Proses Pembuatan Jamu Analisis daya saing, strategi dan prospek industri jamu di Indonesia

Berdasarkan keputusan Menkes RI No.661MenKesSKV111994 tentang persyaratan dan bentuk obat tradisional, bentuk obat tradisioanal yang diizinkan untuk diproduksi meliputi: a. Rajangan Adalah sediaan obat tradisional berupa potongan simplisia, campuran simplisia atau campuran simplisia dengan sediaan galenik yang penggunaannya dilakukan dengan pendidihan atau penyeduhan dengan air panas. Kandungan kadar air tidak lebih dari 10 persen. b. Serbuk Adalah sediaan obat tradisional berupa butiran homogen dengan derajat halus yang cocok, bahan bakunya simplisia, sediaan galenik atau campurannya. Kandungan kadar air tidak lebih dari 10 persen. c. Pil Adalah sediaan obat tradisional berupa masa bulat, bahan bakunya serbuk simplisia, sedian galenik atau campurannya. Kandungan kadar air tidak lebih dari 10 persen. d. Kapsul Adalah sediaan obat tradisional yang terbungkus cangkang kerasan lunak, bahan bakunya terbuat dari sediaan galenik atau tanpa bahan tambahan. Kandungan air isi kapsul tidak lebih dari 10 persen dan kapsul memiliki waktu hancur tidak lebih dari 15 menit e. Tablet Adalah sediaan obat tradisional padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih, silindris atau bentuk lain. Kedua permukaannya cembung atau rata, terbuat dari sediaan galenik dengan atau tanpa bahan tambahan. Kandungan air tidak lebih dari 10 persen dan memiliki waktu hancur tidak lebih dari 20 menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut. f. Cairan obat luar Adalah sediaan obat tradisional berupa larutan suspensi atau emulsi, bahan bakunya dari simplisia, sediaan galenik dan digunakan sebagai obat luar. g. Parem, Pilis, Fapel Adalah sediaan obat tradisional atau bentuk pasta, bahan bakunya serupa serbuk simplisia, sediaan galenik atau campurannya dan digunakan sebagai obat luar. Kandungan air tidak lebih dari 10 persen. h. Salep atau krim Adalah sediaan obat tradisional setengah padat yang mudah dioleskan, bahan bakunya berupa sediaan galenik yang larut atau terdispensi homogen dalam dasar salep atau krim yang cocok digunakan sebagai obat luar.

4.2 Proses Pembuatan Jamu

Proses produksi yang dilakukan pada industri kecil obat tradisional yang masih menggunakan teknologi yang relatif sederhana atau tradisional karena produk jamu yang dihasilkan adalah berupa serbuk jamu. Obat bahan alam termasuk jamu yang diproduksi oleh industri obat bahan alam IOT maupun industri kecil obat bahan alam IKOT mempunyai persyaratan yang sama yaitu aman untuk digunakan, berkhasiat atau bermanfaat dan bermutu baik. Oleh karena itu semua usaha dibidang industri obat bahan alam harus dapat menerapkan Cara Pembuatan Obat bahan alam yang Baik CPOTB agar dapat menghasilkan obat bahan alam yang memenuhi syarat. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam menerapkan CPOTB adalah : Personalia, Bangunan, Peralatan, Sanitasi dan higiene, Penyiapan bahan baku, Pengolahan dan pengemasan, Pengawasan mutu, Inspeksi diri, Dokumentasi, Penanganan terhadap hasil pemantauan produk di peredaran. Secara umum proses produksi yang dilakukan menurut BPOM, meliputi tahapan sebagai berikut: 1. Bahan baku datang dari pemasok dalam bentuk kering 2. Pengambilan sample bahan baku, jika kualitasnya cocok maka dibeli 3. Sortasi bahan baku Sortasi bahan baku dilakukan untuk memisahkan bahan baku yang baik dengan yang tidak baik yang terlihat secara fisik, misalnya daun yang sudah layu. Sortasi juga dilakukan untuk memisahkan benda asing yang mungkin terdapat dalam bahan baku tersebut ,misalnya kotoran atau tanah. 4. Pengukuran kadar air Sebaiknya simplisia kering yang akan digunakan untuk pembuatan jamu memiliki kadar air maksimal 11 persen . Jika ternyata kadar air simplisia tersebut di atas 11 persen maka dilakukan proses pengeringan atau penjemuran. 5. Penimbangan bahan baku sesuai kebutuhan menggunakan timbangan duduk 6. Penggilingan simplisia menjadi serbuk Simplisia yang telah ditimbang digiling dengan menggunakan mesin penggiling yang digerakkan oleh mesin penggerak. Jenis atau ukuran pisau pada mesin penggiling yang digunakan untuk menggiling daun dan rimpang berbeda. Pisau pada mesin penggiling harus selalu diganti setiap 3 bulan untuk menjamin hasil gilingan selalu dalam ukuran yang seharusnya. 7. Penyaringan atau pengayakan dengan saringan 120 mesh. Proses penyaringan dilakukan untuk menghasilkan serbuk dengan ukuran yang halus dan seragam. Dari proses penyaringan ini, pada umumnya serbuk yang tidak lolos adalah sekitar 15 - 20 persen. 8. Peramuan atau pencampuran sesuai kombinasi yang diinginkan Serbuk jamu yang telah disaring kemudian diramu dengan jumlah dan komposisi yang disesuaikan dengan jenis jamu yang akan dihasilkan. Proses peramuan atau pencampuran ini dilakukan secara manual. 9. Pengukuran kadar air serbuk jamu Sebelum dikemas, dilakukan pengukuran kadar air serbuk jamu untuk menjamin tingkat kekeringan serbuk tersebut. Kualitas serbuk yang baik adalah yang memiliki kadar air tidak lebih dari 5 persen. 10. Pengemasan dalam bentuk sachet dan pak Serbuk jamu dimasukkan dengan ukuran rata-rata 7 - 8 gram ke dalam kemasan sachet kemudian dipres dengan alat pengepres. Setiap 10 sachet dipak dalam kemasan plastik. Beberapa pak jamu dikemas lagi dalam plastik bening dengan ukuran besar. Beberapa jenis serbuk jamu tidak dikemas dalam bentuk sachet, tetapi dikemas secara kiloan dengan kemasan plastik yang lebih besar. 11. Penyimpanan produk jadi sebelum dijual Jamu yang siap dijual disimpan terlebih dahulu dalam rak-rak besar secara teratur. Gudang penyimpanan jamu harus kering dan tidak lembab sehingga tidak menurunkan kualitas jamu yang telah dihasilkan. Rak-rak penyimpanan tidak boleh menempel pada dinding, tetapi harus ada sedikit jarak sehingga jamu tersebut tidak menjadi lembab. 12. Distribusi produk jadi pada konsumen Merupakan proses penyampaian jamu dari produsen ke konsumen. Pada tahap ini pun harus diperhatikan aspek higienis dan pengaturan peletakannya, baik pada saat pengangkutan maupun penyimpanan di kios atau toko. Kualitas bahan baku atau simplisia akan sangat menentukan kualitas jamu yang dihasilkan. Oleh karena itu, pemilihan bahan baku yang berkualitas baik sangat penting untuk diperhatikan, dan tidak hanya semata didasarkan atas harga yang murah. Secara umum, kualitas simplisia yang baik dapat dilihat dari parameter atau kriteria sebagai berikut : tingkat kebersihan, tingkat kekeringan, warna, tingkat ketebalan, dan keseragaman ukurannya. Proses pengolahan jamu dalam bentuk serbuk menghasilkan limbah berupa limbah padat dan gas. Limbah padat adalah ampas jamu yang dihasilkan dari proses penggilingan simplisia maupun penyaringan serbuk jamu. Sedangkan limbah berupa gas adalah asap yang dikeluarkan dari mesin penggerak pada saat proses penggilingan dilakukan. Dari proses pengolahan jamu ini tidak dihasilkan limbah cair karena bahan baku simplisia sudah diterima dalam bentuk kering sehingga tidak perlu dicuci lagi. Dampak lingkungan lain yang terjadi adalah suara bising polusi suara yang diakibatkan oleh mesin penggerak yang sedang dijalankan. Ampas jamu yang dihasilkan tidak mencemari lingkungan sekitar karena dimasukkan ke dalam karung. Ampas ini dapat dijual kembali untuk pakan ternak atau pemanfaatan lain. Limbah asap dan suara bising yang dihasilkan oleh mesin penggerak dapat dikurangi dengan membuat pipa cerobong yang tinggi sekitar 5 meter sehingga tidak mengganggu masyarakat sekitar. Kenyataannya asap yang dihasilkan tidak pekat dan suara yang ditimbulkan pun tidak terlalu bising. Pada lokasi usaha tercium aroma jamu dari proses penggilingan dan ceceran serbuk jamu yang senantiasa dibersihkan secara berkala. Secara umum, industri ini tidak memberikan dampak lingkungan yang mengganggu ataupun berbahaya bagi masyarakat sekitar lokasi usaha. Sebelum pendirian usaha ini pun pengusaha harus mendapatkan izin HO yang dikeluarkan oleh Pemda setempat yaitu izin gangguan yang mendapatkan persetujuan dari tetangga kanan, kiri, depan dan belakang. Dengan demikian usaha jamu tradisional masih baik untuk dilakukan ditinjau dari aspek lingkungan karena tidak ada dampak lingkungan yang berarti. 4.3 Gambaran Umum Industri Jamu Nasional Industri jamu merupakan salah satu aset nasional yang penting, selain meraih keuntungan dari sisi ekonomi, jamu juga sudah menjadi ciri dibidang sosial dan budaya Indonesia. Berbagai usaha jamu, baik dalam industri berskala kecil atau rumahan hingga besar dapat menambah penghasilan negara melalui pajak dan devisa ekspornya. Tidak hanya itu, industri jamu juga tidak membebani pemerintah dengan impor bahan baku jamu karena bahan-bahan pembuatan jamu terdapat di dalam negeri. Kekayaan hayati Indonesia yang sangat besar dan beragam menjadi salah satu keuntungan tersendiri untuk industri jamu di nasional. Walaupun keuntungan yang diperoleh industri jamu tidak sebesar industri rokok atau industri farmasi, tetapi industri ini menyumbangkan dana bakti bagi pelayanan kesehatan masyarakat, karena jamu termasuk jenis alat pengobatan. Perusahaan jamu nasional pertama di Indonesia dipelopori oleh Jamu Jago yang didirikan oleh T.K Suprana di desa Wonogiri pada tahun 1918. Sehingga saat ini perusahaan tersebut memposisikan diri sebagai perusahaan jamu pertama di Indonesia. Langkah jamu jago langsung diikuti perusahaan Jamu Jawa Asli Cap Potret Nyonya Meneer yang didirikan sejak 1919 di Semarang, yang sekarang terkenal dengan perusahaan jamu dengan jamu yang bermutu tinggi. Kemudian Jamu Sidomuncul yang didirikan tahun 1935 di Semarang, yang sekarang memposisikan diri sebagai perusahaan jamu dengan penggunaan teknologi yang modern dalam proses produksinya. Sedangkan Jamu Air Mancur berdiri tahun 1963 di Wonogiri. Sekarang sudah banyak sekali perusahaan jamu yang didirikan di Indonesia misalnya Jamu Leo, Jamu Simona, Jamu Borobudur, Jamu Dami, Jamu Pusaka Ambon, Jamu Tenaga Tani Farma yang didirikan di NAD, dan banyak lagi yang lain. Di Indonesia industri jamu memiliki asosiasi yang diakui pemerintah sebagai asosiasi bagi pengusaha jamu dan obat bahan alam di Indonasia yaitu gabungan pengusaha jamu dan obat alam Indonesia GP Jamu. Anggota GP jamu terdiri dari produsen, penyalur, dan pengecer. Hingga saat ini GP jmu menghimpun 908 anggota, yang terdiri dari 75 unit industri besar Industri Obat Tradisional IOT dan 833 indutri kecil Industri Kecil Obat Tradisional IKOT. Pasar Jamu Indonasia dihuni sekitar 650 perusahaan jamu besar, sedang dan maupun kecil dengan pendapatan sekitar Rp. 2,5 trilyun. Hal tersebut sangat berbeda dengan industri farmasi nasional yang hanya dihuni 250 perusahaan dengan pendapatan sebesar 16- 18 trilyun GP Jamu,2004. Dalam pasar jamu ada beberapa perusahaan besar dan banyak perusahaan sedang dan kecil. Perusahaan besar adalah perusahaan jamu seperti sidomuncul, nyonya meneer, air mancur dan jamu jago. Penguasaan pangsa pasar antara perusahaan jamu yang besar cukup berimbang karena persaingan mereka sangat ketat. Sebagai akibatnya perusahaan kecil sulit untuk menjadi besar dan struktur penguasaan pasar juga cenderung tetap situasinya atau dalam keadaan stabil karena masih dipegang oleh perusahaan- perusahaan besar tersebut. Pertumbuhan industri jamu dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, sedangkan pada masa krisis mengalami kenaikan lebih besar, hal tersebut dikarenakan harga obat farmasi yang melonjak sedangkan pendapatan masyarakat tidak ada peningkatan sehingga masyarakat banyak beralih ke obat tradisioanal atau jamu karena harganya yang terjangkau,. Tapi setelah masa krisis pertumbuhan industri jamu terus mengalami penurunan, bahkan tahun 2004 pertumbuhannya nol persen GP Jamu,2004. Saat ini industri jamu di Indonesia mengalami tantangan yang cukup berat. Tidak saja di dalam negeri tapi juga dari luar negeri, terutama memasuki era perdagangan bebas ASEAN AFTA. Persaingan ini diperkirakan akan sangat ketat, terutama dengan negara kompetitor yang mampu memproduksi dengan harga lebih murah. Sementara dari dalam negeri sendiri merebaknya jamu palsu maupun jamu yang bercampur bahan kimia yang beredar di pasar dalam negeri beberapa waktu ini semakin menambah keraguan masyarakat akan khasiat dan keamanan mengkonsumsi jamu.

4.4 Industri Jamu Internasional