lama untuk saling memahami dengan komunitas masyarakat setempat. Penyesuaian-penyesuaian tersebut tidak hanya meliputi kultur akan tetapi juga dibidang teknologi, bahasa, dalam partisipasi dalam lembaga-lembaga sosial. Salah satu cara yang bisa dipakai untuk menjelaskan sikap dan interaksi sosial antara penduduk setempat dengan migran Batak Toba adalah dengan jalan membatasi ruang lingkup permasalahannya kepada lingkaran- lingkaran hubungan sosial tertentu.

3.2.1 Sikap Masyarakat Melayu Menerima Orang Batak

Awalnya orang Melayu yang berada di Desa Serdang sulit menerima orang lain untuk masuk didalam lingkungan tempat tinggal mereka, hal ini disebabkan oleh salah satunya ialah faktor agama. Dapat diketahui bahwa orang Batak Toba pintar berpolitik, Oleh sebab itu orang Batak tersebut sebagai pendatang memiliki cara agar orang Melayu dapat menerima orang Batak Toba tersebut. Orang Batak melihat kepercayaan orang melayu yang mereka anut ialah agama Islam, sedangkan orang Batak Toba sebagai pendatang menganut kepercayaan agama Kristen, sehingga salah satu cara yang dilakukan oleh orang Batak Toba ialah mereka masuk kepercayaan dengan orang Melayu. Dengan masuknya orang Batak ke dalam kepercayaan orang melayu menjadikan orang Batak Toba dapat diterima tanpa adanya perselisihan ataupun permasalahan. Universitas Sumatera Utara

3.2.2 Hubungan masyarakat Batak Toba Di Desa Serdang Dengan Penduduk Setempat

Hubungan selalu dialami setiap individu apabila dihadapkan pada hal-hal yang baru di dalam hidupnya terutama dalam lingkungan. Lingkungan yang ada disetiap individu menetap itu berupa lingkungan alam, sistem sosial maupun budaya akan menimbulkan perpaduan antara individu dengan lingkungan alam, sehingga menimbulkan keselarasan dan keserasian. Dilingkungan yang baru bagi migran Batak Toba otomatis berbeda dengan asli mereka. Hal ini menuntut adanya penyesuaian agar kehidupan migran Batak Toba dapat berkesinambungan. Etnis batak Toba dikenal dengan etnis yang suka bekerja keras, tabah dan ulet. Dengan kegigihan dan keuletan mereka dapat menyambung hidup di tempat yang baru. Di Desa Serdang migran Batak Toba mau tidak mau harus berinteraksi dengan masyarakat setempat, sebab mereka tidak dapat hidup dengan sendiri. Mereka juga senang dengan bekerja keras tanpa memperdulikan jenis pekerjaan yang dilakukan dengan satu keinginan, supaya dapat menyambung kehidupan untuk hari esok. Karena untuk menimbang kelayakan pekerjaan bagi mereka hanya membuang-buang waktu dan akan sia-sia akibatnya. Proses adaptasi dan interaksi yang mereka lakukan, baik itu pengenalan terhadap lingkungan yang baru maupun hubungan relatif baik dengan masyarakat Universitas Sumatera Utara setempat dan dapat kebijakan bagi mereka ditanah perantauan. Kesinambungan hidup masyarakat migran batak toba merupakan wujud konkrit dari adaptasi dan interaksi yang mereka lakukan dengan komunitas masyarakat setempat, karena tanpa adanya penyesuaian yang baik dengan lingkungan mustahil dapat hidup bertahan dalam lingkungan baru tersebut. Migran Batak Toba meyakini penyesuaian dengan lingkungan sebagai salah satu bentuk cara bertahan dalam komunitas-komunitas tertentu. Disamping adanya adaptasi yang baik, kesabaran juga dituntut untuk saling mengerti dan memahami masyarakat lain khususnya yang berbeda kebudayaan dengan etnis Batak Toba sendiri. Hubungan migran Batak Toba dengan penduduk setempat dapat dilihat dari kualitas hubungan antara keduanya, dengan kata lain sejauh mana keakraban yang terjadi antara migran Batak Toba dengan penduduk setempat. Keakraban ini menghilangkan jarak sosial antara migran dengan penduduk setempat. Proses interaksi dalam hal ini menjadi hal yang sangat penting untuk menghindari konflik yang berujung pada pertentangan suku. Perwujudan integrasi dapat tercermin dalam berbagai aktifitas sosial seperti tolong-menolong dalam setiap acara kematian, perkawinan, gotong royong. Gotong - royong biasanya terjadi di antara migran Batak Toba dengan masyarakat setempat, lebih sering terjadi untuk membersihkan lingkungan masing - masing. Dalam gotong- Universitas Sumatera Utara royong tersebut biasanya di pimpin oleh kepala lingkungan yang bertanggung jawab untuk kebersihan lingkungannya. Kerjasama diantara kedua suku ini cukup harmonis, bukan hanya pada gotong-royong saja, melainkan juga dalam hal acara adat perkawinan yang turut mengundang antara satu dengan yang lainnya. Dan bukan itu juga tetapi dalam acara hari besar agama, penduduk di Desa Serdang hidup secara berdampingan. Umumnya orang-orang melayu yang ada di Desa Serdang yang beragama Islam dan orang Batak Toba yang beragama Kristen tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk berhubungan. Hal ini dapat terlihat ketika orang melayu yang ada di Desa Serdang beragama Islam yang mengadakan acara hari besar agamanya Idul Fitri maka orang Batak Toba datang berkunjung ke rumah mereka dan mengucapkan selamat hari raya serta saling bermaafan. Demikian sebaliknya jika orang Batak Toba yang beragama Kristen mengadakan acara hari besar agamanya Natal, maka orang melayu tersebut datang berkunjung. Hal ini biasanya terjadi pada mereka yang telah lama saling berhubungan dan hubungan tersebut terjalin dengan sangat erat dan kompak. Penggunaan bahasa juga dalam kehidupan sehari-hari di Desa Serdang lebih umum menggunakan bahasa Batak Toba, akan tetapi untuk memperlancar hubungan sehari-hari bila orang Melayu menggunakan bahasa daerahnya maka orang Batak Toba yang tinggal di daerah Desa Serdang lamban laun dapat mengerti bahasa mereka, tetapi kemudian orang melayu Universitas Sumatera Utara juga dapat mengerti sedikit bahasa Batak Toba juga. Bahasa yang digunakan bukan hanya bahasa daerah tetapi bahasa nasionalIndonesia.

3.4 Upaya Mendapatkan Lahan