BAB III KEBERADAAN ORANG BATAK TOBA DI DESA SERDANG
3.1 Sebelum Dan Sesudah Masuknya Orang Batak Toba di Desa Serdang
Keberadaan kerajaan Serdang ini sebagai salah satu kerajaan Melayu di pesisir pantai Timur Sumatera Utara dan tidak terlepas dari kerajaan Deli. Kerajaan
Serdang secara Historis berasal dari keturunan yang sama dengan kerajaan Deli. Kedua kerajaan ini mengakui bahwa leluhur mereka adalah panglima Gocah
Pahlawan. Lahirnya kerajaan ini disebabkan oleh konflik perebutan tahta kerajaan yang
terjadi di Deli antara keturunan Tuanku Panglima Paderap. Konflik bersaudara ini diawali dari pengambil alihan mahkota kerajaan oleh tuanku Pasutan yang merupakan
putera kedua dari tuanku Panglima Paderap. Berdasarkan adat melayu, putera bungsu Tuanku Panglima Paderaplah yang lebih berhak memimpin kerajaan Deli.
14
Hal ini dikarenakan Tuanku Umar , putera bungsunya tersebut merupakan putera gahara
permaisuri yang bernama tuanku Puan Sampali. Pada saat peristiwa tersebut terjadi, Tuanku Umar belum cukup umur sehingga mengalami kekalahan akibat perebutan
tersebut. Akibatnya dari kekalahan tersebut Tuanku Umar dan permaisuri ibundanya pindah dan mendirikan kampung besar Serdang.
15
14
Ichwan Azhari, Jejak Sejarah Dan Kebudayaan Di Sumatera Utara, Medan: Badan Perpustakaan Arsip Dan Dokumentasi Propinsi Sumatera Utara, 2009.
15
Kampung Besar terletak di Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang.
Universitas Sumatera Utara
Pada awalnya Desa Serdang ini dihuni oleh orang Melayu sekitar tahun 1723, namun dengan kurun waktu selama 207 tahun orang melayu mendiami Desa Serdang.
Perlahan-lahan orang melayu tidak mendiami Desa Serdang lagi, hal ini disebabkan oleh adanya terjadi suatu bencana alam yaitu: Banjir bandang sekitar tahun 1930.
Faktor inilah yang menyebabkan mereka harus berpindah tempat tinggal dari Desa Serdang ke daerah lain, seperti: Percut Sei Tuan, Pantai Labu, Pantai Cermin, Lubuk
Pakam, Tembung dan Perbaungan. Sehingga daerah Desa Serdang itu menjadi kosong atau hutan. Kemudian pada tahun 1954 ada 2 orang batak yang bermarga
samosir dan nainggolan melihat Desa Serdang yang kosong atau hutan tersebut dan mereka beranggapan bahwa daerah Desa Serdang itu cocok untuk dijadikan sebuah
tempat tinggal perkampungan dan sebagai lahan pertanian. Membicarakan perpindahan orang Batak Toba dari Tapanuli Utara Ke Desa
Serdang tidak dapat dilepaskan dari pembicaraan nilai-nilai filosofis mereka yang masih dipegang teguh hingga dewasa ini. Ada beberapa nilai yang menjadi pegangan
bagi etnis Batak Toba dalam menjalani sendi-sendi kehidupannya yaitu: Hagabeon, Hamoraon, dan Hasangapon, akan tetapi kadang- kadang ditambah dengan Sahala.
Setiap keluarga selalu mendambakan banyak keturunan dan panjang umur hagabeon, kekayaan dan sejahtera hamoraon, wibawa sosial hasangapon, dan
memiliki kemampuan untuk berkuasa sahala harajaon, serta kemampuan untuk dihormati sahala hasangapon.
Universitas Sumatera Utara
Pertambahan jumlah penduduk yang pesat bukan hanya menimbulkan tekanan terhadap lahan pertanian, tetapi juga bagi perkampungan. Keluarga- keluarga muda
yang baru berdikari manjae, dapat mendorong pendirian rumah-rumah baru dikampung yang sama bahkan pembukaan kampung baru besereta lahan-lahan
pertanian yang baru. Perkembangan kebudayaan yang membuka peluang bagi masyarakat Batak Toba untuk tidak lagi menempati daerah asalnya masing-masing.
Kemudian dikenal dengan konsep marserak yang artinya terjadi penyebaran penduduk ke daerah-daerah bukaan yang baru. Konsep pendirian Huta dalam hal ini
disebut dengan marserak, yang umumnya dilakukan dengan pendirian kampung untuk satu marga. Pergeseran kata marserak memiliki arti yang lebih luas. Sehingga
dikenal dengan arti yang lain yaitu Manombang
16
Dasar Migran untuk tidak kembali kedaerah asalnya adalah karena keinginan hidupnya untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik telah terpenuhi, seperti:
. Istilah Manombang memiliki arti yang luas, yang kenyataan sehari-harinya pergi meninggalkan kampung halaman
menuju daerah yang baru. Kemajuan zaman yang berkembang dengan cepat dan kebutuhan hidup yang
semakin banyak disesuaikan dengan perkembangan tersebut. Mereka berusaha untuk memenuhi kebutuhan yang beranekaragam tersebut yang mungkin sangat sulit untuk
dipenuhi jika tetap di kampungnya.
16
Manombang adalah istilah orang Batak Toba untuk mencari daerah yang baru yang tanahnya masih luas ataupun masih kosong.
Universitas Sumatera Utara
kepemilikan tanah, rumah dan dapat menyekolahkan anak-anaknya sampai kelak anak-anaknya menjadi mandiri.
Kemiskinan mendorong penduduk untuk meninggalkan desa menuju daerah lain yang lebih banyak memiliki kesempatan ekonomi. Kemiskinan ditandai dengan
pendapatan yang sangat rendah, produktivitas masyarakat yang rendah, penghasilan di desa yang relatif rendah dan kurangnya pekerjaan non pertanian, tanah pertanian
yang dimiliki sudah sangat sempit sekali atau kurang yang diakibatkan oleh semakin bertambahnya penduduk.
Setelah Etnis Batak Toba melakukan perpindahan dari tempat asalnya dan menetap sekian lama di tempat yang baru, pada umumnya etnis Batak Toba tidak ada
yang kembali kekampung halamanya dan bilapun ada yang kembali kekampung halamanya hanya sekedar untuk jiarah dan melepaskan rindu akan kampung
halamanya serta sanak keluarganya bahkan mereka pun semakin memperluas tanahnya di daerah tujuan.
Tanah yang mereka miliki yang ada di daerah tujuan tersebut mereka anggap adalah” harajaon”, sama halnya seperti tanah mereka yang ada di daerah asalnya.
Mereka mempergunakan tanah yang sudah ada bekas peninggalan dari orang–orang Melayu yang telah berpindah kedaerah percut dan pantai labu. Orang Batak Toba
memperoleh tanah dari orang Melayu sangat mudah karena orang-orang Melayu tidak ingin berada di sekitar perkampungan orang batak dan orang Batak Toba Sangat
Universitas Sumatera Utara
pintar dalam hal berpolitik sehingga dengan mudah mereka mendapat tanah milik orang-orang Melayu yang ada di Desa Serdang.
Didaerah yang baru tersebut mereka berusaha meningkatkan taraf kehidupannya agar lebih maju tidak seperti di daerah asal mereka. Sifat dan
kemauan keras dari masyarakat etnis Batak Toba ini menyebabkan mereka pada umumnya berhasil di daerah yang baru. Daerah yang baru tersebut kemudian menjadi
semakin luas dan berkembang seiring dengan pertambahan penduduknya. Sebagai faktor penarik yang menyebabkan daerah Desa Serdang menjadi
pilihan orang Batak Toba adalah tersedianya lahan yang dapat digunakan sebagai lahan pertanian, dimana hasil pertanian tersebut dapat membantu dan merubah sisten
perekonomian orang Batak Toba ini di Desa Serdang. Selain itu Desa Serdang ini juga dekat dengan jalur kereta Api yang mempermudah jalur lintas perdagangan
untuk penjualan hasil pertanian mereka, dan untuk di ekspor ke daerah lain.
3.2. Interaksi Masyarakat Batak Toba di Desa Serdang