Rencana Pengelolaan Pasca Tambang dan Penentuan Lahan Akhir Rencana Reklamasi dan Revegetasi luas, lokasi, teknik metode, dll

 Memindahkan dan menempatkan tanah pucuk pada tempat tertentu dan mengatur sedemikian rupa untuk keperluan revegetasi nantinya.  Mengembalikanmemperbaiki pola drainase alam yang rusak.  Mengembalikan lahan seperti keadaan semula atau sesuai dengan tujuan penggunaannya.  Memperkecil erosi selama dan setelah proses reklamasi.  Memindahkan semua peralatan yang tidak digunakan lagi dalam aktivitas penambangan.  Permukaan yang padat harus digemburkan namun bila tidak memungkinkan sebaiknya ditanami dengan tanaman pionir yang akarnya mampu menembus tanah yang keras.  Memantau dan mengelola areal reklamasi sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Selain hal-hal diatas, ada beberapa bagian penting yang harus diperhatikan dalam rencana pelaksanaan reklamasi yaitu pemeriaan lahan, pemetaan dan peralatan yang akan digunakan.

8.9. Rencana Pengelolaan Pasca Tambang dan Penentuan Lahan Akhir

Pada rencana pengelolaan lahan pasca tambang yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah persiapan lahan yang meliputi : 1. Pengamanan lahan bekas tambang Kegiatan ini meliputi :  Pemindahanpembersihan seluruh peralatan dan prasarana yang tidak digunakan dilahan yang akan direklamasi.  Perencanaan secara tepat lokasi pembuangan sampahlimbah beracun dan berbahaya dengan perlakuan yang khusus agar tidak mencemari lingkungan.  Melarang atau menutup jalan masuk ke lahan bekas tambang yang akan direklamasi. 2. Pengaturan bentuk lereng 145 Pengaturan bentuk lereng dimaksudkan untuk mengurangi kecepatan air limpasan run off, erosi dan sedimentasi serta longsor. Lereng jangan terlalu terjal atau tinggi dan dibentuk secara berteras-teras. 3. Pengaturan saluran pembuangan air SPA Pengaturan saluran pembuangan air SPA dimaksudkan untuk mengatur air agar mengalir pada tempat tertentu dan dapat mengurangi kerusakan lahan aibat erosi. 4. Pengaturanpenempatan low grade Maksud pengaturan dan penempatan low grade bahan tambang yang mempunyai nilai ekonomis rendah adalah agar lahan tambang tersebut tidak tererosihilang apabila ditimbun dalam waktu yang lama karena belum dimanfaatkan. 146 Gambar 3.1. Pengaturan penempatan low grade Pada rencana reklamasi ini, areal bekas penambangan batubara daerah X akan dimanfaatkan untuk perkebunan jambu mete. Oleh karena itu agar kegiatan yang direncanakan tersebut dapat berjalan dengan baik dan berhasil maka diperlukan adanya beberapa tindakan, antara lain :  Perlunya perataan daerah X, dimana diharapkan daerah X pada akhirnya memiliki kemiringan 50.  Melakukan penimbunan terhadap lubang-lubang bukaan akibat kegiatan penambangan.

8.10. Rencana Reklamasi dan Revegetasi luas, lokasi, teknik metode, dll

Sebelum melakukan revegetasi ada beberapa hal yang harus diketahui terlebih dahulu, diantaranya luas, lokasi dan teknikmetode.  Luas Lokasi yang akan direklamasi sama dengan luas daerah penambangan yaitu 17,6 Ha.  Lokasi Adapun teknik reklamasi yang digunakan yaitu revegetasi.  Teknik metode Keberhasilan revegetasi bergantung pada beberapa hal seperti ; persiapan penanaman, cara penanaman, pemeliharaan tanaman serta pemantauan tanaman. Revegetasi Keberhasilan revegetasi bergantung pada beberapa hal seperti ; persiapan penanaman, cara penanaman, pemeliharaan tanaman serta pemantauan tanaman. Persiapan Penanaman Langkah awal pada persiapan penanaman adalah memperbaiki kondisi tanah yang telah rusak akibat kegiatan penambangan, maupun akibat kontaminasi dengan limbah yang mengandung zat-zat beracun. Perbaikan 147 kondisi tanah ini dengan menggunakan gypsum dan kapur. Gypsum digunakan untuk memperbaiki kondisi tanah yang mengandung banyak lempung dan untuk mengurangi kerak tanah. Penggunaan kerak gypsum akan meningkatkan struktur tanah, meningkatkan daya resap terhadap air, sedangkan kapur atau batu gamping digunakan untuk mengatur pH dan juga memperbaiki struktur tanah.  Pemilihan Jenis Tanaman Daerah X yang akan digunakan sebagai areal perkebunan jambu mete. Pemilihan jambu mete sebagai tanaman revegetasi tidak terlepas dari kondisi lingkungan dalam hal ini iklim dan tanah yang menunjang pertumbuhan jambu mete. 1. Iklim Beberapa unsur iklim yang penting yaitu ; - Curah hujan Daerah X merupakan daerah yang memiliki curah hujan cukup tinggi setiap tahunnya. Hal ini merupakan faktor yang pendukung bagi pertumbuhan dan produksi dari jambu mete. Curah hujan yang merata ini dapat menurunkan penguapan dari tanah dan tanaman jambu mete. - Sinar matahari Sinar matahaari diperlukan untuk memproduksi karbohidrat di dalam proses asimilasi juga untuk memacu pembentukan bunga dan buah, karenanya intensitas, kualitas, dan lama penyinaran amat berpengaruh pada proses itu. - Suhu Selain sinar matahari dan curah hujan yang cukup, untuk tumbuh dengan baik tanaman jambu mete memerlukan suhu yang optimum. Suhu optimum ini berkisar antara 29-30 C. Beberapa faktor yang mempengaruhi suhu adalah lama penyinaran dan ketinggian tempat. Daerah X merupakan daerah tropis pada 148 dataran rendah. Kondisi ini sangat memungkinkan bagi terpenuhinya suhu optimum yang diperlukan jambu mete. 2. Tanah Dalam hal tanah, tanaman jambu mete cocok dan dapat tumbuh pada tanah laterit pada daerah X. Dua sifat utama tanah sebagai media tumbuh adalah sifat kimia dan sifat fisik tanah. 1. Jenis tanah Jenis-jenis tanah yang cocok untuk budi daya tanaman jambu mete adalah tanah latosal merah yang solumnya dalam, tanah alluvial, tanahlaterit, tanah pedsolik, dan tanah regosal. 2. Sifat kimia tanah Agar keadaan sifat kimia tanah cocok untuk penanaman jambu mete, maka derajat keasaman tanah pada lokasi yang akan ditanami harus ditelitri terlebih dahulu. Cara meneliti keasaman tanah dapat dilakukan dengan menggunakan pH meter. Keasaman pH tanah yang rendah kurang dari 5,5 dapat diatasi dengan pemberian belerang. Sedangkan apabila pH tanahnya tinggi lebih dari 6,3 dapat diturunkan dengan memberikan pengapuran. 3. Sifat fisik tanah Sifak fisik tanah yang penting adalah tekstur dan struktur tanah. Tekstur tanah yang cocok untuk tanaman jambu mete adalah tanah yang bertekstur lempung berpasir, liat berpasir, tanah berpasir, dan pasir liat. Sdangkan struktur tanah yang baik untuk tanaman jambu mete adalah tanah yang genbur dan mudah mengikat air porous}. 4. Sifat biologi tanah tanaman jambu mete memerlukan sifat biologis tanah yang baik. Jika sifat biologis tanah baik, maka produktivitas jambu mete akan menjadi tinggi. Sifat biologis tanah yang baik dicirikan oleh 149 banyaknya bahan organikhumus di dalam tanah dan banyaknyaorganisme dalam tanah. 5. Ketinggian tempat Di dataran rendah hingga dataran medium dengan ketinggian tempat 0-700m diatas permukaan laut, tanaman jambu mete dapat tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi. Di dataran tinggi di atas 1000 m dpl, produktivitas tanaman jambu mete makin berkurang. 6. Derajat kemiringan tanah Secara teknis, tanah yang miring ataupun bergelombang dapat digunakan untuk budi daya tanaman jambu mete, asalkan kemiringannya tidak lebih 30. Tanah yang memiliki kemiringan 30 berarti pada jarak 100 m perbedaan ketinggiannya adalah 30 m. Tanah miring ataupun tanah bergelombang jika akan digunakan untuk usaha penanaman jambu mete harus dibuat teras-teras atau tanggul- tanggul.  Pembibitan Tanaman Jambu Mete Pembibitan tanaman jambu mete dapat dilakukan secara generatif atau secara vegetatif. Pembibitan secara generatif adalah pembibitan yang dilakukan dengan dengan penyemaian biji. Sedangkan pembibitan secara vegetatif dalah pembibitan yang dilakukan dengan penyambungan grafting, pencangkokan air layering, okulasi budding, dan perundukan cabang bagian bawah tanaman groung layering. Keuntungan pembibitan secara vegetatif adalah ukuran tanaman seragam, waktu berbuah lebih cepat, dan produksinya lebih tinggi daripada pembibitan dengan biji. Pekerjaan pembibitan jambu mete meliputi lima hal, yaitu pembuatan kebun induk, pengadaan benih, penyiapan lahan pembibitan, penanaman benih dan pemeliharaan di persemaian, penyambungan serta pemeliharaan bibit.  Penanaman dan pemeliharaan tanaman jambu mete A. Penanaman bibit di kebun 1. Penentuan Saat Tanam 150 Jadwal tanam yang tepat dilahan kering adalah pada permulaan musim hujan sampai dengan pertengahan musim hujan, yakni bulan OktoberNovember sampai dengan DesemberJanuari. Penanaman di lahan yang beririgasi teknis, saat tanam dapat dilakukan kapan saja karena kebutuhan air untuk pertumbuhan bibit selama masa pertumbuhannya dapat dicukupi dari air irigasi. 2. Persiapan Lahan Penyiapan lahan untuk penanaman jambu mete yang utama adalah pembersihan semak belukar, sisa-sisa bekas tanaman sebelumnya, pembuatan parit irigasi dan drainase, pembuatan jalan control, pembuatan jalan angkutan produksi, dan pembrntukan teras- teras bagi lahan miring. 3. Penentuan Jarak Tanam Jarak tanam yang dianjurkan untuk budi daya tanaman jambu mete adalah sebagai berikut : a. 6 m x 8 m : Jarak dalam barisan tanam yang membujur arah Barat – Timur adalah 6m dan jarak antar barisan tanam 8 m b. 8 m x 10 m : Jarak dalam barisan 8 m dan jarak antar barisan tanam 10 m c. 12 m x 12 m : Jarak dalam barisan 12m dan jaraj antar barisan tanam 12 m. 4. Pembuatan Lubang tanam Lubang tanam dibuat menurut jarak tanam yang telah ditetapkan. Ukuran lubang tanam adalah 50 cm X 50 cm X 50 cm. Pembuatan lubang tanam dapat dilakukan secara manual atau dengan peralatan tekhnis. 5. Penanaman Langkah-langkah penanaman bibit mete di dalam lubang tanam adalah a. Lubang tanam ditutup dengan tanah seperti semula, yakni lapisan tanah bagian bawah dimasukkan ke dalam lubang tanam terlebih 151 dahulu, kemudian menyusul lapisan tanah atas yang telah dicampur dengan pupuk kandang. Setelah itu, lubang tanm yang telah ditutupbiarkan selama 2 – 4 hari sebelum ditanami bibit jambu mete. b. Buat lubang tanam sebesar kantong polybag yang digunakan untuk pentemaian bibit jambu mete pada lubang tanam yang telah ditutup tadi. Pembuatan lubang tanam harus tepat di tengah. c. Masukkan bibit jambu mete beserta tanahnya kedalam lubang tanam dengan melepas kantong polybag terlebih dahulu, kemudian timbun dengan tanah galian tadi sampai se batas leher akar sambil ditekan-tekan sedikit agar tanaman dapat berdiri tegak dan kuat. d. Selesai penanaman, di sekitar tanaman dapat diberi mulsa jerami padi untuk menjaga kelembapan tanah, kemudian disiram air secukupnya. 6. Waktu Tanam Waktu penanaman bibnit jambu mete yang baik adalah pada pagi hari sebelum pukul 09.00 atau pada sore hari setelah pukul 15.00. Penanaman bibit jambu mete pada siang hari dapat menyebabkan kelayuan, bahkan mati. 7. Penyulaman Penyulaman adalah penggantian tanaman yang rusak akibat serangan hama dan penyakit, tanaman yang tumbuh kerdil, dan tanaman yang mati. Penyulaman harus segera dilakukan apabila ada bibit yang pertumbuhannya kurang baik, rusak, atau mati. Bibit sulaman harus diambil dari bibit cadangan yang memilikiumur sama dengan tanaman yang digatiokan. Penyulaman untuk tanaman jambu mete masih dapat dilakukan sampai tanaman berumur 2 – 3 tahun. B. Pemeliharaan Tanaman 1. Penyiangan Rumput atau gulma yang tumbuh di areal perkebunan jambu mete sangat mengganggu pertumbuhan tanaman jambu mete dan 152 pembentukan hasilnya. Penyiangan rumputgulma yang sempurna dapat meningkatkan perkembangan tajuk tanaman sehingga tanaman tersebut dapat mereduksi luas permukaan tanah dan pada saat yang sama dapat meningkatkan produksi tanaman. 2. Pemupukan Pemupukan bertujuan memberikan unsure makanan yang dibutuhkan oleh tanaman. Unsur-unsur makanan yang diperlukan oleh tanaman dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu unsur makro yang terdiri atas nitrogen, phospat, kalium, belerang, magnesium, dan kalsium. Unsuir mikro terdiri atas molybdenum Mo, tembaga Cu, boron B, seng Zn, besi Fe, mangan Mn dan lain-lain. 3. Penyiraman Air merupakan bahan pelarut sel dan merupakan medium untuk pengangkutan unsure hara dalam tan ah. Air juga dapat mempertahankan turgor dalam proses transpirasi. Di samping itu, air itu sendiri unsure hara bagi tanaman. 4. Pemangkasan Dengan pemangkasan, maka akan terbentuk percabangan yang bagus, tajuk yang luas, dan pohon yang luas. pemangkasan ini harus dimulai sejak tanaman masih berupa bibit sampai tanaman berbuah. Pemangkasan tanaman yang masih berupa bibit hanya dilakukan untuk membuang tunas-tunas sampingnya saja. 5. Perlindungan tanaman Perlindungan tanaman dari serangan hama dan penyakit pada prinsipnya dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut : a. Tindakan preventif, yaitu mencegah serangan hama dan penyakit dengan melakukan pengolahan tanah secara intensif, menanam dengan jarak tanam yang sesuai, penyiraman dengan air yang dehat, dan penyiangan. b. Tindakan kuratif, yaitu mengendalikan serangan hama dan penyakit. Dengan memeliharamenyebarkan musuh alami 153 predator, membunuh hama secara langsung , memangkas bagian tanaman yang terserang hamapenyakit dan membakarnya, atau menyemprot tanaman dengan obat-obatan pemberantas haman dan penyakit. C. Pengendalian Hama Dan Penyakit Tanaman jambu mete tidak luput dari serangan hama dan penyakit, beberapa hama yang menyerang tanaman jambu mete antara lain ulat kipas, kutu daun, penggerek batang dan akar, pengendaliannya dapat dilakukan dengan memungut ulat-ulat yang berkelompok pada daun, lalu memusnahkannya dengan menyemprotkan insektisida, memangkas bagian tanaman yang terserang, serta memoles sekitar permukaan pangkal batangakar dengan suspensi BMC. Begitupula dengan penyakit yang menyerang tanaman ini ada beberapa jenis penyakit yang menyerang seperti layu pada bibit, mati pucuk, busuk kering pada buah dan biji, anthracnosis pada daun dan lain-lain. Dapat pula dikendalikan dengan cara pengolahan tanah secara intensif, penyemprotan dengan fungisida medesinffektan benih dan bibit, menanam dengan jarak tanam yang sesuai serta sanitasi kebun. D. Panen Panen buah mete umumnya dilakukan dengan memetik buah- buah yang telah masak dipohon atau memungut buah-buah yang telah gugur di tanah tetapi sudah matang. Pemetikan buah mete ini tidak dapat dilakukan sekaligus karena buah mete tidak masak secara bersamaan, pemetikan dapat dilakukan setiap 3 – 5 selama 2 – 3 bulan. tewrgantung pada banyaknya buah, buah-buah yang telah mencapaiu derajat kemasakan yang optimal ditandai dengan penampakan fisik buiah semu seperti buah semu berwarna merah cerah jingga atau kuning, daging buah semu jika dipijit sudah agak terasa lunak, dan buah telah berumur 60 – 70 hari sejak bunga mekar.

8.11. Rencana Pengelolaan Tanah Pucuk dan Tanah Penutup