Analisis keanekaragaman Analisis Data

21 Hipotesis yang akan diuji melalui ANOVA tersebut dinyatakan sebagai berikut: H : t 1 = t 2 = 0; artinya bahwa perlakuan lokasi pemasangan bubu tidak memberikan perbedaan pengaruh secara nyata terhadap hasil tangkapan bubu H 1 : sedikitnya ada satu t i ? 0; artinya perlakuan lokasi pemasangan bubu memberikan perbedaan pengaruh secara nyata terhadap hasil tangkapan bubu Kaidah keputusan yang harus diambil adalah sebagai berikut: 1 Jika F F tabel ; maka tolak H 2 Jika F F tabel; maka gagal tolak H atau 1 Jika nilai signifikansi 0,05; maka tolak H 2 Jika nilai signifikansi 0,05; maka gagal tolak H

3.4.3 Analisis keanekaragaman

Menurut Krebs 1989 indeks yang menggambarkan keseimbangan komunitas dalam suatu ekosistem adalah indeks keanekaragaman H’, indeks keseragaman E, dan indeks dominasi C. 1 Indeks keanekaragaman Shanon-Winener Index Indeks keanekaragaman adalah ukuran yang menunjukkan kekayaan jenis komunitas organisme dilihat dari jumlah spesies dalam suatu area beserta jumlah individu dalam setiap spesiesnya. Persa maan indeks keanekaragaman sebagai berikut: ∑ = = s i pi pi H 1 ln dengan H’ : indeks keanekaragaman s : jumlah spesies yang ditemukan pi : proporsi jumlah individu pada spesies tersebut Kriteria indeks keanekaragaman adalah: H’ = 2 : keanekaragaman rendah 2 H’ 3 : keanekaragaman sedang H’ = 3 : keanekaragaman tinggi 22 2 Indeks keseragaman Evennes Index Indeks keseragaman menunjukkan ukuran jumlah individu antar spesies dalam suatu komunitas. Persamaan indeks keseragaman sebagai berikut: s H E ln = dengan E : indeks keseragaman s : jumlah spesies yang ditemukan Kriteria indeks keseragaman adalah: 0 = E 0,5 : komunitas tertekan 0,5 = E 0,75 : komuniats labil 0,75 = E 1 : komunitas stabil 3 Indeks dominasi Simpson’s Index Indeks dominasi menunjukkan ada tidaknya spesies yang mendominasi ekosistem. Terdapat hubungan yang erat antara keseragaman dan dominasi. Apabila nilai indeks keseragaman kecil menandakan adanya dominasi. Persamaan indeks dominasi sebagai berikut: ∑ = = s i pi C 1 2 dengan C : indeks dominasi s : jumlah spesies yang ditemukan Kriteria indeks dominasi adalah: 0 = C 0,5 : dominasi rendah 0,5 = C 0,75 : dominasi sedang 0,75 = C 1 : dominasi tinggi 4 HASIL PENELITIAN Kinerja Bubu Laut Dalam dan Alat Bantu Penangkapan Alat tangkap bubu terdiri dari rangka frame, badan body, mulut funnel, pintu dan tempat umpan. Bubu yang digunakan berbentuk trapesium memanjang berdimensi 80 cm x 40 cm x 50 cm dan panjang 120 cm. Bubu dilengkapi kaki pada keempat sudutnya dengan panjang 5 cm. Bentuk konstruksi bubu yang demikian bertujuan agar pengaruh arus dan gelombang dapat dikurangi. Teluk Palabuhanratu merupakan bagian dari Samudera Hindia yang memiliki arus dan gelombang yang besar. Pengaruh arus dan gelombang dapat mengakibatkan bubu tidak stabil sehingga dimungkinkan posisi bubu pada saat menyentuh dan berada di dasar perairan tidak sempurna. Rangka bubu terbuat dari besi beton dimaksudkan selain memberikan kekuatan dan bentuk bubu juga berfungsi sebagai pemberat. Bentuk bubu ini kurang efisien, karena ukurannya yang cukup besar dan permanen sehingga memakan banyak tempat di atas dek kapal Lampiran 5.d. Akibatnya nelayan tidak dapat membawa bubu dalam jumlah banyak. Mulut bubu merupakan salah satu parameter yang sangat menentukan ikan dapat tertangkap. Tipe mulut yang digunakan berbentuk limas terpancung ke arah dalam dengan ukuran 15 cm x 10 cm. Bentuk mulut yang demikian mengakibatkan ikan dan udang yang sudah masuk ke dalam bubu tidak dapat meloloskan diri. Pintu yang berukuran 40 cm x 30 cm berfungsi untuk mengeluarkan hasil tangkapan dari dalam bubu. Umpan harus dibungkus agar posisinya tetap ditengah-tengah bubu saat pemasangan maupun selama perendaman dan tidak mudah habis. Penggunaan umpan dimaksudkan untuk memikat ikan dan udang memasuki bubu. Jenis umpan yang digunakan yaitu ikan pari Trygone sephen dan cucut Carcharhinus limbatus. Kedua jenis ikan ini diperkirakan memiliki kandungan zat kimia yang mampu memikat ikan dan mudah dijumpai di tempat pelelangan ikan TPI. Bubu dilengkapi dengan pelampung yang ditempatkan pada keempat sudut bubu agar posisi bubu stabil pada saat proses pemasangan dan tidak terbalik saat 24 mencapai dasar perairan. Pelampung ini terbuat dari bahan PVC yang memiliki harga relatif murah dan mudah didapat. Pada saat penelitian pelampung mengalami pengerutan, hal ini menunjukkan bahwa tekanan yang dialami pelampung di dasar perairan sangat besar. Pelampung tanda berfungsi untuk memudahkan di dalam pencarian bubu pada saat pengangkatan. Pengoperasian bubu secara rawai lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan sistem tunggal. Pada sistem rawai bubu dapat dirangkai dalam jumlah tertentu untuk setiap pemasangan sehingga dapat menghemat pemakaian tali utama. Disamping itu juga dapat menghemat waktu baik pada saat pemasangan maupun pengangkatan. Namun konsekuensinya beban saat pengangkatan akan lebih berat. Berat rangkaian rawai bubu untuk pengoperasian di zona fotik sebesar 72,96 kgf di udara 209 kgf dan untuk pengoperasian di zona afotik sebesar 72,10 kgf di udara 208 kgf. Masing-masing unit bubu memiliki berat 20 kg. Biasanya kapal akan dilengkapi dengan alat bantu untuk meringankan proses pengangkatan bubu. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pemasangan bubu berkisar 5 – 15 menit. Selama pemasangan, kapal berjalan dengan kecepatan 4 knots yang bertujuan agar posisi bubu saat mencapai dasar perairan tidak saling tumpang tindih. Proses pengangkatan bubu memerlukan waktu berkisar 20 – 30 menit dengan alat bantu. Kecepatan penarikan tali utama oleh mechanical line hauler semakin meningkat seiring dengan berkurangnya beban bubu yang ditarik. Kecepatan tertinggi pada penarikan bubu ke-3 menuju bubu ke-5 Gambar 9. Kecepatan tarikan pada zona afotik cenderung sama pada setiap urutan bubu. Kecepatan rata-rata pada masing- masing urutan bubu yaitu 0,22 ms dari bubu ke-1 menuju bubu ke-2, 0,21 ms dari bubu ke-2 menuju bubu ke-3 dan dari bubu ke-3 menuju ke-4, serta 0,30 ms dari bubu ke-4 menuju bubu ke-5. Pemakaian alat bantu memiliki beberapa keuntungan yaitu efisiensi waktu dan biaya operasi. Pengangkatan bubu dengan cara manual memerlukan waktu yang lebih lama yaitu 2,5 jam dan membutuhkan tenaga delapan orang nelayan. Biaya operasi dapat ditekan dengan pengurangan tenaga nelayan. Pengoperasian bubu dengan mechanical line hauler membutuhkan tiga orang nelayan yang masing- 25 masing bertugas mengangkat dan menurunkan bubu, mengoperasikan mechanical line hauler dan merapikan tali utama mengeluarkan hasil tangkapan. Konsumsi bensin untuk setiap trip sekitar 2 liter. Kendala yang dialami selama penelitian yaitu rusaknya sistem pengapian mesin penggerak. 0.1 0.2 0.3 0.4 I - II II - III III - IV IV - V Urutan Bubu Kecepatan tarikan ms zona fotik zona afotik Gambar 9 Kecepatan penarikan tali utama dengan mechanical line hauler bedasarkan urutan bubu Komposisi Hasil Tangkapan Hasil tangkapan total selama pengoperasian berjumlah 677 ekor yang terdiri dari delapan famili, yaitu Pandalidae, Majidae, Portunidae, Palinuridae, Grapsidae, Ophidiidae, Moridae, dan Synaphobranchidae. Selain itu juga ditemukan jenis ikan yang belum teridentifikasi. Komposisi hasil tangkapan dapat dilihat pada Tabel 3. Jenis yang banyak tertangkap adalah Heterocarpus hayastii yaitu 417 ekor dari 677 ekor total hasil tangkapan 60,6 . Lamoha sp. tertangkap sebanyak 164 ekor atau sekitar 24,22 dari total hasil tangkapan. Heterocarpus sp. tertangkap sebanyak 55 ekor atau sekitar 8,12 . Selain itu juga ditemukan 41 ekor dari berbagai jenis udang dan ikan lainnya dengan komposisi 6,06 . 26 Tabel 3 Jenis dan komposisi hasil tangkapan bubu pada masing-masing lokasi pemasangan bubu. No. Nama Latin Zona fotik Zona afotik Jumlah ekor Presentasi Jumlah ekor Presentasi 1 Heterocarpus hayastii 176 47,96 241 77,74 2 Heterocarpus sp. 30 8,17 25 8,06 3 Lamoha sp. 148 40,33 16 5,16 4 Plesionika sp. 9 2,45 12 3,87 5 Synaphobranchus kaupii 2 0,54 6 1,94 6 Macrocheira sp. 0,00 2 0,65 7 Gadella sp. 1 0,27 2 0,65 8 Grapsidae 1 0,27 2 0,65 9 Palinuridae 0,00 1 0,32 10 Ophidiidae 0,00 1 0,32 11 Ikan merah 0,00 1 0,32 12 Portunidae 0,00 1 0,32 Total 367 100,00 310 100 ,00 Hasil tangkapan bubu yang dioperasikan di zona fotik sebanyak 367 ekor. Heterocarpus hayastii merupakan jumlah terbanyak yang tertangkap oleh bubu, yaitu 176 ekor, sedangkan Lamoha sp. yang tertangkap sebanyak 148 ekor. Komposisi masing-masing jenis yaitu Heterocarpus hayastii 47,96 , Lamoha sp. 40,33 , Heterocarpus sp 8,17 , dan ikan lainya sebesar 3,54 . Hasil tangkapan bubu pada zona afotik didominasi oleh Heterocarpus hayastii dengan jumlah 241 ekor dari 310 ekor total hasil tangkapa n bubu. Komposisi masing-masing jenis yaitu Heterocarpus hayastii sebesar 77,74 , Heterocarpus sp. sebesar 8,06 , Lamoha sp.sebesar 5,16 dan sisanya 9,03 terdiri atas hasil tangkapan lainnya. Pada zona afotik ditemukan beberapa jenis ikan yang sebelumnya tidak ditemukan di zona fotik. 27 50 100 150 200 250 300 Heterocarpus hayastii Heterocarpus sp. Lamoha sp. lainnya Jenis hasil tangkapan Jumlah ekor zona fotik zona afotik Gambar 10 Komposisi hasil tangkapan dominan pada zona fotik dan afotik Pengukuran panjang terhadap Heterocarpus hayastii pada zona fotik diperoleh kisaran panjang 9,6 – 10,6 cm dengan rata-rata 10,2 cm. Sebanyak 58 ekor jenis ini tertangkap dengan berat berkisar 8,4 – 10,3 g dan rata-rata 8,4 g. Ukuran jenis ini yang tertangkap baik pada zona fotik maupun afotik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Heterocarpus hayastii yang tertangkap pada zona afotik memilik i panjang 9,8 – 11,2 cm. Sebaran panjang jenis ini menyebar dengan rata-rata 10,1 cm. Panjang maksimum yang tertangkap yaitu 15 cm. Adapun beratnya berkisar 6,3 – 9,2 g dengan rata-rata 8,6 g. 20 40 60 80 100 4.1-5.1 5.2-6.2 6.3-7.3 7.4-8.4 8.5-9.59.6-10.610.7-11.711.8-12.812.9-13.9 Selang panjang cm Jumlah individu ekor Gambar 11 Sebaran panjang Heterocarpus hayastii di zona fotik 28 20 40 60 80 100 120 140 2.3-3.7 3.8-5.2 5.3-6.7 6.8-8.2 8.3-9.7 9.8-11.211.3-12.712.8-14.214.3-15.7 Selang panjang cm Jumlah individu ekor Gambar 12 Sebaran panjang Heterocarpus hayastii di zona afotik 2 0 4 0 6 0 8 0 0.4-2.3 2.4-4.3 4.4-6.3 6.4-8.3 8.4-10.310.4-12.312.4-14.314.4-16.316.4-18.3 Selang berat g Jumlah individu ekor Gambar 13 Sebaran berat Heterocarpus hayastii di zona fotik 20 40 60 80 100 0.3-3.2 3.3-6.2 6.3-9.2 9.3-12.2 12.3-15.215.3-18.2 18.3-21.2321.3-24.224.3-27.2 Selang berat g Jumlah individu ekor Gambar 14 Sebaran berat Heterocarpus hayastii di zona afotik 29 Pada zona fotik Heterocarpus sp. paling banyak terta ngkap pada selang panjang 9,4 – 10,4 cm. Panjang maksimum yang tertangkap mencapai 11,5 cm dengan rata- rata 9,3 cm. Jenis ini memiliki berat berkisar 3,9 – 5,6 g dengan rata-rata 5,8 g. Sebanyak 14 ekor jenis Heterocarpus sp. yang tertangkap pada zona afotik memiliki panjang 10,5 – 11,2 cm dengan berat berkisar 7,3 – 11,3 g. Panjang dan berat rata- ratanya yaitu 10,9 cm dan 9,6 g. Ukuran jenis ini yang tertangkap pada zona fotik lebih kecil dibandingkan dengan yang tertangkap pada zona afotik. 2 4 6 8 1 0 1 2 1 4 1 6 1 8 5 - 6 6.1 - 7.1

7.2 - 8.2 8.3 - 9.3