Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Infrastruktur

V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Daya Saing Industri Jamu Menggunakan Pendekatan The National Diamond System 5.1.1 AnalisisKomponen Porter’s Diamond 1. Kondisi Faktor Sumberdaya Kondisi faktor sumber daya yang berpengaruh terhadap daya saing industri jamu nasional adalah Sumber Daya Alam, Sumber Daya Manusia, Ilmu pengetahuan dan Teknologi dan infrastruktur. Keempat kondisi faktor sumberdaya tersebut dijelaskan dibawah ini:

a. Sumber Daya Alam

Negara kita kaya akan potensi keanekaragaman hayati darat dan laut, bahkan Indonesia merupakan negara kedua terkaya di dunia dalam hal keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati tersebut merupakan bahan baku untuk industri jamu. Bagi manusia sumber biofarmaka yang ada di Indonesia, sudah jelas manfaatnya yaitu sebagai obat, kosmetik pengharum, penyegar, pewarna, senyawa model dan sebagainya. Pemanfaatan oleh manusia ini didasarkan pada keanekaragaman struktur atau aktivitas metabolit sekunder tersebut. Keanekaragaman metabolit sekunder ini memberikan harapan untuk dikembangkan lebih lanjut menjadi obat dari berbagai macam penyakit seperti bakteri, anti jamur, anti malaria, anti kanker, dan anti HIV. Tetapi sayangnya kekayaan hayati tersebut baru dimanfaatkan sekitar 3-4 persen atau 180 spesies dari 950 spesies tanaman obat yang dapat digunakan sebagai bahan baku industri jamu di dalam negeri LIPI,2004. Dengan kekayaan tersebut Indonesia berpeluang besar untuk menjadi salah satu negara terbesar dalam industri obat dan kosmetika alami berbahan baku tumbuh-tumbuhan yang peluang pasarnya pun cukup besar.

b. Sumber Daya Manusia

Menurut GP jamu 2001, industri jamu mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 145.151 tenaga produksi dan sekitar 400.000 orang dalam sektor distribusi. Tenaga kerja yang digunakan pada industri jamu tradisional atau industri kecil obat tradisional tidak memerlukan keahlian khusus karena teknologi proses produksi yang digunakan masih sederhana. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan tergantung pada kapasitas produksi yang digunakan. Dari informasi pengusaha jamu tradisional di Kabupaten Sukoharjo, untuk kapasitas 9.600 kg serbuk jamu per bulan dibutuhkan tenaga kerja sebanyak 20 orang. Tugas atau tanggung jawab yang dilakukan adalah menyortir, meramu dan menggiling, mengayak atau menyaring, mengisi jamu ke dalam kemasan, mengepres, dan menerima barang. Selain karyawan yang melakukan tugas-tugas tersebut, tenaga kerja juga meliputi manajer atau pemilik usaha yang bertanggung jawab terhadap jalannya usaha jamu tradisional secara keseluruhan. Sedangkan perusahaan-perusahaan yang besar yang sudah memakai teknologi yang modern dalam proses produksinya, membutuhkan tenaga kerja yang dapat mengoperasikan alat proses produksi tersebut. Tenaga kerja tersebut juga banyak tersedia di Indonesia yaitu tenaga kerja yang pendidikannya sudah pada tingkat perguruan tinggi.

c. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Teknologi yang digunakan dalam proses produksi jamu secara umum dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu tradisional dan modern. Pada teknologi yang tradisional, poses produksi yang dilakukan hanya sedikit menggunakan mesin, prosesnya relatif sederhana, dan produk yang dihasilkan dapat berupa serbuk atau cairan. Mesin yang dapat digunakan pada teknologi ini adalah mesin giling dan mesin penyaringan. Pada teknologi yang lebih modern, proses produksi dilakukan dengan menggunakan peralatan atau mesin yang lebih banyak, prosesnya lebih kompleks, dan produk yang dihasilkannya dapat berupa ekstrak jamu dan berbentuk pil atau kaplet. Mesin yang dapat digunakan pada teknologi yang lebih modern ini adalah ekstraktor, evaporator, aroma recovery, dan retrifikasi pemurnian. Kelompok teknologi untuk pengadaan bahan baku ekstrak yang meliputi teknologi budidaya, teknologi panen dan paska panen, teknologi ekstraksi, dan teknik analisa mutu ekstrak. Teknologi lainnya yang dibutuhkan adalah kelompok teknologi untuk proses pembuatan sediaan. Ini meliputi uji farmakologi, formulasi sediaan. Yang tidak kalah pentingnya adalah teknologi dalam penyajian dan pengemasan. Sedangkan jamu jenis fitofarmaka, sebelum dipasarkan harus malalui tiga uji penting. Pertama, uji praklinik, yaitu uji khasiat dan toksisitas. Kedua, uji teknologi farmasi yang menentukan identitas atau bahan berkhasiat secara seksama sampai dapat dibuat produk yang terstandarisasi. Ketiga, uji klinik yaitu uji pada pasien di rumah sakit. Oleh karena itu jamu jenis ini derajatnya sama dengan obat konvensional yang sering diresepkan dokter.

d. Infrastruktur

Kelengkapan infrastruktur pabrik dan laboratorium penelitian untuk peningkatan mutu produk merupakan infrastruktur yang harus dipunyai oleh perusahaan-perusahaan jamu. Selain kelengkapan pabrik yang digunakan sebagai sarana proses produksi jamu, kelengkapan alat trasportasi juga diperlukan untuk sarana pemasaran produk jamu. Kondisi jalan yang baik, sarana komunikasi, tersedianya pasar juga akan mendukung infrastruktur dalam pemasaran. 2. Kondisi Permintaan Kondisi permintaan merupakan faktor yang sepatutnya diperhitungkan dalam upaya peningkatan daya saing industri jamu di Indonesia.

a. Komposisi Permintaan Domestik