predator, membunuh hama secara langsung , memangkas bagian tanaman yang terserang hamapenyakit dan membakarnya, atau
menyemprot tanaman dengan obat-obatan pemberantas haman dan penyakit.
C. Pengendalian Hama Dan Penyakit Tanaman jambu mete tidak luput dari serangan hama dan
penyakit, beberapa hama yang menyerang tanaman jambu mete antara lain ulat kipas, kutu daun, penggerek batang dan akar, pengendaliannya
dapat dilakukan dengan memungut ulat-ulat yang berkelompok pada daun, lalu memusnahkannya dengan menyemprotkan insektisida,
memangkas bagian tanaman yang terserang, serta memoles sekitar permukaan pangkal batangakar dengan suspensi BMC.
Begitupula dengan penyakit yang menyerang tanaman ini ada beberapa jenis penyakit yang menyerang seperti layu pada bibit, mati
pucuk, busuk kering pada buah dan biji, anthracnosis pada daun dan lain-lain. Dapat pula dikendalikan dengan cara pengolahan tanah secara
intensif, penyemprotan dengan fungisida medesinffektan benih dan bibit, menanam dengan jarak tanam yang sesuai serta sanitasi kebun.
D. Panen Panen buah mete umumnya dilakukan dengan memetik buah-
buah yang telah masak dipohon atau memungut buah-buah yang telah gugur di tanah tetapi sudah matang. Pemetikan buah mete ini tidak
dapat dilakukan sekaligus karena buah mete tidak masak secara bersamaan, pemetikan dapat dilakukan setiap 3 – 5 selama 2 – 3 bulan.
tewrgantung pada banyaknya buah, buah-buah yang telah mencapaiu derajat kemasakan yang optimal ditandai dengan penampakan fisik
buiah semu seperti buah semu berwarna merah cerah jingga atau kuning, daging buah semu jika dipijit sudah agak terasa lunak, dan buah
telah berumur 60 – 70 hari sejak bunga mekar.
8.11. Rencana Pengelolaan Tanah Pucuk dan Tanah Penutup
154
Maksud dari pengelolaan ini adalah untuk mengatur dan memisahkan tanah pucuk dengan lapisan tanah lainnya. Hal ini penting karena tanah
merupakan media tumbuh bagi tanaman dan merupakan salah satu faktor penting untuk keberhasilan pertumbuhan tanaman pada kegiatan reklamasi.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan tanah pucuk adalah :
Pengamatan profil tanah dan identifikasi perlapisan tanah tersebut
sampai endapan bahan galian.
Pengupasan tanah berdasarkan atas lapisan-lapisan tanah dan ditempatkan pada tempat tertentu sesuai dengan tingkat lapisannya.
Timbunan tanah pucuk tidak lebih dari 2 meter.
Pembentukan lahan sesuai dengan susunan lapisan tanah semula. Tanah pucuk ditempatkan paling atas dengan ketebalan minimal 0,15 meter.
Ketebalan timbunan tanah pucuk pada tanah yang mengandung racun
dianjurkan lebih tebal dari yang tidak beracun atau dilakukan perlakuan khusus dengan cara mengisolasi dan memisahkannya.
Pengupasan tanah dilakukan dalam keadaan basah untuk menghindari
pemadatan dan rusaknya struktur tanah.
Bila lapisan tanah pucuk tipis terbatassedikit, perlu dipertimbangkan : a. Penentuan daerah prioritas yaitu daerah yang sangat peka terhadap
erosi sehingga perlu penanganan konservasi tanah dan pertumbuhan tanaman.
b. Penempatan tanah pucuk pada jalur penanaman. c. Pencampuran tanah pucuk dengan tanah lain.
Dilakukan penanaman langsung dengan tanah penutup Cover Crop yang cepat tumbuh dan menutup permukaan tanah.
8.12. Rencana Pengendalian Erosi
Secara umum dapat dikatakan bahwa erosi merupakan proses terlepasnya butiran tanah dari induknya disuatu tempat dan terangkutnya
material tersebut oleh gerakan air atau angin.
155
Tahap-tahap dari penambangan yang meliputi pembersihan land clearing, kegiatan pengupasan tanah penutup dan kegiatan penimbunan,
menyebabkan lokasi yang ada lahan-lahan yang terbuka. Lahan yang terbuka ini merupakan areal yang rawan terhadap pengaruh air hujan
maupun air limpasan, karena tidak adanya pohonvegetasi yang tumbuh sehingga menyebabkan kontak langsung dari butiran air hujan dan limpasan
air permukaan terhadap tanahlahan sehingga berpotensi sekali untuk terjadinya erosi.
Secara umum faktor-faktor utama penentu yang mempengaruhi erosi adalah curah hujan, tanah, topografi, vegetasi atau campur tangan manusia.
Sifat-sifat hujan yang perlu diketahui adalah intensitas hujan yang menunjukkan banyaknya curah hujan persatuan waktu, volume air dan
frekuensi. Bila sering terjadi hujan, dengan curah hujan yang tinggi dan waktu yang lama, maka potensi terjadinya erosi pada lahan terbuka akan
menjadi tinggi. Sifat-sifat yang mempengaruhi kepekaan tanah terhadap erosi adalah
tekstur tanah, struktur tanah, infiltrasi, kandungan bahan organik. Faktor topografi yang mempengaruhi erosi adalah derajat kemiringan dan panjang
lereng. Vegetasi mempunyai pengaruh yang bersifat melawan terhadap pengaruh faktor-faktor lain yang erosive, seperti hujan, topografi, dan
karakter tanah.Campur tangan manusia dapat mengubah kondisi tanah menjadi baik atau buruk. Apabila dibuat teras-teras atau jenjang-jenjang
pada tanah yang berlereng curam, maka erosi dapat dikurangi, sedangkan terjadi penebasan tumbuhan maka hal tersebut dapat terjadinya erosi.
Erosi akan bertambah sejalan dengan pembukaan pada daerah penambangan dan daerah konstruksi untuk saran penunjang. Pada akhirnya
permasalahan ini akan menyebabkan pengaruh biruk pada kualitas air di perairan umum. Prinsip pengendalian erosi pada daerah penambangan
adalah sebagai berikut :
Menyesuaikan kegiatan dengan kondisi topografi dan tanah penyaliran. Hal ini perlu untuk dapat menetukan langkah yang terbaik untuk
156
melakukan kegiatan di daerah tersebut sehingga dampaknya terhadap lingkungan dapat menjadi minimal.
Memanfaatkan kondisi topografi yangada untuk meminimalkan kegiatan
pembentukan lereng.
Membuat rencana kendali erosi sebelum dilakukan kegiatan yang dapat menggangu tanah.
Sedapat mungkin mempertahankan tumbuhan alami yang ada.
Meminimalkan luas dan lamanya tanah terbuka yang akan terkena erosi.
Mengalirkan air limpasan sedapat mungkin menjauh dari daerah yang
terganggu.
Meminimalkan panjang dan kemiringan lereng. Pengendalian erosi pada kegiatan pertambangan dapat dilakukan
dengan metode vegetatif, mekanis, dan kimia atau kombinasi dari metode- metode tersebut. Untuk kondisi lapangan dan ketersediaan sarana pada
daerah X maka metode yang digunakan adalah metode mekanis.
Metode mekanis Metode mekanis adalah semua perlakuan fisik mekanis yang
diberikan terhadap tanah dan pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan dan erosi, serta meningkatkan kemampuan
penggunaan tanah. Metode mekanis dalam pengendalian erosi berfungsi :
a Memperlambat aliran permukaan,
b Menampung dan mengalirkan aliran permukaan,
c Memperbesar kapasitas infiltrasi air ke dalam tanah dan
memperbaiki aerasi tanah, d
Menyediakan air bagi tanaman. Usaha pengendalian erosi yang termasuk dalam metode mekanis
adalah : a
Pengolahan tanah, b
Pengolahan tanah menurut kontur garis kontur,
157
c Pembuatan teras,
d Pembuatan saluran pembuang air,
e Pembuatan dam pengendali.
Pengendalian erosi dengan metode mekanis pada daerah X dengan pembuatan teras.
Pembuatan teras
Teras adalah timbunan tanah yang dibuat melintang atau memotong kemiringan lahan, yang berfungsi untuk menangkap aliran permukaan,
serta mengarahkannya ke outlet yang stabil. Berdasarkan fungsinya teras dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu teras pengelak, teras retensi
dan teras bangku. Teras pengelak mempunyai fungsi utama untuk menangkap aliran
permukaan dan mengalirkannya memotong kontur. Beberapan tipe teras pengelak yang sudah di kenal diantaranya teras Magnum dan Nicholas.
Teras Magnum dibuat dengan cara menimbun tanah yang diambil dari kedua sisinya, sedangkan teras Nicholas dibuat dengan cara menimbun
tanah yang diambil dari sisi sebelah atasnya saja. Teras bangku atau tangga dibuat dengan jalan memotong lereng dan
meratakan tanah dibagian bawah sehingga terbentuk suatu deretan anak tangga atau bangku yang dipisahkan oleh talud.
8.13. Rencana Pengelolaan Limbah padat, cair, gas