Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Metode Analisis .1 Analisis Daya Saing Industri Jamu

Selain itu, juga terjadi peningkatan unit kerja dan pabrik disejumlah perusahaan jamu terbesar. Oleh karena itu industri jamu mempunyai kesempatan bisa sejajar dengan industri farmasi. Jumlah industri jamu semakin berkembang seiring dengan meningkatnya kebiasaan mengkonsumsi obat tradisional. Sesuai data dari Badan POM Pengawas Obat dan Makanan jumlah IOT Industri Obat Tradisional dan IKOT Industri Kecil Obat Tradisional tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1.2 Perkembangan Industri Obat Tradisional IOT Dan Industri Kecil Obat Tradisional IKOT di Indonesia Tahun IOT Pertumbuhan IKOT Pertumbuhan Total Pertumbuhan 1998 79 - 608 - 687 - 1999 87 9.19 722 18,75 809 17,75 2000 93 6,89 856 18,55 949 17,30 2001 98 5,37 899 5,02 997 5,05 2002 105 7,14 907 0,89 1012 1,50 Sumber:Badan POM,2004 Perkembangan jumlah perusahaan obat tradisional mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan perkembangan dalam industri jamu nasional. Menurut gabungan perusahaan jamu 2004, industri jamu akan terus berkembang dan persaingan dengan perusahaan farmasi yang memproduksi obat-obatan sintetis akan semakin tinggi. Pangsa pasar produk obat-obatan sampai saat ini masih dikuasai oleh industri farmasi tetapi dari tahun ke tahun pangsa pasar industri obat tradisional atau jamu terus meningkat. 1.2 Permasalahan Peningkatan jumlah penduduk dan harga obat sintetis yang jauh diatas harga obat tradisional pada saat ini, mengakibatkan masyarakat berpikir untuk kembali ke alam atau back to nature. Obat sintetis mulai ditinggalkan karena dirasa terlalu mahal dengan efek samping yang cukup membahayakan. Masyarakat berpikir bahwa dengan obat tradisional akan lebih murah dan tidak membahayakan kesehatan karena bahannya yang berasal dari alam. Selain itu juga faktor pengalaman dan alasan hasil warisan turun-temurun yang dipercaya kemanjurannya telah menjadi salah satu motivasi bagi mereka untuk mengembangkan industri jamu di Indonesia. Adanya pasar AFTA yang akan dibuka tahun 2010, menyebabkan pangsa pasar akan bertambah besar sehingga jika dapat dikuasai akan menciptakan keuntungan yang sangat besar. Selain memperbesar pangsa pasar, dibukanya pasar AFTA akan menyebabkan semakin tingginya persaingan. Industri jamu tidak hanya bersaing dengan industri farmasi nasional saja, tetapi juga dengan perusahaan asing. Oleh karena itu peningkatan daya saing industri jamu harus ditingkatkan, berbagai strategi harus dirancang setiap perusahaan-perusahaan jamu nasional sehingga prospek industri jamu di masa depan akan semakin baik, tetapi jika tidak, industri jamu nasional akan semakin terancam atau jika tidak industri jamu tidak bisa bertahan. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana daya saing industri jamu di Indonesia? 2. Strategi apakah yang dapat mendukung peningkatan daya saing industri jamu di Indonesia? 3. Bagaimana prospek industri jamu di Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian terhadap permasalahan yang telah dikemukakan diatas adalah untuk: 1. Menganalisis daya saing industri jamu dengan menggunakan porter’s diamond. 2. Merumuskan strategi yang digunakan untuk meningkatkan daya saing jamu nasional dengan matrik SWOT 3. Melihat prospek industri jamu nasional melalui peramalan forecasting.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan studi komparatif bagi penelitian lain yang berkaitan dengan masalah ini. 2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan dalam menentukan kinerja perusahaan jamu nasional di Indonesia. 3. Sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia akademis dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini hanya membahas tentang industri jamu, tidak membahas tentang produk jamu dan kegunaan atau manfaatnya. Peramalan nilai output yang digunakan adalah data nilai output industri jamu secara keseluruhan dari industri besar dan sedang yang telah diolah oleh Badan Pusat Statistik, tidak dibedakan menurut jenis atau bentuk jamu maupun kegunaan jamu.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Teori-Teori 2.1.1 Pengertian Industri Industri diartikan sebagai sekumpulan perusahaan yang serupa atau sekelompok produk yang berkaitan erat Lipsey, et al., 1996. Dumairy 1995 menjelaskan bahwa industri memiliki dua arti. Pertama, industri adalah himpunan perusahaan sejenis. Dalam konteks ini, industri jamu sama artinya dengan himpunan atau kelompok perusahaan penghasil obat-obatan tradisional. Kedua, industri dapat juga diartikan sebagai suatu sektor ekonomi yang di dalamnya terdapat kegiatan produktif yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi.

2.1.2 Daya Saing

Daya saing sering diidentikkan dengan produktifitas tingkat output yang dihasilkan untuk setiap unit input yang digunakan. Peningkatan produktifitas meliputi, peningkatan jumlah input fisik modal dan tenaga kerja, peningkatan kualitas input yang digunakan, dan peningkatan teknologi total faktor produktifitas. Menurut Michael E. Porter ada empat faktor utama yang menentukan daya saing suatu industri yaitu kondisi faktor, kondisi permintaan, kondisi industri pendukung dan terkait serta kondisi struktur, persaingan dan strategi industri. Dan ada dua faktor yang mempengaruhi interaksi antara keempat faktor tersebut yaitu faktor kesempatan dan faktor pemerintah.

1. Kondisi Faktor Sumberdaya

Posisi suatu bangsa berdasarkan sumberdaya yang dimiliki yang merupakan faktor produksi yang diperlukan untuk bersaing dalam industri tertentu. Faktor produksi tersebut digolongkan ke dalam lima kelompok yaitu: a. Sumberdaya Manusia Sumberdaya manusia yang mempengaruhi daya saing industri nasional terdiri dari jumlah tenaga kerja yang tersedia, kemampuan manajerial dan keterampilan yang dimiliki, biaya tenaga kerja yang berlaku tingkat upah, etika kerja termasuk moral. b. Sumberdaya Fisik atau Alam Sumberdaya fisik atau sumberdaya alam yang mempengaruhi daya saing industri nasional mencakup biaya, aksebilitas, mutu dan ukuran lahan lokasi, ketersediaan air, mineral dan energi serta sumberdaya pertanian, perkebunan, perhutanan, perikanan termasuk sumberdaya perairan laut lainnya, dan sumberdaya peternakan, serta sumberdaya alam lainnya, baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui. Begitu juga kondisi cuaca dan iklim, luas wilayah geografis, kondisi topografis, dan lain-lain. c. Sumberdaya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Sumberdaya IPTEK mencakup ketersediaan pengetahuan pasar, pengetahuan teknis, dan pengetahuan ilmiah yang menunjang dan diperlukan dalam memproduksi barang dan jasa. Begitu juga ketersediaan sumber-sumber pengetahuan dan teknologi, seperti perguruan tinggi, lembaga penelitian dan pengembangan, lembaga statistik, literatur bisnis dan ilmiah, basis data, laporan penelitian, asosiasi pengusaha, asosiasi perdagangan, dan sumber pengetahuan dan teknologi lainnya. d. Sumberdaya Infrastruktur Sumberdaya infrastruktur yang mempengaruhi daya saing nasional terdiri dari ketersediaan jenis, mutu, dan biaya penggunaan infrastruktur yang mempengaruhi persaingan, termasuk sistem transportasi, komunikasi, pos dan giro, pembayaran dan transfer dana, air bersih, energi listrik, dan lain-lain. 2. Kondisi Permintaan Kondisi permintaan dalam negeri merupakan faktor penentu daya saing industri, terutama mutu permintaan domestik. Mutu permintaan domestik merupakan sasaran pembelajaran perusahaan-perusahaan domestik untuk bersaing dipasar global. Mutu permintaan persaingan yang ketat di dalam negeri memberikan tantangan bagi setiap perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya sebagai tanggapan terhadap mutu persaingan di pasar domestik. Ada tiga faktor kondisi permintaan yang mempengaruhi daya saing industri nasional yaitu:

a Komposisi Permintaan Domestik

Karateristik permintaan domestik sangat mempengaruhi daya saing industri nasional. Karakteristik tersebut meliputi: ♦ Struktur segmen permintaan merupakan faktor penentu daya saing industri nasional. Pada umumnya perusahaan-perusahaan lebih mudah memperoleh daya saing pada struktur segmen permintaan yang lebih luas dibanding dengan struktur segmen yang sempit ♦ Pengalaman dan selera pembeli yang tinggi akan meningkatkan tekanan kepada produsen untuk menghasilkan produk yang bermutu dan memenuhi standar yang tinggi yang mencakup standar mutu produk, product features, dan pelayanan. ♦ Antipasi kebutuhan pembeli dari perusahaan dalam negeri merupakan pembelajaran untuk memperoleh keunggulan daya saing global.

b Jumlah Permintaan dan Pola Pertumbuhan

Jumlah atau besarnya permintaan domestik mempengaruhi tingkat persaingan dalam negeri, terutama disebabkan oleh jumlah pembeli bebas, tingkat pertumbuhan permintaan domestik, timbulnya permintaan baru, dan kejenuhan permintaan lebih awal sebagai akibat perusahaan domestik melakukan penetrasi pasar lebih awal.

c Internasionalisasi Permintaan Domestik

Pembeli lokal yang merupakan pembeli dari luar negeri akan mendorong daya saing industri nasional, karena dapat membawa produk tersebut ke luar negeri. Konsumen yang memiliki mobilitas internasional tinggi dan sering mengunjungi suatu negara juga dapat mendorong meningkatnya daya saing produk negeri yang dikunjungi tersebut.

3. Industri Pendukung dan Industri Terkait

Keberadaan industri pendukung dan industri terkait yang memiliki daya saing global juga akan mempengaruhi daya saing industri utamanya. Industri terkait dan pendukung jumu nasional memberikan konstribusi yang sangat penting dalam upaya meningkatkan daya saing global. Industri terkait adalah industri yang berada dalam sistem komoditas secara vertikal, mulai dari pengadaan bahan baku, bahan tambahan, bahan kemasan sampai pemasaran. Di lain pihak industri pendukung adalah industri yang memiliki konstribusi tidak langsung pada sistem komoditas secara vertikal. Industri hulu yang memiliki daya saing global akan memasok input bagi industri utama dengan harga yang lebih murah, mutu yang lebih baik, pelayanan yang cepat, pengiriman tepat waktu dan jumlah sesuai dengan kebutuhan industri utama sehingga industri tersebut juga akan memiliki daya saing global yang tinggi. Begitu juga industri hilir yang menggunakan produk industri utama sebagai bahan bakunya. Apabila industri hilir memiliki daya saing global maka industri hilir tersebut dapat menarik industri hulunya untuk memperoleh daya saing global.

4. Persaingan, Struktur dan Strategi Perusahaan

Tingkat persaingan dalam industri merupakan salah satu faktor pendorong bagi perusahaan- perusahaan yang berkompetisi untuk terus melakukan inovasi. Keberadaan pesaing lokal yang handal dan kuat merupakan faktor penentu dan sebagai motor penggerak untuk memberikan tekanan pada perusahaan lain meningkatkan daya saingnya. Perusahaan-perusahaan yang telah teruji pada persaingan ketat dalam industri nasional akan lebih mudah memenangkan persaingan internasional dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang belum memiliki daya saing yang tingkat persaingannya rendah. Struktur industri dan struktur perusahaan juga menentukan daya saing yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan yang tercakup dalam industri tersebut. Struktur industri yang monopolistik kurang memiliki daya dorong untuk melakukan perbaikan-perbaikan serta inovasi-inovasi baru dibandingkan dengan struktur industri yang bersaing. Dilain pihak, struktur perusahaan yang berada dalam industri sangat berpengaruh terhadap bagaimana perusahaan yang bersangkutan dikelola dan dikembangkan dalam suasana tekanan persaingan, baik domestik maupun internasional. Di samping itu, juga berpengaruh pada strategi perusahaan untuk memenangkan persaingan domestik dan internasional. Dengan demikian secara tidak langsung akan meningkatkan daya saing global industri yang bersangkutan. ♦ Struktur Pasar Market structure Istilah struktur pasar digunakan untuk menunjukkan tipe pasar. Derajat persaingan struktur pasar degree of competition of market structure dipakai untuk menunjukkan sejauh mana perusahaan- perusahaan individual mempunyai kekuatan power untuk mempengaruhi harga atau ketentuan-ketentuan lain dari produk yang dijual di pasar. Struktur pasar didefinisikan sebagai sifat-sifat characteristics organisasi pasar yang mempengaruhi perilaku dan keragaan perusahaan. Jumlah penjual dan keadaan produk nature of the product adalan dimensi-dimensi yang penting dari struktur pasar. Adapula dimensi lainnya, seperti mudah- sulitnya memasuki industri hambatan masuk pasar, kemampuan perusahaan mempengaruhi permintaan melalui iklan, dan lain-lain. Beberapa struktur pasar yang ada antara lain pasar persaingan sempurna, pasar monopoli, pasar oligopoli, pasar monopsoni, dan pasar oligopsoni. Biasanya struktur pasar yang dihadapi suatu industri seperti monopoli dan oligopoli lebih ditentukan oleh kekuatan perusahaan dalam menguasai pangsa pasar yang ada, relatif dibandingkan jumlah perusahaan yang bergerak dalam suatu industri. ♦ Strategi Di dalam menjalankan suatu usaha baik perusahaan besar maupun skala kecil, dengan berjalannya waktu, pemilik atau manajer dipastikan mempunyai keinginan untuk mengembangkan usahanya ke dalam lingkup yang lebih besar atau lebih luas. Dalam mengembangkan usaha memerlukan suatu strategi khusus yang terangkum dalam suatu strategi pengembangan usaha. Untuk menyusun suatu strategi diperlukan suatu perencanaan yang matang dengan mempertimbangkan semua faktor yang berpengaruh terhadap organisasi atau perusahaan tersebut. 5. Peran Pemerintah Peran pemerintah sebenarnya tidak berpengaruh langsung terhadap upaya peningkatan daya saing global, tetapi berpengaruh terhadap faktor-faktor penentu daya saing global. Hanya perusahaan-perusahaan yang berada dalam industri yang mampu menciptakan daya saing global secara langsung. Peran pemerintah merupakan fasilitator bagi upaya untuk mendorong perusahaan-perusahaan dalam industri agar senantiasa melakukan perbaikan dan meningkatkan daya saingnya. Pemerintah dapat mempengaruhi aksebilitas pelaku-pelaku industri terhadap berbagai sumberdaya melalui kebijakan-kebijakannya, seperti sumberdaya alam, tenaga kerja, pembentukan modal, sumberdaya teknologi dan ilmu pengetahuan serta sumberdaya informasi. Pemerintah juga dapat mendorong peningkatan daya saing melalui penetapan standar produk nasional, standar upah tenaga kerja minimum, dan berbagai kebijakan terkait lainnya. Pemerintah dapat mempengaruhi kondisi permintaan domestik, baik secara tidak langsung melalui kebijakan moneter dan atau fiskal yang dikeluarkannya maupun secara langsung melalui perannya sebagai pembeli produk dan jasa. Kebijakan penerapan bea keluar dan bea masuk, tarif, pajak dan lain-lainnya juga menunjukkan terdapat peran tidak langsung dari pemerintah dalam meningkatkan daya saing global. Pemerintah dapat mempengaruhi tingkat daya saing global melalui kebijakan yang memperlemah faktor penentu daya saing industri, tetapi pemerintah tidak dapat secara langsung menciptakan keunggulan bersaing. Peran pemerintah dalam upaya meningkatkan daya saing global adalah memfasilitasi lingkungan industri yang mampu memperbaiki kondisi faktor penentu daya saing, Sehingga perusahaan-perusahaan yang berada dalam industri mampu mendayagunakan faktor-faktor penentu tersebut secara aktif dan efisien. 6. Peran Kesempatan Peran kesempatan merupakan faktor yang berada di luar kendali perusahaan dan atau pemerintah, tetapi dapat meningkatkan daya saing global industri nasional. Beberapa kesempatan yang dapat mempengaruhi naiknya daya saing global industri nasional adalah adanya penemuan baru yang murni, biaya perusahaan yang tidak berlanjut misalnya terjadi perubahan harga minyak atau depresi mata uang, meningkatkan permintaan produk industri yang bersangkutan lebih tinggi dari peningkatan pasokan, politik yang diambil oleh negara lain serta berbagai faktor kesempatan lainnya.

2.1.3 Strategi

Menurut Porter 1985 strategi adalah alat yang paling penting untuk mencapai keunggulan bersaing. Suatu perusahaan dapat mengembangkan strategi untuk mengatasi ancaman eksternal dan merebut peluang yang ada. Menurut Rangkuti 1999, proses analisis, perumusan dan evaluasi strategi disebut sebagai perencanaan strategis. Tujuan perencanaan strategi adalah agar organisasi atau perusahaan dapat melihat secara obyektif kondisi internal dan eksternal, sehingga organisasi atau perusahaan dapat mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal. Dalam menetapkan strategi dan kebijakan pengembangan industri jamu nasional ke depan digunakan analisis SWOT dengan mengidentifikasikan peluang serta ancaman tantangan yang dihadapi suatu industri serta analisis terhadap faktor-faktor kunci pengembangan industri jamu nasional. David 1997, menyebutkan bahwa terdapat beberapa cara untuk menganalisa strategi yang salah satunya adalah melakukan analisa SWOT. Analisis SWOT yaitu analisa kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Analisa SWOT merupakan identifikasi yang bersifat sistematis dari faktor-faktor kekuatan dan kelemahan organisasi serta peluang dan ancaman lingkungan luar dan strategi yang menyajikan kombinasi terbaik diantara keempatnya. Setelah diketahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman, barulah perusahaan dapat menentukan strategi dengan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk mengambil keuntungan dari peluang-peluang yang ada, sekaligus untuk memperkecil atau bahkan mengatasi kelemahan yang dimilikinya untuk menghindari ancaman yang ada. • Analisis kekuatan Kekuatan merupakan suatu kelebihan khusus yang memberikan keunggulan kompetitif di dalam suatu industri yang berasal dari perusahaan. Kekuatan perusahaan akan mendukung perkembangan usaha dengan cara memperlihatkan sumber dana, citra, kepemimpinan pasar, hubungan dengan konsumen ataupun pemasok, serta faktor-faktor lainnya. • Analisis kelemahan Kelemahan adalah keterbatasan dan kekurangan dalam hal sumberdaya, keahlian, dan kemampuan yang secara nyata menghambat aktiifitas keragaan perusahaan. Fasilitas, sumberdaya keuangan, kemampuan manajerial. Keahlian pemasaran dan pandangan orang terhadap merek dapat menjadi sumber kelemahan. • Analisis peluang Peluang adalah situasi yang diinginkan atau disukai dalam perusahaan yang diidentifikasi. Segmen pasar, perubahan dalam persaingan atau lingkungan, perubahan teknologi, peraturan baru atau yang ditinjau kembali menjadi sumber peluang bagi perusahaan. • Analisis ancaman Ancaman adalah situasi yang paling tidak disukai dalam lingkungan perusahaan. Ancaman merupakan penghalang bagi posisi yang diharapkan oleh perusahaan. Masuknya pesaing baru, pertumbuhan pasar yang lambat, meningkatnya posisi penawaran pembeli dan pemasok, perubahan teknologi, peraturan baru yang ditinjau kembali dapat menjadi sumber ancaman bagi perusahaan.

2.1.4 Prospek Peramalan

Prospek industri jamu akan dibahas melalui metode peramalan. Peramalan forecasting didefinisikan sebagai alat atau teknik untuk memprediksi atau memperkirakan suatu nilai pada masa yang akan datang dengan memperhatikan data atau informasi yang relevan, baik data atau informasi masa lalu maupun data atau informasi saat ini. Adapun secara rinci teknik peramalan yang dapat digunakan untuk data rentet waktu antara lain: Model Naive, Model Rata-rata, Model Pemulusan, Dekomposisi, Regresi, dan Metodologi Box-Jenkins ARIMA. ARIMA merupakan singkatan dari Autoregresive Integrated Moving Average. Dari nama model ini, dapat diduga bahwa model terdiri atas dua aspek yaitu aspek autoregresi dan moving average. Gabungan kedua model ini yang sangat berguna dalam menganalisis data Time Series, yang diperkenalkan oleh Box- Jenkins 1975. Secara umum model ARIMA dituliskan dengan notasi ARIMA p,d,q. p adalah derajat proses autoregresi AR, d adalah pembeda dan q adalah derajad moving average. Model ARIMA adalah model yang dapat menghasilkan ramalan akurat berdasarkan uraian pola data historis yang merupakan jenis model linier yang mampu mewakili deret yang stasioner maupun non stasioner. Model ini juga tidak mengikutkan variabel bebas dalam pembentukannya. 2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian yang membahas mengenai analisis dan prospek industri jamu di Indonesia belum pernah dilakukan sebelumnya sebagai topik penelitian di IPB. Namun sebenarnya terdapat beberapa orang yang telah melakukan penelitian mengenai komoditi jamu diantaranya penelitian tentang analisis strategi perusahaan jamu, analisis perbandingan elemen-elemen ekuitas merek pada produk jamu dan masih banyak lagi. Analisis strategi perusahaan jamu yang dilakukan oleh Susanto 2006 secara umum bertujuan untuk mengetahui strategi yang dilakukan oleh perusahaan PT Fito Medisina, untuk pemasaran produk jamunya. Untuk analisisnya digunakan model matrik SWOT. Penelitian Susanto ini pembahasannya bersifat khusus yaitu meneliti hanya pada satu perusahaan dengan pesaingnya yaitu perusahaan jamu yang lain. Hasil pembahasannya, dapat dapat diketahui strategi-strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan diantaranya adalah: 1. Mempertahankan iklim kerja yang kondusif 2. Melakukan promosi secara aktif 3. Mempertahankan harga jual yang kompetitif. 4. Pengembangan produk Sedangkan penelitian yang akan dibahas dalam skripsi ini mengkaji secara lebih umum, yaitu strategi dan kebijakan yang akan dilakukan oleh industri jamu dengan pesaingnya yaitu perusahaan farmasi nasional dan perusahaan jamu asing. Penelitian mengenai jamu yang lain dilakukan oleh Kristanto 2003 yang secara umum membahas tentang pengaruh merek terhadap hasil pemasaran produk jamu. Dari hasil pembahasan, merek suatu produk jamu sangan berpengaruh terhadap jumlah penjualan produk jamu tersebut, apalagi penjualan produk dari perusahaan besar seperti Nyonya Meneer. Sedangkan penelitian ini untuk pembahasan mengenai pengaruh merek suatu produk industri jamu tidak akan dibahas. Sedangkan penelitian dengan mempergunakan analisis daya saing pernah dilakukan oleh Yullianti 2003, tetapi produk yang di bahas adalah mengenai produk kopi di Indonesia. Penelitian tentang peningkatan daya saing lebih kearah peningkatan jumlah perkebunan kopi atau ke perbaikan sistem perkebunan kopi. Penelitian yang menggunakan alat analisis peramalan menggunakan metode ARIMA pernah dilakukan oleh Aldillah 2006, Dia menganalisis penawaran dan permintaan jagung sampai tahun 2015. Data yang dibutuhkan untuk meramal adalah data penawaran dan permintaan jagung mulai tahun 1965- 2005. Hasil peramalan menunjukkan bahwa permintaan dan penawaran jagung ke depannya mengalami peningkatan, tetapi peningkatan penawaran jangung lebih besar daripada permintaan. Penelitian kali ini juga menggunakan metode ARIMA untuk megetahui prospek industri jamu, yaitu dengan meramalkan nilai output industri jamu sampai tahun 2015 dengan menggunakan data historis mulai tahun 1975-2004. 2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian ini didasari oleh pemikiran kondisi industri jamu nasional yang dalam perkembangan selama ini mengalami peningkatan dalam hal produksi, ekspor dan konsumsi di dalam negeri maupun di luar negeri. Perkembangan tersebut juga dipengaruhi oleh keadaaan krisis yang terjadi di Indonesia, penelitian-penelitian oleh para ahli yang menyebutkan bahwa obat farmasi dapat menimbulkan residu dalam tubuh manusia, serta kekayaan flora dan fauna Indonesia yang dapat dimanfaatkan untuk bahan baku industri jamu. Perkembangan industri jamu yang dapat dilihat dari banyaknya jumlah perusahaan dalam industri jamu, banyaknya ekspor industri jamu ke luar negeri dan peningkatan jumlah output dan permintaan pasar, akan membawa dampak terjadinya persaingan yang ketat dengan industri farmasi, sehingga industri jamu nasional terus melakukan peningkatan kinerja dan performanya dengan berbagai strategi seperti strategi perbaikan kualitas jamu yang telah teruji secara klinis dan strategi peningkatan penjualan dengan melalui iklan dan strategi lain yang didapat melalui analisis SWOT yaitu analisis kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman dari industri jamu tersebut yang dapat meningkatkan daya saing industri jamu. Dengan perbaikan daya saing, kinerja dan performa industri jamu saat ini diharapkan prospek industri jamu dimasa depan akan lebih baik. Untuk saat ini pangsa pasar industri jamu di pasar obat-obatan di Indonesia masih kecil dibandingkan pangsa pasar industri farmasi dengan obat sintetisnya tersebut. Prospek industri jamu juga dapat dilihat dari proses forecasting peramalan data jumlah perusahaan, data ekspor dan data nilai output industri jamu. Dalam penelitian ini prospek industri jamu hanya dilihat dari peramalan nilai output saja dengan mempergunakan data time series nilai output industri jamu di Indonesia dari data tahun 1975 sampai tahun 2004 untuk mengetahui peramalan nilai output industri jamu sampai tahun 2015 melalui peramalan dengan menggunakan metode ARIMA. 2.4 Hipotesis 1. Industri jamu nasional memiliki daya saing yang rendah 2. Strategi peningkatan mutu produk, pengembangan produk dan pemasaran yang baik adalah strategi yang dapat dilakukan oleh industri jamu nasional untuk meningkatkan daya saing 3. Prospek industri jamu nasional akan semakin baik karena dari hasil peramalan nilai output industri jamu nasional sampai tahun 2015 mengalami peningkatan.

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu time series. Jenis data tersebut meliputi data jumlah dan nama perusahaan dalam industri jamu nasional, data nilai output, nilai tambah, nilai input, dan nilai produksi industri jamu di Indonesia, data ekspor-impor dan data lain yang mengenai tentang industri jamu misalnya data tentang jumlah tenaga kerja, bahan baku. Data tersebut diperoleh dari Gabungan Pengusahan Jamu, Badan Pusat Statistik, Departemen Perindustrian, studi literatur dan sumber-sumber lainnya. 3.2 Metode Analisis 3.2.1 Analisis Daya Saing Industri Jamu Analisis daya saing akan dibahas dengan metode kualitatif yaitu dengan menganalisis tiap komponen dalam teori Berlian Porter Porter’s Diamond Theory. Komponen tersebut adalah sebagai berikut: a. Faktor condition FC, yaitu keadaan faktor-faktor produksi dalam suatu industri seperti tenaga kerja dan infrastruktur b. Demand Condition DC, yaitu keadaan permintaan atas barang dan jasa dalam negara. c. Related and supporting industries RSI, yaitu keadaan para penyalur dan industri lainnya yang saling mendukung dan berhubungan d. Firm strategy, structure, and rivalry FSSR, yaitu strategi yang dianut perusahaan pada umumnya, struktur industri dan keadaan kompetisi dalam suatu industri domestik. Selain itu ada komponen lain yang terkait dengan keempat komponen utama tersebut yaitu faktor pemerintah dan kesempatan. Keempat faktor utama dan dua faktor pendukung tersebut saling berinteraksi dan hasil interaksi sangat menentukan perkembangan dari industri yang dapat menjadi competitif adventage dari suatu industri.

3.2.2 Analisis strategi

Untuk menganalisis strategi untuk peningkatan daya saing industri jamu akan dianalisis dengan metode kualitatif yaitu dengan menggunakan matrik SWOT. Matriks SWOT digunakan untuk menyusun strategi organisasi atau perusahaan. Matrik ini menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman yang dihadapi organisasi atau perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan organisasi atau perusahaan. Matriks ini menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategi yaitu strategi S-O, Strategi W-O, Strategi S-T dan Strategi W-T. Terdapat delapan tahapan dalam membentuk matriks SWOT, yaitu: 1. Tentukan faktor-faktor peluang eksternal industri jamu. 2. Tentukan faktor-faktor ancaman industri jamu. 3. Tentukan faktor-faktor kekuatan industri jamu. 4. Tentukan kelemahan industri jamu. 5. Sesuaikan kekuatan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan strategi S-O. 6. Sesuaikan kelemahan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan strategi W-O. 7. Sesuaikan kekuatan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan strategi S-T. 8. Sesuaikan kelemahan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan strategi W-T. 3.2.3 Analisis Prospek Industri Jamu Analisis Prospek industri jamu di masa mendatang dapat dilihat dari analisis peramalan. Proses peramalan dilakukan dengan menggunakan metode ARIMA dengan menggunakan software Minitab 13. Ada empat langkah yang harus dilakukan jika menggunakan metode ARIMA yaitu: 1. Identifikasi Model Dalam hal ini modelnya adalah 1 1 − − + − Δ = Δ t t t t t Y Y ε ω ε φ Atau 1 1 1 2 1 1 1 − − − − − + − = − t t t Y Y Yt Yt ε ϖ ε φ dimana: 1 − − = Δ t t t Y Y Y = selisih antara variabel respon terikat pada waktu t dengan variabel respon pada masing-masing selang waktu t-1, t-2, …, t-p p φ φ φ . ,......... , 1 = koefisien yang diestimasikan εt = bentuk galat yang mewakili efek variabel tak terjelaskan oleh model ϖ 1 , ϖ 2 , …, ϖ t = koefisien yang diestimasikan ε t -1 , ε t -2 , …, ε t – q = galat pada periode waktu sebelumnya yang pada saat t, nilainya menyatu dengan nilai respon Y t.

2. Estimasi Model

Setelah model tentatif ditentukan, parameter model tersebut harus diestimasikan. Selain itu, residual mean kuadrat galat yang merupakan estimasi varian galat t juga dihitung. Residual mean kuadrat galat didefinisikan sebagai berikut: r n Y Y r n s n t t t n i t t − − = − = ∑ ∑ = − = 1 2 1 2 2 ε

3. Pemeriksaan Model

Pemeriksaan model dilakukan dengan sistem trial and error, Dimana nilai MSE yang dihasilkan dari berbagai macam kombinasi model ARIMA dapat diperoleh, kemudian model ARIMA yang menghasilkan nilai MSE terkecil dipilih, yang kemudian model ARIMA tersebut dapat digunakan hasil peramalan untuk memprediksi niai output industri jamu nasional hingga tahun 2015.

4. Peramalan Melalui Model

a. Begitu didapat model yang memadai, ramalan satu atau beberapa periode kedepan dapat dikerjakan. b. Semakin banyak atau tersedianya data, maka model ARIMA yang sama dapat digunakan untuk menghasilkan ramalan dari titik awal yang lain. c. Jika karakter deret berubah sejalan dengan waktu, data baru dapat digunakan untuk mengestimasi ulang parameter model atau jika perlu sama sekali mengembangkan model baru. IV GAMBARAN UMUM 4.1 Pengertian Jamu Obat bahan alam merupakan obat yang menggunakan bahan baku berasal dari alam tumbuhan dan hewan. Obat bahan alam dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka. Jamu Empirical based herbal medicine adalah obat bahan alam yang disediakan secara tradisional, misalnya dalam bentuk serbuk seduhan, pil, dan cairan yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut dan digunakan secara tradisional. Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris saja. Obat herbal terstandar Scientific based herbal medicine yaitu obat bahan alam yang disajikan dari ekstrak atau penyaringan bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral. Proses ini membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan mahal, serta ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian pra klinik. Fitofarmaka Clinical based herbal medicine merupakan bentuk obat bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya telah terstandar serta ditunjang oleh bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia. Namun ketiga jenis obat bahan alam tersebut sering disebut juga sebagai jamu. Jamu adalah sebutan untuk obat tradisional dari Indonasia. Menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 246 tahun 1992, pengertian jamu adalah obat tradisional yang bahan bakunya simplisia yang sebagian besar belum mengalami standarisasi dan belum pernah diteliti, bentuk sediaan masih sederhana berwujud serbuk seduhan, rajangan untuk seduhan, dan sebagainya. Jamu merupakan obat yang berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan, hewan dan mineral atau sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang secara tradisional telah digunakan dalam upaya pengobatan berdasarkan pengalaman. Setiap daerah memiliki ciri khas jamunya tersendiri yang memang bisa memiliki dasar ramuan dan falsafah saling berbeda. Tetapi pada dasarnya sama yaitu semuanya mengandung ramuan alamiah yang terdiri dari tumbuh-tumbuhan, mulai dari akar sampai ke bunga tanaman dapat dimanfaatkan. Ciri khas inilah yang membedakan obat tradisional Indonesia dengan obat tradisional bangsa lain yang mempergunakan bahan alami hewan atau mineral. Berdasarkan keputusan Menkes RI No.661MenKesSKV111994 tentang persyaratan dan bentuk obat tradisional, bentuk obat tradisioanal yang diizinkan untuk diproduksi meliputi: a. Rajangan Adalah sediaan obat tradisional berupa potongan simplisia, campuran simplisia atau campuran simplisia dengan sediaan galenik yang penggunaannya dilakukan dengan pendidihan atau penyeduhan dengan air panas. Kandungan kadar air tidak lebih dari 10 persen. b. Serbuk Adalah sediaan obat tradisional berupa butiran homogen dengan derajat halus yang cocok, bahan bakunya simplisia, sediaan galenik atau campurannya. Kandungan kadar air tidak lebih dari 10 persen. c. Pil Adalah sediaan obat tradisional berupa masa bulat, bahan bakunya serbuk simplisia, sedian galenik atau campurannya. Kandungan kadar air tidak lebih dari 10 persen. d. Kapsul Adalah sediaan obat tradisional yang terbungkus cangkang kerasan lunak, bahan bakunya terbuat dari sediaan galenik atau tanpa bahan tambahan. Kandungan air isi kapsul tidak lebih dari 10 persen dan kapsul memiliki waktu hancur tidak lebih dari 15 menit e. Tablet Adalah sediaan obat tradisional padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih, silindris atau bentuk lain. Kedua permukaannya cembung atau rata, terbuat dari sediaan galenik dengan atau tanpa bahan tambahan. Kandungan air tidak lebih dari 10 persen dan memiliki waktu hancur tidak lebih dari 20 menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut. f. Cairan obat luar Adalah sediaan obat tradisional berupa larutan suspensi atau emulsi, bahan bakunya dari simplisia, sediaan galenik dan digunakan sebagai obat luar. g. Parem, Pilis, Fapel Adalah sediaan obat tradisional atau bentuk pasta, bahan bakunya serupa serbuk simplisia, sediaan galenik atau campurannya dan digunakan sebagai obat luar. Kandungan air tidak lebih dari 10 persen. h. Salep atau krim Adalah sediaan obat tradisional setengah padat yang mudah dioleskan, bahan bakunya berupa sediaan galenik yang larut atau terdispensi homogen dalam dasar salep atau krim yang cocok digunakan sebagai obat luar.

4.2 Proses Pembuatan Jamu