meningkatkan kesejahteraan hidup bagi individu yang bersangkutan. Dalam Pandith, Hamzah dan Anggina 2010 juga mengatakan bahwa faktor usia
dapat mempengaruhi dukungan sosial yang diberikan keluarga dimana rentang usia 41-65 tahun menunjukan pada tahap perkembangan dewasa akhir yang
sudah mulai menua atau memasuki tahap perkembangan usia lansia. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap penurunan fungsi tubuh sehingga keluarga
menjadi semakin khawatir dengan keadaan pasien. Oleh karena itu keluarga mereka merasa sangat memberikan dukungan yang positif terhadap pasien baik
dukungan informasional, emosional, instrumental dan penilaian appraisal
Riwayat stroke yang di derita pasien stroke mayoritas sebanyak 69,5 mengalami stroke mulai dari 1 tahun sampai dengan 10 tahun menderita stroke,
menurut penelitian Sembiring 2010 menyatakan bahwa penderita stroke yang memiliki riwayat lama terserang stroke dari 1- 10 tahun berdasarkan pemilihan
coping individu dalam menyelesaikan masalah responden lebih banyak memilih strategi coping Problem Focused yaitu Coping Stress yang dengan
mekanisme penyesuaian diri terhadap tekanan atau kesulitan yang dihadapi dengan cara mencari dukungan sosial, menghambat tingkah laku destruktif dan
penggunaan akal yaitu melakukan kegiatan-kegiatan yang lebih produktif.
2.2. Stres yang dialami pasien stroke di Poliklinik RSUD. Dr. Pirngadi Medan
. Stres adalah isu kesehatan utama karena ia menyebabkan tekanan
psikologis dan dapat berpengaruh buruk bagi kesehatan, tetapi stres tidak
Universitas Sumatera Utara
tergantung dalam situasi, namun merupakan konsekuensi dari penilaian seseorang atas situasi. Kejadian yang negatif, tidak dapat dikontrol, ambigu,
dan tidak dapat dipecahkan adalah kejadian yang paling mungkin dianggap sebagai penyebab stres Taylor, et all., 2009. Riset menunjukkan bahwa stres
dapat mempengaruhi penyakit dan pola penyakit. Situasi stres ringan biasanya tidak mengakibatkan kerusakan fisiologis kronis, tetapi stres sedang dan berat
dapat menimbulkan risiko penyakit medis atau memburuknya penyakit kronis Kline-Leidy, 1990 dalam Potter Perry, 2005.
Hasil penelitian stres pada penderita stroke yang menjalani pengobatan rawat jalan di Poliklinik RSUD. Dr. Pirngadi Medan terhadap 35 responden
didapat bahwa 15 responden mengalami stres ringan dengan persentase 41,7 dan 15 responden mengalami stres sedang dengan persentase 41,7
sedangkan pasien stroke yang mengalami stres berat sebanyak 5 responden dengan persentase 13,9 . Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
Adienta dan Handayani 2012 mengatakan responden yang mengalami stres ringan dan sedang hampir sama jumlahnya baik penderita stroke berulang
maupun tidak berulang, dan peneliti juga mengatakan hasil penelitiannya menggambarkan bahwa penderita stroke berulang lebih banyak mengalami
stres dibandingkan penderita stroke tidak berulang, penelitian tersebut mendukung kriteria inklusi penelitian ini dimana yang menjadi responden
hanya pasien yang pertama kali terserang stroke.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan lima responden yang mengalami stres berat bisa disebabkan oleh beberapa hal, menurut Luckman dan Sorensen 1993 dalam Hariyati
at.,all., 2004 menyatakan bahwa Stres dapat pula muncul pasca serangan akut stroke berupa penolakan diri, rendah diri, marah, depresi, dan dihantui bayang-
bayang kegagalan fungsi dan kematian. Stres pada pasien dan keluarga umumnya disebabkan karena kecemasan dan ketidaktahuan tentang kondisi
penyakitnya, kondisi ini akan lebih berat jika pasien tidak mendapat dukungan dari keluarga. Dari hasil penelitian terlihat bahwa lima orang pasien yang
mengalami stres berat mempunyai dukungan sosial keluarga yang cukup dan kurang.
Stres dapat dipengaruhi beberapa faktor dari karakteristik demografi dalam penelitian ini, karakteristik yang dapat diuraikan peneliti adalah usia,
stroke dapat terjadi pada setiap usia namun angka kejadian stroke meningkat dengan bertambahnya usia. Puncak kasus stroke ada pada usia 35-60 tahun,
usia juga berpengaruh terhadap terjadi nya stres menurut Indrawati Saputri bahwa usia lanjut lebih rentan terkena depresi diakibat kan tingginya stressor
dan peristiwa-peristiwa kehidupan yang tidak menyenangkan.
2.3 Hubugan Dukungan Sosial Keluarga dengan Stres Pada Pasien Stroke di Poliklinik RSUD. Dr. Pirngadi Medan.
Hasil penelitian dukungan sosial keluarga dengan stres pasien stroke yang menjalani rawat jalan menunjukkan bahwa nilai probabilitas p dukungan
sosial keluarga mempunyai hubungan signifikan p = 0,000 yang berarti
Universitas Sumatera Utara
terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan sosial keluarga dengan stres yang dialami penderita stroke yang menjalani pengobatan rawat jalan dan
didapat korelasi r = - 0,845 , dengan interpretasi hubungan sangat kuat yang berarti semakin tinggi dukungan sosial keluarga maka semakin rendah stres
yang dialami penderita stroke yang menjalani rawat jalan di Poliklinik RSUD. Dr. Pirngadi Medan. Dari hasil penelitian tersebut terdapat hipotesa alternatif
Ha diterima dan hipotesa nol Ho ditolak yaitu terdapat hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan stres penderita stroke yang menjalani rawat
jalan.
Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Abdullah dan Amrulullah 2014 yang membuktikan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara dukungan sosial keluarga dengan stres pada pasien hipertensi. Hasil penelitian ini mendukung apa yang dikatakan Niven 2002 bahwa dukungan
sosial merupakan faktor penting dalam manejemen stres. Kajian psikologis kesehatan menunjukkan bahwa hubungan suportif secara sosial juga bisa
meredam efek stres, membantu orang mengatasi stres dan menambah kesehatan Sarason dan Gurung, 1997 dalam Taylor, at., all, 2009. Orang-
orang dengan dukungan sosial tinggi dapat memiliki penghargaan diri yang lebih tinggi yang membuat mereka tidak mudah diserang stres. Dukungan dari
teman dan keluarga sangat diperlukan oleh seseorang yang mengalami stres dan kecemasan, karena dengan mendapatkan dukungan dari orang lain
seseorang yang mengalami stres dan kecemasan tidak sendirian merasakan masalah yang dihadapinya.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian ini dapat menjadi penambah pemahaman tentang pentingnya menjaga kondisi psikologis penderita stroke, dimana keluarga
diharapkan lebih meningkatkan dukungannya kepada penderita stroke hal ini dimaksud kan agar penderita stroke dapat meningkatkan kesehatannya
sehingga tidak mengalami keadaan yang berujung stres yang dapat menurunkan kesehatannya dan dapat menimbulkan kan serangan stroke
berulang. Terjadinya serangan stroke berulang pada penderita stroke umumnya dipicu dari spikologis pasien yang merasa menyerah terhadap
penyakit dan kondisi tubuhnya yang mengalami kecacatan atau kelumpuhan jangka panjang pasca stroke, sehingga penderita tidak dapat melakukan
aktivitas dan berperan seperti sebelumnya. Rendahnya motivasi dan harapan sembuh penderita serta kurangnya dukungan keluarga sangat berpotensi
menimbulkan beban dan berujung pada stres Kumolohadi, 2001 dalam Adienta dan Handayani, 2012.
Universitas Sumatera Utara
53
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dan saran sehubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
1. Kesimpulan