29 Pada zona fotik Heterocarpus sp. paling banyak terta ngkap pada selang panjang
9,4 – 10,4 cm. Panjang maksimum yang tertangkap mencapai 11,5 cm dengan rata- rata 9,3 cm. Jenis ini memiliki berat berkisar 3,9 – 5,6 g dengan rata-rata 5,8 g.
Sebanyak 14 ekor jenis Heterocarpus sp. yang tertangkap pada zona afotik memiliki panjang 10,5 – 11,2 cm dengan berat berkisar 7,3 – 11,3 g. Panjang dan berat rata-
ratanya yaitu 10,9 cm dan 9,6 g. Ukuran jenis ini yang tertangkap pada zona fotik lebih kecil dibandingkan dengan yang tertangkap pada zona afotik.
2 4
6 8
1 0 1 2
1 4 1 6
1 8
5 - 6 6.1 - 7.1
7.2 - 8.2 8.3 - 9.3
9.4 -10.4 10.5 - 11.5 Selang panjang cm
Jumlah individu ekor
Gambar 15 Sebaran panjang Heterocarpus sp. di zona fotik
2 4
6 8
10 12
14 16
9.7-10.4 10.5-11.2
11.3-12 12.1-12.8
12.9-13.6 13.7-14.4
Selang panjang cm Jumlah individu ekor
Gambar 16 Sebaran panjang Heterocarpus sp. di zona afotik
30
2 4
6 8
10
0.3-2 2.1-3.8
3.9-5.6 5.7-7.4
7.5-9.2 9.3-11
Selang berat g Jumlah individu ekor
Gambar 17 Sebaran berat Heterocarpus sp. di zona fotik
2 4
6 8
10 12
14 16
3.2-7.2 7.3-11.3
11.4-15.4 15.5-19.5
19.6-23.6 23.7-27.7
Selang berat g Jumlah individu ekor
Gambar 18 Sebaran berat Heterocarpus sp. di zona afotik
Sebaran panjang Lamoha sp. pada zona fotik menyebar hampir seragam. Sebanyak 31 ekor tertangkap dengan panjang 5,1 – 5,6 cm. Jenis ini memiliki berat
berkisar 1,8 – 16,1 g. Rata-rata panjang dan berat Lamoha sp. adalah 4,3 cm dan 42,3 g. Pengukuran terhadap Lamoha sp. pada zona afotik memperlihatkan paling
banyak tertangkap dengan panjang 2 – 2,7 cm dan berat 2,1 – 20,9 g. Adapun rata- rata panjang dan beratnya adalah 3,7 cm dan 34,4 g. Ukuran jenis ini yang tertangkap
di zona fotik lebih besar dibandingkan yang tertangkap di zona afotik.
31
5 10
15 20
25 30
35
1.5-2 2.1-2.6 2.7-3.2 3.3-3.8 3.9-4.4 4.5-5 5.1-5.6 5.7-6.2 6.3-6.8
Selang panjang cm Jumlah individu ekor
Gambar 19 Sebaran panjang Lamoha sp. di zona fotik
1 2
3 4
5 6
7 8
2-2.7 2.8-3.5
3.6-4.3 4.4-5.1
5.2-5.9 Selang panjang cm
Jumlah individu ekor
Gambar 20 Sebaran panjang Lamoha sp. di zona afotik
10 20
30 40
50
1.8-16.116.2-30.530.6-44.9 45-59.359.4-73.773.8-88.1 88.2-102.5
102.6-116.9117-131.3 Selang berat g
Jumlah individu ekor
Gambar 21 Sebaran berat Lamoha sp. di zona fotik
32
2 4
6 8
1 0 1 2
2.1-20.9 21-39.8
39.9-58.7 58.8-77.6
77.7-96.5 Selang berat g
Jumlah individu ekor
Gambar 22 Sebaran berat Lamoha sp. di zona afotik
4.3 Keragaman Hasil Tangkapan
Pengamatan keragaman dilakukan untuk melihat kekayaan jenis yang ditemukan dilihat dari jumlah spesies yang ditemukan, kestabilan komunitas dan
dominasi antar spesies. Analisis keragaman yang meliputi indeks keanekaragaman
H’, keseragama n E dan dominasi C dapat dilihat pada Gambar 23.
Hasil tangkapan pada zona fotik lebih beragam dibandingkan dengan zona afotik. Keanekaragaman hasil tangkapan pada zona fotik rendah, yaitu 1,07.
Keanekaragaman jenis menunjukkan penurunan seiring dengan bertambahnya kedalaman pemasangan bubu. Keanekaragaman tertinggi pada kedalaman 148 m.
Pada zona afotik indeks keanekaragaman sebesar 0,93 dan berfluktuasi berdasarkan kedalaman. Keanekaragaman hasil tangkapan mengalami penurunan pada kedalaman
230 m da n mulai meningkat pada kedalaman 250 m. Beberapa jenis ikan laut dalam mulai tertangkap bubu pada kedalaman 210 m. Jenis-jenis ikan ini belum tertangkap
pada zona fotik. Diperkirakan terjadi trend kenaikan keanekaragaman pada kedalaman 150-200 m. Daerah ini merupakan wilayah peralihan antara zona fotik dan
afotik, yaitu pada kedalaman 200 m. Hasil tangkapan pada zona fotik lebih seragam dibandingkan zona afotik.
Keseragaman hasil tangkapan baik pada zona fotik maupun afotik termasuk kategori sedang dan rendah dengan masing-masing sebesar 0,55 dan 0,37. Keseragaman
33 terendah pada zona fotik ditemukan pada kedalaman 150 m, dimana hasil tangkapan
didominasi oleh Heterocarpus hayastii sebanyak 86 ekor. Dominasi jenis ini mengakibatkan ekosistem mengalami tekana n ekologis. Keseragaman pada zona
afotik mengalami fluktuasi berdasarkan kedalaman. Keseragaman tertinggi terjadi pada kedalaman pemasangan bubu 230 m. Heterocarpus hayastii juga mendominasi
hasil tangkapan di zona afotik. Spesies yang mendominasi hasil tangkapan yaitu Heterocarpus hayastii
masing-masing sebesar 0,40 pada zona fotik dan 0,60 pada zona afotik. Dominasi pada zona fotik termasuk rendah sedangkan pada zona afotik termasuk kategori
sedang. Indeks dominasi berbanding terbalik dengan indeks keseragaman. Keseragaman yang tinggi cenderung menunjukkan kecilnya peluang jenis tertentu
mendominasi hasil tangkapan.
0.2 0.4
0.6 0.8
1 1.2
H C
E Aspek keragaman
Indeks
zona fotik zona afotik
Keterangan: H’ : indeks keanekaragaman
C : indeks dominasi E : indeks keseragaman
Gambar 23 Indeks keanekaragaman, dominasi dan keseragaman hasil tangkapan bubu di zona fotik dan afotik
34
Kedalaman zona fotik m
0.2 0.4
0.6 0.8
1 1.2
1.4 1.6
1.8
145 148
150 160
170 210
220 230
240 250
Kedalaman zona afotik m Indeks
Gamber 24 Indeks keanekaragaman hasil tangkapan bubu berdasarkan kedalaman
Kedalaman zona fotik m
0.2 0.4
0.6 0.8
1
145 148
150 160
170 210
220 230
240 250
Kedalaman zona afotik m Indeks
Gamber 25 Indeks keseragaman hasil tangkapan bubu berdasarkan kedalaman
Kedalaman zona fotik m
0.2 0.4
0.6 0.8
1
145 148
150 160
170 210
220 230
240 250
Kedalaman zona afotik m Indeks
Gamber 26 Indeks dominasi hasil tangkapan bubu berdasarkan kedalaman
35
4.4 Pengaruh Lokasi Pemasangan Bubu Terhadap Hasil Tangkapan 4.4.1 Hasil tangkapan