K3 DAN LINGKUNGAN

(1)

BAB VIII

K3 DAN LINGKUNGAN

8.1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Dalam kegiatan pertambangan, salah satu hal yang sangat di perhatikan oleh pemerintah dan dunia pertambangan maupun masyarakat internasional yaitu tingkat pelaksanaan bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam hal ini tingkat kecelakaan tambang yang terjadi.

Untuk itu bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja yaitu usaha untuk dapat melaksanakan pekerjaan tanpa kecelakaan, memberikan lingkungan kerja yang aman, sehingga dapat mencapai hasil yang menguntungkan dan bebas dari bahaya. Ini dilakukan guna mencegah agar karyawan tidak celaka dan tidak menimbulkan kerugian pada alat/material produksi.

K3 harus perencanaan secara seksama oleh ahli yang berkepentingan dan profesional (pihak manajemen K3) dengan mengikut sertakan karyawan. Dalam pelaksanaannya diperlukan penyuluhan dan pengawasan yang ketat dalam pelaksanaan peraturan-peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Terutama pada pihak manajemen dalam membuat kebijakan K3, prosedur pelaksanaan K3, program K3 maupun perekrutan karyawan harus tertulis, terdistribusi, dan dilaporkan kepada pengawas dalam hal ini pemerintah indonesia (Departemen Pertambangan).

Karyawan juga harus ditingkatkan faktor kemampuan dan keterampilannya, faktor sikap dan mentalnya, faktor motivasinya dalam pekerjaannya melalui penyuluhan dan pembinaan serta kursus-kursus di bidang pekerjaannya.

Lingkungan kerja harus sangat diperhatikan yaitu desain fasilitas, prosedur operasi, lokasi pekerjaan harus aman.

Upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan tambang antara lain yaitu dengan mencegah tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman antara lain dengan:


(2)

 Mempelajari seluruh daerah tambang untuk diadakan deteksi atau kontrol lingkungan yang berbahaya.

 Mempelajari semua metode yang dipakai di dalam operasi kegiatan yang dilakukan atau Job safety Analisis (JSA) dan membuat Standart Operasi Prosedur (SOP).

 Melakukan diklat, intruksi,intruksi, training, dan menanamkan disiplin.  Peneguran dan peringatan bila terjadi kesalahan prosedur atau

pelaksanaannya meskipun kecil.

 Pengadaan dan penggunaan peralatan keamanan (safety) standar sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan karyawan.

 Mengevaluasi setiap hasil kerja dan kejadian K3. 8.2. Organisasi

Dalam organisasi K3 diperlukan divisi K3 dan lingkungan. Divisi inilah yang bertanggung jawab terhadap :

 Keselamatan dan kesehatan kerja para buruh / pekerja.

 Mengontrol dan mencegah dampak – dampak negatif yang timbul dari aktivitas penambangan dan merehabnya dengan melakukan reklamasi (penghijauan kembali).

 Perawatan kendaraan (sarana penunjang) dan peralatan yang digunakan untuk menunjang operasi tambang.

 Perawatan infrastruktur bangunan yang ada. 8.3. Sarana Keselamatan Kerja

Untuk mencapai tujuan keselamatan kerja maka diperlukan hal – hal sebagai berikut :

a. Niat pimpinan terhadap keselamatan keselamatan kerja.

Dukungan pimpinan perusahan sangat penting dan sangat menentukan berhasilnya program keselamatan kerja.

b. Pengawas yang terlatif dan terampil.

Peranan pengawas sangat penting dalam program keselamatan kerja.Fungsi pengawas selain untuk mengawasi kelancaran produksi,


(3)

pengawas juga berfungsi untuk mengawasi keselamatan para pekerja bawahannya dan peralatan kerja serta lingkungan kerjanya.

c. Program kerja yang memadai

Maksudnya adalah agar tujuan/target produksi yang ditetapkan dapat tercapai maka didalam pelaksanaan program keselamatan kerja diperlukan program yang sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan. d. Peralatan keselamatan kerja

Peralatan keselamatan kerja sangat penting artinya dalam keselamatan kerja, hal ini mengingat :

- Dengan dilengkapi peralatan keselamatan kerja, baik alat pelindung diri maupun alat keselamatan kerja lainnya menunjukkan bahwa pimpinan perusahaan sangat memperhatikan keselamatan kerja bagi para karyawan.

- Peralatan keselamatan kerja adalah alat untuk melindungi karyawan secara langsung dari bahaya kecelakaan, seperti :

o Helm (Helmet)

Helm digunakan untuk melindungi kepala para pekerja dari runtuhan batuan yang terjadi secara tidak sengaja, melindungi dari matahari, dan bahaya kecelakaannya lainnya yang dapat terjadi tanpa diduga.

Gambar 8.1 Helm (Helmet)

o Kacamata

Kacamata berfungsi untuk melindungi mata para pekerja dari debu yang timbul dari aktifitas penambangan bagi pekerja (operator peralatan mekanis) dan berfungsi juga sebagai kacamata las untuk para mekanik bengkel perusahaan yang memperbaiki alat mekanis.


(4)

Gambar 8.2. Pelindung Mata / Kacamata

o Pelindung pada telinga (Head Seet)

Berfungsi untuk melindungi pendengaran para pekerja dari kebisingan yang ditimbulkan oleh peralatan mekanis yang sedang beroperasi.


(5)

o Sepatu lapangan (Safety Shoes)

Berfungsi untuk melindungi kaki para pekerja dari jatuhan batuan yang tidak disengajai pada saat kegiatan pembongkaran, pemuatan, dan pengangkutan berlangsung.

Gambar 8.4 Sepatu Lapangan (Safety Shoes)

o Kacamata las (Topen Las)

Berfungsi untuk melindungi wajah dari serpian las dan sekaligus melindungi mata.


(6)

o Pelindung dada ( Apron )

Menjaga kondisi ( kesehatan ) dada pekerja pada saat melakukan aktifitas penambangan.

Gambar 8.6 Pelindung Dada (Apron)

o Sarung tangan

Untuk menlindungi tangan dan jari dan kenyamanan dalam bekerja.


(7)

o Pakaian Pekerja

Untuk menlindungi tubuh para pekerja pada saat aktivitas penambangan.

Gambar 8.8 Pakaian Pekerja 8.4. Pembinaan Keselamatan Kerja

Dalam usaha pembinaan keselamatan kerja, pemerintah dalam hal ini Direktorat Teknik Pertambangan melaksanakan hal – hal sebagai berikut :  Melaksanakan inspeksi keselamatan kerja secara teratur, minimum setahun

sekali.

 Melaksanakan pemeriksaan kecelakaan tambang yang berakibat mati.  Menyatakan pedoman – pedoman kerja serta publikasi keselamatan kerja

seperti :

 Administrasi keselamatan kerja  Pedoman keselamatan kerja  Fakta kecelakaan, seperti :

- Luka – luka - Mati ( kematian ) - Alat rusak

- Penderitaan ( cacat ), dll.

 Menyelenggarakan pekerja terampil, seperti :  Kursus keselamatan kerja


(8)

 Kursus operator alat berat.

Terlepas dari apa yang telah dibahas diatas, dalam pelaksanaan program keselamatan kerja tidak dilakukan atau berlangsung begitu saja tetapi ada undang – undang dan instansi terkait yang mengatur dan bertanggunggung jawab atasnya.

Adapun beberapa undang – undang tersebut dan instansi terkait yang dapat mengawasi / bertanggung jawab terhadap program keselamatan kerja, yaitu :

1. Dasar Hukum Keselamatan Kerja

Dalam negara indonesia terdapat banyak hukum parsial mengenai keselamatan kerja, dalam pembahasan mengenai program pelaksanaan keselamatan kerja pada perencanaan penambangan marmer ini kita tidak membahas telalu rinci mengenai hukum – hukum yang mengaturnya. Namun sebagai bukti hukum, salah satu hukum yang bertanggung jawab terhadap keselamatan kerja adalah UU Keselamatan Kerja No.1 Tahun 1970, pasal 12 dan pasal 14, serta PP No.19 Tahun 1973, pasal 2.

Adapun hukum – hukum lain yang mengatur tentang program keselamatan kerja, seperti :

 Kepmen 555.K/26/M.PE/1995 mengenai K3 Pertambangan Umum  PUIL ( Peraturan Umum, Instansi Listrik ) 1977

 Surat keputusan bersama Manaker dan PU No.Kep 174/Men/86 No.104/KPTS/1986.tentang K3 kegiatan konstruksi.

 UU No.14 Tahun 1992 tentang lalu lintas dan jalan raya

 Keputusan Dirjen Pertambangan Umum No.1245 dan 1247 mengenai peraturan pelaksanaan K3 pada kegiatan pertambangan umum.

2. Instansi Pemerintah Terkait

Ada beberapa instansi pemerintah terkait yang bertanggung jawab terhadap program keselamatan kerja, yaitu :


(9)

Depnaker merupakan salah satu departemen pemerintah yang membawahi bidang ketenagakerjaan, termasuk permasalahan keselamatan dan kesehatan kerja seluruh tenaga kerja Indonesia. Salah satu produk perundang – perundang dari lembaga ini adalah UU No.1 Tahun 1970, tentang keselamatan dan kesehatan kerja.

b. Departemen Pertambangan dan Energi

Dunia pertambangan diindonesia diawasi dan dibina langsung oleh depertamen ini. Produk perundang – undang mengenai keselamatan dan kesehatan kerja yang dihasilkan dari depertamen ini adalah 555.K/M.PE/26/1995.

c. Departemen Pekerjaan Umum

Departemen ini bertanggung jawab terhadap pengawasan pekerjaan – pekerjaan yang bersifat umum, termasuk sektor konstruksi. Beberapa peraturan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja telah dikeluarkan oleh lembaga ini, yaitu surat keputusan bersama manaker dan PU No. Kep 174/Men/86 No.104/KPTS/1986 tentang K3 kegiatan konstruksi. 8.5. Isu-Isu Lingkungan Akibat Kegiatan Pertambangan

Kegiatan pertambangan, selain menimbulkan dampak lingkungan, ternyata menimbulkan dampak sosial yang komplek. Oleh sebab itu, AMDAL suatu kegiatan pertambangan harus dapat menjawab dua tujuan pokok (World Bank, 1998) :

1. Memastikan bahwa biaya lingkungan, sosial dan kesehatan dipertimbangkan dalam menentukan kelayakan ekonomi dan penentuan alternatif kegiatan yang akan dipilih.

2. Memastikan bahwa pengendalian, pengelolaan, pemantauan serta langkah-langkah perlindungan telah terintegrasi di dalam desain dan implementasi proyek serta rencana penutupan tambang.

United Nations Environment Programme (UNEP, 1999) menggolongkan dampak-dampak yang timbul dari kegiatan pertambangan sebagai berikut :


(10)

2. Perlindungan ekosistem/habitat/biodiversity di sekitar lokasi pertambangan.

3. Perubahan landskap/gangguan visual/kehilangan penggunaan lahan 4. Stabilisasi site dan rehabilitasi

5. Limbah tambang dan pembuangan tailing

6. Kecelakaan/ terjadinya longsoran fasilitas tailing

7. Peralatan yang tidak digunakan , limbah padat, limbah rumah tangga 8. Emisi Udara

9. Debu

10. Perubahan Iklim 11. Konsumsi Energi

12. Pelumpuran dan perubahan aliran sungai 13. Buangan air limbah dan air asam taminasi 14. Perubahan air tanah dan kontaminasi

15. Pengelolaan bahan kimia, keamanan, dan pemaparan bahan kimia di tempat kerja

16. Kebisingan 17. Radiasi

18. Keselamatan dan kesehatan kerja 19. Toksisitas logam berat

20. Peninggalan budaya dan situs arkeologi

21. Kesehatan masyarakat dan pemukiman sekitar tambang 8.6. Aktifitas Pertambangan Ramah Lingkungan

Kalangan usaha pertambangan sebenarnya dapat berbuat banyak untuk mendukung mewujudkan masa depan kehutanan Indonesia yang lestari. Dukungan perusahaan pertambangan dapat dimulai sejak awal beroperasinya perusahaan tersebut yang telah menyatakan komitmennya sebagai perusahaan pertambangan yang ramah lingkungan. Perusahaan pertambangan sebagai perusahaan yang mengelola dan memanfaatkan potensi sumber daya alam seharusnya sejak awal mempertimbangkan aspek lingkungan dan aspek sosial masyarakat dalam kegiatan usahanya.


(11)

Perusahaan pertambangan seharusnya tidak hanya mengupayakan aspek ekonomi, tetapi juga memperhatikan aspek lingkungan dan aspek sosial. greenmining- Ketiga aspek yang menjadi pilar utama dalam pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan tersebut harus menjadi perhatian yang seimbang oleh pelaku usaha pertambangan.

Dalam aspek lingkungan, perusahaan pertambangan sejak awal seharusnya memperhatikan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang telah dibuatnya, sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No: 17 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi AMDAL. Kegiatan usaha pertambangan umum dengan luas perizinan (KP) di atas 200 hektar atau luas daerah terbuka untuk pertambangan di atas 50 hektar kumulatif per tahun wajib dilengkapi dengan AMDAL. Hal ini sangat diperlukan untuk menghindari bukaan lahan yang terlalu luas.

Potensi dampak penting terhadap lingkungan dari usaha pertambangan umum antara lain merubah bentang alam, ekologi dan hidrologi. Kemudian, lama kegiatan usaha tersebut juga akan memberikan dampak penting terhadap kualitas udara, kebisingan, getaran apabila menggunakan peledak, serta dampak dari limbah cair yang dihasilkan. Untuk eksploitasi produksi batubara/gambut lebih dari 250.000 ton/tahun, bijih primer lebih dari 250.000 ton/tahun dan bijih sekunder/endapan alluvial lebih dari 150.000 ton/tahun semuanya wajib dilengkapi dengan AMDAL.

Selain hal di atas, ada beberapa hal penting yang perlu mendapatkan perhatian perusahaan pertambangan agar dapat menjadi perusahaan yang ramah lingkungan. Pertama, perusahaan pertambangan harus mengelola sumber daya alam dengan baik dan memelihara daya dukungnya agar bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dari generasi ke generasi.

Kedua, perusahaan pertambangan perlu meningkatkan pemanfaatan potensi sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan melakukan konservasi, rehabilitasi dan penghematan penggunaan, dengan menerapkan teknologi ramah lingkungan. Ketiga, perusahaan pertambangan perlu


(12)

mendayagunakan sumber daya alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dengan memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan dan keseimbangan lingkungan hidup, pembangunan yang berkelanjutan, kepentingan ekonomi dan budaya masyarakat lokal, serta penataan ruang, yang pengusahaannya diatur dengan undang-undang. Keempat, perusahaan pertambangan perlu menerapkan indikator-indikator yang memungkinkan pelestarian kemampuan keterbaharuan dalam pengelolaan sumber daya alam yang dapat diperbaharui untuk mencegah kerusakan yang tidak dapat pulih. 8.7. Aspek Lingkungan Dalam AMDAL Bidang Pertambangan

Kegiatan pertambangan untuk mengambil bahan galian berharga dari lapisan bumi telah berlangsung sejak lama. Selama kurun waktu 50 tahun, konsep dasar pengolahan relatif tidak berubah, yang berubah adalah skala kegiatannya. Mekanisasi peralatan pertambangan telah menyebabkan skala pertambangan semakin membesar. Perkembangan teknologi pengolahan menyebabkan ekstraksi bijih kadar rendah menjadi lebih ekonomis, sehingga semakin luas dan dalam lapisan bumi yang harus di gali. Hal ini menyebabkan kegiatan tambang menimbulkan dampak lingkungan yang sangat besar dan bersifat penting.

8.8. Rencana Pelaksanaan Reklamasi

Penambangan dapat merubah lingkungan secara fisik, kimia dan biologi, seperti bentuk lahan dan kondisi tanah, kualitas dan aliran air, debu, getaran, pola vegetasi dan habitat fauna, dan sebagainya. Perubahan-perubahan ini harus dikelola untuk menghindari dampak lingkungan yang merugikan seperti erosi, sedimentasi, drainase yang buruk, masuknya gulma/hama/penyakit tanaman, pencemaran air permukaan/air tanah oleh bahan beracun dan lain-lain.

Hal-hal yang harus diperhatikan di dalam perencanaan reklamasi adalah sebagai berikut :

 Mempersiapkan rencana reklamasi sebelum pelaksanaan penambangan.  Luas areal yang direklamasi sama dengan luas areal penambangan.


(13)

 Memindahkan dan menempatkan tanah pucuk pada tempat tertentu dan mengatur sedemikian rupa untuk keperluan revegetasi nantinya.

 Mengembalikan/memperbaiki pola drainase alam yang rusak.

 Mengembalikan lahan seperti keadaan semula atau sesuai dengan tujuan penggunaannya.

 Memperkecil erosi selama dan setelah proses reklamasi.

 Memindahkan semua peralatan yang tidak digunakan lagi dalam aktivitas penambangan.

 Permukaan yang padat harus digemburkan namun bila tidak memungkinkan sebaiknya ditanami dengan tanaman pionir yang akarnya mampu menembus tanah yang keras.

 Memantau dan mengelola areal reklamasi sesuai dengan kondisi yang diharapkan.

Selain hal-hal diatas, ada beberapa bagian penting yang harus diperhatikan dalam rencana pelaksanaan reklamasi yaitu pemeriaan lahan, pemetaan dan peralatan yang akan digunakan.

8.9. Rencana Pengelolaan Pasca Tambang dan Penentuan Lahan Akhir Pada rencana pengelolaan lahan pasca tambang yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah persiapan lahan yang meliputi :

1. Pengamanan lahan bekas tambang Kegiatan ini meliputi :

 Pemindahan/pembersihan seluruh peralatan dan prasarana yang tidak digunakan dilahan yang akan direklamasi.

 Perencanaan secara tepat lokasi pembuangan sampah/limbah beracun dan berbahaya dengan perlakuan yang khusus agar tidak mencemari lingkungan.

 Melarang atau menutup jalan masuk ke lahan bekas tambang yang akan direklamasi.


(14)

Pengaturan bentuk lereng dimaksudkan untuk mengurangi kecepatan air limpasan (run off), erosi dan sedimentasi serta longsor. Lereng jangan terlalu terjal atau tinggi dan dibentuk secara berteras-teras.

3. Pengaturan saluran pembuangan air (SPA)

Pengaturan saluran pembuangan air (SPA) dimaksudkan untuk mengatur air agar mengalir pada tempat tertentu dan dapat mengurangi kerusakan lahan aibat erosi.

4. Pengaturan/penempatan low grade

Maksud pengaturan dan penempatan low grade (bahan tambang yang mempunyai nilai ekonomis rendah) adalah agar lahan tambang tersebut tidak tererosi/hilang apabila ditimbun dalam waktu yang lama karena belum dimanfaatkan.


(15)

Gambar 3.1.

Pengaturan / penempatan low grade

Pada rencana reklamasi ini, areal bekas penambangan batubara (daerah X) akan dimanfaatkan untuk perkebunan jambu mete. Oleh karena itu agar kegiatan yang direncanakan tersebut dapat berjalan dengan baik dan berhasil maka diperlukan adanya beberapa tindakan, antara lain :

 Perlunya perataan daerah X, dimana diharapkan daerah X pada akhirnya memiliki kemiringan < 50.

 Melakukan penimbunan terhadap lubang-lubang bukaan akibat kegiatan penambangan.

8.10. Rencana Reklamasi dan Revegetasi (luas, lokasi, teknik/ metode, dll) Sebelum melakukan revegetasi ada beberapa hal yang harus diketahui terlebih dahulu, diantaranya luas, lokasi dan teknik/metode.

 Luas

Lokasi yang akan direklamasi sama dengan luas daerah penambangan yaitu 17,6 Ha.

 Lokasi

Adapun teknik reklamasi yang digunakan yaitu revegetasi.  Teknik/ metode

Keberhasilan revegetasi bergantung pada beberapa hal seperti ; persiapan penanaman, cara penanaman, pemeliharaan tanaman serta pemantauan tanaman.

Revegetasi

Keberhasilan revegetasi bergantung pada beberapa hal seperti ; persiapan penanaman, cara penanaman, pemeliharaan tanaman serta pemantauan tanaman.

Persiapan Penanaman

Langkah awal pada persiapan penanaman adalah memperbaiki kondisi tanah yang telah rusak akibat kegiatan penambangan, maupun akibat kontaminasi dengan limbah yang mengandung zat-zat beracun. Perbaikan


(16)

kondisi tanah ini dengan menggunakan gypsum dan kapur. Gypsum digunakan untuk memperbaiki kondisi tanah yang mengandung banyak lempung dan untuk mengurangi kerak tanah. Penggunaan kerak gypsum akan meningkatkan struktur tanah, meningkatkan daya resap terhadap air, sedangkan kapur atau batu gamping digunakan untuk mengatur pH dan juga memperbaiki struktur tanah.

 Pemilihan Jenis Tanaman

Daerah X yang akan digunakan sebagai areal perkebunan jambu mete. Pemilihan jambu mete sebagai tanaman revegetasi tidak terlepas dari kondisi lingkungan dalam hal ini iklim dan tanah yang menunjang pertumbuhan jambu mete.

1. Iklim

Beberapa unsur iklim yang penting yaitu ; - Curah hujan

Daerah X merupakan daerah yang memiliki curah hujan cukup tinggi setiap tahunnya. Hal ini merupakan faktor yang pendukung bagi pertumbuhan dan produksi dari jambu mete. Curah hujan yang merata ini dapat menurunkan penguapan dari tanah dan tanaman jambu mete.

- Sinar matahari

Sinar matahaari diperlukan untuk memproduksi karbohidrat (di dalam proses asimilasi) juga untuk memacu pembentukan bunga dan buah, karenanya intensitas, kualitas, dan lama penyinaran amat berpengaruh pada proses itu.

- Suhu

Selain sinar matahari dan curah hujan yang cukup, untuk tumbuh dengan baik tanaman jambu mete memerlukan suhu yang optimum. Suhu optimum ini berkisar antara 29-30 0C. Beberapa

faktor yang mempengaruhi suhu adalah lama penyinaran dan ketinggian tempat. Daerah X merupakan daerah tropis pada


(17)

dataran rendah. Kondisi ini sangat memungkinkan bagi terpenuhinya suhu optimum yang diperlukan jambu mete.

2. Tanah

Dalam hal tanah, tanaman jambu mete cocok dan dapat tumbuh pada tanah laterit pada daerah X.

Dua sifat utama tanah sebagai media tumbuh adalah sifat kimia dan sifat fisik tanah.

1. Jenis tanah

Jenis-jenis tanah yang cocok untuk budi daya tanaman jambu mete adalah tanah latosal merah yang solumnya dalam, tanah alluvial, tanahlaterit, tanah pedsolik, dan tanah regosal.

2. Sifat kimia tanah

Agar keadaan sifat kimia tanah cocok untuk penanaman jambu mete, maka derajat keasaman tanah pada lokasi yang akan ditanami harus ditelitri terlebih dahulu. Cara meneliti keasaman tanah dapat dilakukan dengan menggunakan pH meter. Keasaman (pH) tanah yang rendah (kurang dari 5,5) dapat diatasi dengan pemberian belerang. Sedangkan apabila pH tanahnya tinggi (lebih dari 6,3) dapat diturunkan dengan memberikan pengapuran.

3. Sifat fisik tanah

Sifak fisik tanah yang penting adalah tekstur dan struktur tanah. Tekstur tanah yang cocok untuk tanaman jambu mete adalah tanah yang bertekstur lempung berpasir, liat berpasir, tanah berpasir, dan pasir liat. Sdangkan struktur tanah yang baik untuk tanaman jambu mete adalah tanah yang genbur dan mudah mengikat air (porous}. 4. Sifat biologi tanah

tanaman jambu mete memerlukan sifat biologis tanah yang baik. Jika sifat biologis tanah baik, maka produktivitas jambu mete akan menjadi tinggi. Sifat biologis tanah yang baik dicirikan oleh


(18)

banyaknya bahan organik/humus di dalam tanah dan banyaknyaorganisme dalam tanah.

5. Ketinggian tempat

Di dataran rendah hingga dataran medium dengan ketinggian tempat 0-700m diatas permukaan laut, tanaman jambu mete dapat tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi. Di dataran tinggi (di atas 1000 m dpl), produktivitas tanaman jambu mete makin berkurang. 6. Derajat kemiringan tanah

Secara teknis, tanah yang miring ataupun bergelombang dapat digunakan untuk budi daya tanaman jambu mete, asalkan kemiringannya tidak lebih 30%. Tanah yang memiliki kemiringan 30% berarti pada jarak 100 m perbedaan ketinggiannya adalah 30 m. Tanah miring ataupun tanah bergelombang jika akan digunakan untuk usaha penanaman jambu mete harus dibuat teras-teras atau tanggul-tanggul.

 Pembibitan Tanaman Jambu Mete

Pembibitan tanaman jambu mete dapat dilakukan secara generatif atau secara vegetatif. Pembibitan secara generatif adalah pembibitan yang dilakukan dengan dengan penyemaian biji. Sedangkan pembibitan secara vegetatif dalah pembibitan yang dilakukan dengan penyambungan (grafting), pencangkokan (air layering), okulasi (budding), dan perundukan cabang bagian bawah tanaman (groung layering). Keuntungan pembibitan secara vegetatif adalah ukuran tanaman seragam, waktu berbuah lebih cepat, dan produksinya lebih tinggi daripada pembibitan dengan biji.

Pekerjaan pembibitan jambu mete meliputi lima hal, yaitu pembuatan kebun induk, pengadaan benih, penyiapan lahan pembibitan, penanaman benih dan pemeliharaan di persemaian, penyambungan serta pemeliharaan bibit.

 Penanaman dan pemeliharaan tanaman jambu mete A. Penanaman bibit di kebun


(19)

Jadwal tanam yang tepat dilahan kering adalah pada permulaan musim hujan sampai dengan pertengahan musim hujan, yakni bulan Oktober/November sampai dengan Desember/Januari. Penanaman di lahan yang beririgasi teknis, saat tanam dapat dilakukan kapan saja karena kebutuhan air untuk pertumbuhan bibit selama masa pertumbuhannya dapat dicukupi dari air irigasi.

2. Persiapan Lahan

Penyiapan lahan untuk penanaman jambu mete yang utama adalah pembersihan semak belukar, sisa-sisa bekas tanaman sebelumnya, pembuatan parit irigasi dan drainase, pembuatan jalan control, pembuatan jalan angkutan produksi, dan pembrntukan teras-teras bagi lahan miring.

3. Penentuan Jarak Tanam

Jarak tanam yang dianjurkan untuk budi daya tanaman jambu mete adalah sebagai berikut :

a. 6 m x 8 m : Jarak dalam barisan tanam yang membujur arah Barat – Timur adalah 6m dan jarak antar barisan tanam 8 m

b. 8 m x 10 m : Jarak dalam barisan 8 m dan jarak antar barisan tanam 10 m

c. 12 m x 12 m : Jarak dalam barisan 12m dan jaraj antar barisan tanam 12 m.

4. Pembuatan Lubang tanam

Lubang tanam dibuat menurut jarak tanam yang telah ditetapkan. Ukuran lubang tanam adalah 50 cm X 50 cm X 50 cm. Pembuatan lubang tanam dapat dilakukan secara manual atau dengan peralatan tekhnis.

5. Penanaman

Langkah-langkah penanaman bibit mete di dalam lubang tanam adalah

a. Lubang tanam ditutup dengan tanah seperti semula, yakni lapisan tanah bagian bawah dimasukkan ke dalam lubang tanam terlebih


(20)

dahulu, kemudian menyusul lapisan tanah atas yang telah dicampur dengan pupuk kandang. Setelah itu, lubang tanm yang telah ditutupbiarkan selama 2 – 4 hari sebelum ditanami bibit jambu mete.

b. Buat lubang tanam sebesar kantong polybag yang digunakan untuk pentemaian bibit jambu mete pada lubang tanam yang telah ditutup tadi. Pembuatan lubang tanam harus tepat di tengah.

c. Masukkan bibit jambu mete beserta tanahnya kedalam lubang tanam dengan melepas kantong polybag terlebih dahulu, kemudian timbun dengan tanah galian tadi sampai se batas leher akar sambil ditekan-tekan sedikit agar tanaman dapat berdiri tegak dan kuat. d. Selesai penanaman, di sekitar tanaman dapat diberi mulsa jerami

padi untuk menjaga kelembapan tanah, kemudian disiram air secukupnya.

6. Waktu Tanam

Waktu penanaman bibnit jambu mete yang baik adalah pada pagi hari sebelum pukul 09.00 atau pada sore hari setelah pukul 15.00. Penanaman bibit jambu mete pada siang hari dapat menyebabkan kelayuan, bahkan mati.

7. Penyulaman

Penyulaman adalah penggantian tanaman yang rusak akibat serangan hama dan penyakit, tanaman yang tumbuh kerdil, dan tanaman yang mati. Penyulaman harus segera dilakukan apabila ada bibit yang pertumbuhannya kurang baik, rusak, atau mati. Bibit sulaman harus diambil dari bibit cadangan yang memilikiumur sama dengan tanaman yang digatiokan. Penyulaman untuk tanaman jambu mete masih dapat dilakukan sampai tanaman berumur 2 – 3 tahun.

B. Pemeliharaan Tanaman 1. Penyiangan

Rumput atau gulma yang tumbuh di areal perkebunan jambu mete sangat mengganggu pertumbuhan tanaman jambu mete dan


(21)

pembentukan hasilnya. Penyiangan rumput/gulma yang sempurna dapat meningkatkan perkembangan tajuk tanaman sehingga tanaman tersebut dapat mereduksi luas permukaan tanah dan pada saat yang sama dapat meningkatkan produksi tanaman.

2. Pemupukan

Pemupukan bertujuan memberikan unsure makanan yang dibutuhkan oleh tanaman. Unsur-unsur makanan yang diperlukan oleh tanaman dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu unsur makro yang terdiri atas nitrogen, phospat, kalium, belerang, magnesium, dan kalsium. Unsuir mikro terdiri atas molybdenum (Mo), tembaga (Cu), boron (B), seng (Zn), besi (Fe), mangan (Mn) dan lain-lain.

3. Penyiraman

Air merupakan bahan pelarut sel dan merupakan medium untuk pengangkutan unsure hara dalam tan ah. Air juga dapat mempertahankan turgor dalam proses transpirasi. Di samping itu, air itu sendiri unsure hara bagi tanaman.

4. Pemangkasan

Dengan pemangkasan, maka akan terbentuk percabangan yang bagus, tajuk yang luas, dan pohon yang luas. pemangkasan ini harus dimulai sejak tanaman masih berupa bibit sampai tanaman berbuah. Pemangkasan tanaman yang masih berupa bibit hanya dilakukan untuk membuang tunas-tunas sampingnya saja.

5. Perlindungan tanaman

Perlindungan tanaman dari serangan hama dan penyakit pada prinsipnya dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :

a. Tindakan preventif, yaitu mencegah serangan hama dan penyakit dengan melakukan pengolahan tanah secara intensif, menanam dengan jarak tanam yang sesuai, penyiraman dengan air yang dehat, dan penyiangan.

b. Tindakan kuratif, yaitu mengendalikan serangan hama dan penyakit. Dengan memelihara/menyebarkan musuh alami


(22)

(predator), membunuh hama secara langsung , memangkas bagian tanaman yang terserang hama/penyakit dan membakarnya, atau menyemprot tanaman dengan obat-obatan pemberantas haman dan penyakit.

C. Pengendalian Hama Dan Penyakit

Tanaman jambu mete tidak luput dari serangan hama dan penyakit, beberapa hama yang menyerang tanaman jambu mete antara lain ulat kipas, kutu daun, penggerek batang dan akar, pengendaliannya dapat dilakukan dengan memungut ulat-ulat yang berkelompok pada daun, lalu memusnahkannya dengan menyemprotkan insektisida, memangkas bagian tanaman yang terserang, serta memoles sekitar permukaan pangkal batang/akar dengan suspensi BMC.

Begitupula dengan penyakit yang menyerang tanaman ini ada beberapa jenis penyakit yang menyerang seperti layu pada bibit, mati pucuk, busuk kering pada buah dan biji, anthracnosis pada daun dan lain-lain. Dapat pula dikendalikan dengan cara pengolahan tanah secara intensif, penyemprotan dengan fungisida medesinffektan benih dan bibit, menanam dengan jarak tanam yang sesuai serta sanitasi kebun. D. Panen

Panen buah mete umumnya dilakukan dengan memetik buah-buah yang telah masak dipohon atau memungut buah-buah-buah-buah yang telah gugur di tanah tetapi sudah matang. Pemetikan buah mete ini tidak dapat dilakukan sekaligus karena buah mete tidak masak secara bersamaan, pemetikan dapat dilakukan setiap 3 – 5 selama 2 – 3 bulan. tewrgantung pada banyaknya buah, buah-buah yang telah mencapaiu derajat kemasakan yang optimal ditandai dengan penampakan fisik buiah semu seperti buah semu berwarna merah cerah jingga atau kuning, daging buah semu jika dipijit sudah agak terasa lunak, dan buah telah berumur 60 – 70 hari sejak bunga mekar.


(23)

Maksud dari pengelolaan ini adalah untuk mengatur dan memisahkan tanah pucuk dengan lapisan tanah lainnya. Hal ini penting karena tanah merupakan media tumbuh bagi tanaman dan merupakan salah satu faktor penting untuk keberhasilan pertumbuhan tanaman pada kegiatan reklamasi.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan tanah pucuk adalah :

 Pengamatan profil tanah dan identifikasi perlapisan tanah tersebut sampai endapan bahan galian.

 Pengupasan tanah berdasarkan atas lapisan-lapisan tanah dan ditempatkan pada tempat tertentu sesuai dengan tingkat lapisannya. Timbunan tanah pucuk tidak lebih dari 2 meter.

 Pembentukan lahan sesuai dengan susunan lapisan tanah semula. Tanah pucuk ditempatkan paling atas dengan ketebalan minimal 0,15 meter.  Ketebalan timbunan tanah pucuk pada tanah yang mengandung racun

dianjurkan lebih tebal dari yang tidak beracun atau dilakukan perlakuan khusus dengan cara mengisolasi dan memisahkannya.

 Pengupasan tanah dilakukan dalam keadaan basah untuk menghindari pemadatan dan rusaknya struktur tanah.

 Bila lapisan tanah pucuk tipis (terbatas/sedikit), perlu dipertimbangkan : a. Penentuan daerah prioritas yaitu daerah yang sangat peka terhadap erosi sehingga perlu penanganan konservasi tanah dan pertumbuhan tanaman.

b. Penempatan tanah pucuk pada jalur penanaman. c. Pencampuran tanah pucuk dengan tanah lain.

Dilakukan penanaman langsung dengan tanah penutup (Cover Crop) yang cepat tumbuh dan menutup permukaan tanah.

8.12. Rencana Pengendalian Erosi

Secara umum dapat dikatakan bahwa erosi merupakan proses terlepasnya butiran tanah dari induknya disuatu tempat dan terangkutnya material tersebut oleh gerakan air atau angin.


(24)

Tahap-tahap dari penambangan yang meliputi pembersihan (land clearing), kegiatan pengupasan tanah penutup dan kegiatan penimbunan, menyebabkan lokasi yang ada lahan-lahan yang terbuka. Lahan yang terbuka ini merupakan areal yang rawan terhadap pengaruh air hujan maupun air limpasan, karena tidak adanya pohon/vegetasi yang tumbuh sehingga menyebabkan kontak langsung dari butiran air hujan dan limpasan air permukaan terhadap tanah/lahan sehingga berpotensi sekali untuk terjadinya erosi.

Secara umum faktor-faktor utama penentu yang mempengaruhi erosi adalah curah hujan, tanah, topografi, vegetasi atau campur tangan manusia. Sifat-sifat hujan yang perlu diketahui adalah intensitas hujan yang menunjukkan banyaknya curah hujan persatuan waktu, volume air dan frekuensi. Bila sering terjadi hujan, dengan curah hujan yang tinggi dan waktu yang lama, maka potensi terjadinya erosi pada lahan terbuka akan menjadi tinggi.

Sifat-sifat yang mempengaruhi kepekaan tanah terhadap erosi adalah tekstur tanah, struktur tanah, infiltrasi, kandungan bahan organik. Faktor topografi yang mempengaruhi erosi adalah derajat kemiringan dan panjang lereng. Vegetasi mempunyai pengaruh yang bersifat melawan terhadap pengaruh faktor-faktor lain yang erosive, seperti hujan, topografi, dan karakter tanah.Campur tangan manusia dapat mengubah kondisi tanah menjadi baik atau buruk. Apabila dibuat teras-teras atau jenjang-jenjang pada tanah yang berlereng curam, maka erosi dapat dikurangi, sedangkan terjadi penebasan tumbuhan maka hal tersebut dapat terjadinya erosi.

Erosi akan bertambah sejalan dengan pembukaan pada daerah penambangan dan daerah konstruksi untuk saran penunjang. Pada akhirnya permasalahan ini akan menyebabkan pengaruh biruk pada kualitas air di perairan umum. Prinsip pengendalian erosi pada daerah penambangan adalah sebagai berikut :

Menyesuaikan kegiatan dengan kondisi topografi dan tanah penyaliran. Hal ini perlu untuk dapat menetukan langkah yang terbaik untuk


(25)

melakukan kegiatan di daerah tersebut sehingga dampaknya terhadap lingkungan dapat menjadi minimal.

Memanfaatkan kondisi topografi yangada untuk meminimalkan kegiatan pembentukan lereng.

Membuat rencana kendali erosi sebelum dilakukan kegiatan yang dapat menggangu tanah.

Sedapat mungkin mempertahankan tumbuhan alami yang ada.

Meminimalkan luas dan lamanya tanah terbuka yang akan terkena erosi. Mengalirkan air limpasan sedapat mungkin menjauh dari daerah yang

terganggu.

Meminimalkan panjang dan kemiringan lereng.

Pengendalian erosi pada kegiatan pertambangan dapat dilakukan dengan metode vegetatif, mekanis, dan kimia atau kombinasi dari metode-metode tersebut. Untuk kondisi lapangan dan ketersediaan sarana pada daerah X maka metode yang digunakan adalah metode mekanis.

 Metode mekanis

Metode mekanis adalah semua perlakuan fisik mekanis yang diberikan terhadap tanah dan pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan dan erosi, serta meningkatkan kemampuan penggunaan tanah. Metode mekanis dalam pengendalian erosi berfungsi :

a) Memperlambat aliran permukaan,

b) Menampung dan mengalirkan aliran permukaan,

c) Memperbesar kapasitas infiltrasi air ke dalam tanah dan memperbaiki aerasi tanah,

d) Menyediakan air bagi tanaman.

Usaha pengendalian erosi yang termasuk dalam metode mekanis adalah :

a) Pengolahan tanah,


(26)

c) Pembuatan teras,

d) Pembuatan saluran pembuang air, e) Pembuatan dam pengendali.

Pengendalian erosi dengan metode mekanis pada daerah X dengan pembuatan teras.

 Pembuatan teras

Teras adalah timbunan tanah yang dibuat melintang atau memotong kemiringan lahan, yang berfungsi untuk menangkap aliran permukaan, serta mengarahkannya ke outlet yang stabil. Berdasarkan fungsinya teras dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu teras pengelak, teras retensi dan teras bangku.

Teras pengelak mempunyai fungsi utama untuk menangkap aliran permukaan dan mengalirkannya memotong kontur. Beberapan tipe teras pengelak yang sudah di kenal diantaranya teras Magnum dan Nicholas. Teras Magnum dibuat dengan cara menimbun tanah yang diambil dari kedua sisinya, sedangkan teras Nicholas dibuat dengan cara menimbun tanah yang diambil dari sisi sebelah atasnya saja.

Teras bangku atau tangga dibuat dengan jalan memotong lereng dan meratakan tanah dibagian bawah sehingga terbentuk suatu deretan anak tangga atau bangku yang dipisahkan oleh talud.

8.13. Rencana Pengelolaan Limbah (padat, cair, gas)

Limbah yang diakibatkan oleh kegiatan penambangan baik yang berbahaya maupun yang tidak berbahaya harus ditangani secara baik agar tidak memberikan dampak yang lebih buruk lagi terhadap lingkungan.

Salah satu cara untuk pengelolaan limbah yang tidak berbahaya adalah dengan membuat kolam pengendapan. Tujuan dari kolam pengendapan ini adalah sebagai media pengendapan lumpur dan sedimentasi lain yang bercampur dengan air, selain itu kolam pengendapan ini dapat digunakan untuk melakukan proses penyaringan secara mekanis sebelum dialirkan ke sungai.


(27)

Agar kolam pengendapan ini berfungsi secara optimal maka kolam pengendapan ini dibuat beberapa buah dengan susunan bertingkat dan dengan memperhitungkan jarak antara satu kolam pengendapan dengan kolam pengendapan lainnya, tidak boleh dibuat saling berdekatan supaya dapat mengurangi biaya.

Salah satu hal yang tidak boleh dilupakan yaitu, dalam jangka waktu tertentu kolam pengendapan ini harus dibersihkan dan lumpur/sedimen yang telah mengendap pada kolam pengendapan segera dipindahkan agar tidak terjadi pendangkalan pada kolam pengendapan tersebut.

8.14. Rencana Pengelolaan Kualitas Udara, Tanah dan Air

Pemanfaatan sumberdaya alam selalu disertai oleh terjadinya pencemaran. Ini merupakan hukum alam yang bersifat universal. Salah satu bentuk dari terjadinya pencemaran lingkungan adalah perubahan pada kualitas udara dan tanah.

Salah satu bentuk pengelolaan terhadap kualitas air, udara dan tanah adalah melalui rekayasa lingkungan.

A. Pengelolaan kualitas udara

Dampak penting yang perlu pengelolaan adalah : Kualitas udara dan kebisingan

Dampak penting menurunnya kualitas udara adalah peningkatan konsentrasi debu dan kebisingan. Sumber dampak yaitu kegiatan penambangan pada tahap pemberaian, pemuatan dan pengangkutan. Untuk itu perlu dilakukan tindakan-tindakan untuk mengurangi dan mencegah dampak turunnya kualitas udara.

Rencana pengelolaan lingkungan menurunnya kualitas udara antara lain :

- Membuat pembatas pada sepanjang batas daerah penambangan dengan menggunakan gundukan tanah yang ditanami vegetasi, - Melakukan penyiraman secara teratur pada jalan-jalan untuk


(28)

- Mesin-mesin kendaraan tambang harus dipelihara secara baik untuk mengurangi kebisingan,

- Sepanjang jalan-jalan ditanami pohon untuk menahan debu dan mengurangi kebisingan.

B. Pengelolaan kualitas air

Berdasarkan letaknya air dapat dibedakan menjadi dua yaitu air permukaan dan air tanah.

1. Air Tanah

Dampak penting yang terjadi adalah penurunan kualitas air tanah disekitar atau pada daerah penambangan yang disebabkan oleh kegiatan penambangan dan oleh resapan limbah yang mengandung bahan pencemar.

Agar kualitas air tanah pada daerah penambangan atau sekitar daerah penambangan tidak mengalami penurunan kualitas yang berlanjut, maka perlu dilakukan pengelolaan lingkungan.

Upaya penanggulangan dampak penurunan kualitas tanah dilakukan dengan cara :

- Air yang sifatnya aerobik

Untuk air yang sifatnya aerobik, kualitas atau kandungan bahan-bahan kimia yang ditemui masih memenuhi persyaratan tetapi sedikit bersifat asam sehingga diperlukan pengolahan terhadap kadar pH agar pH menjadi naik.

- Air tanah yang sifatnya anaerobik

Biasanya banyak mengandung unsur-unsur besi, mangan, dan H2S.

Sistem yang sesuai adalah aerasi yang berfungsi untuk : 1. Mendapatkan Oksigen

2. Meremove H2S, CH4

3. Mereduksi konsentrasi CO2


(29)

Proses pengolahan air permukaan (sungai) adalah proses pengolahan lengkap. Yang dimaksud dengan proses pengolahan lengkap adalah suatu proses yang terdiri dari 3 golongan :

1. Pengolahan Fisik

Pengolahan untuk menurunkan parameter-parameter fisik, seperti kekeruhan, warna dan bau.

2. Pengolahan Kimiawi

Pengolahan untuk menurunkan parameter-parameter kimiawi, seperti kesadahan nitrat, magnesium, Mn, Fe dan lain-lain. 3. Pengolahan Biologis

Pengolahan untuk menurunkan parameter-parameter biologis, seperti bakteri.

Adapun upaya yang dilakukan untuk proses pengolahan kualitas air permukaan meliputi :

 Pembuatan bangunan prasedimentasi

Berfungsi sebagai tempat proses pengendapan partikel diskuit seperti pasir lempung dan zat-zat padat lainnya yang bisa mengendap secara gravitasi.

 Pembuatan bangunan pengaduk cepat

Berfungsi sebagai tempat proses pencampuran koagula dan air baku sehingga terjadi proses koagulasi. Proses koagulasi dimaksudkan untuk :

1. Melarutkan bahan kimia atau koagulan, 2. Membuat homogen campuran,

3. Mendorong terbentuknya partikel yang berbentuk flok.  Pembuatan bagunan pengaduk lambat

Berfungsi sebagai tempat proses terbentuknya flok-flok, dimana prosesnya disebut flokulasi. Pada bak pengaduk lambat, flok-flok yang terbentuk pada bak pengaduk cepat yang telah terbentuk akan bergabung membentuk flok-flok yang lebih besar dan akhirnya mengendap secara gravitasi.


(30)

 Pembuatan bagunan sedimentasi

Berfungsi sebagai tempat proses mengendapnya partikel-partikel flokulen (flok-flok) dari bak flokulasi.

C. Pengelolaan kualitas tanah

Turunnya kualitas tanah pada daerah X disebabkan oleh limbah-limbah padat yang berupa :

 Limbah kering

Limbah yang susunannya terdiri dari bahan organik dan anorganik yang mempunyai sifat sebagian besar atau seluruh bahannya tidak cepat membusuk.

Demolition and Construction Wastes

Yaitu sampah sisa-sisa bahan bangunan, misalnya; puing-puing, pecahan-pecahan tembok, genteng, dan lain-lain.

Bulky Wastes

Barang-barang bekas yang tidak dapat digunakan lagi.  Control Land Fill

Limbah-limbah tersebut dibuang/diletakkan di atas lubang yang telah dibuat dengan back hoe, kemudian apabila lubang itu sudah penuh maka ditutup dengan lapisan tanah penutup.

Sanitary Land Fill

Limbah-limbah tersebut dibuang/diletakkan di atas lubang yang telah dibuat dengan back hoe, kemudian limbah yang ada ditutup oleh lapisan tanah penutupnya. Dilakukan dalam jangka waktu tertentu sehingga dapat terbentuk sel-sel didalamnya.

8.15. Rencana Biaya Reklamasi

Kegiatan reklamasi pada daerah bekas tambang merupakan suatu keharusan yang harus dilaksanakan oleh industri pertambangan. Untuk melakukan kegiatan reklamsi ini harus pula di dukung oleh modal yang cukup untuk membiayainya. Pada dasarnya beban biaya kegiatan reklamasi


(31)

daerah penambangan menjadi tanggug jawab pemegang izin pertambangan sesuai dengan petunjuk dari departemen pertambangan dan energi.

Pembiayaan kegiatan reklamasi dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu :

A. Biaya Reklamasi Langsung

Biaya reklamasi langsung adalah segala biaya yang digunakan untuk menangani reklamasi dimana segala kegiatan yang dilakukan berhubungan langsung dengan reklamasi.

Beberapa kegiatan yang membutuhkan biaya langsung yaitu : Pembongkaran Fasilitas Tambang

Untuk pembongkaran fasilitas tambang seperti bagunan, jalan dilakukan dengan menggunakan alat mekanis dan beberapa karyawan. Jenis alat berat/mekanis yang digunakan adalah back hoe dan bulldozer, alat-alat mekanis ini dapat diperoleh dengan sistem sewa. Pembongkaran fasilitas tambang pada daerah X membutuhkan waktu 14 hari. Dengan kebutuhan alat mekanis 2 buah back hoe dan 1 buah bulldozer. Karyawan yang dibutuhkan sebanyak 6 orang (3 orang operator untuk alat berat dan 3 orang sebagai pembantu operator). Sewa untuk sebuah bulldozer adalah Rp. 534.000/jam. Sedangkan untuk back hoe adalah milik perusahaan. Sewa untuk setiap operator Rp.85.000/hari, sedangkan untuk pembantu operator Rp. 50.000/hari. Dengan waktu kerja dalam sehari adalah 8 jam.

Pembiayaan untuk fasilitas tambang secara lebih jelas dapat dilihat pada tabel 8.1.

Tabel 8.1.

Biaya pembongkaran fasilitas tambang N

O

KEBUTUHAN BIAYA /14 HARI

1 1 buah Bulldozer Rp.

59.808.000,-2 3 operator Rp.

28.560.000,-3 3 pembantu operator Rp. 16.800.000,-Total biaya RP.


(32)

105.168.000,-Penataan Kegunaan Lahan

Penataan kegunaan lahan merupakan salah satu kegiatan reklamasi yang membutuhkan biaya yang cukup besar.

Komponen pada penataan kegunaan lahan yang memerlukan biaya antara lain :

 Sewa alat-alat berat dan mekanis

Jenis dan jumlah alat berat yang digunakan pada kegiatan ini adalah 2 buah back hoe, 1 buah bulldozer dan 4 buah truck. Alat berat bulldozer di peroleh melalui system sewa, harga sewa bulldozer = Rp. 534.000/jam. Sedangkan back hoe dan truck adalah milik perusahaan

Biaya untuk sewa alat-alat berat dan mekanis ini dapat dilihat pada tabel 8.2.

Tabel 8.2.

Biaya sewa alat-alat berat dan mekanis untuk kegiatan penataan kegunaan lahan pada daerah X

N O

JENIS DAN JUMLAH ALAT BERAT / MEKANIS

SEWA /JAM

1 1 buah Bulldozer Rp.

534.000,-Total biaya Rp.

534.000,- Karyawan

Kegiatan penataan kegunaan lahan pada daerah X membutuhkan karyawan/pekerja. Karyawan yang dibutuhkan merupakan operator dan pembantu operator dari alat berat. Jadi banyaknya karyawan yang dibutuhkan adalah ;

- 2 orang karyawan untuk operator back hoe,

- 2 orang karyawan untuk pembantu operator back hoe, - 1 orang karyawan untuk operator bulldozer,


(33)

- 4 orang karyawan untuk operator truck,

- 4 orang karyawan untuk pembantu operator truck.

Jadi jumlah karyawan yang dibutuhkan adalah 14 orang. Upah yang diberikan untuk tiap pekerja/karyawan berbeda-beda sesuai dengan tingkat kesulitan pekerjaannya. Pada tabel 8.3 ditampilkan secara lebih rinci mengenai gaji tiap karyawan.

Tabel 8.3.

Gaji karyawan pada kegiatan penataan kegunaan lahan pada daerah X

NO JENIS PEKERJAAN GAJI / HARI

1 Operator Back Hoe Rp.

85.000,-2 Pembantu operator Back Hoe Rp.

50.000,-3 Operator Bulldozer Rp.

85.000,-4 Pembantu operator Bulldozer Rp.

50.000,-5 Operator Truck RP.

85.000,-6 Pembantu operator Truck RP.

50.000,-Total biaya RP.

405.000,-Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap penataan lahan adalah : a. Pengisian kembali lahan bekas tambang,

b. Pengaturan permukaan lahan, c. Penebaran tanah pucuk,

d. Pengendalian erosi dan pengendalian air.

Dengan tetap memperhatikan jenis kegiatan yang dilakukan, maka untuk kegiatan penataan lahan ini ditargetkan selesai dalam jangka waktu 30 hari, dengan jam kerja 8 jam/hari.

Perincian biaya untuk jangka waktu 30 hari ini dapat dilihat pada tabel 8.4. Tabel 8.4.

Biaya operasi selama 30 hari pada kegiatan penataan kegunaan lahan pada daerah X

NO JENIS PEKERJAAN GAJI / HARI

1 Bahan bakar 2 buah Back Hoe Rp. 4.239.360,-2 Sewa + bahan bakar 1 buah Bulldozer Rp. 8.511.360,-3 Bahan bakar 4 buah Truck Rp. 12.165.120,-4 2 operator Back Hoe Rp. 1.360.000,-5 2 pembantu operator Back Hoe Rp.


(34)

800.000,-6 1 operator Bulldozer Rp. 680.000,-7 1 pembantu operator Bulldozer Rp.

400.000,-8 4 operator Truck Rp.

2.720.000,-9 4 Pembantu operator Truck Rp.

1.600.000,-Total biaya Rp.

32.475.840,-Total biaya/30 hari Rp.974.275.200,-Revegetasi

Revegetasi pada daerah X adalah dengan penanaman tanaman perkebunan yaitu jambu mete. Biaya-biaya yang dibutuhkan untuk revegetasi ini meliputi :

 Analisis kualitas tanah,  Pemupukan,

 Pengadaan bibit,  Penanaman,  Pemeliharaan.

Untuk lebih jelasnya aspek aspek tersebut akan dibahas lebih rinci dibawah ini :

a. Analisis kualitas tanah

Seperti yang telah dijelaskan, analisis kualitas tanah merupakan aspek penting yang harus dilakukan sebelum suatu lahan dapat digunakan. Biaya-biaya yang dibutuhkan pada analisis kualitas tanah mencakup : 1. Penyediaan gypsum untuk perbaikan kondisi tanah seluas

17,6 ha. Gypsum yang dibutuhkan sebanyak 5 ton/ha, jadi untuk daerah seluas 17,6 ha diperlukan gypsum sebanyak 88 ton, dengan harga gypsum/ton = Rp.

250.000,-Besarnya biaya yang dibutuhkan untuk pemenuhan kebutuhan tersebut dijelaskan pada tabel 8.5.

Tabel 8.5.

Biaya analisis kualitas tanah pada kegiatan revegetasi pada daerah X N

O

KEBUTUHAN BIAYA

1 88 ton gypsum Rp.


(35)

22.000.000,-b. Pemupukan

Sebelum lahan ditanami bibit jambu mete, terlebih dahulu dilakukan pemupukan dengan tujuan untuk menambah kesuburan tanah. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang sebanyak 61,5 Kg/ha. Jadi untuk pemupukan pada lahan seluas 17,6 ha diperlukan pupuk kandang sebanyak 1.082,4 Kg. harga pupuk kandang Rp. 1.500/Kg. Total besarnya biaya yang dibutuhkan untuk kebutuhan pemupukkan dijelaskan pada tabel 8.6.

Tabel 8.6.

Biaya pemupukan pada kegiatan revegetasi pada daerah X

KEBUTUHAN BIAYA

1.082,4 Kg Pupuk Kandang Rp. 1.623.600,- c. Pengadaan bibit

Pengadaan bibit dilakukan dengan cara memesan bibit dari produsen resmi yang ditunjuk oleh pemerintah, bibit yang dipesan ini sebaiknya berumur 1 tahun. Jumlah bibit yang dibutuhkan adalah 100/ha. Jadi untuk lahan seluas 17,6 ha diperlukan bibit sebanyak 1.760. harga bibit adalah Rp. 8.500/kantong plastik.

Total biaya yang dibutuhkan untuk pengadaan bibit terlihat pada tabel 8.7.

Tabel 8.7. Biaya pengadaan bibit pada kegiatan revegetasi pada daerah X

KEBUTUHAN BIAYA

1.760 bibit jambu mete berumur 1 tahun Rp. 14.960.000,-d. Penanaman

Biaya yang diperlukan untuk kegiatan penanaman jambu mete adalah biaya untuk tenaga kerja.


(36)

Kegiatan penanaman jambu mete dapat dibagi menjadi dua tahap yaitu :

1. Membuat lubang

Tahap pembuatan lubang memerlukan biaya sebesar Rp. 2500 /lubang. Jadi untuk 1.760 lubang, membuthkan biaya sebesar Rp.

4.400.000,-2. Menanam jambu mete

Tahap menanam jambu mete memerlukan biaya sebesar Rp. 3.000,-/pohon. Jadi untuk 1.760 pohon membutuhkan biaya sebesar Rp.

5.280.000,-e. Pemeliharaan

Biaya yang diperlukan untuk pemeliharaan jambu mete meliputi: 1. Penyulaman

Tahap penyulaman ini memerlukan biaya sebesar Rp.3.000,-/pohon. Biaya yang dibutuhkan tergatung dari banyaknya tanaman yang disulam. Biasanya maksimum 2-3 % dari seluruh bibit yang ditanam.

2. Penyiangan

Tahap penyiangan memerlukan biaya sebesar Rp. 3.000,-/pohon. Biaya yang dibutuhkan tergantung dari banyaknya tanaman yang terserang gulma.

Pengendalian Erosi

Biaya yang dibutuhkan pada pengendalian erosi terutama digunakan untuk pembuatan teras sebagai penangkap aliran air permukaan. Adapun alat-alat mekanis yang digunakan untuk pembuatan teras adalah back hoe. Waktu yang diperlukan untuk pembuatan teras adalah 20 hari.

Rincian biaya yang diperlukan untuk pengendalian erosi secara lebih detail pada tabel 8.8.


(37)

Tabel 8.8.

Biaya pengendalian erosi

KEBUTUHAN BIAYA/20 HARI

Bahan bakar 2 buah back hoe Rp. 84.787.200,-B. Biaya Reklamasi Tidak Langsung

Biaya reklamasi tidak langsung adalah biaya yang diperlukan untuk kegiatan reklamasi namun tidak berhubungan langsung dengan lahan yang akan direklamasi.

Biaya tidak langsung meliputi :

 Biaya mobilisasi dan demobilisasi alat-alat berat,  Biaya perencanaan reklamasi,

 Biaya administrasi,

Rincian biaya tidak langsung ini dapat dilihat pada tabel berikut ; Tabel 8.9.

Biaya reklamasi tidak langsung

JENIS KEGIATAN BIAYA

Mobilisasi dan Demobilisasi Alat Rp. 25.000.000,-Perencanaan Reklamasi Rp. 15.000.000,-Biaya Administrasi Rp.

15.000.000,-Tabel 8.10 Total biaya reklamasi

JENIS KEGIATAN BIAYA

Biaya reklamasi langsung :

 Biaya pembongkaran fasilitas tambang  Biaya sewa alat berat untuk tata guna lahan  Biaya analisis kualitas tanah

 Biaya Pemupukan  Biaya pengadaan bibit  Biaya pengendalian erosi

Rp. 105.168.000,-Rp. 974.275.200,-Rp. 22.000.000,-Rp. 1.623.600,- Rp. 14.960.000,-Rp.

84.787.200,-Total Rp.


(38)

 Mobilisasi dan demobilisasi alat  Perencanaan reklamasi

 Biaya administrasi

Rp. 25.000.000,-Rp. 15.000.000,-Rp.

15.000.000,-Total Rp.


(1)

- 4 orang karyawan untuk operator truck,

- 4 orang karyawan untuk pembantu operator truck.

Jadi jumlah karyawan yang dibutuhkan adalah 14 orang. Upah yang diberikan untuk tiap pekerja/karyawan berbeda-beda sesuai dengan tingkat kesulitan pekerjaannya. Pada tabel 8.3 ditampilkan secara lebih rinci mengenai gaji tiap karyawan.

Tabel 8.3.

Gaji karyawan pada kegiatan penataan kegunaan lahan pada daerah X

NO JENIS PEKERJAAN GAJI / HARI

1 Operator Back Hoe Rp.

85.000,-2 Pembantu operator Back Hoe Rp.

50.000,-3 Operator Bulldozer Rp.

85.000,-4 Pembantu operator Bulldozer Rp.

50.000,-5 Operator Truck RP.

85.000,-6 Pembantu operator Truck RP.

50.000,-Total biaya RP.

405.000,-Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap penataan lahan adalah : a. Pengisian kembali lahan bekas tambang,

b. Pengaturan permukaan lahan, c. Penebaran tanah pucuk,

d. Pengendalian erosi dan pengendalian air.

Dengan tetap memperhatikan jenis kegiatan yang dilakukan, maka untuk kegiatan penataan lahan ini ditargetkan selesai dalam jangka waktu 30 hari, dengan jam kerja 8 jam/hari.

Perincian biaya untuk jangka waktu 30 hari ini dapat dilihat pada tabel 8.4. Tabel 8.4.

Biaya operasi selama 30 hari pada kegiatan penataan kegunaan lahan pada daerah X

NO JENIS PEKERJAAN GAJI / HARI

1 Bahan bakar 2 buah Back Hoe Rp. 4.239.360,-2 Sewa + bahan bakar 1 buah Bulldozer Rp. 8.511.360,-3 Bahan bakar 4 buah Truck Rp.

12.165.120,-4 2 operator Back Hoe Rp.


(2)

800.000,-6 1 operator Bulldozer Rp. 680.000,-7 1 pembantu operator Bulldozer Rp.

400.000,-8 4 operator Truck Rp.

2.720.000,-9 4 Pembantu operator Truck Rp.

1.600.000,-Total biaya Rp.

32.475.840,-Total biaya/30 hari Rp.974.275.200,-Revegetasi

Revegetasi pada daerah X adalah dengan penanaman tanaman perkebunan yaitu jambu mete. Biaya-biaya yang dibutuhkan untuk revegetasi ini meliputi :

 Analisis kualitas tanah,  Pemupukan,

 Pengadaan bibit,  Penanaman,  Pemeliharaan.

Untuk lebih jelasnya aspek aspek tersebut akan dibahas lebih rinci dibawah ini :

a. Analisis kualitas tanah

Seperti yang telah dijelaskan, analisis kualitas tanah merupakan aspek penting yang harus dilakukan sebelum suatu lahan dapat digunakan. Biaya-biaya yang dibutuhkan pada analisis kualitas tanah mencakup : 1. Penyediaan gypsum untuk perbaikan kondisi tanah seluas

17,6 ha. Gypsum yang dibutuhkan sebanyak 5 ton/ha, jadi untuk daerah seluas 17,6 ha diperlukan gypsum sebanyak 88 ton, dengan harga gypsum/ton = Rp.

250.000,-Besarnya biaya yang dibutuhkan untuk pemenuhan kebutuhan tersebut dijelaskan pada tabel 8.5.

Tabel 8.5.

Biaya analisis kualitas tanah pada kegiatan revegetasi pada daerah X N

O

KEBUTUHAN BIAYA

1 88 ton gypsum Rp.


(3)

22.000.000,-b. Pemupukan

Sebelum lahan ditanami bibit jambu mete, terlebih dahulu dilakukan pemupukan dengan tujuan untuk menambah kesuburan tanah. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang sebanyak 61,5 Kg/ha. Jadi untuk pemupukan pada lahan seluas 17,6 ha diperlukan pupuk kandang sebanyak 1.082,4 Kg. harga pupuk kandang Rp. 1.500/Kg. Total besarnya biaya yang dibutuhkan untuk kebutuhan pemupukkan dijelaskan pada tabel 8.6.

Tabel 8.6.

Biaya pemupukan pada kegiatan revegetasi pada daerah X

KEBUTUHAN BIAYA

1.082,4 Kg Pupuk Kandang Rp. 1.623.600,- c. Pengadaan bibit

Pengadaan bibit dilakukan dengan cara memesan bibit dari produsen resmi yang ditunjuk oleh pemerintah, bibit yang dipesan ini sebaiknya berumur 1 tahun. Jumlah bibit yang dibutuhkan adalah 100/ha. Jadi untuk lahan seluas 17,6 ha diperlukan bibit sebanyak 1.760. harga bibit adalah Rp. 8.500/kantong plastik.

Total biaya yang dibutuhkan untuk pengadaan bibit terlihat pada tabel 8.7.

Tabel 8.7. Biaya pengadaan bibit pada kegiatan revegetasi pada daerah X

KEBUTUHAN BIAYA

1.760 bibit jambu mete berumur 1 tahun Rp. 14.960.000,-d. Penanaman

Biaya yang diperlukan untuk kegiatan penanaman jambu mete adalah biaya untuk tenaga kerja.


(4)

Kegiatan penanaman jambu mete dapat dibagi menjadi dua tahap yaitu :

1. Membuat lubang

Tahap pembuatan lubang memerlukan biaya sebesar Rp. 2500 /lubang. Jadi untuk 1.760 lubang, membuthkan biaya sebesar Rp.

4.400.000,-2. Menanam jambu mete

Tahap menanam jambu mete memerlukan biaya sebesar Rp. 3.000,-/pohon. Jadi untuk 1.760 pohon membutuhkan biaya sebesar Rp.

5.280.000,-e. Pemeliharaan

Biaya yang diperlukan untuk pemeliharaan jambu mete meliputi:

1. Penyulaman

Tahap penyulaman ini memerlukan biaya sebesar Rp.3.000,-/pohon. Biaya yang dibutuhkan tergatung dari banyaknya tanaman yang disulam. Biasanya maksimum 2-3 % dari seluruh bibit yang ditanam.

2. Penyiangan

Tahap penyiangan memerlukan biaya sebesar Rp. 3.000,-/pohon. Biaya yang dibutuhkan tergantung dari banyaknya tanaman yang terserang gulma.

Pengendalian Erosi

Biaya yang dibutuhkan pada pengendalian erosi terutama digunakan untuk pembuatan teras sebagai penangkap aliran air permukaan. Adapun alat-alat mekanis yang digunakan untuk pembuatan teras adalah back hoe. Waktu yang diperlukan untuk pembuatan teras adalah 20 hari.

Rincian biaya yang diperlukan untuk pengendalian erosi secara lebih detail pada tabel 8.8.


(5)

Tabel 8.8.

Biaya pengendalian erosi

KEBUTUHAN BIAYA/20 HARI

Bahan bakar 2 buah back hoe Rp. 84.787.200,-B. Biaya Reklamasi Tidak Langsung

Biaya reklamasi tidak langsung adalah biaya yang diperlukan untuk kegiatan reklamasi namun tidak berhubungan langsung dengan lahan yang akan direklamasi.

Biaya tidak langsung meliputi :

 Biaya mobilisasi dan demobilisasi alat-alat berat,  Biaya perencanaan reklamasi,

 Biaya administrasi,

Rincian biaya tidak langsung ini dapat dilihat pada tabel berikut ; Tabel 8.9.

Biaya reklamasi tidak langsung

JENIS KEGIATAN BIAYA

Mobilisasi dan Demobilisasi Alat Rp. 25.000.000,-Perencanaan Reklamasi Rp. 15.000.000,-Biaya Administrasi Rp.

15.000.000,-Tabel 8.10 Total biaya reklamasi

JENIS KEGIATAN BIAYA

Biaya reklamasi langsung :

 Biaya pembongkaran fasilitas tambang  Biaya sewa alat berat untuk tata guna lahan  Biaya analisis kualitas tanah

 Biaya Pemupukan  Biaya pengadaan bibit  Biaya pengendalian erosi

Rp. 105.168.000,-Rp. 974.275.200,-Rp. 22.000.000,-Rp. 1.623.600,- Rp. 14.960.000,-Rp.

84.787.200,-Total Rp.


(6)

 Mobilisasi dan demobilisasi alat  Perencanaan reklamasi

 Biaya administrasi

Rp. 25.000.000,-Rp. 15.000.000,-Rp.

15.000.000,-Total Rp.