Persaingan Strategi Analisis daya saing, strategi dan prospek industri jamu di Indonesia

Analisis CR4, mulai tahun 1984-2004 dapat dilihat pada tabel 5.4 yang menunjukan nilai CR4 industri jamu setiap tahunnya sangat besar, hal tersebut sangat berbeda dengan industri farmasi yang konsentrasi pasarnya lebih longgar. Tabel 5.4 Nilai CR4 Industri Jamu Di Indonesia Nilai Output Nilai output 4 besar CR4 Tahun 12168543 9908584 0,814279 1984 22041123 17289820 0,784435 1985 36398988 31339065 0,860987 1986 32102331 25857285 0,805464 1987 35797810 28210281 0,788045 1988 43073266 33994346 0,789221 1989 49540813 38721746 0,781613 1990 76066659 60886163 0,800432 1991 81624579 65760286 0,805643 1992 94171328 75643781 0,803257 1993 107692878 84151074 0,781399 1994 198710155 148304270 0,746335 1995 175650263 132418982 0,753879 1996 247119994 196486484 0,795106 1997 172957422 121603891 0,703086 1998 213992663 148225669 0,692667 1999 281853878 180110779 0,639022 2000 340721986 201767166 0,592175 2001 1878516510 1665548457 0,88663 2002 312909378 223415363 0,713994 2003 780978248 602917027 0,772002 2004 Nilai Rata-rata 0,76

b. Persaingan

Struktur industri jamu di Indonesia yang berbentuk oligopoli ketat akan menimbulkan adanya kesenjangan yang cukup besar antara perusahaan-perusahaan besar dengan perusahaan-perusahaan kecil. Sebagai akibatnya perusahaan kecil sulit untuk menjadi besar dan struktur penguasaan pasar juga cenderung tetap situasinya atau dalam keadaan stabil karena masih dipegang oleh perusahaan-perusahaan besar tersebut. Hal tersebut akan menjadi salah satu faktor kendala peningkatan daya saing industri jamu. Penguasaan pangsa pasar antara perusahaan jamu yang besar cukup berimbang karena persaingan mereka sangat ketat. Bahkan sering terjadi perang harga sampai pemberian diskon yang mencolok. Persaingan tidak sehat dalam bisnis itu sangat dirasakan. Akibatnya, harga jamu tertekan terus. Untuk bertahan akhirnya mutu jamu dikurangi oleh para produsen. Agar tidak saling mematikan dan mutu jamu tetap terjaga, disepakati untuk menghentikan perang harga dan memberlakukan standar harga. Cara ini dianggap sebagai solusi terbaik dalam upaya memberikan kesempatan kepada yang lain terutama yang kecil untuk berkembang. Persaingan antara industri jamu dengan industri farmasi dalam penjualan dan pangsa pasar domestik sangat timpang. Sampai saat ini pasar produk obat-obatan masih dikuasai oleh perusahaan farmasi. Industri jamu hanya menguasai sekitar 10,5 persen dari pangsa pasar obat-obatan di domestik.

c. Strategi

Untuk dapat memenangkan persaingan, setiap pengusaha harus cukup kreatif dan mempunyai strategi dalam meningkatkan kualitas produk dan meningkatkan penjualan. Karena walaupun persaingan yang terjadi cukup ketat dibandingkan sebelumnya, tetapi permintaan pasar masih tetap ada dan cenderung meningkat. Sehingga usaha jamu masih dapat dikatakan memiliki prospek yang cukup baik. Strategi usaha yang dapat dilakukan adalah senantiasa melakukan peningkatan kualitas atau mutu jamu, peningkatan kualitas kemasan, dan mencari bahan baku yang murah dan berkualitas baik. Selain itu, dapat juga dilakukan pendekatan atau lobi-lobi untuk perluasan pasar, melakukan promosi yang gencar seperti pengadaan bonus, potongan harga, kemudahan pembayaran, dan yang paling penting adalah membangun loyalitas dan komitmen pada konsumen. Selain promosi yang telah disebutkan di atas, promosi juga dapat dilakukan dengan cara beriklan di media lokal seperti di radio ataupun koran lokal.

5. Peran Pemerintah

Peran pemerintah untuk mendukung pengembangan industri jamu sangat diharapkan oleh pengusaha-pengusaha jamu. Selama ini industri jamu berkembang tanpa dukungan dari pemerintah. Dengan dibuatnya keputusan Mentri Kesehatan No 246 tahun 1990 akan mempermudah produk jamu bisa diakui di dalam pasar domestik. Dengan penerapan proses standarisasi dalam proses pembuatan jamu, kualitas produk jamu dan cara pemasaran produk jamu mempermudah industri jamu dalam memasarkan hasil produksinya di dalam negeri maupun di luar negeri. Agar masyarakat aman mengonsumsi jamu, pemerintah melalui Badan POM mengatur keberadaan obat-obatan hijau atau jamu ini dengan melakukan standardisasi. Sehingga jamu dapat diolah dan diakui sebagai obat yang berkhasiat, sama seperti obat-obatan farmasi. Sebuah produk industri jamu yang telah melalui standar badan pengawas obat dan makanan dapat dilihat pada apotek atau toko obat, di antara deretan obat-obatan yang dijual, dimana kita akan menemukan obat-obatan bercap Fitofarmaka yang cirinya, terlihat pada kemasan terdapat tanda akar hijau mirip ikon salju berlatar belakang warna kuning muda, dikelilingi lingkaran berwarna hijau muda. Ikon cantik unik ini adalah tanda sertifikat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Badan POM.

6. Peran Kesempatan

Terjadinya krisis moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997, menyebabkan nilai rupiah menjadi terpuruk sangat jauh, hal tersebut merupakan kesempatan bagi industri jamu untuk dapat menguasai pangsa pasar dalam negeri maupun luar negeri. Seperti kita tahu bahan baku industri farmasi Indonesia adalah bahan kimia yang 90 persen di impor, sehingga menyebabkan harga obat-obatan farmasi menjadi mahal. Kekayaan hayati yang dipunyai Indonesia yang merupakan bahan baku industri jamu, menyebabkan industri jamu tidak perlu untuk impor bahan baku, menyebabkan harga produk jamu murah, akan dapat menguasai pasar obat-obatan di dalam negeri maupun di luar negeri. Namun peluang tersebut hanya dimanfaatkan oleh perusahaan jamu yang besar saja sedangkan industri kecil jamu kondisinya semakin tidak baik, sehingga banyak yang berhenti beroperasi sebelum depresiasi rupiah terjadi. Era perdagangan bebas yang sedang bergulir di seluruh dunia membawa konsekuensi bagi semakin ketatnya persaingan global, termasuk bagi industri jamu nasional. Tetapi dengan adanya era perdagangan bebas, maka akan dikuranginya atau dihapuskannya berbagai kebijakan tarif dan non tarif yang menghambat ekspor, hal tersebut akan mampu meningkatkan ekspor produk jamu Indonesia secara lebih cepat, yang pada gilirannya akan mendorong investasi dan produksi di dalam negeri sehingga akan meningkatkan nilai tambah dan perluasan kesempatan kerja. 5.1.2 Kelemahan dan Keunggulan Tiap Komponen Porter’s Diamond Dari tiap komponen daya saing tersebut industri jamu memiliki keunggulan dan kelemahan. Dari kondisi faktor sumberdaya, kondisi faktor industri pendukung dan industri terkait dan faktor kesempatan, industri jamu mempunyai daya saing yang cukup baik jika dibandingkan dengan pesaingnya yaitu industri farmasi nasional maupun industri jamu asing. Tetapi jika dilihat dari kondisi utama yaitu faktor permintaan dan faktor persaingan, struktur dan strategi perusahaan, industri jamu tidak memiliki daya saing yang cukup tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah permintaan jamu di pasar obat-obatan di domestik yang masih kecil, sedangkan permintaan luar negeri hanya 8 persen dari jumlah produksinya, dan dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar saja. Struktur pasar yang oligopoli ketat menyebabkan perusahaan kecil sulit untuk berkembang. Ada beberapa alasan yang menyebabkan kondisi permintaan masih lemah. Menurut Irwan Hidayat, direktur sidomuncul, hal tersebut disebabkan oleh kondisi pasar domestik juga tidak terlalu menguntungkan. Pertama, adanya krisis kepercayaan dimana masyarakat telah kehilangan kepercayaan terhadap semua produk yang dihasilkan di dalam negeri sendiri. Kedua, industri jamu selama ini bertahan tanpa dukungan yang memadai dari pemerintah dan kalangan medis. Akibatnya pemasaran jamu sering tersendat dalam distribusinya. Dokter, apotek, belum bisa merekomendasikan jamu sebagai obat, dan sistem pendidikan dokter yang masih mengacu pada pengobatan modern dan juga adanya proteksi pemerintah terhadap industri jamu lokal dirasa sangat tidak adil. Perusahaan lokal sulit untuk mengekspor produk mereka karena proteksi negara asing, dengan alasan standar kualitas dirasa sangat menyulitkan, padahal di Indonesia produk asing mudah memasuki pasar Indonesia. Bentuk struktur industri yang oligopoli ketat juga menyebabkan perbedaan komponen kondisi faktor yang dibutuhkan oleh perusahaan jamu besar dan perusahaan jamu kecil. Perbedaan terbesar dapat terlihat pada faktor IPTEK, dimana teknologi yang digunakan oleh perusahaan jamu kecil adalah teknologi yang masih tradisional. Kelengkapan infrastruktur pabrik juga sangat berbeda, perusahaan jamu besar biasanya memiliki laboratorium yang sudah terstandarisasi dengan laboratorium farmasi yang sedangkan perusahaan- perusahaan kecil yang berada diwilayah yang sama. 5.1.3 Keterkaitan Antar Komponen Porter’s Diamond Dari hasil analisis faktor keunggulan dan kelemahan pada industri jamu dapat diketahui keterkaitan tiap komponen dalam porter’s diamond tidak sepenuhnya saling menunjang komponen yang lain. Hal tersebut terlihat pada komponen permintaan, walaupun ditunjang keunggulan pada komponen kondisi faktor dan industri pendukung dan terkait yang dapat di manfaatkan oleh industri jamu, masih saja tidak bisa meningkatkan keunggulan komponen kondisi permintaan industri jamu di Indonesia. Keterkaitan antar komponen yang sudah terjalin dan saling mendukung pada industri jamu di Indonesia hanya dapat dilihat dari keterkaitan antara komponen sumber daya dan komponen industri terkait dan pendukung. Kekayaan hayati, tersedianya tenaga kerja yang dibutuhkan, dan adanya sarana infrastruktur yang di miliki Indonesia akan menunjang perkembangan indutri terkait pada industri jamu di Indonesia. Misalnya industri bahan baku dan industri pemasaran. Kekayaan hayati akan mendukung berkembangnya industri bahan baku dalam negeri, sehingga daya saing industri jamu di Indonesia menjadi tinggi. Keberadaan industri bahan baku dalam negeri menyebabkan industri jamu nasional tidak memiliki ketergantungan terhadap impor bahan baku. Sedangkan industri pendukung seperti lembaga penelitian dan pengembangan dan lembaga keuangan dapat menunjang perkembangan IPTEK pada industri jamu di Indonesia. Karena untuk memajukan jamu Indonesia sungguh merupakan tantangan besar. Masalahnya, pengolahan sebuah tanaman hingga diakui menjadi obat yang memenuhi syarat, butuh dukungan teknologi yang tak pernah putus. Mulai dari pengadaan bahan baku ekstrak, proses pembuatan sediaan, penyajian serta kemasannya. Masing- masing punya aturan main tersendiri yang ketat untuk menghasilkan obat yang bermutu baik. Oleh karena itu industri jamu di Indonesia banyak dibantu oleh lembaga pemerintah. Peran faktor kesempatan seperti pandangan back to nature, era perdagangan bebas dan krisis ekonomi, akan mendukung perkembangan industri jamu di Indonesia. Sehingga dapat mendukung komponen kondisi faktor dan industri terkait dan pendukung. Kekayaan hayati dan tenaga kerja yang di miliki oleh Indonesia dapat dimanfaatkan secara optimal. Hal tersebut akan berpengaruh positif terhadap perkembangan industri terkait dan industri pendukung pada industri jamu di Indonesia. Keterkaitan yang tidak saling terkait dan mendukung, tidak dapat dilihat pada komponen permintaan dan komponen struktur, persaingan dan strategi perusahaan. Dari komponen kondisi faktor, kesempatan dan industri terkait dan pendukung, tidak ada sesuatu hal yang dapat mendukung komponen permintaan menjadi lebih baik. Begitu juga terhadap komponen struktur, persaingan dan strategi perusahaan. Antara komponen permintaan dan komponen struktur, persaingan dan strategi perusahaan dapat dilihat keterkaitannya, tetapi keterkaitan tersebut akan menyebabkan daya saing industri jamu yang rendah. Bentuk struktur industri jamu yang oligopoli ketat menyebabkan adanya kesenjangan antar perusahaan besar dan kecil dalam industri jamu di Indonesia, sehingga persaingan dan strategi perusahaan menjadi tidak seimbang. Hal tersebut dapat mempengaruhi komponen permintaan, dimana sampai sekarang dapat dilihat bahwa yang dapat memenuhi permintaan ekspor industri jamu hanya perusahaan-perusahaan jamu yang besar. Strategi yang di terapkan oleh perusahaan jamu besar dan perusahaan jamu kecil sangat berbeda sehingga akan mempengaruhi jumlah penjualan produk jamu masing- masing perusahaan tersebut. Masalah keterkaitan antara komponen permintaan dan komponen struktur, persaingan dan strategi dapat diatasi dengan faktor penunjang yaitu faktor pemerintah dan faktor kesempatan. Faktor kesempatan melalui pandangan back to nature juga akan mampu meningkatkan jumlah permintaan di dalam negeri maupun di luar negeri. Faktor pemerintah melalui upaya peningkatan pangsa pasar jamu di dalam negeri melalui mekanisme pemasaran secara formal seperti halnya industri farmasi. Selama ini pemerintah hanya mendukung industri farmasi, sehingga dalam penjualan obat-obatan di dalam negeri hanya dikuasai oleh industri farmasi. Sekarang dengan adanya jamu ilegal yang beredar di masyarakat yang membuat industri jamu nasional bisa terancam, diharapkan pemerintah dapat mengatasi permasalahan tersebut dengan cepat, karena dampak dari jamu ilegal tersebut tidak hanya mengancam kelangsungan industri jamu tetapi juga bisa mencoreng nama dan budaya obat tradisional kita. Hal tersebut di karenakan jamu ilegal tersebut mengandung bahan kimia yang membahayakan bagi kesehatan manusia, padahal produk jamu hasil industri jamu di Indonesia hanya terbuat dari bahan-bahan dari tumbuhan, yang tidak berbahaya bagi tubuh manusia. 5.2 Analisis Strategi 5.2.1 Analisis Komponen SWOT