Klasifikasi bubu Deskripsi dan konstruksi bubu

8 Keberadaan organisme laut dalam tidak terlepas dari kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap kondisi fisika kimia lingkungan yang ekstrim. Beberapa bentuk adaptasi organisme laut dalam yaitu: memiliki mata dan mulut yang besar, bentuk mata tubular, pewarnaan tubuh dan kemampuan bioluminensis. Bentuk mata tubular dan berukuran besar memungkinkan organisme laut dalam dapat menangkap semua cahaya yang masuk ke dalam perairan pada kondisi intensitas cahaya yang sangat rendah. Pada kondisi yang miskin bahan pakan, mulut ikan didesain untuk mampu menangkap mangsa walaupun ukurannya lebih besar dari ukuran tubuhnya sendiri. Mulut ini juga dilengkapi dengan gigi yang panjang dan melengkung ke arah tengkorak sehingga mangsa yang tertangkap tidak mudah terlepas. Pada beberapa ikan memiliki pewarnaan abu-abu keperakan atau hitam, sedangkan pada jenis crustacea cenderung merah cerah Nybakken, 1982. Ada bebarapa hipotesis yang menjelaskan keragaman biota laut dalam, salah satunya yaitu ”hipotesis luas”. Hipotesis ini memberikan penjelasan tentang meningkatnya keragaman biota dengan meningkatnya kedalaman. Hal ini didasari adanya korelasi positif antara jumlah spesies dengan luas. Keragaman laut dalam tertinggi karena laut dalam merupakan habitat bahari yang paling luas. Namun hal ini hanya berlaku di Laut Atlantik, sedangkan di Laut Pasifik tidak demikian. Di Laut Pasifik kedua komponen keragaman kepadatan spesies dan kelimpahan nisbi terdapat paling tinggi di kedalaman pertengahan zona batial.

2.2 Unit Penangkapan Bubu

2.2.1 Klasifikasi bubu

Bubu digolongkan ke dalam static gear, yaitu alat penangkap ikan yang pengoperasiannya bersifat pasif Sainsbury, 1996. Menurut von Brandt 1984 bubu termasuk ke dalam kelompok perangkap, yaitu alat penangkap ikan yang menghadang arah ruaya ikan. Berdasarkan cara pengoperasiannya dikenal tiga macam bubu, yaitu bubu dasar stationary fish pots, bubu apung floating fish pots dan bubu hanyut drifting fish pots Subani dan Barus, 1989. Sainsbury 1996, membagi bubu ke dalam dua 9 kelompok yaitu: inshore potting dan offshore potting. Inshore potting biasanya dioperasikan di daerah estuaria, teluk hingga perairan dengan kedalaman 75 m. Offshore potting merupakan bubu yang dioperasikan untuk perairan dalam hingga mencapai kedalaman 730 m.

2.2.2 Deskripsi dan konstruksi bubu

Bubu adalah alat penangkap ikan yang didesain untuk menangkap berbagai jenis ikan dan crustacea, dengan berbagai bentuk dan terbuat dari berbagai bahan. Bubu memiliki satu atau lebih bukaan mulut. Bubu biasanya dioperasikan di dasar perairan dengan sistem tunggal maupun rawai. Dalam pengoperasiannya bisa diberi umpan atau tidak. Bubu dilengkapi dengan tali pelampung untuk menghubungkan bubu dengan pelampung. Pelampung berfungsi untuk menunjukkan posisi pemasangan bubu Nédéléc et al. 1990. Bentuk bubu bermacam- macam, masing-masing daerah memiliki bentuk yang berbeda-beda. Hal ini disesuaikan dengan kondisi perairan tempat bubu dioperasikan dan target tangkapan yang diinginkan. Bentuk bubu yang ada antara lain: bujur sangkar cages, segi banyak, silinder cylindrical, bulat setengah lingkaran, dan segitiga memanjang Subani dan Barus, 1989. Pada umumnya bubu disusun oleh rangka frame, badan body, dan mulut funel. Rangka biasanya terbuat dari bahan yang kuat seperti lempengan besi, besi behel, bambu atau kayu yang bentuknya disesuaikan dengan konstruksi bubu yang diinginkan. Rangka berfungsi untuk mempertahankan bentuk bubu selama pengoperasian di laut. Badan adalah bagian bubu yang berbentuk rongga tempat ikan terkurung yang biasanya terbuat dari bahan anyaman kawat, jaring atau bambu. Mulut merupakan lubang tempat masuknya ikan ke dalam bubu. Jumlah mulut, ukuran, dan bentuk mulut bubu bervariasi disesuaikan dengan jenis ikan yang akan ditangkap. Bentuk konstruksi mulut bubu pada umumnya mengecil ke arah dalam. Konstruksi mulut yang demikian akan menyebabkan ikan yang sudah berada di dalam badan tidak dapat keluar dari bubu Subani dan Barus, 1989. Pada beberapa bubu terkadang juga dilengkapi dengan pintu dan tempat umpan. 10

2.2.3 Metode pengoperasian bubu