Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi di RSUD dr. Pirngadi Medan
HUBUNGA
TINGKAT
DI
F
UNI
GAN DUKUNGAN KELUARGA DEN
GKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPER
DI RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN
SKRIPSI
Oleh
NURUL RAHMAH SUHAYAT 111101098
FAKULTAS KEPERAWATAN
NIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
ENGAN
OPERASI
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Judul : Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi di RSUD dr. Pirngadi Medan.
Peneliti : Nurul Rahmah Suhayat
NIM : 111101098
Jurusan : Program Studi Ilmu Keperawatan
Tahun Akademik : 2014/2015
ABSTRAK
Dukungan keluarga terdekat baik suami/isteri, anak, saudara dan orang tua sangat berperan dalam membantu penurunan kecemasan bagi setiap individu terutama pada pasien pre operasi yang harus mendapatkan informasi, perhatian dan emosional untuk mengatasi kecemasan dan penderitaanya. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pengambilan sampel Convinience Sampling, bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi di RSUD dr. Pirngadi Medan yang dilakukan pada tanggal 11 Mei sampai dengan 11 Juni 2015 dengan jumlah responden 86 orang. Instrumen penelitian berupa kuesioner data demografi, kuesioner dukungan keluarga dan kuesioner tingkat kecemasan. Hasil penelitian ini diuji dengan Spearman Rho dan menunjukkan mayoritas 78 responden (90,7%) berada pada tingkat dukungan keluarga baik dan 78 responden (90,7%) berada pada tingkat kecemasan ringan. Dukungan keluarga berhubungan negatif dengan interpretasi lemah dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi (r = -0,280) dengan nilai signifikan yang dapat diterima dimanap = 0,009 (p< 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha gagal ditolak yang berarti ada hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi di RSUD dr. Pirngadi Medan. Disarankan pada pihak keluarga untuk selalu memberikan dukungan keluarga berupa dukungan informasional, penilaian, instrumental dan emosional.
(7)
PRAKATA
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi di RSUD Dr. Pirngadi Medan”.
Dengan segala keterbatasan, penulis menyadari penelitian serta penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan. Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati penulis berharap masukan yang berharga dari semua pihak untuk kebaikan di masa yang akan datang.
Pada kesempatan ini, perkenankanlah penulis menyatakan penghargaan dan mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Erniyati, S.Kep, MNS selaku Pembantu Dekan 1, Ibu Evi Karota Bukit, S.Kep, MNS selaku Pembantu Dekan 2, dan Bapak Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kep, MNS selaku Pembantu Dekan 3 Fakultas Keperawatan USU.
3. Ibu Nunung Febriany Sitepu, S.Kep, Ns, MNS selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, masukan, saran, dan kritik kepada penulis, sehinnga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.
4. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep Selaku Dosen Penguji I dan Ibu Yesi Ariani, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan banyak masukan dalam penelitian ini.
5. Ibu Wardiyah Daulay, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen pembimbing akademik yang ikut memberikan arahan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
(8)
7. Teristimewa penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ayahanda terkasih Drs. HM. Supodo Wisnu dan ibunda tersayang Hj. Hayati A.Ma.Pd yang telah membesarkan dengan penuh kasih sayang dan selalu mendoakan serta memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan.
8. Terima kasih ditujukan kepada abang, kakak dan keponakanku yang selalu memberi dukungan, doa, kasih sayang dan keceriaan dalam hidup.
9. Terima kasih kepada sahabat-sahabatku, yang selalu bersama dalam perjuangan, suka dan duka sehingga semuanya terasa berarti dan indah. 10. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberi bantuan dalam terlaksananya penulisan skripsi ini.
Semoga seluruh bantuan baik moral maupun materil yang diberikan kepada penulis selama ini mendapat imbalan dari Allah SWT dan semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Medan, Juli 2015 Penulis,
Nurul Rahmah Suhayat 111101098
(9)
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ... i
Halaman Pernyataan Orisinalitas ... ii
Halaman Pengesahan... iii
Abstract... iv
Abstrak... v
Prakata... vi
Daftar Isi... viii
Daftar Skema... xi
Daftar Tabel... xii
BAB 1. PENDAHULUAN... 1
1. Latar Belakang ... 1
2. Rumusan Masalah ... 5
3. Pertanyaan Penelitian ... 5
4. Tujuan Penelitian... 6
4.1 Tujuan Umum ... 6
4.2 Tujuan Khusus ... 6
5. Manfaat Penelitian... 6
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA... 8
1. Dukungan Keluarga... 8
1.1 Definisi Keluarga ... 8
1.2 Definisi Dukungan Keluarga... 9
1.3 Sumber Dukungan Keluarga ... 9
1.4 Fungsi Dukungan Keluarga... 10
1.5 Manfaat Dukungan Keluarga ... 11
2. Kecemasan ... 12
(10)
2.3 Faktor Presipitasi Kecemasan ... 15
2.4 Tingkat Kecemasan ... 16
2.5 Gejala Klinis Cemas... 18
2.6 Pengukuran Kecemasan ... 18
2.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Pre Operasi ... 19
3. Operasi ... 19
3.1 Definisi Operasi ... 19
3.2 Klasifikasi Operasi ... 20
3.3 Tahapan Operasi... 23
BAB 3. KERANGKA PENELITIAN... 26
1. Kerangka Penelitian ... 26
2. Definisi Operasional... 27
3. Hipotesa Penelitian... 28
BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN... 29
1. Desain Penelitian... 29
2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 29
2.1 Populasi Penelitian ... 29
2.2 Sampel Penelitian... 29
3. Lokasi dan Waktu Penelitian... 30
4. Pertimbangan Etik ... 31
5. Instrumen Penelitian... 31
6. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 33
6.1 Uji Validitas ... 33
6.2 Uji Reliabilitas ... 34
7. Pengumpulan Data ... 35
8. Analisa Data ... 35
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN... 39
1. Hasil Penelitian ... 39
1.1 Analisa Univariat ... 39
1.1.1 Karakteristik Demografi Responden ... 39
1.1.2 Dukungan Keluarga Pasien Pre Operasi... 41
1.1.3 Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi ... 42
1.2 Analisa Bivariat... 43
1.2.1 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi... 43
(11)
2.1 Dukungan Keluarga pada Pasien Pre Operasi di RSUD dr. Pirngadi
Medan Tahun 2015 ... 44
2.2 Tingkat Kecemasan pada Pasien Pre OPerasi di RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2015 ... 49
2.3 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi di RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2015 ... 52
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN... 54
1. Kesimpulan... 54
2. Saran... 54
DAFTAR PUSTAKA... 56
LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1.Inform Consent Lampiran 2. Instrumen Penelitian Lampiran 3. Hasil Uji Validitas Lampiran 4. Hasil Uji Reliabilitas
Lampiran 5. Hasil Pengolahan Data Penelitian Lampiran 6. Jadwal Tentatif Penelitian
Lampiran 7. Taksasi Dana
Lampiran 8. Lembar Bukti Bimbingan Lampiran 9. Riwayat Hidup
Lampiran 10. Terjemahan Instrumen Zung Lampiran 11. Surat Ethical Clearance Penelitian
Lampiran 12. Surat Pengantar Uji Reliabilitas ke Rumah Sakit Haji Medan Lampiran 13. Surat Selesai Uji Reliabilitas dari Rumah Sakit Haji Medan Lampiran 14. Surat Pengantar Penelitian ke RSUD dr. Pirngadi Medan Lampiran 15. Surat Selesai Penelitian dari RSUD dr. Pirngadi Medan Lampiran 16.Master Table
(12)
DAFTAR SKEMA
Skema 2.1 Rentang Respon Kecemasan ... 18 Skema 3.1 Kerangka Penelitian ... 26
(13)
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 27
Tabel 4.1 Penafsiran KorelasiSpearman...38
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden... 40
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Dukungan Keluarga ... 41
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Dukungan Informasional, Dukungan Penilaian, Dukungan Instrumental dan Dukungan Emosional ... 42
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Kecemasan ... 43
Tabel 5.5 Hasil Analisa Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi... 43
(14)
Tit le of the Thesis
Name of Student Std. ID Number Program
Academic Year
: Correlation between Fami ly Support and the Level of Apprehensiveness of Pre-Operation Patients at RS UO dr. Pimgad i, Medan
: Numl Rahmah Suhayat : 111101098
: Nursi ng Science : 20 14-2015
A.BS TRA CT
•
Family support fro m the /amily members. like husband/wife, children. relatives. and parents. plays an imporlanl role in decreasing apprehensiveness of every individual, especially in pre-operalion paliems who have 10 gel in/om/alion, atlention, and emotional support in handling apprehensiveness and suffering. The research IIsed descriptive correlation melhod: il war condtlcled lrom May II 10 June /I , 2015. The objecli\'e of the research was 10 identify Ihe corre/alion between family supporl and the level of apprehensiwmess in pre-{)peralion patiellls. 711e samples were 86 respontle1lls, laken by using convenience sampling technique. n,e dolo were gathered by dislrihulitrg questionnaires aboul demographic dOlO, family support, and the level of apprehensiveness. The resull
01
the research. /Ising Spearman Rho, showed Ihal 78 respondent,f (90.7%) had good family ,wpporl and 78 respondents (90.7%) had mild level of apprehensiveness. n lere was negative correla/iml wilh weak interprelation between fa mily support and the level of apprehensiveness of pre-operalion patienlS (r .. ·0.280) and p-vaille "'" 0.009 (p < 0.05) which indicaled IIIoJ Ha was accepled so Ihat there war the correlalion belweenf amily SllPPDrt and Ihe ie\'I!1 of apprehensiveness in pre·operalion patients at RSUD dr. Pimgadi, Medon. It is recomme,uJed thai family always gil'e family support such as inlormalional, evaiualiOlJ, ill.'J'trumentai, and emoliona/supports.(15)
Judul : Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi di RSUD dr. Pirngadi Medan.
Peneliti : Nurul Rahmah Suhayat
NIM : 111101098
Jurusan : Program Studi Ilmu Keperawatan
Tahun Akademik : 2014/2015
ABSTRAK
Dukungan keluarga terdekat baik suami/isteri, anak, saudara dan orang tua sangat berperan dalam membantu penurunan kecemasan bagi setiap individu terutama pada pasien pre operasi yang harus mendapatkan informasi, perhatian dan emosional untuk mengatasi kecemasan dan penderitaanya. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pengambilan sampel Convinience Sampling, bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi di RSUD dr. Pirngadi Medan yang dilakukan pada tanggal 11 Mei sampai dengan 11 Juni 2015 dengan jumlah responden 86 orang. Instrumen penelitian berupa kuesioner data demografi, kuesioner dukungan keluarga dan kuesioner tingkat kecemasan. Hasil penelitian ini diuji dengan Spearman Rho dan menunjukkan mayoritas 78 responden (90,7%) berada pada tingkat dukungan keluarga baik dan 78 responden (90,7%) berada pada tingkat kecemasan ringan. Dukungan keluarga berhubungan negatif dengan interpretasi lemah dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi (r = -0,280) dengan nilai signifikan yang dapat diterima dimanap = 0,009 (p< 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha gagal ditolak yang berarti ada hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi di RSUD dr. Pirngadi Medan. Disarankan pada pihak keluarga untuk selalu memberikan dukungan keluarga berupa dukungan informasional, penilaian, instrumental dan emosional.
(16)
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Operasi merupakan penyembuhan penyakit dengan jalan memotong dan mengiris anggota tubuh yang sakit. Biasanya dilaksanakan dengan anastesi, dirawat inap dan jenis operasi yang dilaksanakan lebih serius. Operasi ini berisiko pada ancaman jiwa sehingga tindakan operasi ini merupakan ancaman potensial aktual terhadap integritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stress fisiologis maupun psikologis (Lois, 1996 dalam Hasanudin, 2009).
Potter & Perry (2005) mengklasifikasikan jenis operasi, yakni berdasarkan tingkat keseriusannya, urgensi dan tujuan. Jika dilihat dari tingkat keseriusannya, operasi dapat pula dikelompokkan menjadi dua yakni operasi mayor dan operasi minor. Operasi mayor dideskripsikan sebagai tindakan operasi dengan melibatkan rekonstruksi atau perubahan yang luas pada bagian tubuh dan menimbulkan resiko yang tinggi bagi kesehatan. Sedangkan Operasi minor melibatkan perubahan yang kecil pada bagian tubuh, sering dilakukan untuk perbaikan deformitas dan mengandung resiko yang lebih rendah bila dibandingkan dengan prosedur mayor.
Pengaruh psikologis terhadap tindakan operasi dapat berbeda-beda, namun sesungguhnya selalu timbul rasa ketakutan dan kecemasan yang umum
(17)
diantaranya takut terhadap anastesi, takut terhadap nyeri akibat luka operasi, takut tentang ketidaktahuan atau takut terhadap deformitas atau ancaman lain terhadap citra tubuh yang dapat menyebabkan ketidaktenangan atau kecemasan, takut operasi gagal, dan takut kematian. Selain ketakutan-ketakutan diatas, pasien sering mengalami kekhawatiran lain, seperti masalah finansial, tanggung jawab terhadap keluarga, pekerjaan, atau ketakutan akan prognosa yang buruk atau probabilitas kecacatan dimasa yang akan datang (Smeltzer & Bare, 2002).
Cemas berbeda dengan rasa takut, dimana cemas disebabkan oleh hal-hal yang tidak jelas termasuk didalamnya klien yang akan menjalani operasi karena mereka tidak tahu konsekuensi operasi dan takut terhadap prosedur operasi itu sendiri (Chitty, 1997 dalam Purwaningsih, 2010). Pembahasan tentang reaksi-reaksi pasien terhadap operasi sebagian besar berfokus pada persiapan operasi (Potter & Perry, 2005).
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan diantaranya faktor internal yaitu usia, pengalaman, tipe kepribadian, keadaan fisik seseorang dan maturasi (kematangan). Sedangkan faktor eksternalnya status pendidikan, pengetahuan, status ekonomi, potensi stressor, obat, keluarga, sosial budaya dan lingkungan. Faktor-faktor ini sangat mempengaruhi tingkat kecemasan pasien yang melakukan tindakan pembedahan (Adikusumo, 2003).
Sebagian besar pasien yang akan menjalani operasi mengalami kecemasan karena menganggap tindakan operasi merupakan pengalaman yang
(18)
menakutkan. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2007, Amerika Serikat menganalisis data dari 35.539 klien bedah dirawat di unit perawatan intensif antara 1 Oktober 2003 sampai 30 September 2006, sebanyak 8.922 klien (25,1%) mengalami kondisi kejiwaan dan 2.473 klien (7%) mengalami kecemasan. Pada tahun 2007 401 RSU Depkes dan Pemda di Indonesia, operasi yang dilaksanakan sebanyak 642.632 klien yang dirinci menurut tingkat kelas A, B, C, dan D, data tersebut diklasifikasikan berdasarkan jenis operasi. Pada kelas A jumlah operasi mayor adalah 8.364 klien (16,2%), kelas B jumlah operasi mayor adalah 76.969 (19,8%), pada kelas C jumlah operasi mayor adalah 65.987 (34,0%), dan pada kelas D jumlah operasi mayor adalah 3.307 (41,0%) (Depkes RI, 2007).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Haskas (2013) tentang hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pada pasien fraktur di ruang rawat inap Lontara II RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar sebanyak 40 responden didapatkan 6 (15,0%) responden memiliki dukungan emosional kurang baik yang mengalami cemas ringan, 23 (57,5%) responden memiliki dukungan emosional baik mengalami cemas ringan, 5 (12,5%) responden memiliki dukungan emosional kurang baik mengalami cemas sedang, 2 (5,0%) responden memiliki dukungan emosional baik mengalami cemas sedang, 4 (10,0%) responden memiliki dukungan emosional kurang baik mengalami cemas berat dan 0 (0%) responden memiliki dukungan emosional baik mengalami cemas berat.
(19)
Dalam hal ini persiapan sebelum operasi sangat penting dilakukan untuk mendukung kesuksesan tindakan operasi. Persiapan operasi yang dapat dilakukan diantaranya persiapan fisiologis merupakan persiapan yang dilakukan mulai dari persiapan fisik, persiapan penunjang, pemeriksaan status anastesi sampaiinformed consent. Selain itu persiapan mental atau psikologis, persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya. Persiapan mental dapat dilakukan dengan bantuan keluarga dan perawat. Dalam persiapan mental ini dukungan keluarga sangat dibutuhkan oleh pasien yang akan menjalani tindakan operasi (Smeltzer & Bare, 2002).
Dukungan keluarga sebagai salah satu sumber dukungan bagi anggota keluarga yang sedang sakit. Menurut Friedmen (1998), dukungan yang diberikan keluarga untuk mengurangi kecemasan pasien itu sendiri adalah dukungan informasional, dimana keluarga memberikan nasehat, saran, dukungan jasmani maupun rohani. Dukungan emosional juga diberikan keluarga, yang meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi/sikap, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan, dan didengarkan. Dukungan lainnya adalah dukungan penilaian dan dukungan instrumental.
Berdasarkan data awal di Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr. Pirngadi Medan didapatkan data klien yang melakukan operasi pada Januari 2014 sampai dengan Desember 2014 sebanyak 2.180 pasien dan yang batal operasi
(20)
tinggi, suhu badan meningkat, trombosit rendah, dan lain-lain. Sebagian besar karena pasien takut atau cemas. Masih terdapat pasien pre operasi yang merasa cemas saat akan menghadapi operasi karena tidak mendapat dukungan dari keluarga. Untuk menurunkan tingkat kecemasan pasien tersebut keluarga harus lebih banyak memberikan dukungan salah satunya yaitu selalu berada dekat pasien, memotivasi pasien untuk memberi keyakinan bahwa operasi dapat berjalan dengan lancar (Setiadi, 2008). Oleh karena itu, dukungan keluarga sangat dibutuhkan oleh pasien yang akan menghadapi operasi. Apabila dukungan keluarga tidak ada, maka akan meyebabkan dampak psikologis terhadap pasien tersebut.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi di RSUD Dr. Pirngadi Medan.
2. Rumusan Masalah
Dari berbagai uraian latar belakang tersebut maka akan timbul masalah sebagai berikut : “Bagaimana hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi di RSUD Dr. Pirngadi Medan”.
3. Pertanyaan Penelitian
Apakah ada hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi di RSUD dr. Pirngadi Medan?
(21)
4. Tujuan Penelitian 4.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi
4.2 Tujuan Khusus
4.2.1 Mengidentifikasi dukungan keluarga pada pasien pre operasi. 4.2.1.1 Dukungan Informasional
4.2.1.2 Dukungan Penilaian 4.2.1.3 Dukungan Instrumental 4.2.1.4 Dukungan Emosional
4.2.2 Mengidentifikasi tingkat kecemasan pasien pre operasi.
4.2.3 Mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi.
5. Manfaat Penelitian
5.1 Pendidikan Keperawatan
Sebagai bahan masukan yang bermanfaat untuk pengembangan ilmu keperawatan terhadap pasien pre operasi sehingga dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
5.2 Pelayanan Keperawatan
Mengoptimalkan fungsi perawat dalam penatalaksanaan asuhan keperawatan kepada pasien yang mengalami kecemasan, tanpa mengabaikan aspek-aspek psikologis, sehingga profesionalisme
(22)
perawat dalam bekerja dapat ditingkatkan dan operasi berjalan dengan lancar.
5.3 Penelitian keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi atau bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya yang sifatnya lebih besar dan bermanfaat bagi kemajuan keperawatan khususnya di Indonesia.
(23)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Dukungan Keluarga 1.1 Definisi Keluarga
WHO (1969 dalam Mubarak, 2006) mendefinisikan bahwa keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan. Menurut UU No.10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri atau suami istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. Sedangkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1998 dalam Mubarak, 2006) menyatakan bahwa keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Pakar konseling keluarga dari Yogyakarta, Sayekti (1994 dalam Setiadi, 2008) menulis bahwa keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.
(24)
keterikatan aturan dan emosional di mana individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga.
1.2 Definisi Dukungan Keluarga
Friedman (1998) menyatakan bahwa dukungan keluarga adalah sikap, tindakan, dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan.
Kane (1988 dalam Friedman, 1998) mendefinisikan dukungan keluarga sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosialnya. Ketiga dimensi interaksi dukungan keluarga tersebut bersifat reprokasitas/timbal balik (sifat dan frekuensi hubungan timbal balik), advis/umpan balik (kuantitas dan kualitas komunikasi), dan keterlibatan emosional (kedalaman intimasi dan kepercayaan) dalam hubungan sosial.
1.3 Sumber Dukungan Keluarga
Friedman (1998 dalam Akhmadi, 2009) menyatakan bahwa dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan sosial yang dipandang oleh keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses/diadakan untuk keluarga (dukungan keluarga bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan). Dukungan keluarga dapat berupa dukungan keluarga internal seperti dukungan dari
(25)
suami/istri atau dukungan dari saudara kandung dan dukungan keluarga eksternal seperti jaringan kerja sosial keluarga.
1.4 Fungsi Dukungan Keluarga
Caplan (1976 dalam Friedman, 1998) menjelaskan bahwa keluarga memiliki beberapa fungsi dukungan yaitu:
a. Dukungan Informasional
Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan desiminator (penyebar) informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk, dan pemberian informasi. b. Dukungan Penilaian
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator identitas anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan, dan perhatian.
c. Dukungan Instrumental
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya: kesehatan penderita dalam hal makan dan minum, istirahat, terhindarnya penderita dari kelelahan.
(26)
d. Dukungan Emosional
Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaaan, perhatian, mendengarkan, dan didengarkan.
1.5 Manfaat Dukungan Keluarga
Dukungan sosial keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan sosial berbeda-beda dalam berbagai tahap-tahap siklus kehidupan. Misalnya, jenis-jenis dan kuantitas dukungan sosial dalam fase perkawinan (sebelum sebuah pasangan muda mendapat anak) sangat berbeda dengan banyaknya dan jenis-jenis dukungan sosial yang dibutuhkan ketika keluarga sedang berada dalam tahap/fase siklus kehidupan terakhir. Namun demikian, dalam semua tahap siklus kehidupan, dukungan sosial keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman, 1998).
Wills (1985 dalam Friedman, 1998) menyimpulkan bahwa baik efek-efek penyangga (dukungan sosial menahan efek-efek-efek-efek negatif dari stress terhadap kesehatan) dan efek-efek utama (dukungan sosial secara langsung mempengaruhi akibat-akibat dari kesehatan) pun ditemukan. Sesungguhnya efek-efek penyangga dan utama dari dukungan sosial terhadap kesehatan dan kesejahteraan boleh jadi berfungsi bersamaan.
(27)
Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan sosial yang adekuat terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit dan dikalangan kaum tua, fungsi kognitif, fisik, dan kesehatan emosi. 2. Kecemasan
2.1 Definisi Kecemasan
Herdman (2010) menyatakan bahwa kecemasan merupakan perasaan tidak nyaman atau gelisah yang samar yang ditimbulkan oleh persepsi ancaman nyata atau imajinasi terhadap eksistensi seseorang. Sedangkan Stuart & Sundeen (1998) mengemukakan bahwa kecemasan sebagai respon emosional dengan objek yang tidak spesifik atau tidak jelas yang secara subjektif dialami dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Kecemasan merupakan konsep multidimensional dan dimanefestasikan sebagai sebuah respon tubuh dan juga dapat dipengaruhi oleh pengalaman dan fenomena interpersonal. Seperti pada pasien pembedahan terdapat respon cemas yang dipengaruhi pengalaman sebelumnya. Misalnya pasien yang sudah dioperasi, ketika akan dioperasi lagi mungkin respon cemasnya tidak terlalu tinggi atau malah sebaliknya, tergantung pengalaman operasi yang dilalui sebelumnya.
Trismiati (2004 dalam Purba, 2012) menyatakan bahwa konsep ansietas (kecemasan) memegang peranan penting yang sangat mendasar dalam teori-teori tentang stress dan penyesuaian diri. Kecemasan adalah perasaan was-was, khawatir, atau tidak nyaman seakan-akan terjadi sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman. Kecemasan merupakan suatu
(28)
perasaan yang tidak menyenangkan, yang diikuti oleh reaksi fisiologis tertentu seperti perubahan detak jantung dan pernapasan. Kecemasan melibatkan persepsi tentang perasaan yang tidak menyenangkan dan reaksi fisiologis, dengan kata lain kecemasan adalah reaksi atas situasi yang dianggap berbahaya. Sedangkan Corey (1995 dalam Purba, 2012) mengartikan ansietas sebagai suatu keadaan tegang yang memaksa individu untuk berbuat sesuatu.
2.2 Faktor Predisposisi Kecemasan
Stuart & Sundeen (1998) mengemukakan bahwa penyebab kecemasan pada individu dapat dipahami melalui beberapa teori, yaitu:
a. Teori Psikoanalitik
Menurut Freud, kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian Id dan Super ego. Id mewakili dorongan insting dan implus primitif seseorang, sedangkan super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b. Teori Interpersonal
Menurut Sullivan, kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan
(29)
harga diri rendah terutama mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.
c. Teori Prilaku
Teori ini berkaitan dengan pendapat bahwa kecemasan adalah produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Faktor presipitasi yang aktual mungkin adalah sejumlah stressor internal dan eksternal, tetapi faktor-faktor tersebut bekerja menghambat usaha seseorang untuk memperoleh kepuasan dan kenyamanan. Pakar prilaku lain menganggap kecemasan sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan. Pakar tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dininya dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukkan kecemasan pada kehidupan selanjutnya.
d. Teori Keluarga
Menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga dan juga terkait dengan tugas perkembangan individu dalam keluarga.
e. Teori Biologis
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepines. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas. Penghambat asam aminobutirik-gamma neroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis
(30)
berhubungan dengan ansietas, sebagaimana halnya dengan endorphin. Selain itu, telah dibuktikan bahwa kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasistressor.
2.3 Faktor Presipitasi Kecemasan
Faktor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal. Ada dua kategori faktor pencetus kecemasan, yaitu ancaman terhadap integritas fisik dan terhadap sistem diri (Lairaia & Stuart, 1998 dalam Purba, 2012):
a. Ancaman Terhadap Integritas Fisik
Ancaman pada kategori ini meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Sumber internal dapat berupa kegagalan mekanisme fisiologis seperti jantung, sistem imun, regulasi temperature, perubahan biologis yang normal seperti kehamilan dan penuaan. Sumber eksternal dapat berupa infeksi virus atau bakteri, zat polutan, dan luka trauma. Kecemasan dapat timbul akibat kekhawatiran terhadap tindakan operasi yang mempengaruhi integritas tubuh secara keseluruhan.
b. Ancaman Terhadap Sistem Tubuh
Ancaman pada kategori ini dapat membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi sosial seseorang. Sumber internal dapat berupa
(31)
kesulitan melakukan hubungan interpersonal di rumah, di tempat kerja, dan di masyarakat. Sumber eksternal dapat berupa kehilangan pasangan, orang tua, teman, perubahan status pekerjaan, dilema etik yang timbul dari aspek religius seseorang, tekanan dari kelompok sosial atau budaya. Ancaman terhadap sistem diri terjadi saat tindakan operasi akan dilakukan sehingga akan menghasilkan suatu kecemasan. 2.4 Tingkat Kecemasan
Peplau (1952 dalam Videbeck, 2008) mengidentifikasi empat tingkat kecemasan sebagai berikut:
a. Tingkat Kecemasan Ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam tingkat ini seseorang lebih waspada dan lapangan persepsinya meningkat seperti melihat, mendengar dan gerakan menggenggam lebih kuat. Tingkatan ini dapat memotivasi untuk belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. Pada tingkat ini, biasanya muncul tanda dan gerakan seperti jantung berdebar, gelisah, lebih banyak bicara dari biasanya dan tangannya gemetar.
b. Tingkat Kecemasan Sedang
Seseorang pada tingkat ini, biasanya pikirannya akan terfokus pada apa yang dilihatnya sesegera mungkin dan terhalangi dengan lingkungan luarnya. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Lapangan persepsinya menurun seperti penglihatan, pendengaran, dan gerakan
(32)
menggenggam berkurang. Pada tahap ini disertai tanda dan gerakan seperti mulut kering, anoreksia, badan bergetar, ekspresi wajah ketakutan, gelisah, tidak mampu bersikap rileks, sukar tidur, dan banyak bicara disertai suara yang keras.
c. Tingkat Kecemasan Berat
Pada tingkat kecemasan yang berat, seorang individu biasanya akan mengalami lapangan persepsi yang menyempit, lebih memperhatikan hal-hal yang spesifik dan tidak memikirkan hal yang lain. Prilakunya ditunjukkan untuk mencapai ketenangan dan membutuhkan banyak bimbingan untuk memperhatikan keadaan. Tanda dan gejala yang muncul biasanya seperti memainkan atau meremas jari, kecewa, tidak berdaya, merasa bodoh terhadap tindakan yang dilakukan, dan merasa tidak berharga.
d. Panik
Tingkatan ini berhubungan dengan perasaan takut dan cemas. Pada tingkatan ini hal yang spesifik tidak lagi proporsional karena seseorang telah kehilangan kontrol, tidak dapat melakukan hal-hal tertentu meskipun dengan bimbingan. Terjadi peningkatan aktivitas motorik, penurunan kemampuan dalam berhubungan dengan orang lain, persepsi yang terdistorsi/menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan jika berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian. Disertai tanda dan gejala seperti
(33)
perasaan jantung berdebar, penglihatan berkunang-kunang, sakit kepala, sulit bernafas, perasaan mau muntah, otot lebih terasa tegang, dan tidak mampu melakukan apa-apa.
2.5 Gejala Klinis Cemas
Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang mengalami gangguan kecemasan antara lain sebagai berikut (Hawari, 2008):
1) Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung.
2) Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut. 3) Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang. 4) Gangguan pola tidur, mimpi–mimpi yang menegangkan. 5) Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
6) Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging (tinnitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala, dan lain-lain.
2.6 Pengukuran Kecemasan
Rentang Respon Kecemasan
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik
(34)
2.7 Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Pre Operasi Salan (1997, dalam Hartono 2009) mengemukakan bahwa kecemasan terjadi karena beberapa sebab, tetapi secara umum disebebkan oleh bahaya yang terdapat dalam dalam diri manusia sendiri, yaitu suatu stimulus internal atau juga keadaan bahaya dari luar oleh yang bersangkutan ditafsirkan lain, adanya distorsi persepsi dari realitas lingkungannya. Sedangkan Freud(dalam Hall, 1980), faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah lingkungan di sekitar individu.
Menurut Carpenito (1998, dalam Hartono 2009) ada beberapa faktor yang berhubungan dengan munculnya kecemasan pada pasien pre operasi yaitu :
1. Patofisiologis, yaitu setiap faktor yang berhubungan dengan kebutuhan dasar manusia akan makanan, air, kenyamanan dan keamanan.
2. Situasional, yaitu berhubungan dengan ancaman konsep diri terhadap perubahan status, adanya kegagalan, kehilangan benda yang dimiliki, dan kurang penghargaan dari orang lain.
3. Operasi
3.1 Definisi Operasi
Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan tubuh ini umumnya dilakukan dengan membuat
(35)
sayatan. Setelah bagian yang akan ditangani ditampilkan, dilakukan tindak perbaikan yang akan diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. Perawatan selanjutnya akan termasuk dalam perawatan pasca pembedahan (Sjamsuhidajat, 2005).
Operasi umumnya dilakukan untuk berbagai alasan seperti diagnostik (biopsi, laparatomi, eksplorasi), kuratif (eksisi massa tumor, pengangkatan apendiks yang mengalami inflamasi), reparatif (memperbaiki luka multiple), rekonstruktif atau kosmetik (mammoplasti, perbaikan wajah), dan paliatif (Brunner & Suddarth, 2002).
3.2 Kalsifikasi Operasi
Jenis prosedur pembedahan diklasifikasikan berdasarkan pada tingkat keseriusan, kegawatan, dan tujuan pembedahan. Sebuah prosedur mungkin memiliki lebih dari satu klasifikasi. Misalnya pembedahan untuk mengangkat jaringan parut yang bentuknya tidak beraturan termasuk pembedahan dengan tingkat keseriusan yang rendah, elektif secara kegawatan, dan bertujuan untuk rekonstruksi. Klasifikasi seringkali tumpang tindih. Prosedur yang gawat juga dianggap mempunyai tingkat keseriusan mayor. Tindakan bedah yang sama dapat dilakukan pada klien yang berbeda dengan tujuan yang berbeda (Potter & Perry, 2005).
Potter & Perry (2005) menyatakan bahwa operasi dibagi menjadi dua berdasarkan tingkat keseriusannya yaitu operasi minor dan operasi mayor:
(36)
a. Operasi minor
Operasi minor adalah operasi yang secara umum bersifat elektif, dan melibatkan perubahan yang kecil pada bagian tubuh, sehingga sering dilakukan untuk memperbaiki deformitas, mengandung risiko yang lebih rendah bila dibandingkan dengan prosedur mayor. Contoh ekstraksi/pencabutan gigi, pengangkatan kutil, graft kulit, ekstraksi/operasi katarak, operasi plastik wajah danarthroskopi. b. Operasi mayor
Operasi mayor adalah operasi yang bersifat elektif, urgen, dan emergensi. Operasi ini melibatkan rekonstruksi atau perubahan yang luas pada bagian tubuh sehingga menimbulkan risiko yang tinggi bagi kesehatan. Tujuan dari operasi mayor adalah untuk menyelamatkan nyawa, mengangkat atau memperbaiki bagian tubuh, memperbaiki fungsi tubuh dan meningkatkan kesehatan. Contoh bypass arteri koroner, reseksi kolon, pengangkatan laring, reseksi lobus paru, kolesistektomi, nefrektomi, kolostomi, histerektomi, mastektomi, amputasi, dan operasi akibat trauma.
Operasi mayor biasanya dilaksankan dengan anastesi umum di unit bedah rawat inap. Operasi lebih serius dari operasi kecil dan bisa berisiko kepada jiwa. Operasi besar merupakan stressor kepada tubuh dan memicu respon neuroendocrine. Respon terdiri dari sistem saraf simpatis dan respon hormonal yang bertugas melindungi tubuh dari ancaman cedera. Bila stress terhadap sistem cukup gawat atau
(37)
kehilangan darah cukup banyak mekanisme kompensasi dari tubuh terlalu banyak beban dan syok akan menjadi akibat dari itu semua. Anastesi tertentu yang dipakai dapat mencegah terjadinya syok. Selain itu, respon metabolisme juga terjadi. Karbohidrat dan lemak di metabolisme untuk memproduksi energi. Protein tubuh dipecah untuk menyajikan suplai asam amino yang dipakai untuk membangun jaringan baru. Asam amino yang tidak dipakai menjadi nitrogen sebagai produk akhir, diekskresikan seperti urea. Ini berakibat menjadi keseimbangan nitrogen yang negatif, itu berarti kehilangan nitrogen melampaui intake nitrogen. Semua faktor ini menjurus kepada kehilangan berat badan setelah pembedahan besar. Intakeprotein yang tinggi diperlukan guna mengisi kebutuhan protein untuk keperluan penyembuhan dan mengisi kebutuhan untuk fungsi yang optimal (Long, 1996).
Setiap orang berbeda pandangan dalam menanggapi bedah sehingga respon psikologisnya juga berbeda-beda. Namun sesungguhnya selalu terjadi ketakutan dan penghayatan yang umum. Sebagian ketakutan yang melatar belakangi pra bedah adalah elusif/keinginan mengelak dan orang tidak akan mengetahui penyebabnya. Ketakutan yang umum yaitu takut oleh yang tidak diketahui, hilang kendali, hilang kasih sayang dari orang yang penting misalnya keluarga, dan ancaman seksualitas. Sedangkan ketakutan yang lebih spesifik yaitu diagnosis keganasan, anestesi, sakaratul maut,
(38)
nyeri, perubahan penampilan, dan keterbatasan permanen. Orang yang sangat cemas sehingga tidak bisa berbicara dan mencoba menyesuaikan diri dengan kecemasan sebelum operasi seringkali menderita banyak kesukaran pada pasca bedah. Mereka cenderung banyak marah, kesal, bingung, atau depresi. Mereka lebih mudah tersinggung akibat reaksi psikis dibandingkan dengan orang yang cemasnya sedikit. Ketakutan dan kecemasan yang dirasakan pasien pre operasi ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik seperti meningkatnya frekuensi nadi dan pernafasan, gerakan-gerakan tangan yang tidak terkontrol, telapak tangan yang lembab, gelisah, menanyakan pertanyaan yang sama berulang kali, sulit tidur, dan sering berkemih (Long, 1996).
3.3 Tahapan Operasi
Brunner & Suddarth (2002) membagi tindakan operasi melalui tiga fase yaitu preoperasi, intraoperasi dan postoperasi.
a. Fase Praoperatif
Fase ini dimulai ketika keputusan untuk intervensi bedah dibuat dan berakhir ketika pasien dikirim kemeja operasi. Lingkup aktivitas keperawatan selama waktu tersebut dapat mencakup penetapan pengkajian dasar pasien ditatanan klinik atau di rumah, menjalani wawancara praoperatif, dan menyiapkan pasien untuk anastesi yang diberikan dan pembedahan. Kecemasan praoperatif merupakan suatu respon antisipasi terhadap suatu pengalaman yang dapat dianggap
(39)
pasien sebagai suatu ancaman terhadap perannya dalam hidup , integritas tubuh, atau bahkan kehidupannya itu sendiri. Pasien yang menghadapi pembedahan dilingkupi oleh ketakutan akan ketidaktahuan, kematian, tentang anastesi, kekhawatiran mengenai kehilangan waktu kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga. Aktivitas keperawatan yang dilakukan oleh seorang perawat untuk mengurangi kecemasan pasien adalah dengan memberikan dukungan psikologis seperti : menceritakan pada pasien apa yang sedang terjadi, memberikan dorongan untuk pengungkapan, harus mendengarkan dan memahami, memberikan informasi tentang prosedur pembedahan, menentukan status psikologis dan mengkomunikasikan status emosional pasien pada anggota tim kesehatan lain yang berkaitan. b. Fase Intraoperatif
Fase ini dimulai ketika pasien masuk atau dipindah kebagian atau departemen bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan dapat meliputi: memasang infus, memberikan medikasi intravena, melakukan pemantauan fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien.
c. Fase Pascaoperatif
Fase ini dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau di rumah. Lingkup keperawatan mencakup rentang aktivitas yang luas
(40)
selama periode ini. Pada fase pascaoperatif langsung, fokus termasuk mengkaji efek dari agen anastesi, dan memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi. Aktivitas keperawatan kemudian berfokus pada peningkatan penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan, perawatan tindak lanjut, dan rujukan yang penting untuk penyembuhan yang berhasil dan rehabilitasi diikuti dengan pemulangan.
(41)
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Dukungan keluarga pada penelitian ini menjadi variabel bebas (independen) sedangkan tingkat kecemasan pasien pre operasi menjadi variabel terikat (dependen). Secara skematis kerangka penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Skema 3.1 Kerangka Penelitian
Keterangan : Yang diteliti
Menyatakan ada hubungan Dukungan Keluarga
• Informasional • Penilaian • Instrumental • Emosional
Tingkat Kecemasan Pre Operasi
• Ringan • Sedang • Berat
(42)
2. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena. Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran dalam penelitian. Sedangkan cara pengukuran merupakan cara dimana variabel dapat diukur dan ditentukan karakteristiknya (Hidayat, 2009).
Tabel 3.1 : Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur
Skala 1. Variabel
independen : Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga
merupakan aspek
penting yang
dibutuhkan pasien pre operasi.Adapun aspek-aspek tersebut terdiri dari 4 aspek, yaitu :
1. Dukungan informasional 2. Dukungan penilaian 3. Dukungan instrumental 4. Dukungan emosional Kuesioner sebanyak 16 pernyataan. Skor jawaban responden yaitu : skor 1 jika responden menjawab tidak pernah, skor 2 jika responden menjawab kadang-kadang, skor 3 jika responden menjawab sering, skor 4 jika responden menjawab selalu.
Dukungan keluarga:
a. Baik : Skor 49 –64 b. Cukup : Skor
33–48 c. Kurang : Skor
16–32
(43)
2. Variabel dependen: Tingkat kecemasan pasien pre operasi.
Suatu respon yang menggambarkan
tentang adanya
perasaan khawatir, tertekan, tidak nyaman dan ancaman terhadap diri sendiri yang bersifat samar/tidak spesifik yang terjadi pada pasien pre
operasi. Adapun
tingkat kecemasan tersebut adalah :
1. Cemas ringan 2. Cemas sedang 3. Cemas berat
Kuesioner sebanyak 20 pernyataan. Skor jawaban responden yaitu : Skor 1 jika responden menjawab tidak pernah, skor 2 jika responden menjawab kadang-kadang, skor 3 jika responden menjawab sering dan skor 4 jika responden menjawab selalu
Tingkat Kecemasan: a. Ringan : skor
20–40 b. Sedang : skor
41–60 c. Berat : skor
61 - 80
Ordinal
3. Hipotesa Penelitian
Hipotesa adalah jawaban sementara dari rumusan masalah (Nursalam, 2003, dalam Hidayat, 2009)
Hipotesa alternatif (Ha) : Ada hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien operasi.
Hipotesa nol (Ho) : Tidak ada hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi.
(44)
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian (Setiadi, 2007). Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif korelasi yang bertujuan mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi di RSUD Dr. Pirngadii Medan.
2. Populasi dan Sampel Penelitian 2.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang akan diteliti (Notoatmodjo, 1993 dalam Setiadi, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien pre operasi di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Dari data yang diperoleh, klien yang melakukan operasi pada 3 bulan terakhir (Oktober–Desember) tahun 2014 sebanyak 577 pasien.
2.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 1993 dalam Setiadi, 2007). Apabila populasi kurang dari 100 orang, maka populasi dapat menjadi sampel. Selanjutnya, jika jumlah populasi lebih dari 100 orang dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih, tergantung
(45)
subjek dan besar kecilnya risiko yang ditanggung peniliti (Arikunto, 2002). Sehingga peneliti menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini 15% dari 577 yaitu 86 orang.
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Convinience Sampling yaitu cara penetapan sampel dengan mencari subjek atas dasar hal-hal yang disesuaikan dengan masalah penelitian (Nursalam, 2011). Nursalam menambahkan bahwa subjek dijadikan sampel karena kebetulan dijumpai di tempat dan waktu secara bersamaan pada pengumpulan data. Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Pasien sebelum operasi (dewasa) yang di damping oleh keluarga (Ayah/Ibu, Kakak/Adik, atau Suami/Istri) saat dirawat di rumah sakit.
b. Bersedia menjadi responden c. Menguasai bahasa Indonesia
d. Dapat berkomunikasi dengan baik satu hari sebelum operasi e. Dapat membaca dan menulis
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr. Pirngadi Medan karena merupakan Rumah Sakit rujukan di daerah kota Medan, Sumatera Utara sehingga diperkirakan akan mudah didapatkan subjek penelitian karena rumah sakit tersebut menyediakan pelayanan Instalasi Bedah Sentral, selain itu Rumah Sakit ini juga merupakan salah satu Rumah Sakit Pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
(46)
Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2015. 4. Pertimbangan Etik
Etika penelitian bertujuan untuk melindungi hak-hak subjektif untuk menjamin kerahasiaan identitas responden dan kemungkinan terjadinya ancaman terhadap responden. Sebelum pelaksanaan penelitian, peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu serta menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada responden satu hari sebelum dilakukan operasi. Jika responden bersedia, maka responden akan menandatangani lembar persetujuan (informed consent)yang telah dipersiapkan oleh peneliti.
Bila responden tidak bersedia menandatangani lembar persetujuan, maka responden dapat memberikan persetujuan secara verbal (lisan). Responden berhak menolak ataupun mengundurkan diri selama proses penelitian tanpa adanya tekanan. Peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya sebagai responden. Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar kuesioner yang diisi oleh responden (Anonimity). Lembar tersebut hanya diberi nomor dan kode tertentu. Informasi yang diberi oleh responden dan kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti (Confidentiality)..
5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian (Notoatmodjo, 2010). Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner yang terdiri dari tiga bagian, yakni data demografi, kuesioner dukungan keluarga, dan kuesioner tingkat kecemasan pasien pre operasi.
(47)
Kuesioner data demografi responden meliputi inisial nama, usia, jenis kelamin, suku, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan dan jenis operasi. Data demografi responden bertujuan untuk mengetahui karakteristik calon responden.
Kuesioner dukungan keluarga bertujuan untuk mengidentifikasi dukungan keluarga terhadap pasien pre operasi. Peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada kerangka penelitian dan tinjauan pustaka. Pada kuesioner dukungan keluarga berisi 16 pernyataan dengan pilihan jawaban tidak pernah, kadang-kadang, sering, dan selalu. Penilaian berdasarkan skala Likertdari 1-4, dimana skor 4 menggambarkan hal positif dengan penilaian : tidak pernah (1), kadang-kadang (2), sering (3), dan selalu (4). Hasil ukur :
a. Dukungan keluarga baik : skor 49–64 b. Dukungan keluarga cukup : skor 33–48 c. Dukungan keluarga kurang : skor 16–32
Kuesioner tingkat kecemasan bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan pasien pre operasi. Peneliti menggunakan kuesioner yang diadopsi dari kuesioner dengan metodeZung Self–Rating Anxiety Scaleyaitu penilaian kecemasan yang dirancang oleh William W.K. Zung, dikembangkan berdasarkan gejala kecemasan dalam Diagnostic And Statistical Manual Of Mental Disorder (DSM-II) dan dimodifikasi oleh peneliti sehingga perlu uji reliabilitas. Pada kuesioner tingkat kecemasan ini berisi 20 pernyataan dimana
(48)
setiap pernyataan dinilai 1-4 dimana skor 4 menggambarkan hal negatif ( 1: tidak pernah, 2: kadang -kadang, 3: sering, dan 4: selalu ). Hasil ukur:
a. Kecemasan ringan : skor 20 - 40 b. Kecemasan sedang : skor 41 - 60 c. Kecemasan berat : skor 61–80
6. Uji Validitas dan Reliabilitas 6.1 Uji Validitas
Validitas berasal dari katavalidity yang berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam mengukur suatu data (Isgiyanto, 2009). Tipe validitas diklasifikasikan menjadi validitas isi (content), validitas kontruk (contruct), dan validitas terkait (criterion related).
Dalam penelitian ini, kuesioner dukungan keluarga disusun dan dikembangkan oleh peneliti berdasarkan teori sehingga akan dilakukan uji validitas. Uji validitas yang dilakukan adalah validitas isi (content validity). Pengujian validitas dilakukan oleh pakar yaitu 3 dosen yang ahli di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara untuk menilai apakah kuesioner valid atau tidak dan nilai content validity index (CVI) adalah 0,80. Selanjutnya peneliti melakukan uji validitas isi pada 3 Dosen yang ahli di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, kemudian didapatkan hasil validitas Dukungan Keluarga yaitu 0,90.
(49)
(alpha cronbach 0,803). Selanjutnya peneliti menterjemahkan kuesioner baku Zung Self – Rating Anxiety Scale dari bahasa inggirs ke bahasa Indonesia dibantu staf pengajar di Pusat Bahasa Universitas Sumatera Utara, kemudian peneliti melakukan uji validitas isi pada 3 Dosen yang ahli di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan dipatkan hasil validitas Tingkat Kecemasan yaitu 0,92.
6.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengkur dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan alat pengukur yang sama pula (Isgayanto, 2009).
Uji reliabilitas ini dilakukan pada 30 orang dengan kriteria yang sama dan sampel yang berbeda. Hasil yang didapatkan dianalisa dengan menggunakan formula cronbach’s alpha pada item kuesioner dukungan keluarga dan tingkat kecemasan. Instrumen dikatakanreliablejika nilainya 0,70 atau lebih.
Peneliti melakukan uji reliabilitas pada 30 pasien pre operasi di Rumah Sakit Haji Medan dari bulan April sampai Mei. Kemudian peneliti menganalisa hasil yang didapatkan dengan menggunakan formula cronbach’s alpha pada item kuesioner dukungan keluarga yaitu 0,822 dan kuesioner tingkat kecemasan yaitu 0,808.
(50)
7. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan setelah terlebih dahulu peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan (Program Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara) dan kemudian permohonan izin penelitian yang telah diperoleh dikirimkan ke tempat penelitian (Rumah Sakit Umum Daerah Dr, Pirngadi Medan). Peneliti menentukan calon responden yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya yaitu pasien pre operasi, selanjutnya peneliti menjelaskan kepada calon responden mengenai tujuan, manfaat dan prosedur pelaksanaan penelitian, lalu calon responden yang bersedia menandatangani surat persetujuan (informed consent) untuk ikut serta dalam penelitian yang akan dilaksanakan satu hari sebelum dilakukan operasi. Peneliti mengambil data dari responden dengan cara memberikan kuesioner kepada calon responden. Responden juga diberi kesempatan untuk bertanya tentang pernyataan yang tidak dipahami. Setelah responden selesai mengisi kuesioner, peneliti kemudian memeriksa kelengkapan data dan kemudian data yang sudah terkumpul dianalisa.
8. Analisa Data
Setelah data berhasil dikumpulkan, maka langkah berikutnya yang harus dilakukan adalah menganalisa data tersebut. Analisa data merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai tujuan pokok penelitian, yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang mengungkap fenomena (Nursalam, 2008). Ada empat hal yang harus dilakukan, yaitu:
(51)
Pertama, cleaning. Tahapan ini dilakukan saat mengumpulkan data kuesioner dari responden dan memeriksa kembali jawaban responden, mungkin ada yang ganda atau belum dijawab. Jika ada, menyampaikan kepada responden untuk mengisi atau memperbaiki jawabannya pada kuesioner tersebut. Jika hal ini tidak dilakukan, dan terdapat jawaban ganda atau belum terisi, maka kuesioner tersebut gugur atau dibatalkan, karena peneliti tidak boleh mengisi jawaban sendiri.
Kedua, coding. Ada dua tahapan coding (memberikan kode) pada jawaban responden. Tahapan pertama adalah memberi kode identitas responden untuk menjaga kerahasiaan identitasnya dan mempermudah penyimpanan dalam arsip data. Adapun tahapan kedua adalah menetapkan kode untukscoringjawaban responden.
Ketiga, scoring. Tahap ini dilakukan setelah ditetapkan kode jawaban. Sehingga, setiap jawaban responden dapat diberi skor. Tidak ada pedoman baku untuk scoring, namun scoring harus diberikan dengan konsisten. Selain itu, perlu diperhatikan dengan seksama terhadap pernyataan dalam kuesioner yang bersifat negatif. Pernyataan yang demikian harus diberi kode terbalik.
Keempat, entering. Setelah proses scoring selesai, peneliti memasukkan data ke dalam computer dan melakukan pengolahan data.
(52)
Metode statistik untuk analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Statistik Univariat
Statistik univariat adalah prosedur untuk menganalisa data dari satu variabel yang bertujuan untuk mendiskripsikan hasil penelitian (Polit & Beck, 1999). Pada penelitian ini, analisa data dengan metode statistik univariat digunakan untuk menampilkan data demografi meliputi usia, jenis kelamin, suku, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan dan jenis operasi serta data tentang variabel independen yaitu dukungan keluarga pre operasi serta variable dependen yaitu tingkat kecemasan pre operasi yang akan ditampilkan dalam tabel distribusi frekuensi dan persentase. b. Statistik Bivariat
Statistik Bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi yaitu hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi dengan cara uji Spearman Rho untuk mengukur tingkat atau eratnya hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas dan terikat yang berskala ordinal. Uji korelasi yang ditampilkan dalam tabel hasil uji interpretasi terdiri dari nilai p (p value), yang akan dibandingkan dengan nilai α (alpha). Bila nilai p ≤ nilai α, maka keputusan Ho ditolak. Bila nilai p > nilai α, maka keputusan Ho gagal ditolak. Nilai r (koefisien korelasi) berkisar antara -1 sampai dengan +1 untuk menunjukkan derajat hubungan antara kedua variabel tersebut.
(53)
Untuk menafsirkan hasil pengujian statistik tersebut, digunakan penafsiran korelasispearmanmenurut Burn and Groove tahun 1993.
Tabel 4.1 : Penafsiran KorelasiSpearman
Nilai r Penafsiran
Diatas -0,5 Korelasi negatif tinggi
Hubungan negatif dengan interpretasi kuat -0,3 sampai -0,5 Korelasi negatif sedang
Hubungan negatif dengan interpretasi memadai -0,1 sampai -0,3 Korelasi negative
Hubungan negatif dengan interpretasi lemah
0 Tidak ada korelasi/hubungan
0,1 sampai 0,3 Korelasi positif rendah
Hubungan positif dengan interpretasi lemah 0,3 sampai 0,5 Korelasi positif sedang
Hubungan positif dengan interpretasi memadai Diatas 0,5 Korelasi positif tinggi
(54)
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian
Pengumpulan data yang telah dilaksanakan di RSUD dr. Pirngadi Medan pada bulan Mei sampai Juni 2015 yang berjudul “Hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi di RSUD dr. Pirngadi Medan” dengan responden sebanyak 86 pasien pre operasi. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk analisa univariat dan bivariat sebagai berikut:
1.1 Analisa Univariat
Hasil dari analisis univariat menampilkan tabel distribusi frekuensi dan persentase dari karakteristik responden, dukungan keluarga dan tingkat kecemasan pasien pre operasi di RSUD dr. Pirngadi Medan.
1.1.1 Karakteristik Demografi Responden
Karakteristik demografi responden meliputi Umur, Jenis kelamin, Suku, Pendidikan terakhir, Pekerjaan, Status Pernikahan dan Jenis Operasi. Dari 86 responden yang terkumpul mayoritas responden berada pada usia 46-55 tahun (n=24; 27,9%), mayoritas jenis kelamin responden perempuan (n=51; 59,3%), mayoritas suku batak (n=48; 55,8%), mayoritas responden berpendidikan SMA (n=35; 40,7%), mayoritas pekerjaan lain-lain yaitu ibu rumah tangga (n=41; 47,7%), mayoritas responden menikah (n=55; 64%) dan mayoritas responden operasi minor (n=71; 82,6%).
(55)
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Demografi Responden Pasien Pre Operasi di RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2015 (N=86)
Karakteristik Responden Frekuensi (n=responden)
Persentase (%) Usia
- 17–25 tahun - 26–35 tahun - 36–45 tahun - 46–55 tahun - 56–65 tahun - >65 tahun
12 10 18 24 12 10 14,0 11,6 20,9 27,9 14,0 11,6 Jenis Kelamin - Laki-laki - Perempuan 35 51 40,7 59,3 Suku - Jawa - Batak - Melayu - Minang - Lain-lain 24 48 4 3 7 27,9 55,8 4,7 3,5 8,1 Pendidikan - SD - SLTP - SMA
- Perguruan Tinggi
26 13 35 12 30,2 15,1 40,7 14,0 Pekerjaan
- Pegawai Negeri - Buruh/Tani - Wiraswasta - Lain-lain 6 16 23 41 7,0 18,6 16,7 47,7 Status Pernikahan
- Tidak Menikah
- Menikah - Duda/Janda 13 55 18 15,1 64,0 20,9 Jenis Operasi
- Operasi Minor - Operasi Mayor
71 15
82,6 17,4
(56)
1.1.2 Dukungan Keluarga Pasien Pre Operasi
Dukungan keluarga pada pasien pre operasi dibagi menjadi 3 kategori yaitu baik, cukup dan kurang. Dari 86 Responden, mayoritas pasien pre operasi mendapatkan dukungan keluarga baik (n=78; 90,7%).
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Dukungan Keluarga pada Pasien Pre Operasi di RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2015 (N=86)
Dukungan Keluarga Frekuensi (n) Persentase (%)
Baik 78 90,7
Cukup 8 9,3
Kurang -
-Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Dukungan Informasional, Dukungan Penilaian, Dukungan Instrumental dan Dukungan Emosional pada Pasien Pre Operasi di RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2015 (N=86)
Dukungan Keluarga Frekuensi (n) Persentase (%) Dukungan Informasional Baik Cukup Kurang 66 20 -76,7% 23,3% -Dukungan Penilaian Baik Cukup Kurang 80 6 -93,0% 7,0% -Dukungan Instrumental Baik Cukup Kurang 74 7 5 86,1% 8,1% 5,8% Dukungan Emosional Baik Cukup Kurang 63 21 2 73,3% 24,4% 2,3%
(57)
Berdasarkan Tabel 5.3 diatas, Dukungan informasional mayoritas baik pada 66 responden(76,7%), dukungan penilaian mayoritas baik pada 80 responden (93,0%), dukungan instrumental mayoritas baik 74 responden (86,1%) dan dukungan emosional mayoritas baik pada 63 responden (73,3%).
1.1.3 Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi
Tingkat kecemasan pasien pre operasi dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu, ringan, sedang dan berat. Dari 86 responden, mayoritas pasien pre operasi mengalami tingkat kecemasan ringan (n=78; 90,7%)
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Kecemasan pada Pasien Pre Operasi di RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2015 (N=86)
Tingkat kecemasan Frekuensi (n) Persentase (%)
Ringan 78 90,7
Sedang 8 9,3
Berat -
-1.2 Analisa Bivariat
1.2.1 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi di RSUD dr. Pirngadi Medan
Hasil dari analisa bivariat ini menampilkan tabel 5.5 yaitu hubungan antara kedua variabel yaitu dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi di RSUD dr. Pirngadi Medan dengan analisa sebagai berikut :
(58)
Tabel 5.5 Hasil Analisa Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi di RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2015 (N=86)
Variabel 1 Variabel 2 p-value Nilai r Keterangan Dukungan
Keluarga
Tingkat kecemasan
0,009 -0,280 Korelasi negatif
rendah, hubungan negatif dengan interpretasi lemah
Berdasarkan tabel 5.5 di atas dapat dilihat bahwa penggunaan Uji Spearmanuntuk melihat hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi di RSUD dr. Pirngadi Medan, nilai p sebesar 0,009 < dari nilai level of significance (α) yaitu 0,05 yang berarti terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi di RSUD dr. Pirngadi Medan dengan nilai r (koefisien korelasi) -0,280 yang menunjukkan korelasi negatif rendah, hubungan negatif dengan interpretasi lemah. Nilai negatif (-) menunjukkan arah hubungannya terbalik, yakni jika X naik maka Y turun artinya Jika Pasien mendapatkan dukungan keluarga baik maka tingkat kecemasan pasien pre operasi ringan, begitu sebaliknya.
2. Pembahasan
Dari data hasil penelitian yang diperoleh, pembahasan dilakukan untuk menjawab penelitian tentang hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi di RSUD dr. Pirngadi Medan.
(59)
2.1 Dukungan Keluarga pada Pasien Pre Operasi di RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2015
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan , dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit (Friedman, 1998). Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dukungan keluarga pada pasien pre operasi di RSUD dr. Pirngadi Medan paling banyak mendapatkan dukungan baik yaitu 78 orang (90,7%), dukungan keluarga cukup yaitu 8 orang (9,3%) dan dukungan keluarga kurang yaitu 0. Penelitian ini sependapat dengan hasil penelitian Ulfa (2013), menyimpulkan bahwa 100% keluarga memberikan dukungan pada pasien yang menjalani operasi, yaitu 25 responden (83%) dukungan keluarga dengan kriteria baik, 5 responden (17%) dukungan keluarga dengan kriteria cukup, dan 0 responden dukungan keluarga dengan kriteria kurang. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa sebelum operasi pasien merasa kebingungan. Tetapi walaupun pasien merasa bingung, keluarga mengerti/peduli terhadap perasaan pasien seperti sedih, cemas, dan mudah tersinggung.
Sesuai dengan teori yang dikemukakan Setiadi (2008), anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Jenis dukungan yang diberikan keluarga untuk mengurangi kecemasan pasien itu sendiri adalah dukungan informasional, dimana keluarga memberikan nasehat, saran dan dukungan jasmani maupun rohani. Dukungan emosional juga diberikan keluarga yang meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian,
(60)
dan dukungan instrumental. Efek dari dukungan keluarga terhadap kesehatan dan kesejahteraan berfungsi bersamaan. Keberadaan dukungan keluarga yang adekuat terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit, fungsi kognitif, fisik, dan kesehatan emosi. Disamping itu, pengaruh positif dari dukungan keluarga adalah pada penyesuaian terhadap kejadian dalam kehidupan yang penuh dengan stress.
Dukungan keluarga dibagi menjadi empat yaitu dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental, dan dukungan emosional sehingga ketika mendapat dukungan yang positif dari keluarga dapat mengurangi tingkat kecemasan pasien. Menurut peneliti dukungan yang banyak diberikan oleh keluarga kepada pasien pre operasi di RSUD dr. Pirngadi Medan yaitu berupa dukungan penilaian dan dukungan instrumental. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan penilaian terhadap pasien pre operasi adalah baik (93,0%) ini dapat dilihat dari pernyataan dari kuesioner dukungan keluarga yaitu pernyataan yang membuktikan adanya penguatan untuk tegar (90,7%), peduli dengan kondisi menjelang operasi (79,1%), perhatian (87,2%), dan keputusan tepat (90,7%) yang diberikan keluarga pada pasien pre operasi. Hanifah (2003), dalam penelitiannya menyatakan bahwa dengan memberikan ungkapan yang positif, persetujuan terhadap ide, empati dan kepedulian dapat meningkatkan rasa tenang dan sikap positif dari pasien juga menurunkan tingkat kecemasan yang timbul. Juniati (2001), menambahkan bahwa keberadaan keluarga merupakan faktor yang amat berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien.
(1)
82
(2)
83
(3)
84
(4)
Lampiran 16
85
MASTER TABLE
P
R
Kuesioner Dukungan Keluarga
Kuesioner Tingkat Kecemasan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 J
T
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 J
T
1
3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 60B
2 1 3 1 2 1 2 2 4 2 2 1 1 1 2 3 1 1 4 1 37R
2
4 2 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 59B
2 1 1 1 1 1 3 3 2 3 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 30R
3
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 64B
2 2 1 1 1 1 2 3 3 1 1 1 1 1 3 2 1 1 3 3 34R
4
4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 1 2 4 4 55B
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 3 23R
5
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 64B
2 1 3 2 1 1 2 2 4 1 2 1 2 2 1 2 2 2 4 1 38R
6
4 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 4 54B
2 2 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25R
7
4 2 3 3 4 3 3 4 4 3 2 3 1 3 3 4 49B
3 3 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 4 2 4 2 1 35R
8
4 2 3 3 3 2 3 4 4 2 3 2 1 2 2 3 43C
3 3 3 2 1 2 2 3 4 1 2 2 1 1 2 3 2 2 4 3 46S
9
4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 58B
3 3 2 1 2 1 2 2 4 1 1 1 1 1 2 3 2 1 4 2 39R
10
4 2 4 3 4 2 3 4 4 4 4 2 2 3 3 4 52B
3 3 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 4 2 4 2 1 35R
11
4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 2 2 3 3 4 56B
2 2 3 1 1 1 1 2 4 1 3 2 1 1 2 2 2 1 4 3 39R
12
4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 2 3 3 3 4 56B
2 2 2 1 1 1 2 2 3 1 2 1 1 1 1 2 1 1 3 2 32R
13
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 62B
2 2 2 1 1 1 1 3 3 1 2 1 1 1 2 2 2 1 4 2 35R
14
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 64B
1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 24R
15
4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 62B
3 2 1 1 1 1 2 2 3 1 1 1 3 1 1 3 1 1 1 2 32R
16
4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 60B
1 1 1 2 1 3 4 3 3 1 4 1 1 3 1 2 1 1 4 1 39R
17
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 64B
1 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 3 1 2 1 1 1 1 26R
18
4 3 1 1 3 2 3 4 2 2 2 2 1 2 3 4 39C
1 1 2 2 4 2 1 3 4 1 1 1 2 4 2 3 1 2 4 1 42S
19
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 60B
2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 3 1 1 2 1 28R
20
4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 61B
2 1 1 1 1 1 1 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 26R
21
3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 53B
2 1 2 1 1 2 1 2 3 1 2 1 1 2 1 3 1 1 3 2 33R
22
4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 63B
3 1 2 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 27R
23
4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 2 1 4 4 4 58B
2 2 2 1 1 2 1 3 2 1 2 1 1 1 1 3 1 1 3 2 33R
24
4 1 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 1 3 3 3 47C
3 2 2 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 2 2 30R
25
3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 2 2 3 3 4 52B
2 2 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 26R
26
4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 2 2 2 4 55B
3 2 2 1 1 1 2 3 3 1 2 1 1 2 1 3 1 1 3 2 36R
27
4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 62B
2 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 26R
28
3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 61B
4 4 3 1 3 1 1 3 2 1 1 1 1 4 1 4 1 1 1 3 41S
(5)
Lampiran 16
86
MASTER TABLE
P
R
Kuesioner Dukungan Keluarga
Kuesioner Tingkat Kecemasan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 J
T
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 J
T
29
2 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 59B
2 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 26R
30
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 64B
1 1 1 1 2 2 2 3 4 2 2 1 2 4 2 2 2 2 4 1 41S
31
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 64B
3 2 2 1 2 1 1 3 4 2 2 1 2 2 3 1 1 1 4 1 39R
32
2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 2 2 4 52B
1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 3 1 1 1 1 3 1 26R
33
4 4 4 2 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 57B
3 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 27R
34
4 4 4 1 4 4 4 4 3 3 3 3 4 2 4 4 55B
2 1 1 1 2 2 1 2 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 2 29R
35
4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 2 3 4 58B
4 2 2 1 1 2 1 2 2 1 2 1 1 2 1 2 3 2 2 2 36R
36
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 64B
3 1 1 1 2 1 2 2 4 1 2 1 1 3 1 3 2 1 4 3 39R
37
4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4 4 4 4 61B
2 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 25R
38
4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 2 4 58B
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 25R
39
1 3 3 4 4 4 4 3 2 2 2 2 4 3 3 4 48C
2 2 2 2 1 1 1 1 4 1 1 1 2 1 1 1 1 1 4 1 31R
40
3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 1 4 3 4 56B
2 1 1 2 1 1 2 1 4 1 1 1 1 1 1 2 1 1 4 1 30R
41
4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 4 4 3 4 60B
2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 26R
42
2 1 3 4 4 1 4 4 2 2 3 1 2 2 3 4 42C
4 1 3 3 1 1 1 4 3 1 2 1 1 2 1 1 3 2 3 4 42S
43
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 64B
2 1 2 1 1 1 1 3 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 2 1 29R
44
3 2 3 1 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 49B
4 4 4 4 1 1 1 2 2 3 1 1 1 1 1 1 1 2 4 1 40R
45
4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 2 4 55B
3 1 2 1 3 1 1 3 3 1 1 1 1 2 1 1 2 1 3 1 33R
46
4 4 4 1 4 2 4 4 4 2 4 4 4 2 3 4 54B
4 2 4 1 1 1 1 3 2 1 2 1 1 1 2 2 1 1 3 2 36R
47
3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 60B
1 1 2 1 1 1 2 1 2 3 2 1 2 1 1 2 3 1 1 1 30R
48
2 2 4 2 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 55B
4 1 4 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 3 2 1 1 1 3 1 34R
49
4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 62B
1 1 2 1 1 2 1 3 2 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 29R
50
4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 62B
2 1 1 1 1 1 1 3 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 4 1 28R
51
2 1 4 3 4 4 4 4 4 3 4 2 1 2 4 4 50B
1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 2 1 1 1 1 24R
52
3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3 54B
2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 26R
53
4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 2 4 56B
2 1 1 2 2 2 4 2 3 1 3 1 2 4 4 3 1 3 4 3 48S
54
4 2 4 3 4 2 4 4 4 4 3 3 4 2 3 3 53B
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 1 2 1 1 1 1 24R
55
4 3 4 4 4 4 4 4 1 1 2 2 1 2 2 4 46C
1 3 2 1 1 1 1 4 4 1 1 1 1 4 3 1 1 1 1 1 34R
56
2 3 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 56B
3 4 2 1 1 3 2 3 3 1 2 1 1 2 1 3 2 1 1 1 38R
57
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 64B
4 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 26R
(6)
Lampiran 16
87