Pengaruh Penyuluhan Tentang Deteksi Dini Kanker Payudara Terhadap Pengetahuan Pelajar Kelas XII di SMAN 1 Bengkulu Selatan Tahun 2015

(1)

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG DETEKSI DINI

KANKER PAYUDARA TERHADAP PENGETAHUAN

PELAJAR KELAS XII DI SMAN 1 BENGKULU SELATAN

TAHUN 2015

Oleh:

SOFYA AZHARNI 120100324

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG DETEKSI DINI

KANKER PAYUDARA TERHADAP PENGETAHUAN

PELAJAR KELAS XII DI SMAN 1 BENGKULU SELATAN

TAHUN 2015

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Sarjana Kedokteran

Oleh:

SOFYA AZHARNI 120100324

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(3)

(4)

ABSTRAK

Latar Belakang: Kanker payudara merupakan keganasan yang terjadi pada payudara. Saat ini kanker payudara menjadi ancaman yang serius di dunia. Prevalensi kanker payudara di Indonesia tergolong cukup tinggi. Prevalensi yang tinggi ini dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang tindakan pencegahan dan deteksi dini terhadap kanker payudara. Berbagai upaya dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat salah satunya dengan memberikan pendidikan kesehatan atau penyuluhan sejak dini.

Tujuan: Mengetahui pengaruh penyuluhan tentang deteksi dini kanker payudara terhadap pengetahuan pelajar kelas XII di SMAN 1 Bengkulu Selatan tahun 2015.

Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah pre experimental design dengan menggunakan rancangan one group pre-test post-test. Terdapat 50 sampel yang dipilih dengan teknik simple random sampling. Responden diberikan kuesioner pre-test dan dilanjutkan dengan pemberian penyuluhan. Kemudian sampel diberikan kembali kuesioner post-test. Analisis data yang digunakan adalah uji Wilcoxon.

Hasil: Tingkat pengetahuan responden pada pre-test adalah kategori kurang (80%), sedangkan pada post-test tingkat pengetahuan responden menjadi kategori baik (94%). Dari uji Wilcoxon diperoleh nilai significancy (sig) sebesar 0,000 (p <0,05). Hal ini menunjukan adanya pengaruh penyuluhan tentang deteksi dini kanker payudara terhadap tingkat pengetahuan.

Kesimpulan: Penyuluhan tentang deteksi dini kanker payudara memberikan pengetahuan efektif terhadap pelajar kelas XII

Kata Kunci: penyuluhan, tingkat pengetahuan, deteksi dini kanker payudara, pelajar SMA kelas XII


(5)

ABSTRACT

Background: Breast cancer is a malignancy that occurs in the breast. Currently it is a serious threat in the world. The prevalence of this cancer in Indonesia is quite high. It is caused the lack of society knowledge of prevention and early detection of breast cancer. Various efforts can be made in order to increase society knowledge. One of the ways is giving health education or early elucidation.

Objective: To explore the influence of elucidation of early detection of breast cancer towards the knowledge of XII grade students of Senior High School (SMAN) 1 South Bengkulu academic year 2015.

Methods: This research was a pre experimental design using one group pre-test post-test plan. There were 50 samples chose by simple technique of random sampling. The respondents were given pretest questionnaire, then continued by giving the eludation. After that, the samples were given posttest questionnaire. The data analysis used was Wilcoxon test.

Results: The level of respondents knowlewdge in pre-test was at less category (80%), while in post-test the knowledge level of respondents became good category (94%). Through Wilcoxon test it was got the significancy value (sig) 0,000 (p < 0,05). This showed that there was an influence of elucidation of breast cancer early detection towards the level of knowledge.

Conclusion: Elucidation of early detection of breast cancer gives an effective knowledge towards XII grade students.

Keywords: elucidation, knowledge level, early detection of breast cancer, students of class XII


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, atas rahmat dan karunianya serta teriring salam pada junjungan Nabi Muhammad SAW sehingga penulis dapat

menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Pengaruh Penyuluhan Tentang Deteksi Dini Kanker Payudara Terhadap Pengetahuan Pelajar Kelas XII di SMAN 1 Bengkulu Selatan Tahun 2015”. Karya tulis ilmiah merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki seorang dokter dan syarat untuk mencapai gelar Sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Didalam pembuatan karya tulis ilmiah ini penulis melibatkan banyak pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, tanpa bantuan dan bimbingan mereka niscaya karya tulis ilmiah ini tidak dapat diselesaikan oleh penulis. Oleh karena itulah pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Lidya Imelda Laksmi, M.Ked(PA), Sp.PA selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan banyak waktunya untuk memberi bimbingan dan pengarahan sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. 3. dr. Bayu Rusfandi Nasution, M.ked(PD), Sp.PD dan dr. Aliandri, Sp.

THT-KL selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan untuk penulisan karya tulis ilmiah ini.

4. Kepala Sekolah SMAN 1 Bengkulu Selatan, Drs. H. Agustinus Suharto, M.Pd dan seluruh staf yang telah memberikan izin pelaksanaan penelitian dan pengambilan data untuk kepentingan penelitian.

5. Kedua orang tua penulis yaitu Repolo Azhar, ST dan Surayah, M.Pd, serta adik penulis yaitu Revaldi Akbar yang selalu mendoakan, memberikan dorongan dan semangat serta bantuan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.


(7)

6. Teman-teman seperjuangan di FK USU stambuk 2012, khususnya untuk sahabat-sahabatku Intan, Maya, Reno, Nahri, Tami, Laila, Henny, Ica, serta para sahabat yang selalu ada selama ini Amel, Ana, Dina, Ria, Maya, Reza yang telah sangat membantu dari proses pengambilan data sampai penulisan karya tulis ilmiah ini.

7. Adik-adik Kelas XII SMAN 1 Bengkulu Selatan tahun ajaran 2015-2016 sebagai subyek penelitian atas kesediaan dan kerjasamanya dalam proses pengambilan data dan penyuluhan.

8. Semua pihak yang telah membantu yang penulis tidak dapat sebutkan satu per satu.

Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu kedokteraan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ilmiah ini belum begitu sempurna, hal tersebut dikarenakan keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki penulis, ibarat kata pepatah tak ada gading yang tak retak. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun, guna perbaikan penelitian pada masa yang akan datang.

Medan, Desember 2015 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Sampul ... i

Halaman Judul ... ii

Halaman Persetujuan ... iii

Abstrak ... iv

Abstract ... v

Kata Pengantar ... vi

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... xi

Daftar Gambar ... xii

Daftar Singkatan ... xiii

Daftar Lampiran ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 4

1.3.Tujuan Penelitian... 4

1.4.Manfaat Penelitian... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Anatomi Payudara ... 6

2.2.Kanker Payudara ... 11

2.2.1. Definsi Kanker Payudara ... 11

2.2.2. Epidemiologi Kanker Payudara ... 11

2.2.3. Etiologi dan Faktor Risiko Kanker Payudara ... 12

2.2.4. Manifestasi Klinis Kanker Payudara ... 14

2.2.5. Penegakan Diagnosa Kanker Payudara ... 15

2.2.6. Klasifikasi Stadium Kanker Payudara ... 17

2.2.7. Penatalaksanaan Kanker Payudara ... 18


(9)

2.2.9. Pencegahan Kanker Payudara ... 21

2.3.Deteksi Dini Kanker Payudara dengan SADARI ... 23

2.3.1. Definisi SADARI ... 24

2.3.2. Tujuan SADARI ... 24

2.3.3. Waktu untuk Melakukan SADARI ... 24

2.3.4. Cara Melakukan SADARI ... 24

2.4.Penyuluhan Kesehatan ... 28

2.5.Pengetahuan atau Knowledge ... 31

2.6.Hubungan Penyuluhan dengan Pengetahuan ... 33

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 34

3.2. Definisi Operasional... 34

3.3. Hipotesis ... 35

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1.Jenis Penelitian ... 36

4.2.Lokasi dan Waktu Penelitian... 36

4.2.1. Lokasi Penelitian ... 36

4.2.2.Waktu Penelitian ... 36

4.3.Populasi dan Sampel Penelitian ... 36

4.3.1. Populasi Penelitian ... 36

4.3.2. Sampel Penelitian ... 37

4.3.3. Kriteria Sampel Penelitian ... 39

4.4.Metode Pengumpulan Data ... 39

4.4.1. Instrumen Penelitian ... 39

4.4.2. Jenis Data Penelitian ... 40

4.4.3. Rancangan Kegiatan Pengumpulan Data ... 41

4.5.Metode Pengolahan Data ... 41

4.6.Metode Analisis Data ... 42

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1.Hasil Penelitian ... 44


(10)

5.1.2.Karakteristik Responden ... 45 5.1.3.Distribusi Tingkat Pengetahuan Hasil Pre-test dan

Post-test ... 46 5.1.4.Tingkat Pengetahuan Pre-test dan Post-test Berdasarkan

Jenis kelamin ... 47 5.1.5.Tingkat Pengetahuan Pre-test dan Post-test Berdasarkan

Umur ... 48 5.1.6.Distribusi Frekuensi Jawaban Pada Pre-test dan

Post-test Beradasarkan Jenis Pertanyaan ... 50 5.1.7.Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan ... 52 5.2.Pembahasan ... 53 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.Kesimpulan... 57 6.2.Saran ... 57 DAFTAR PUSTAKA ... 58 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1. Fase Perkembangan Payudara 10

Tabel 2.2. Angka Kejadian dan Kematian Kanker pada Wanita di Dunia 12 Tabel 2.3. Prevalensi Kanker Payudara di Indonesia 12

Tabel 4.1. Karakteristik Responden 45

Tabel 4.2. Distribusi Tingkat Pengetahuan Hasil Pre-test dan Post-test 46 Tabel 4.3. Distribusi Tingkat Pengetahuan Hasil Pre-test Berdasarkan

Jenis Kelamin 47

Tabel 4.4. Distribusi Tingkat Pengetahuan Hasil Post-test Berdasarkan

Jenis Kelamin 48

Tabel 4.5. Distribusi Tingkat Pengetahuan Hasil Pre-test Berdasarkan

Umur 49

Tabel 4.6. Distribusi Tingkat Pengetahuan Hasil Post-test Berdasarkan

Umur 50

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Jawaban Pada Pre-test dan Post-test

Berdasarkan Jenis Pertanyaan 51


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1. Kelenjar Payudara Potongan Anterolateral 7

Gambar 2.2. Kelenjar Payudara Potongan Sagital 8

Gambar 2.3. Vaskularisasi Kelenjar Payudara 9

Gambar 2.4. Saluran Limfe pada Kelenjar Payudara 10 Gambar 2.5. Diagram Alur untuk Pencegahan Kanker Payudara 22

Gambar 2.6. Tahap 1 SADARI 25

Gambar 2.7. Tahap 2 SADARI 25

Gambar 2.8. Tahap 3 SADARI 26

Gambar 2.9. Tahap 4 SADARI 26

Gambar 2.10. Tahap 5 SADARI 27

Gambar 2.11. Tahap 6 SADARI 27

Gambar 2.12. Diagram Hubungan Status Kesehatan, Perilaku, dan Promosi

Kesehatan 33


(13)

DAFTAR SINGKATAN

ASI Air Susu Ibu

AVA Audio Visual Aids

BAJAH Biopsi Aspirasi Jarum Halus

BCL-2 B Cell Lymphoma-2

BCT Breast Conserving Treatment

BRCA Breast Cancer

BSE Breast Self Examination

CA Cancer Antigen

CEA Carcinoembryonic Antigen

CT-scan Computerized Tomography Scanner

ER Estrogen Receptor

FNAB Fine Needle Aspiration Biopsy

Her-2 Human Epidermal Growth Factor Receptor-2 IARC Internasional Agency for Research on Cancer IHC Immuno Histo Chemistry

Kemenkes Kementeriaan Kesehatan

KGB Kelenjar Getah Bening

KPD Kanker Payudara

MRI Magnetic Resonance Imaging

p53 Protein 53

PERABOI Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia

PL Penyehatan Lingkungan

PP Pengendalian Penyakit

PR Progesteron Receptor

Pusdatin Pusat Data dan Informasi Riskesdas Riset Kesehatan Dasar

SADARI Pemeriksaan Payudara Sendiri SARANIS Pemeriksaan Payudara Klinis

USG Ultrasonography

VEGF Vascular Endothelial Growth Factor WHO World Health Organization


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Riwayat Hidup Peneliti

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian Lampiran 3 Lembar Penjelasan

Lampiran 4 Lembar Pernyataan Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)

Lampiran 5 Persetujuan Komisi Etik Tentang Pelaksanaan Penelitian Bidang Kesehatan

Lampiran 6 Permohonan Izin di Tempat Penelitian

Lampiran 7 Persetujuan Penelitian di SMAN 1 Bengkulu Selatan Lampiran 8 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Lampiran 9 Data Induk Responden

Lampiran 10 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Lampiran 11 Distribusi Karakteristik Responden

Lampiran 12 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden

Lampiran 13 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Lampiran 14 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Umur Lampiran 15 Distribusi Frekuensi Jawaban Pada Pre-Test dan Post-Test Tiap

Pertanyaan

Lampiran 16 Uji Normalitas Data Pre-Test dan Post-Test Lampiran 17 Hasil Analisis Uji Beda (Wilcoxon)


(15)

ABSTRAK

Latar Belakang: Kanker payudara merupakan keganasan yang terjadi pada payudara. Saat ini kanker payudara menjadi ancaman yang serius di dunia. Prevalensi kanker payudara di Indonesia tergolong cukup tinggi. Prevalensi yang tinggi ini dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang tindakan pencegahan dan deteksi dini terhadap kanker payudara. Berbagai upaya dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat salah satunya dengan memberikan pendidikan kesehatan atau penyuluhan sejak dini.

Tujuan: Mengetahui pengaruh penyuluhan tentang deteksi dini kanker payudara terhadap pengetahuan pelajar kelas XII di SMAN 1 Bengkulu Selatan tahun 2015.

Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah pre experimental design dengan menggunakan rancangan one group pre-test post-test. Terdapat 50 sampel yang dipilih dengan teknik simple random sampling. Responden diberikan kuesioner pre-test dan dilanjutkan dengan pemberian penyuluhan. Kemudian sampel diberikan kembali kuesioner post-test. Analisis data yang digunakan adalah uji Wilcoxon.

Hasil: Tingkat pengetahuan responden pada pre-test adalah kategori kurang (80%), sedangkan pada post-test tingkat pengetahuan responden menjadi kategori baik (94%). Dari uji Wilcoxon diperoleh nilai significancy (sig) sebesar 0,000 (p <0,05). Hal ini menunjukan adanya pengaruh penyuluhan tentang deteksi dini kanker payudara terhadap tingkat pengetahuan.

Kesimpulan: Penyuluhan tentang deteksi dini kanker payudara memberikan pengetahuan efektif terhadap pelajar kelas XII

Kata Kunci: penyuluhan, tingkat pengetahuan, deteksi dini kanker payudara, pelajar SMA kelas XII


(16)

ABSTRACT

Background: Breast cancer is a malignancy that occurs in the breast. Currently it is a serious threat in the world. The prevalence of this cancer in Indonesia is quite high. It is caused the lack of society knowledge of prevention and early detection of breast cancer. Various efforts can be made in order to increase society knowledge. One of the ways is giving health education or early elucidation.

Objective: To explore the influence of elucidation of early detection of breast cancer towards the knowledge of XII grade students of Senior High School (SMAN) 1 South Bengkulu academic year 2015.

Methods: This research was a pre experimental design using one group pre-test post-test plan. There were 50 samples chose by simple technique of random sampling. The respondents were given pretest questionnaire, then continued by giving the eludation. After that, the samples were given posttest questionnaire. The data analysis used was Wilcoxon test.

Results: The level of respondents knowlewdge in pre-test was at less category (80%), while in post-test the knowledge level of respondents became good category (94%). Through Wilcoxon test it was got the significancy value (sig) 0,000 (p < 0,05). This showed that there was an influence of elucidation of breast cancer early detection towards the level of knowledge.

Conclusion: Elucidation of early detection of breast cancer gives an effective knowledge towards XII grade students.

Keywords: elucidation, knowledge level, early detection of breast cancer, students of class XII


(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kanker merupakan salah satu golongan penyakit tidak menular (Riskesdas, 2013). Masyarakat umumnya takut terhadap kanker karena penderitaan pasien yang berat, menyedihkan, dan mematikan (Rasjidi, 2013). Dewasa ini kanker menjadi salah satu penyakit yang menjadi masalah serius kesehatan masyarakat baik di dunia maupun di Indonesia. Hal ini dikarenakan prevalensi angka kejadian kanker dari tahun ketahun terus merangkak naik dan diikuti dengan angka kematiannya yang juga meningkat (Supriyanto, 2010).

Menurut World Health Organization (WHO), kanker bersama dengan penyakit kardiovaskular merupakan golongan penyakit tidak menular yang menyebabkan kematian terbesar wanita di dunia. Terdapat 14% kasus kematian wanita yang disebabkan karena kanker. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Internasional Agency for Research on Cancer (IARC) pada tahun 2012 terdapat 14,1 juta kasus baru kanker di dunia dan 8,2 juta kematian karena kanker. Penyabab kematian paling banyak adalah kanker paru yaitu 1,59 juta kematian sementara kanker payudara menyebabkan 512.000 kematian (IARC, 2012).

Pada laki laki terdapat kasus kanker (kecuali non-melanoma skin cancer) sebanyak 7.410.376 di dunia. Kanker paru menjadi kanker paling banyak di temukan dengan prevalensi 16,8% atau sebanyak 1.241.601 kejadian sedangkan angka mortalitasnya 23,6% atau 1.098.702 kematian. Kemudian diikuti degan kanker prostat (14,8%), kolorektum (10,1%), dan lambung (8,5%). Sementara itu pada wanita terdapat kasus kanker (kecuali non-melanoma skin cancer) sebanyak 6.657.518, kanker dengan angka prevalensi tertinggi yaitu kanker payudara dengan jumlah kasus 1.671.149 atau 25,1% dengan jumlah mortalitasnya 521.907 atau 14,7%. Kemudian diikuti dengan kanker kolorektum 9,2% , dan serviks uteri 7,9% (IARC, 2012).


(18)

Angka kejadian penyakit tidak menular di Indonesia terbilang cukup tinggi seperti terdapat 1,4 kasus kanker. Prevalensi kanker tertinggi terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta (4,1 sedangkan di posisi ke-4 diduduki provinsi Bengkulu dengan 1,9 Sementara untuk estimasi jumlah penderita kanker, Jawa Tengah dan Jawa Timur menjadi provinsi dengan estimasi jumlah kanker terbanyak yaitu sekitar 68.638 dan 61.230 orang. Dilihat dari karakteristik, prevalensi kanker pada perempuan lebih tinggi yaitu 2,2 , sedangkan pada laki-laki hanya 0,6 (Riskesdas, 2013).

Di Indonesia angka kejadian kanker serviks dan kanker payudara masih menjadi kanker yang sering di jumpai pada tahun 2013. Tercatat penderita kanker serviks di Indonesia adalah 0,8 atau 98.692 jiwa. Kanker payudara menempati posisi kedua dengan perevalensi 0,5 atau 61.682 orang. Provinsi Bengkulu memiliki nilai prevalensi kanker payudara yang tergolong tinggi, dengan yang telah terdiagnosis oleh dokter yaitu 0,8 , angka ini lebih besar dibandingkan dengan provinsi Sumatera Utara yang hanya 0,4 . Estimasi jumlah absolut penderita kanker payudara di Sumatera Utara lebih tinggi di bandingkan provinsi Bengkulu yaitu 2.682 dan 705 (Pusdatin Kemenkes RI, 2015).

Kanker payudara menjadi salah satu ancaman bagi kesehatan di dunia terutama di Indonesia. Kanker ini dapat terjadi pada semua umur baik laki-laki maupun perempuan, walupun prevalensi kanker payudara memang lebih banyak terjadi pada perempuan tetapi tidak menutup kemungkinan laki-laki dapat menderita kanker ini (Elk & Morrow, 2003).

Tingginya angka kejadian dan kematian pada kanker payudara ini, salah satunya disebabkan karena kurangnya tindakan pencegahan yang dilakukan oleh masyarakat. Lebih dari 30% penyakit kanker dapat dicegah dengan cara mengubah faktor risiko dan pola makan pencetus kanker. Selain itu sikap untuk melakukan deteksi dini sangat berguna untuk mengetahui lebih awal akan kejadian kanker sehingga dapat di tangani secepat dan sebaik mungkin (Pusdatin Kemenkes RI, 2015).


(19)

Penyebab kurangnya tindakan pencegahan yang dilakukan oleh masyarakat dikarenakan masih rendahnya pemahaman masyarakat tentang kanker payudara, sehingga masyarakat yang datang berobat ke dokter kebanyakan datang dengan keadaan stadium lanjut dan sulit untuk diobati. Inilah yang menjadi salah satu penyabab kenapa dari tahun ketahun angka mortalitas kanker payudara semakin tinggi (Rasjidi, 2013).

Promosi kesehatan merupakan revitalisasi pendidikan kesehatan pada masa lalu, dimana dalam konsep promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran masyarakat dalam bidang kesehatan saja, melainkan juga upaya bagaimana mampu menjembatani adanya perubahan perilaku seseorang (Mubarak, Chayatin, Rozikin, & Supradi, 2007). Banyak hal yang dapat di lakukan seperti memberikan penyuluhan, membagikan leaflet, memasang poster, bahkan membuat iklan di televisi maupun di radio (Notoatmodjo, 2007).

Terdapat berbagai macam penelitian mengenai pengaruh promosi kesehatan dengan tingkat pengetahun tentang kanker payudara, seperti penelitian yang dilakukan di SMAN 1 Manado dengan kesimpulan berupa penyuluhan memiliki pengaruh terhadap tingkat pengetahuan siswi tentang SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri). Terdapat peningkatan yang signifikan jumlah siswi yang memiliki tingkat pengetahuan baik dari 6,2% menjadi 81,4% (Suastina, Ticoalu, & Onibala, 2013).

Penelitian sejenis juga dilakukan pada siswi SMAN 2 di Kecamatan Pontianak Barat tahun 2013 berdasarkan hasil penelitian sebelum dilakukan penyuluhan hanya terdapat 1,11% siswi dengan pengetahuan baik, setelah dilakukan penyuluhan jumlah siswi yang memiliki pengetahuan baik meningkat hingga 64,84%. Hal itu menunjukan penyuluhan efektif terhadap peningkatan pengetahuan siswi (Permatasari, 2013).

Sementara itu penelitian yang dilakukan di SMAN 9 Balikpapan menunjukan penggunaan video dalam melakukan penyuluhan lebih meningkat pengetahuan responden tentang SADARI dari pada kelompok


(20)

yang hanya mendapatkan penyuluhan biasa (Sulastri, Thaha, & Russeng, 2012).

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang, “Pengaruh Penyuluhan Tentang Deteksi Dini Kanker Payudara Terhadap Pengetahuan Pelajar Kelas XII di SMAN 1 Bengkulu Selatan Tahun 2015”. Peneliti memilih sekolah ini karena masih kurangnya pendidikan kesehatan yang diberikan di sekolah dan rendahnya keikutsertaan siswa-siswinya dalam kegiatan seminar ataupun promosi kesehatan baik tentang kesehatan umum maupun tentang kanker terutama kanker payudara.

1.2.Rumusan Masalah

Dari uraian yang terdapat dalam latar belakang di atas, peneliti merumuskan pertanyaan: Apakah ada pengaruh penyuluhan tentang deteksi dini kanker payudara terhadap pengetahuan pelajar kelas XII di SMAN 1 Bengkulu Selatan tahun 2015?

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1.Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh penyuluhan tentang deteksi dini kanker payudara terhadap pengetahuan pelajar kelas XII di SMAN 1 Bengkulu Selatan tahun 2015.

1.3.2.Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui tingkat pengetahuan tentang deteksi dini kanker payudara pada pelajar kelas XII di SMAN 1 Bengkulu Selatan sebelum dilakukannya penyuluhan.

2. Mengetahui tingkat pengetahuan tentang deteksi dini kanker payudara pada pelajar kelas XII di SMAN 1 Bengkulu Selatan sesudah dilakukannya penyuluhan.


(21)

3. Mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan tentang deteksi dini kanker payudara pada pelajar putra dan putri kelas XII di SMAN 1 Bengkulu Selatan.

4. Mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan tentang deteksi dini kanker payudara berdasarkan usia pelajar kelas XII di SMAN 1 Bengkulu Selatan.

1.4.Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.4.1. Bagi Perguruan Tinggi

Sebagai bentuk realisasi Tridarma Perguruan Tinggi dalam menjalankan kewajibannya sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

1.4.2. Bagi Istansi Terkait Penelitian

Memberikan masukan kepada instansi pendidikan, kesehatan, serta pihak-pihak yang terkait tentang pengaruh penyuluhan tentang deteksi dini kanker payudara terhadap pengetahuan pelajar.

1.4.3. Bagi Subjek Penelitian

Menambah pengetahuan tentang deteksi dini kanker payudara. 1.4.4. Bagi Peneliti

Sebagai wadah untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan melalui proses perkuliahan dalam penelitian ilmiah secara mandiri.


(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Anatomi Payudara

Payudara merupakan organ penting dalam kehidupan manusia sejak dari neonatus atau periode bayi yaitu untuk kelanjutan kehidupan sehubungan dengan produksi ASI yang dibutuhkan pada periode itu sampai masa kehidupan dewasa, di mana payudara sebagai salah satu lambang keperempuan (Prawirohardjo, 2011). Bentuk payudara biasanya kubah (dome) yang bervariasi antara bentuk konikal pada nulipara hingga bentuk pendulous pada multipara (Prawirohardjo, 2011). Kelenjar payudara wanita dewasa belum pernah melahirkan berupa benjolan berbentuk kerucut, wanita yang telah menyusui bentuknya cenderung menurun dan mendatar sedangkan kelenjar payudara wanita lanjut usia mengalami atrofi bertahap (trans. Japaries, 2013).

Kelenjar payudara wanita sebagian besar terletak di anterior otot pektoralis mayor. Sebagian kecil dari bagian latero-inferiornya terletak di depan otot seratus anterior. Batas superior, inferior terletak di antara sela iga ke 2-6 atau ke 3-7. Batas medial adalah linea parasternal, batas lateral adalah linea aksilaris anterior, kadang kala mencapai linea aksilaris media (trans. Japaries, 2013).


(23)

Gambar 2.1. Kelenjar Payudara Potongan Anterolateral Sumber Netter, 2011

Sentrum dari kelenjar payudara adalah papila mammae, sekelilingnya terdapat lingakaran areola mammae. Areola mammae memiliki tonjolan kelenjar areolar, saat menyusui dapat menghasilkan sebum yang melicinkan papila mammae. Kelenjar payudara memiliki 15-25 lobulus, yang masing-masing adalah kelenjar campuran tubuloalveolar dipisahkan oleh jaringan ikat padat interlobaris. Tiap lobulus merupakan satu sistem tubuli laktiferi yang berawal dari papila mamae. Sistem tubuli laktiferi dapat dibagi menjadi sinus laktiferi, ampula duktus laktiferi, duktus laktiferi besar, sedang, kecil, terminal, dan asinus serta bagian lainnya. Sebagian duktus besar menjelang ke papila saling beranastomosis (trans. Japaries, 2013).


(24)

Gambar 2.2. Kelenjar Payudara Potongan Sagital Sumber Netter, 2011

Payudara mendapat vaskularisasi dari 2 arteri utama yaitu arteri mammaria interna dan arteri torakalis lateralis. Kurang lebih 60% payudara mendapat perdarahan dari arteri perforantes mammaria interna yaitu meliputi bagian medial dan sentral dan bagian kranial. Bagian atas dan lateral payudara diperdarahi oleh arteri torakalis lateralis. Sebagian kecil payudara juga diperdarahi oleh arteri torakoakromialis cabang pektoralis, cabang arteria interkostalis III, IV serta a/v subkapular dan torakodorsalis. Sementara itu, terdapat tiga grup vena dalam yang keluar dari payudara (Prawirohardjo, 2011), yaitu:

1. Vena interkostalis: yang melintang di regio posterior dari payudara dari interkosta 2 sampai interkosta 6 dan mengalirkan darah vena ke vena vertebralis bagian posterior dan akhirnya ke v. Azigos untuk berakhir di vena cava superior.

2. Vena aksilaris: mengalirkan darah vena dari dinding dada m.pektoralis dan payudara.


(25)

3. Vena mammaria interna: merupakan pleksus vena terebesar yang mengalirkan darah vena dari payudara. Vena ini kemudian bermuara di v.inominata.

Gambar 2.3. Vaskularisasi Kelenjar Payudara Sumber Netter, 2011

Saluran limfe kelenjar payudara terutama berjalan mengikuti vena kelenjar payudara, drainasenya terutama melalui: bagian lateral dan sentral masuk ke kelenjar limfe fosa aksilaris, sedangkan bagian medial masuk ke kelenjar limfe mammaria interna. Drainase limfe kelenjar payudara tidak memiliki batasan absolut, ditambah lagi terdapat anastomosis, limfe bagian medial dapat mengalir ke kelenjar limfe fosa aksilaris, bagian lateral dapat mengalir ke kelenjar limfe mammaria interna. Sementara itu kelenjar payudara dipersarafi oleh nervi interkostal ke 2-6 dan 3-4 rami dari pleksus servikalis (trans. Japaries, 2013).


(26)

Gambar 2.4. Saluran Limfe pada Kelenjar Payudara Sumber Netter, 2011

Seiring bertambahnya usia payudara terus tumbuh dan berkembang yang dipengaruhi oleh hormon. Hormon estrogen melancarkan pertumbuhan payudara sedangkan progesteron menghambat. Kedua hormon ini bersama-sama menyebabkan perkembangan duktus, lobulus, dan alveolus dari jaringan payudara (Prawirohardjo, 2011). Perkembangan payudara dari masa pubertas sampai kepada maturitas, dibedakan dalam lima fase yaitu:

Tabel 2.1. Fase Perkembangan Payudara Fase I

Usia Pubertas

Preadolesen elevasi dari nipple dengan tidak adanya

massa glandular teraba atau tidak ada pigmentasi areola Fase II

Usia 11,1 + 1,1 tahun

Timbulnya jaringan glandular subareolar nipple dan

payudara tampak sebagian tonjolan di dinding dada Fase III

Usia 12,2 + 1,09 tahun

Meningkatnya massa glandular dengan pembesaran payudara dan meningkatnya diameter dan pigmentasi dari

areola. Kontur payudara dan nipple berada pada satu

dataran Fase IV

Usia 13,2 + 1,15 tahun

Pembesaran areola dan pigmentasi bertambah, nipple dan

areola mulai berbentuk tonjolan tersendiri di payudara Fase V

Usia 15,3 + 1,7 tahun

Akhir dari masa pertumbuhan adolesen payudara dengan kontur yang licin dengan tidak adanya pengerasan areola dan nipple


(27)

2.2.Kanker Payudara

2.2.1.Definisi Kanker Payudara

Istilah kanker merujuk ke semua tumor ganas yang sering digunakan masyarakat awam (trans. Japaries, 2013). Kanker adalah penyakit yang timbul akibat pertumbuhan tidak normal jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker (Pusdatin Kemenkes RI, 2015). Kanker merupakan penyakit neoplastik dengan perjalanan alamiah yang bersifat fatal. Tidak seperti sel-sel tumor jinak, sel kanker menunjukan sifat invasi dan metastatis, serta sangat anaplastik. Istilah kanker kadang-kadang digunakan sebagai sinonim istilah karsionoma (Dorlan, 2012).

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI no. 796 tahun 2010, kanker payudara adalah keganasan dari sel kelenjar, saluran kelenjar, dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara. Suprianto (2010) berpendapat bahwa kanker payudara adalah pertumbuhan sel payudara yang tidak terkontrol lantaran perubahan abnormal dari gen yang bertanggung jawab atas pengaturan pertumbuhan sel.

Secara normal, sel payudara yang tua akan mati, lalu digantikan oleh sel baru yang lebih ampuh. Regenerasi sel seperti ini berguna mempertahankan fungsi payudara. Pada kasus kanker payudara, gen yang bertanggung jawab terhadap pengaturan pertumbuhan sel termutasi. Kondisi itulah yang disebut kanker payudara (Suprianto, 2010).

2.2.2.Epidemiologi Kanker Payudara

Berdasarkan riset dari Internasional Agency for Research on Cancer (IARC) pada tahun 2012, kanker payudara menjadi kanker nomer satu bagi wanita dan menyebabkan kematian wanita terbanyak dibandingkan kanker lain di dunia. Berikut ini adalah tabel incidence dan mortality kanker bagi wanita di dunia:


(28)

Tabel 2.2. Angka Kejadian dan Kematian Kanker pada Wanita di Dunia

Kanker Incidence Mortality

Jumlah (%) Jumlah (%)

Payudara 1.671.149 25,1 521.907 14,7

Kolorektum 614.304 9,2 320.294 9,0

Paru 583100 8,8 491223 13,8

Serviks uteri 527624 7,9 265672 7,5

Lambung 320301 4,8 254103 7,2

Sumber Internasional Agency for Research on Ca ncer (IARC), 2012.

Di Indonesia kanker payudara adalah penyakit kanker dengan prevalensi tertinggi kedua. Berdasarkan data riset kesehatan dasar tahun

2013 angka kejadian kanker payudara adalah 0,5‰ atau sebanyak

61.682. Di bawah ini adalah prevalensi kejadian kanker payudara beberapa provinsi di Indonesia.

Tabel 2.3. Prevalensi Kanker Payudara di Indonesia

Provinsi ‰ Diagnosis Dokter Estimasi Jumlah Absolut

Sumatera Utara 0,4 2.682

Bengkulu 0,8 705

DKI Jakarta 0,8 3.946

Jawa Barat 0,3 6.701

Jawa Tengah 0,7 11.511

DI Yogyakarta 2,4 4.325

Jawa Timur 0,5 9.688

Sulawesi Selatan 0,7 2.975

Sumber Data Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI dan Data Penduduk Sasaran, Pusdatin Kementerian Kesehatan RI, 2015.

2.2.3.Etiologi dan Faktor Risiko Kanker Payudara

Etiologi kanker payudara, belum dapat dijelaskan, tetapi banyak penelitian yang menunjukan adanya beberapa faktor yang berhubungan dengan peningkatan risiko atau kemungkinan untuk terjadinya kanker payudara. Faktor risiko yang utama berhubungan dengan keadaan hormonal dan genetik. Hal itu disebabkan beberapa faktor di bawah ini (Keputusan Menteri Kesehatan RI, 2010):


(29)

1. Diet, faktor yang dapat memperberat seperti peningkatan berat badan yang bermakna pada saat pasca monopause, diet ala barat yang tinggi lemak (western style), dan minuman beralkohol.

2. Hormon dan faktor reproduksi

a. Menarche atau menstruasi pertama pada usia relatif muda (kurang dari 12 tahun)

b. Menopause atau mati haid pada usia relatif lebih tua (lebih dari 50 tahun)

c. Belum pernah melahirkan d. Infertilitas

e. Melahirkan anak pertama pada usia relatif lebih tua (lebih dari 35 tahun)

f. Pemakaian kontrasepsi oral dalam waktu lama g. Tidak menyusui

3. Radiasi pengion pada saat pertumbuhan payudara

4. Riwayat keluarga, telah diketahui gen berperan terjadinya kanker payudara yaitu BRCA1, BRCA2 dan juga pemeriksaan histopatologi faktor proliferasi p53 germaline mutation. Adanya riwayat menderita kanker pada keluarga merupakan salah satu faktor risiko terjadinya penyakit:

a. Tiga atau lebih keluarga (saudara ibu/klien atau bibi) dari sisi keluarga yang sama terkena kanker payudara atau ovarium

b. Dua atau lebih keluarga dari sisi yang sama terkena kanker payudara atau ovarium usia di bawah 40 tahun

c. Adanya keluarga dari sisi yang sama terkena kanker payudara dan ovarium

d. Adanya riwayat kanker payudara bilateral pada keluarga.

Meskipun kanker payudara lebih umum terjadi pada wanita, tetapi 1.500 laki-laki terdiagnosa kanker payudara di USA tahun 2003. Faktor risiko terjadinya kanker payudara pada laki-laki (Elk & Morrow, 2003), adalah:


(30)

1. Usia lebih dari 65 tahun

2. Riwayat keluarga menderita kanker payudara 3. Mutasi gen BRCA2

4. Klinefelter’s syndrome (Laki-laki yang memiliki X kromosom berlebih)

5. Penderita penyakit hati, seperti sirosis

6. Terpapar radiasi dari tatalaksana kanker di daerah toraks 7. Mendapat terapi kanker prostat dengan estrogen-related drugs 8. Obesitas

2.2.4.Manifestasi Klinis Kanker Payudara

Sebagian besar bermanifestasi sebagai massa payudara yang tidak nyeri. Lokasi massa kebanyakan di kuadran lateral atas, umumnya lesi soliter, konsistensi agak keras, batas tidak tegas, permukaan tidak licin, mobilitas kurang (stadium lanjut dapat terfiksasi ke dinding toraks). Massa cenderung membesar bertahap, dalam beberapa bulan bertambah besar secara jelas (trans. Japaries, 2013).

Benjolan yang semakin lama semakin membesar dan melekat pada kulit, menimbulkan perubahan pada kulit payudara dan puting payudara. Itulah yang membuat puting payudara tertarik ke dalam (retraksi), serta berwarna merah mudah atau kecoklatan sampai menjadi oedema, sehingga terlihat seperti kulit jeruk, mengerut, atau timbul borok pada payudara. Semakin lama, borok membesar dan mendalam. Inilah yang akan menghancurkan seluruh payudara (Suprianto, 2010).

Terdapat juga gejala pengeluaran sekret papilar (umumnya sanguineus) dari puting payudara. Selain itu juga dapat ditemukan pembesaran kelenjar limfe regional. Lokasi yang sering dijumpai pembesara kelenjar limfe adalah aksilar ipsilateral, dengan perkembangan kanker kelenjar limfe supraklavikular juga dapat menyusul membesar (trans. Japaries, 2013).


(31)

2.2.5.Penegakan Diagnosa Kanker Payudara

Dalam penegakan diagnosa kanker payudara diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Anamnesis

Harus mencakup status haid, perkawinan, partus, laktasi, dan riwayat kelainan payudara sebelumnya, riwayat kanker pada keluarga, fungsi kelenjar tiroid, penyakit ginekologi, dan lainnya. Terkait riwayat penyakit sekarang terutama harus perhatikan waktu timbulnya massa, kecepatan pertumbuhan, dan hubungan dengan haid (trans. Japaries, 2013).

2. Pemeriksaan Fisik

Tahapan dalam pemeriksaan payudara (Clinical Breast Examination) adalah sebagai berikut (Keputusan Menteri Kesehatan RI, 2010): a. Persiapan: menjelaskan kepada pasien tindakan yang akan

dilakukan dan meminta pasien untuk membuka pakaian mulai pinggang ke atas.

b. Inspeksi: perhatikan bentuk, ukuran, puting, kerutan atau lekukan, ruam atau nyeri pada kulit. Lihat puting susu dan perhatikan bentuk dan ukuran serta arah jatuhnya puting (minta pasien membungkuk) tergantung seimbang atau tidak.

c. Palpasi: posisi pasien dalam keadaaan berbaring. 1). Melakukan pemeriksaan dengan menggunakan permukaan tiga jari tengah teknik spiral. Tekan jaringan payudara sampai keseluruh permukaan payudara. Perhatikan apakah terdapat benjolan atau nyeri. 2). Dengan ibu jari dan telunjuk tekan puting susu dengan lembut, lihat apakah keluar cairan (bening, keruh, atau berdarah). Cairan keruh normal jika setalah menyusui atau melahirkan 1 tahun terakhir. 3). Minta pasien dalam keadaan duduk dengan tangan pasien di bahu pemeriksa untuk memeriksa apakah terdapat pembesaran kelenjar limfe pada pangkal payudara.


(32)

3. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan (Manuaba, 2010), adalah:

a. Pemeriksaan Radio-Diagnostik/Oncologic Imaging 1) Diharuskan (recommended)

a) Mamografi dan USG mama (untuk keperluan diagnostik dan staging)

b) Foto toraks

c) USG abdomen (hati) 2) Optional (atas indikasi)

a) Bone scanning (diameter kanker payudara (KPD) > 5 cm, T4/ LABC, klinis dan stologi mencurigakan)

b) Bone survey, sama dengan diatas dan tidak tersedia fasilitas untuk bone scan.

c) CT-scan

d) MRI(penting untuk mengevaluasi “volume tumor”)

b. Pemeriksaan Biopsi Jarum Halus (Fine Needle Aspiration Biopsy/ FNAB/ FNA)

Dilakukan pada lesi/tumor payudara yang klinis dan radiologi/imaging dicurigai ganas. Di negara maju akurasi FNAB sangat baik sehingga dapat dijadikan standar diagnosis pasti KPD. Di Indonesia, akurasi FNAB sudah semakin baik (>90%) sehingga pada beberapa senter dapat direkomendasikan penggunaan FNAB.

c. Pemeriksaan Histopatologi (Gold Standard Diagnostic)

1) Stereotactic biopsy dengan bantuan USG atau mammogram pada lesi nonpalpabel

2) Core Neddle Biopsy (micro-specimen) 3) Vacum assisted biopsy (mammotome) 4) Biopsi insisional untuk tumor:


(33)

a) KPD operabel dengan diameter >3cm, sebelum operasi definitif

b) Inoperabel: diagnosis, faktor prediktor dan prognostik 5) Biopsi eksisional

6) Spesimen mastektomi disertai pemeriksaan KGB regional 7) Pemeriksaan Imunohistokimia (IHC) terhadap ER, PR,

Her-2/Neu (recommended), Cathepsin-D, VEGF, BCL-2, P53, dan sebagainya (optional/research)

d. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium rutin dan kimia darah guna kepentingan pengobatan dan informasi kemungkinan adanya metastasis. Berikut jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan: 1) Pemeriksaan enzim transaminase: untuk memperkirakan

adanya metastasis pada liver.

2) Pemeriksaan alkali fosfatase dan kalsium: untuk memprediksi adanya metastasis pada tulang.

3) Pemeriksaan kadar kalsium darah rutin dikerjakan terutama pada kanker payudara stadium lanjut dan merupakan keadaan kedaruratan onkologis yang memerlukan pengobatan segera. 4) Pemeriksaan penanda tumor seperti CA-15-13 dan CEA

(dalam kombinasi) lebih penting gunanya untuk menentukan rekurensi dari kanker payudara, dan belum merupakan penanda diagnosis ataupun skrining.

2.2.6.Klasifikasi Stadium Kanker Payudara

Berdasarkan stadiumnya, kanker payudara dibagi menjadi beberapa stadium, adapun pembagian stadium Portmann yang disesuaikan dengan aplikasi klinis (eds Ramli, Umbas, & Panigoro, 2002), yaitu: 1. Stadium I : Tumor terbatas dalam payudara, bebas dari jaringan


(34)

jaringan yang dibawahnya (otot). Besar tumor 1-2 cm. Kelenjar getah bening regional belum teraba. 2. Stadium II : Sesuai dengan stadium I, hanya besar tumor 2,5-5

cm dan sudah ada satu atau beberapa kelenjar getah bening (KGB) aksila yang masih bebas dengan diameter kurang dari 2 cm.

3. Stadium III A : Tumor sudah meluas dalam payudara (5-10 cm) tapi masih bebas di jaringan sekitarnya, kelenjar getah bening aksila masih bebas satu sama lain.

4. Stadium III B : Tumor sudah meluas dalam payudara (5-10 cm), fiksasi pada kulit atau dinding dada, kulit merah dan ada oedema (lebih dari 1/3 permukaan kulit payudara), ulserasi dan atau nodul satelit, kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain atau terdapat jaringan sekitarnya. Diameter lebih dari 2,5 cm, belum ada metastasis jauh.

5. Stadium IV : Tumor seperti pada yang lain (stadium I, II, dan III). Tetapi sudah disertai dengan kelenjar getah bening aksila supra-klavikula dan metastasis jauh lainnya.

2.2.7.Penatalaksanaan Kanker Payudara

Ada beberapa cara pengobatan kanker payudara yang penerapannya banyak tergantung kepada stadium klinik penyakit (eds Ramli, Umbas & Panigoro, 2002). Terapi yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1. Terapi Bedah

Pembedahan yang dilakukan bersifat kuratif (menyembuhkan) maupun paliatif (menghilangkan gejala-gejala penyakit) (eds Ramli, Umbas & Panigoro, 2002). Pola operasi yang sering digunakan (trans. Japaries, 2013), adalah:


(35)

a. Mastektomi radikal: lingkup reseksi mencakup kulit berjarak minimal 3 cm dari tumor, seluruh kelenjar payudara, m. Pektoralis mayor, m. Pektoralis minor, jaringan limfatik dan lemak subskapular, aksilar secara kontinu enblok direseksi.

b. Mastektomi radikal modifikasi: lingkup reseksi sama dengan radikal, tapi mempertahankan m. Pektoralis mayor dan minor (model Auchincloss) atau mempertahankan m. pektoralis mayor, mereseksi m. pektoralis minor (model Patey).

c. Mastektomi total: hanya membuang seluruh kelenjar payudara tanpa membersihkan kelenjar limfe.

d. Mastektomi segmental plus diseksi kelenjar limfe sekitar: secara umum disebut dengan operasi konservasi mammae (BCT). Bertujuan mereseksi sebagian jaringan kelenjar payudara normal di tepi tumor, di bawah mikroskop tak ada invasi tumor di tempat irisan.

e. Mastektomi segmental plus biopsi kelenjar limfe sentinel: metode reseksi sama dengan diatas. Kelenjar limfe sentilen adalah terminal pertama metastasis limfogen dari karsinoma mammae, saat operasi dilakukan insisi kecil di aksila dan secara tepat mengangkat kelenjar limfe sentinel, biopsi, bila patologik negatif operasi dihentikan, bila positif dilakukan diseksi kelenjar limfe aksilar.

2. Radioterapi

Radioterapi memiliki 3 tujuan utama (trans. Japaries, 2013), yaitu: a. Radioterapi murni kuratif: untuk pasien dengan kontraindikasi

atau menolak operasi b. Radioterapi adjuvan

c. Radioterapi paliatif: untuk terapi paliatif kasus stadium lanjut dengan rekurensi, metastasis.


(36)

3. Kemoterapi

Kemoterapi/sitostatika merupakan pengobatan suportif (penunjang) (eds Ramli, Umbas, & Panigoro, 2002).

4. Terapi hormonal

Terapi hormonal merupakan pengobatan suportif dan berupa tindakan ablasi (melenyapkan) atau aditif (penambahan) (eds Ramli, Umbas, & Panigoro, 2002).

5. Imunoterapi

Imunoterapi sebagai tindakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh (eds Ramli, Umbas & Panigoro, 2002).

6. Simtomatik

Terapi berupa perawatan/penanggulangan keluhan-keluhan dari penderita kanker payudara yang sudah lanjut (eds Ramli, Umbas & Panigoro, 2002).

7. Terapi biologis

Overekspresi onkogen berperan penting dalam timbul dan berkembangnya tumor, antibodi monoklonal yang dihasilkan melalui teknik transgenetik dapat menghambat perkembangan tumor. Herseptin berefek terapi nyata terhadap karsinoma mammae dengan overekspresi gen cerbB-2 (HER-2). Herseptin adalah suatu antibodi monoklonal hasil teknologi transgenik yang berefek anti protein HER-2 secara langsung (trans. Japaries, 2013).

2.2.8.Prognosis Kanker Payudara

Berdasarkan data yang didapatkan dari PERABOI (Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia) pada tahun 2003, didapatkan data prognosis daya tahan hidup penderita kanker payudara (survival rate) per stadium (Keputusan Menteri Kesehatan RI, 2010), adalah sebagai berikut:

1. Stadium 0 : 10-years survival ratenya 98% (nonpalpable breast cancer yang terdeteksi oleh mammografi/USG)


(37)

2. Stadium I : 5-years survival ratenya 85% 3. Stadium II : 5-years survival ratenya 60-70% 4. Stadium III : 5-years survival ratenya 30-50% 5. Stadium IV : 5-years survival ratenya 15%

2.2.9.Pencegahan Kanker Payudara

Pencegahan terhadap kanker dapat disebut juga prevensi kanker. Prevensi kanker ialah suatu usaha untuk mencegah timbulnya kanker atau kerusakan yang lebih lanjut yang ditimbulkan oleh kanker itu sendiri. Usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah kanker (Sukardja, 2002), yaitu:

1. Prevensi primer: Menghentikan atau mengubah kebiasaan hidup yang memperbesar risiko mendapat kanker, lindungi diri atau hindari kontak dengan karsinogen, obati tumor jinak, dan lesi-prakanker, serta jaga diri terhadap kanker dengan melakukan skrining atau menghindari faktor risiko.

2. Prevensi sekunder: usaha untuk mencegah timbulnya kerusakan lebih lanjut karena kanker itu dengan deteksi dini dan diagnosis kanker serta pengobatan dengan segera.

3. Prevensi tertier: usaha untuk mencegah timbulnya komplikasi kanker.

Beradasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI no. 796 tahun 2010, pencegahan kanker payudara meliputi tiga tingkat pencegahan yaitu primer, sekunder, dan tersier yang dapat dilihat pada digambar dibawah ini.


(38)

Gambar 2.5. Diagram Alur Untuk Diagnosis Dini Kanker Payudara Sumber Keputusan Menteri Kesehatan RI, 2010.

Diagnosis dini merupakan salah satu bentuk pencegahan untuk berlanjutnya stadium kanker payudara. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai jenis pemeriksaan payudara (Bustan, 2007), yaitu:

1. SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) atau BSE (Breast Self Examination)

2. SARANIS (Pemeriksaan Payudara Klinis) oleh dokter 3. Biopsi Aspirasi Jarum Halus (BAJAH)

4. Mamografi: sejenis pemeriksaan radiologi untuk payudara 5. Breast imaging, seperti ultrasound atau MRI scanning.

Untuk mendapatkan secara dini adanya kelainan payudara perlu pemeriksaan yang tepat, baik waktu maupun teknik pemeriksaannya. Sebagai pedoman dapat dipakai berikut ini (Bustan, 2007):


(39)

2. Umur 20-40 tahun: SARANIS tiap 3 tahun dan mamografi awal (usia 35-40 tahun)

3. Umur 40-50 tahun: mamografi tiap 1-2 tahun, SARANIS tiap tahun (tentang riwayat kesehatan dan anjuran dokter)

4. Usia lebih dari 50 tahun: mamografi tahunan dan SARANIS tahunan.

2.3.Deteksi Dini Kanker Payudara dengan SADARI 2.3.1.Definisi SADARI

Menurut Rasjidi (2011), deteksi dini adalah upaya identifikasi penyakit atau kelainan yang secara klinis belum jelas dengan tes, pemeriksaan, atau prosedur tertentu yang cepat untuk membedakan orang yang tampak dan sungguh sehat dengan orang yang tampak sehat tetapi sesungguhnya menderita kelainan. Deteksi dini kanker ialah usaha untuk menemukan adanya kanker yang masih dapat disembuhkan, yaitu kanker yang belum lama tumbuh, masih kecil, masih lokal, masih belum menimbulkan kerusakan yang berarti, pada golongan masyarakat tertentu dan pada waktu yang tertentu (Sukardja, 2000). Deteksi dini pada kanker bertujuan menemukan kanker sedini mungkin agar masih dapat disembuhkan dan karenanya morbiditas dan mortalitas kanker diharapkan berkurang (Rasjidi, 2011). Pemeriksaan deteksi dini payudara berguna untuk memastikan bahwa payudara seseorang masih normal (Direktorat Jendral PP & PL Departemen Kesehatan RI, 2009).

Salah satu tindakan deteksi dini kanker payudara yang dapat dilakukan sendiri adalah SADARI atau pemeriksaan payudara sendiri. SADARI adalah pemeriksaan payudara yang dilakukan sendiri dengan belajar melihat dan memeriksa perubahan payudaranya sendiri setiap bulan (Direktorat Jendral PP & PL Departemen Kesehatan RI, 2009). Bentuk payudara biasanya berubah-ubah, sebelum memasuki masa menstruasi biasanya payudara membesar, lunak, atau ada benjolan dan


(40)

kembali normal ketika masa menstruasi selesai. Dengan dilakukannya SADARI wanita dapat mengenali perubahan mana yang biasanya terjadi dan mana yang tidak terjadi pada dirinya. Sehingga setiap wanita tahu bagaimana keadaan normal dari payudaranya sendiri (Bustan, 2007).

2.3.2.Tujuan SADARI

Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) bertujuan untuk merasakan dan mengenal lekuk-lekuk payudara sehingga jika terjadi perubahan dapat segera diketahui (Bustan, 2007). Pemeriksaan secara teratur akan diketahui adanya benjolan atau masalah lain sejak dini walaupun masih berukuran kecil sehingga lebih efektif untuk diobati (Direktorat Jendral PP & PL Departemen Kesehatan RI, 2009).

2.3.3.Waktu untuk Melakukan SADARI

Sebaiknya pemeriksaan payudara dilakukan pada hari ke 7-10 yang dihitung sejak hari ke-1 mulai haid (saat payudara sudah tidak mengeras dan nyeri) atau bagi yang telah menopause pemeriksaan dilakukan dengan memilih tanggal yang sama setiap bulannya (misalnya setiap tanggal 1 atau tanggal lainnya) (Direktorat Jendral PP & PL Departemen Kesehatan RI, 2009). Pemeriksaan payudara dapat dilakukan sendiri saat mandi atau sebelum tidur. Dengan memeriksa saat ibu mandi tangan dapat bergerak dengan mudah di kulit yang basah (Keputusan Menteri Kesehatan RI, 2010).

2.3.4.Cara Melakukan SADARI

Adapun cara melakukan pemeriksaan payudara sendiri (Direktorat Jendral PP & PL Departemen Kesehatan RI, 2009), yaitu:

1. Perhatikan kedua payudara dengan berdiri di depan cermin dengan tangan di sisi tubuh dan lihat apakah ada perubahan pada payudara.


(41)

Lihat perubahan dalam hal ukuran, bentuk atau warna kulit, atau jika ada kerutan, lekukan seperti lesung pipi pada kulit.

Gambar 2.6. Tahap 1 SADARI

Sumber Direktorat Jendral PP & PL Departemen Kesehatan RI, 2009.

2. Perhatikan kembali kedua payudara sambil mengangkat kedua tangan di atas kepala, dilanjutkan dengan meletakkan kedua tangan di pinggang sambil menekan agar otot dada berkontraksi. Bungkukkan badan untuk melihat apakah kedua payudara menggantung seimbang.

Gambar 2.7. Tahap 2 SADARI

Sumber Direktorat Jendral PP & PL Departemen Kesehatan RI, 2009.

3. Dengan lembut tekan masing-masing puting dengan ibu jari dan jari telunjuk untuk melihat apakah ada cairan yang keluar.


(42)

Gambar 2.8. Tahap 3 SADARI

Sumber Direktorat Jendral PP & PL Departemen Kesehatan RI, 2009.

4. Kemudian dilakukan perabaan payudara. Pemeriksaan ini dapat dilakukan sambil berdiri atau berbaring. Jika memeriksa payudara sambil berbaring, diletakkan sebuah bantal di bawah pundak sisi payudara yang akan diperiksa.

Gambar 2.9. Tahap 4 SADARI

Sumber Direktorat Jendral PP & PL Departemen Kesehatan RI, 2009.

5. Angkat lengan kiri ke atas kepala. Gunakan tangan kanan untuk menekan payudara kiri dengan ketiga jari tengah (telunjuk, tengah, dan manis). Mulailah dari daerah puting susu dan gerakkan ketiga jari tersebut dengan gerakan memutar diseluruh permukaan payudara. Rasakan apakah ada benjolan atau penebalan.


(43)

Gambar 2.10. Tahap 5 SADARI

Sumber Direktorat Jendral PP & PL Departemen Kesehatan RI, 2009.

6. Periksa juga daerah yang berada di antara payudara, di bawah lengan dan di bawah tulang selangka.

Gambar 2.11. Tahap 6 SADARI

Sumber Direktorat Jendral PP & PL Departemen Kesehatan RI, 2009.

7. Angkat lengan kanan ke atas kepala dan ulangi pemeriksaan untuk payudara sebelah kanan dengan menggunakan tangan kiri.

Jika payudara biasanya memiliki benjolan, harus diketahui berapa banyak benjolan yang teraba beserta lokasinya. Bulan berikutnya, haru diperhatikan apakah terdapat perubahan ukuran maupun bentuk benjolan tersebut dibandingkan benjolan bulan sebelumnya. Jika ada cairan dari puting yang tampak seperti darah atau nanah, pada ibu yang tidak menyusui, maka harus segera menemui petugas kesehatan untuk memeriksakan diri lebih lanjut (Direktorat Jendral PP & PL Departemen Kesehatan RI, 2009).


(44)

2.4.Penyuluhan Kesehatan

Penyuluhan kesehatan merupakan salah satu bentuk dari pendidikan kesehatan atau sekarang yang lebih dikenal dengan nama promosi kesehatan (Notoatmodjo, 2007). Menurut Azwar dalam Ali (2010), penyuluhan kesehatan masyarakat adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. Berdasarkan isi dari Undang-undang kesehatan No. 23 tahun 1992 dalam Ali (2010), penyuluhan kesehatan masyarakat merupakan kegiatan yang melekat pada setiap upaya kesehatan. Penyuluhan kesehatan adalah bagian dari promosi kesehatan yang mempengaruhi perilaku melalui faktor predisposisi. Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007).

Penyuluhan kesehatan masyarakat diselenggarakan untuk mengubah perilaku seseorang atau kelompok masyarakat agar hidup sehat melalui komunikasi, informasi, dan edukasi (Ali, 2010).

1. Komunikasi

Komunikasi adalah proses pengoperasian rangsangan (stimulus) dalam bentuk lambang atau simbol bahasa atau gerak (non-verbal), untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Stimulus atau rangsangan ini dapat berupa suara/bunyi atau bahasa lisan, maupun berupa gerakan, tindakan, atau simbol-simbol yang diharapkan dapat mengerti, oleh pihak lain, dan pihak lain tersebut merespons atau bereaksi sesuai dengan maksud pihak yang memberikan stimulus. Oleh sebab itu reaksi atau respons, baik dalam bentuk bahasa maupun simbol-simbol ini merupakan pengaruh atau hasil proses komunikasi. Agar terjadi komunikasi yang efektif antara pihak satu dengan pihak yang lain, antara kelompok satu dengan yang lain, atau seseorang dengan orang lain, diperlukan keterlibatan beberapa unsur


(45)

komunikasi, yaitu komunikator, komunikan, pesan, dan saluran atau media (Notoatmodjo, 2007).

2. Informasi

Penyampaian informasi dalam penyuluhan kesehatan dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa macam alat bantu pendidikan kesehatan (Notoatmodjo, 2007), yaitu:

a. Alat bantu lihat (visual aids) yang berguna dalam membantu menstimulasi indra pengelihatan (mata) pada waktu terlaksananya proses pendidikan. Alat bantu ini ada 2 bentuk yaitu:

1) Alat yang diproyeksikan, misalnya slide, film, film strip, dan lainnya.

2) Alat-alat yang tidak diproyeksikan:

a) Dua dimensi, gambar peta, bagan, dan sebagainya. b) Tiga dimensi, misalnya bola dunia, boneka, dan lainnya.

b. Alat bantu dengar (audio aids), yaitu alat yang dapat membantu untuk menstimulasikan indra pendengaran pada waktu proses penyampaian bahan pendidikan/pengajaran. Misalnya: piringan hitam, radio, pita suara, dan sebagainya.

c. Alat bantu lihat-dengar, seperti televisi atau video cassette. Alat-alat bantu pendidikan ini lebih dikenal dengan Audio Visual Aids (AVA). Alat bantu kesehatan yang berguna sebagai saluran untuk menyampaikan informasi kesehatan dan untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat atau klien disebut dengan media promosi kesehatan. Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur pesan-pesan kesehatan, media ini dibagi menjadi 3, yakni media cetak, media elektronik, dan media papan (Notoatmodjo, 2007).

a. Media Cetak

Media cetak sebagai alat bantu menyampaikan pesan-pesan kesehatan sangat bervariasi, antara lain sebagai berikut:

1) Booklet, ialah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik berupa tulisan maupun gambar.


(46)

2) Leaflet, ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat.

3) Flyer (selebaran), seperti leaflet tapi tidak dilipat. 4) Flif chart (lembar balik)

5) Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah yang membahas suatu masalah kesehatan, atau hal yang berkaitan dengan kesehatan.

6) Poster, ialah bentuk media cetak yang berisi pesan atau informasi kesehatan, yang biasanya ditempel di tembok-tembok, di tempat-tempat umum, atau di kendaraan umum.

7) Foto yang mengungkapkan informasi kesehatan. b. Media Elektronik

Adapun jenis media elektronik yang dapat digunakan adalah:

1) Televisi, misalnya dalam bentuk sandiwara, sinetron, forum diskusi atau tanya jawab, pidato, TV Spot, kuis atau cerdas cermat, dan sebagainya.

2) Radio, contonya obrolan (tanya jawab), sandiwara radio, ceramah, dan lainnya.

3) Video 4) Slide 5) Film Strip

c. Media Papan (Billboard)

Papan (Billboard) yang dipasang di tempat-tempat umum yang dapat diisi dengan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan.

3. Edukasi (pendidikan)

Pendidikan kesehatan adalah suatu bentuk intervensi atau upaya yang ditujukan kepada perilaku, agar perilaku tersebut kondusif untuk kesehatan. Dengan kata lain, pendidikan kesehatan mengupayakan agar perilaku individu, kelompok, atau masyarakat mempunyai pengaruh positif terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (Notoatmodjo, 2007). Pendidikan kesehatan bagi pelajar utamanya untuk menanamkan kebiasaan


(47)

hidup sehat agar dapat bertanggung jawab terhadap kesehatan diri sendiri serta lingkungannya serta ikut aktif di dalam usaha-usaha kesehatan. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan tahapan-tahapan berikut (Notoatmodjo, 2010), yaitu:

a. Memberikan pengetahuan tentang prinsip dasar hidup sehat b. Menimbulkan sikap dan perilaku hidup sehat

c. Membentuk kebiasaan hidup sehat.

Hal pokok sebagai materi dasar untuk menanamkan perilaku atau kebiasaan hidup sehat adalah sebagai berikut (Notoatmodjo, 2007):

a. Kebersihan perorangan (personal hygiene) dan kebersihan lingkungan, terutama lingkungan sekolah

b. Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular

c. Penyakit-penyakit tidak menular (penyebab dan cara pencegahannya) d. Gizi

e. Pencegahan kecelakaan atau keamanan

f. Mengenal fasilitas kesehatan yang profesional dan sebagainya.

2.5.Pengetahuan atau Knowledge

Menurut Soekanto, pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya, yang berbeda sekali dengan kepercayaan (beliefs), takhayul (superstition), dan penerangan-penerangan yang keliru (misinformation) (Mubarak, Chayatin, Rozikin, & Supradi, 2007). Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga) dan indra pengelihatan (mata) (Notoatmodjo, 2010).


(48)

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitaas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan (Notoatmodjo, 2010), yaitu:

1. Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

2. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekadar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. 3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara kompenen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahun yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian


(49)

atau responden. Faktor-fakror yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah pendidikan, umur, pekerjaan, minat, pengalaman, kebudayaan lingkungan sekitar, dan informasi yang didapat (Mubarak, Chayatin, Rozikin, & Supradi, 2007).

2.6.Hubungan Penyuluhan dengan Pengetahuan

Pentingnya pendidikan kesehatan atau promosi kesehatan terhadap perilaku dan status kesehatan seseorang dapat digambarkan sebagai berikut dengan modifikasi konsep H.L Blum dan Lawrence Green (Mubarak, Chayatin, Rozikin, & Supradi, 2007).

Gambar 2.12. Diagram Hubungan Status Kesehatan, Perilaku, dan Promosi Kesehatan

Sumber Notoatmodjo, 2007.

Keturunan

Status kesehatan

Perilaku

Enabling Factors (Ketersediaan sumber-sumber/

fasilitas)

Pemberdayaan masyarakat (pemberdayaan sosial)

Promosi kesehatan

Lingkungan Pelayanan

Kesehatan

Predisposing Factors (pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi,

nialai, dsb)

Reinforcing Factors (sikap dan

perilaku petugas, peraturan UU dll)

Training Komunikasi


(50)

Penyuluhan Tentang Deteksi Dini Kanker

Payudara

Pengetahuan Pada Pelajar BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1.Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Variabel Independent Variabel Dependent

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2.Definisi Operasional

Batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penyuluhan

Definisi operasional: Penyuluhan adalah penyampaian informasi kesehatan tentang definisi, faktor risiko, gejala, dan pencegahan kanker payudara serta pengertian, tujuan, waktu pelaksanaan, dan cara melakukan SADARI dengan cara ceramah dan menggunakan media elektronik berupa penayangan slide.

2. Pengetahuan

a. Definisi operasional: Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh responden tentang definisi, faktor risiko, gejala, dan pencegahan kanker payudara serta pengertian, tujuan, waktu pelaksanaan, dan cara melakukan SADARI.

b. Alat Ukur: Kuesioner, pertanyaan yang diajukan sebanyak 14 pertanyaan dengan pilihan ganda. Skor yang diberikan untuk jawaban dari responden adalah:

 Jika jawaban benar diberi skor 1


(51)

Total skor yang dapat diperoleh responden setelah mengisi kuesioner adalah 0-14

c. Kategori: Menurut Arikunto (2006) dalam Suliani (2014) tingkat pengetahuan dapat dikategorikan sebagai berikut:

 Baik: dapat menjawab 75-100% pertanyaan dengan benar atau memperoleh skor 11-14

 Cukup: dapat menjawab 55-74% pertanyaan dengan benar atau memperoleh skor 8-10

 Kurang: dapat menjawab <55% pertanyaan dengan benar atau memperoleh skor 0-7

d. Skala pengukuran: Ordinal

3.3.Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Hipotesis Alternatif (Ha), yaitu ada pengaruh penyuluhan tentang deteksi dini kanker payudara terhadap pengetahuan pelajar kelas XII di SMAN 1 Bengkulu Selatan tahun 2015.

2. Hipotesis Nol (Ho), yaitu tidak ada pengaruh penyuluhan tentang deteksi dini kanker payudara terhadap pengetahuan pelajar kelas XII di SMAN 1 Bengkulu Selatan tahun 2015.


(52)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1.Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian pra eksperimental (pre experimental design) dengan menggunakan rancangan one group pre-test post-test untuk mengetahui pengaruh penyuluhan tentang deteksi dini kanker payudara terhadap pengetahuan pelajar kelas XII di SMAN 1 Bengkulu Selatan tahun 2015.

4.2.Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1.Lokasi Penelitian

Lokasi pelaksanaan penelitian ini adalah SMAN 1 Bengkulu Selatan. Sekolah ini dipilih karena masih kurangnya kegiatan penyuluhan kesehatan dan rendahnya partisipasi siswa-siswinya terhadap kegiatan pendidikan kesehatan lainnya.

4.2.2.Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung selama bulan Maret-Desember 2015 terhadap pelajar kelas XII di SMAN 1 Bengkulu Selatan.

4.3.Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1.Populasi Penelitian

1. Populasi target

Populasi terget dalam penelitian ini adalah pelajar Sekolah Menengah Atas.

2. Populasi terjangkau

Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah pelajar kelas XII di SMAN 1 Bengkulu Selatan.


(53)

4.3.2.Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian (subset) dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap dapat mewakili populasinya (Sastroasmoro, 2011). Sehingga dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah pelajar kelas XII di SMAN 1 Bengkulu Selatan tahun ajaran 2015-2016. Cara pemilihan sampel yang digunakan adalah probability sampling dengan teknik simple random sampling. Agar sampel yang kita ambil mewakili populasinya maka perlu dilakukan perhitungan jumlah sampel yang benar (Dahlan, 2009). Adapun rumus besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

: Deviat baku alfa : Deviat baku beta

S : Standar deviasi dari selisih nilai antarkelompok : Selisih minimal rerata yang dianggap bermakna

Parameter yang dapat ditetapkan peneliti adalah , , dan , sedangkan parameter yang berasal dari kepustakaan adalah S (standar deviasi perbedaan nilai) (Dahlan, 2009). Peneliti menetapkan kesalahan tipe I sebesar 5% dengan nilai hipotesis dua arah adalah 1,960, sementara kesalahan tipe II sebesar 10% dengan nilai adalah 1,282. Untuk nilai selisih minimal rerata ( ) peneliti menetapkan 5 poin, hal ini mengacu kepada penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Benita (2012). Peneliti tidak menemukan kepustakaan yang jelas untuk ketetapan nilai standar deviasi (S). Menurut Dahlan (2010), jika tidak ditemukaannya sumber kepustakaan untuk nilai S maka peneliti dapat melakukan penelitian pendahuluan, apabila


(54)

penelitian pendahuluan tidak memungkinkan, nilai standar deviasi bisa ditetapkan berdasarkan judgement peneliti. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Benita (2012), dalam penelitian tersebut dilakukan judgement selisih tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan sebesar 2 kali lipat perbedaan rerata minimal yang dianggap bermakna (S=10). Oleh karena itu peneliti menetapkan nilai standar deviasi untuk penelitian ini sebesar 10.

Berdasarkan data diatas maka dapat dilakukan perhitungan sampel sebagai berikut:

Besar sampel minimal yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 42 orang. Dalam penelitian ini sangat rentan untuk terjadinya sampel yang drop out. Maka peneliti perlu mengantisipasi kemungkinan tersebut. Menurut Sastroasmoro (2011) rumus yang dapat digunakan untuk koreksi besar sampel untuk antisipasi kemungkinan drop out adalah:

n’ : Jumlah sampel untuk antisipasi drop out n : Jumlah sampel yang telah dihitung (42 orang) f : Perkiraan proporsi drop out (10% atau 0,1)


(55)

Jumlah sampel minimal yang dibutuhkan dalam penelitian ini 47 orang. Jadi, jumlah sempel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 50 orang.

4.3.3.Kriteria Sampel Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menetapkan beberapa kriteria untuk sampel penelitian, yaitu:

1. Kriteria inklusi

a. Pelajar kelas XII SMAN 1 Bengkulu Selatan tahun ajaran 2015-2016.

b. Bersedia menjadi responden penelitian. 2. Kriteria eksklusi

a. Pernah mendapatkan penyuluhan tentang kanker payudara selama setahun terakhir.

b. Responden yang meninggalkan ruangan sebelum kegiatan penyuluhan selesai.

4.4.Metode Pengumpulan Data 4.4.1.Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner atau angket. Kuesioner yang telah dibuat oleh peneliti akan dilakukan uji coba di lapangan. Peneliti akan melakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap kuesioner tersebut.

1. Menurut Notoatmodjo (2010), validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Untuk mengetahui apakah kuesioner yang kita susun tersebut mampu mengukur apa yang hendak kita ukur, maka perlu diuji


(56)

dengan uji korelasi antara skors (nilai) tiap-tiap item (pertanyaan) dengan skors total kuesioner tersebut. Menurut Riwidikdo, item pertanyaan tersebut dikatakan valid atau sahih bila > . Pertanyaan yang dinyatakan valid akan dijadikan instrumen penelitian, sementara untuk pertanyaan yang tidak valid akan dilakukan peninjauan ulang.

2. Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2010). Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan test-retest (stability), equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal reliabilitas instrumen dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu (Riwidikdo, 2008). Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan model Alpha Cronbach. Menurut Djemari (2003) dalam Riwidikdo (2008), kuesioner atau angket dikatakan reliabel jika memiliki nilai alpha minimal 0,7.

Uji validasi alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan pada 30 pelajar kelas XII di SMAN 2 Bengkulu Selatan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi serta memiliki ciri-ciri yang sama dengan sampel penelitian. Dari 15 pertanyaan terdapat satu pertanyaan yang tidak valid. Uji reliabilitas dilakukan pada 14 pertanyaan yang telah dinyatakan valid. Nilai alpa yang didapatkan dalam uji reliabilitas ini adalah sebesar 0,817. Hal ini menunjukan variabel pengetahuan dalam penelitian ini adalah reliabel, karena nilai alpha diatas 0,7.

4.4.2.Jenis Data Penelitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden dengan mengisi kuesioner.


(57)

4.4.3.Rancangan Kegiatan Pengumpulan Data

Adapun rangkaian kegiatan dalam pengumpulan data ini adalah: 1. Melakukan persiapan dengan meminta izin kepada kepala sekolah

SMAN 1 Bengkulu Selatan untuk melakukan kegiatan penelitian. Membuat materi penyuluhan dalam bentuk slide dan mempersiapkan kuesioner yang akan digunakan.

2. Mengumpulkan data seluruh pelajar kelas XII SMAN 1 Bengkulu Selatan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pelajar yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dipilih untuk menjadi sampel dengan menggunakan teknik simple random sampling.

3. Mengumpulkan pelajar yang menjadi sampel dalam satu ruangan untuk meminta kesediaan menjadi responden penelitian dan meminta untuk mengisi kuesioner yang telah disediakan. Kuesioner yang diberikan ini digunakan sebagai nilai untuk pre-test.

4. Melakukan kegiatan penyuluhan terhadap responden yang menjadi sampel. Responden mendapatkan materi penyuluhan tentang deteksi dini kanker payudara. Kegiatan penyuluhan dilakukan selama 45 menit.

5. Setelah penyuluhan, peneliti memberikan kembali kuesioner yang sama kepada responden sebagai nilai post-test.

4.5.Metode Pengolahan Data

Setelah data yang dibutuhkan untuk penelitian terkumpul maka data akan dimasukan ke dalam komputer dan diolah dengan menggunakan program SPSS for windows. Adapun beberapa tahap dalam pengolahan data (Notoatmodjo, 2010), yaitu:

1. Editing

Secara umum editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner. Apabila ada jawaban-jawaban yang belum lengkap, kalau memungkinkan perlu dilakukan pengambilan data ulang untuk melengkapi jawaban-jawaban tersebut.


(58)

2. Coding

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan

peng”kodean” atau “coding”, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.

3. Data Entry

Data yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam

bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau

“software” komputer. 4. Cleaning

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

4.6.Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini, melalui prosedur sebagai berikut : 1. Analisis Univariate (analisis deskriptif)

Analisis univariate bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010).

2. Analisis Bivariate

Analisis bivariate yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini uji hipotesis yang digunakan adalah uji-t berpasangan. Peneliti memilih uji-t berpasangan karena menurut Sastroasmoro (2011) uji-t berpasangan digunakan untuk penelitian dengan subyek yang sama diperiksa pra- dan pasca- interfensi (desain “before and after”). Uji-t berpasangan termasuk dalam uji statistik parametrik yaitu uji yang menggunkan asumsi-asumsi data berdistribusi normal, dengan varians homogen dan diambil dari sampel acak (Riwidikdo, 2008). Jika syarat uji statistik parametrik yaitu


(59)

data berdistribusi normal tidak terpenuhi, maka dapat dilakukan uji statistik non parametrik. Uji statistik non parametrik yang menjadi alternatif dari uji-t berpasangan adalah uji Wilcoxon (Wahyuni, 2007). Dalam penelitian ini ditemukan data tidak berdistribusi normal, maka analisis yang digunakan adalah uji Wilcoxon. Uji analisis data untuk mengetahui hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat pengetahuan adalah Chi-Square tests, sedangkan uji analisis yang digunakan untuk mengetahui korelasi antara umur responden dengan tingkat pengetahuan adalah uji Correlations Pearson.


(60)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1.Hasil Penelitian

5.1.1.Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Bengkulu Selatan (SMAN 1

Bengkulu Selatan) atau yang lebih dikenal dengan sebutan “duayu top cyber school” merupakan salah satu sekolah negeri unggulan di kabupaten Bengkulu Selatan dengan Nomor Pokok Sekolah Nasional 10700973. Sekolah ini berdiri pada tanggal 25 Juli 1963 dan beralamat di Jalan Pangeran Duayu Manna.

Berbagai fasilitas yang digunakan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar telah disediakan di sekolah ini seperti 24 ruang kelas, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang multimedia, 1 laboratorium MIPA, 1 lapangan basket, dan 2 lapangan volly untuk sarana olahraga siswa-siswi. Selain itu di sekolah ini juga dilengkapi 1 ruang UKS, 1 ruang aula dan 1 bangunan masjid yang ada didalam lingkungan sekolah. SMAN 1 Bengkulu Selatan dipimpin oleh seorang kepala sekolah dan didampingi 50 orang tenaga pendidik serta 15 orang staff tata usaha.

Sekolah yang bergelar Sekolah Percontohan Berbasis Keunggulan Lokal ini memiliki akreditasi A, sehingga menjadikan sekolah ini favorit bagi kalangan pelajar SMA Kabupaten Bengkulu Selatan dan luar daerah. Berbagai prestasi juga telah banyak diukir oleh para pelajar SMAN 1 Bengkulu Selatan baik itu tingkat kabupaten, provinsi, bahkan telah mencapai nasional. Sekolah ini memiliki pelajar yang memiliki latar belakang yang beraneka ragam, sehingga peneliti mengambil sampel di sekolah ini dan diharapkan dapat mewakili populasi secara umum.


(1)

1 24 48.0 48.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Definisi SADARI

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 28 56.0 56.0 56.0

1 22 44.0 44.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Tujuan SADARI

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 12 24.0 24.0 24.0

1 38 76.0 76.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Hari Pelaksanaan SADARI

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 47 94.0 94.0 94.0

1 3 6.0 6.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Pengulangan Pelaksanaan SADARI

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 11 22.0 22.0 22.0

1 39 78.0 78.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Jumlah Tahapan SADARI

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 39 78.0 78.0 78.0

1 11 22.0 22.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Tahapan SADARI

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 32 64.0 64.0 64.0

1 18 36.0 36.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Tujuan Tahapan-tahapan SADARI

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 9 18.0 18.0 18.0

1 41 82.0 82.0 100.0


(2)

Post-test

Definisi Kanker Payudara

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 6 12.0 12.0 12.0

1 44 88.0 88.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Kejadian Kanker Payudara

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 3 6.0 6.0 6.0

1 47 94.0 94.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Usia Menstruasi Pertama

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 5 10.0 10.0 10.0

1 45 90.0 90.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Usia Melahirkan Anak Pertama

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 7 14.0 14.0 14.0

1 43 86.0 86.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Gejala Kanker Payudara

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 7 14.0 14.0 14.0

1 43 86.0 86.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Tindakan Pencegahan Kanker Payudara

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 4 8.0 8.0 8.0

1 46 92.0 92.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Cara Untuk Deteksi Dini Kanker Payudara

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


(3)

Definisi SADARI

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 2 4.0 4.0 4.0

1 48 96.0 96.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Tujuan SADARI

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 2 4.0 4.0 4.0

1 48 96.0 96.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Hari Pelaksanaan SADARI

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 4 8.0 8.0 8.0

1 46 92.0 92.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Pengulangan Pelaksanaan SADARI

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 2 4.0 4.0 4.0

1 48 96.0 96.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Jumlah Tahapan SADARI

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 2 4.0 4.0 4.0

1 48 96.0 96.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Tahapan SADARI

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 5 10.0 10.0 10.0

1 45 90.0 90.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Tujuan Tahapan-tahapan SADARI

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 2 4.0 4.0 4.0

1 48 96.0 96.0 100.0


(4)

Lampiran 16

UJI NORMALITAS DATA

PRETEST

DAN

POSTTEST

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Nilai Pengetahuan Sebelum Penyuluhan

.128 50 .039 .971 50 .255

Nilai Pengetahuan Setelah Penyuluhan

.246 50 .000 .808 50 .000


(5)

Lampiran 17

HASIL ANALISIS UJI BEDA (

WILCOXON

)

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

Nilai Pengetahuan Setelah Penyuluhan - Nilai Pengetahuan Sebelum Penyuluhan

Negative Ranks 0a .00 .00

Positive Ranks 50b 25.50 1275.00

Ties 0c

Total 50

a. Nilai Pengetahuan Setelah Penyuluhan < Nilai Pengetahuan Sebelum Penyuluhan

b. Nilai Pengetahuan Setelah Penyuluhan > Nilai Pengetahuan Sebelum Penyuluhan

c. Nilai Pengetahuan Setelah Penyuluhan = Nilai Pengetahuan Sebelum Penyuluhan

Test Statisticsb

Nilai Pengetahuan Setelah Penyuluhan - Nilai

Pengetahuan Sebelum Penyuluhan

Z -6.170a

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Based on negative ranks.


(6)

Lampiran 18

DOKUMENTASI

Pelaksanaan

Pre-Test


Dokumen yang terkait

Pengaruh Penyuluhan Tentang Deteksi Dini Kanker Payudara Terhadap Pengetahuan Pelajar Kelas XII di SMAN 1 Bengkulu Selatan Tahun 2015

2 19 103

Pengaruh Penyuluhan Tentang Deteksi Dini Kanker Payudara Terhadap Pengetahuan Pelajar Kelas XII di SMAN 1 Bengkulu Selatan Tahun 2015

0 0 14

Pengaruh Penyuluhan Tentang Deteksi Dini Kanker Payudara Terhadap Pengetahuan Pelajar Kelas XII di SMAN 1 Bengkulu Selatan Tahun 2015

0 0 2

Pengaruh Penyuluhan Tentang Deteksi Dini Kanker Payudara Terhadap Pengetahuan Pelajar Kelas XII di SMAN 1 Bengkulu Selatan Tahun 2015

0 0 5

Pengaruh Penyuluhan Tentang Deteksi Dini Kanker Payudara Terhadap Pengetahuan Pelajar Kelas XII di SMAN 1 Bengkulu Selatan Tahun 2015

0 1 28

Pengaruh Penyuluhan Tentang Deteksi Dini Kanker Payudara Terhadap Pengetahuan Pelajar Kelas XII di SMAN 1 Bengkulu Selatan Tahun 2015

0 1 5

Pengaruh Penyuluhan Tentang Deteksi Dini Kanker Payudara Terhadap Pengetahuan Pelajar Kelas XII di SMAN 1 Bengkulu Selatan Tahun 2015

0 0 25

Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Sadari Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara Di Smk Negeri 3 Tebing Tinggi Tahun 2015

0 3 12

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA TERHADAP KETERAMPILAN SADARI PADA WANITA USIA SUBUR DI DUSUN KLUMPRIT CATURHARJO SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Pengaruh Penyuluhan tentang Deteksi Dini Kanker Payudara terhadap Keterampilan S

0 0 14

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA DENGAN METODE PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA IBU-IBU PKK DI RW IV KEMBANG BASEN KOTAGEDE YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Pengaruh Penyuluhan tentang Deteksi Dini Kanker Payudara dengan Met

0 0 10