Komposisi Hasil Tangkapan Percobaan pengoperasian bubu pada zona fotik dan apotik di teluk Palabuhanratu

38 Kecepatan arus yang lebih besar memberikan penambahan beban pada pengangkatan bubu. Hal ini dapat dilihat bahwa kecepatan tarikan bubu yang dioperasikan di zona afotik tidak menunjukkan perbedaan pada setiap urutan penarikan bubu. Alat ini memiliki kelebihan dimana kecepatan putaran mesin dapat diatur untuk selanjutnya direduksi oleh bagian pereduksi. Perubahan kecepatan tersebut disesuaikan dengan kondisi tegangan tali utama. Pada saat beban bertambah akibat pengaruh arus putaran dikurangi untuk meminimalisasi putusnya tali utama. Kendala yang terjadi dapat ditanggulangi dengan melakukan perawatan rutin baik bagian mesin penggerak maupun pereduksi putaran. Perawatan mesin penggerak dapat dilakukan seperti halnya perawatan pada mesin berbahan bakar bensin lainnya seperti pengecekan karburator, sistem perapian, dan penggantian oli mesin. Pemberian pelumas pada bagian pereduksi putaran terutama gear akan mengurangi gesekan, memperlancar putaran gear dan memperlambat proses keausan.

5.2 Komposisi Hasil Tangkapan

Hasil tangkapan bubu laut dalam sebagian besar memiliki nilai ekonomis yang tinggi diantaranya dari famili Pandalidae dan Palinuridae untuk jenis udang dan lobster laut dalam, sedangkan untuk jenis ikan termasuk kelompok famili Ophidiidae, Moridae dan Synaphobranchidae. Beberapa jenis udang dari famili Pandalidae telah dikomersialisasikan dan dikonsumsi di Jepang Sumino dan Iskandar,1993. Penyebaran udang laut dalam sangat erat kaitannya dengan kedalaman suatu perairan. Setiap jenis menyenangi dan hidup pada kisaran kedalaman tertentu. Pada kedalaman kurang dari 400 m banyak dihuni oleh jenis udang yang berukuran kecil seperti Parapandalus serratitrons dan Plesionika longirostis. Jenis Heterocarpus leavigatus banyak tertangkap pada kedalaman lebih dari 400 m, sedangkan pada kedalaman lebih dari 500 m dihuni oleh jenis Heterocarpus gibbosus King, 1986 diacu dalam Sumiono dan Isakandar, 1993. Hal ini memungkinkan terjadiya interaksi satu jenis udang dengan jenis lainnya, sehingga pada setiap lapisan kedalaman dihuni oleh beberapa jenis udang. Interkasi tersebut berupa fenomena migrasi vertikal organisme pada saat malam hari. Jenis Heterocarpus hayastii lebih 39 sering ditangkap oleh bubu yang direndam pada malam hari. Begitu juga halnya untuk ikan, lebih sering tertangkap pada pengangkatan bubu di pagi hari. Heterocarpus hayastii ditemukan pada setiap kedalaman pemasangan bubu, yaitu 150 – 250 m. Jenis ini paling banyak ditemukan dan mendominasi ekosistem perairan Teluk Palabuhanratu. Keberadaan jenis ini dimungkinkan karena kondisi fisika kimia perairan masih mendukung untuk kehidupannya. Ketersediaan pakan dari wilayah di atasnya akan sangat mempengaruhi keberadaan organisme di suatu perairan, khususnya perairan laut dalam dimana sumber makanan berasal dari materi organik yang berasal dari kolom perairan di atasnya Tyler, 2003. Ketersediaan pangan yang melimpah di wilayah ini mengakibatkan Heterocarpus hayastii dapat melangsungkan kehidupannya. Masuknya jenis udang ini ke dalam bubu untuk mencari makanan. Begitu juga halnya dengan jenis lainnya yaitu Heterocarpus sp. dan Plesionika sp. walaupun dengan jumlah yang lebih sedikit. Jenis udang ini banyak ditemukan di beberapa laut dalam di dunia seperti Malaysia, Singapura, Australia dan perairan wilayah Indonesia timur Lovett, 1981; Sumiono dan Iskandar,1993. Famili Pandalidae merupakan jenis udang yang banyak hidup di perairan pantai yang bersubstrat lumpur atau berbatu. Selama masa perkembangan hidup di dasar perairan yang kaya akan makanan yaitu pada kedalaman 70 – 90 m. Heterocarpus sp. yang tertangkap oleh bubu pada zona fotik memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan pada zona afotik. Pada fase perkembangan dibutuhkan persedian makanan yang mencukupi. Jenis ini termasuk hewan karnivora yang memakan cacing polikaeta dan krus tasea lainnya. Sistem reproduksinya famili ini hermaprodit protandri, yaitu organisme yang di dalam tubuhnya mempunyai gonad sehingga dapat mengadakan proses diferensiasi dari fase jantan ke fase betina. Proses diferensiasi gonad terjadi pada ukuran 90 - 120 mm. Pada udang jantan panjang maksimum mencapai 152 mm dan 192 mm untuk udang betina. Hasil tangkapan yang tertangkap masih dalam proses diferenisasi gonad. Sebagian besar udang yang tertangkap masih belum bertelur, hanya beberapa udang betina yang sedang bertelur tertangkap bubu. 40 Lamoha sp. lebih banyak tertangkap pada kedalaman pemasangan 160 – 170 m zona fotik. Hal ini dimungkinkan kemampuan adaptasi terhadap tekanan hidrostatiknya sempit sehingga wilayah penyebarannya terbatas. Tertangkapnya Lamoha sp. pada zona afotik dimungkinkan merupakan proses menghindari pemangsa dengan berada pada lapisan yang lebih dalam. Jenis kepiting ini kurang ekonomis karena memiliki kandungan daging yang sangat sedikit. Namun belum ada informasi yang jelas mengenai kandungan kimia dan bahan aktif dari spesies ini yang dapat dimanfaatkan dalam bidang farmasi. Synapobranchus kaupii Kaup’s arrowtooth eel yang termasuk ke dalam famili Synaphobranchidae merupakan jenis ikan yang paling banyak ditemukan selama penelitian. Famili ini banyak hidup pada wilayah batidemersal dengan kedalaman 236 – 3.200 m. Panjang maksimum yang dapat dicapai yaitu 100 cm. Jenis ini merupakan pemangsa bagi decapoda, natantia, amphiopoda, ikan kecil dan cephalopoda Johnson, 1862. Jenis ini banyak ditemukan dalam bubu pada zona afotik yang diangkat pada pagi hari. Masuknya jenis ini ke dalam bubu adalah untuk mencari makan. Hal ini dibuktikan dengan ditemukanya beberapa ekor udang di dalam perutnya. Kondisi ini sesuai dengan sifat famili Synaphobranchidae yang aktif mencari makan pada malam hari dengan jenis ini berperan sebagai predator di dalam ekosistem laut dalam Johnson, 1862. Pada zona afotik mulai ditemukan jenis ikan yang sebelumnya tidak ditemukan di zona fotik. Walaup un jumlahnya sangat sedikit tetapi mengindikasikan keberadaan sumberdaya ikan laut dalam di perairan Teluk Palabuhanratu. Hal ini selaras dengan penelitian sebelumnya di perairan Indonesia timur perairan Tanimbar dan Laut Timor. Famili Ophidiidae paling sering tertangkap di perairan ini dan memiliki toleransi terhadap kedalaman hingga 1.000 m. Penyebaran sumberdaya ikan laut dalam di perairan tersebut tertinggi pada kedalaman 400 – 600 m, sedangkan terendah pada kedalaman 200 – 300 m Junus et al. 1993. Famili Moridae menghuni wilayah perairan benthopelagis pada kedalaman 200 sampai 800 m dan agak melimpah pada bagian atas paparan Vaillant, 1888. Selain itu masih ditemukan beberapa jenis kepiting dan lobster. 41 Heterocarpus hayastii sebagian besar tertangkap oleh bubu yang diangkat pada pagi hari. Hal ini dimungkinkan terjadinya pergerakan atau migrasi vertikal jenis ini ke daerah yang lebih dangkal. Hal serupa juga dijumpai pada jenis Lamoha sp. Pergerakan ini dilakukan oleh organisme laut dalam untuk mencari makanan. Jenis udang dan kepiting adalah hewan nokturnal yang aktif pada malam hari. Menjelang pagi akan kembali menuju lapisan yang lebih dalam untuk menghindari pemangsa.

5.3 Keanekaragaman Hasil Tangkapan