Sekarang dengan adanya jamu ilegal yang beredar di masyarakat yang membuat industri jamu nasional bisa terancam, diharapkan pemerintah dapat mengatasi permasalahan tersebut dengan cepat, karena
dampak dari jamu ilegal tersebut tidak hanya mengancam kelangsungan industri jamu tetapi juga bisa mencoreng nama dan budaya obat tradisional kita. Hal tersebut di karenakan jamu ilegal tersebut
mengandung bahan kimia yang membahayakan bagi kesehatan manusia, padahal produk jamu hasil industri jamu di Indonesia hanya terbuat dari bahan-bahan dari tumbuhan, yang tidak berbahaya bagi tubuh manusia.
5.2 Analisis Strategi 5.2.1 Analisis Komponen SWOT
A. Analisis Kekuatan 1.
Kaya Bahan Baku
Dalam hal bahan baku, industri jamu nasional tidak memiliki ketergantungan impor. Indonesia memiliki kekayaan hayati yang sangat besar bahkan hasil riset Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
LIPI, baru-baru ini menyebutkan bahwa Indonesia memiliki 30.000 spesies tumbuhan obat dari total 40.000 spesies yang ada di seluruh dunia. Kekayaan hayati ini mencatatkan nusantara sebagai gudangnya
spesies tumbuhan obat terlengkap di dunia setelah Brazil yang dapat digunakan sebagai bahan baku industri jamu.
2. Tenaga Kerja Tersedia, Tingkat Upah Murah
Indonesia adalah sebuah negara yang sangat besar, tidak hanya kaya akan keanekaragaman hayatinya, Indonesia juga terkenal sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia.
Penduduk Indonesia lebih dari 200 juta jiwa, dengan jumlah angkatan kerja sebesar 105,8 juta orang ,
sedangkan tingkat pengangguran sebesar 10,3 persen Badan Pusat Statistik,2006. Sehingga tenaga kerja yang dapat diserap oleh industri jamu masih banyak tersedia. Keuntungan lain adalah dengan tingkat upah
tenaga kerja yang masih tergolong rendah dibandingkan dengan negara lain. 3.
Harga Jamu Murah
Dengan biaya proses produksi yang lebih rendah dari perusahaan farmasi, harga jamu masih di bawah harga obat-obatan farmasi. Perbedaan biaya produksi tersebut terletak pada bahan baku pembuatan
obat-obatan, Industri farmasi yang bahan bakunya harus 90 persen masih harus di impor, sedangkan nilai mata uang rupiah semakin lemah menyebabkan pembengkakan biaya produksi pada industri farmasi.
Sedangkan di Industri jamu bahan baku terdapat di dalam negeri sehingga tidak perlu impor.
Perbedaan biaya produksi yang mencolok juga pada proses penelitian atau pada proses laboratorium untuk melakukan uji klinis. Untuk industri jamu kecil uji klinis masih dilakukan dengan penggunaan alat
yang masih sederhana, Cuma diukur kadar air. Sedangkan untuk obat farmasi harus memenuhi standarisasi yang sangat panjang.
4. Kebiasaan Minum Jamu
Kebiasaan minum jamu sudah menjadi tradisi leluhur sebagian bangsa Indonesia sudah memasyarakat. Sekarang setelah ada pengobatan secara modern, untuk proses penyembuhan penyakit
dilakukan dengan penggunaan obat farmasi tetapi masyarakat masih tetap mengkonsumsi jamu bukan sebagai upaya untuk penyembuhan penyakit tetapi lebih pada upaya untuk menjaga kesehatan dan untuk
membuat tubuh menjadi sehat. Mengkonsumsi jamu tidak akan berdampak negatif pada tubuh manusia, oleh sebab itu, kebiasaan minum jamu masih tetap dipertahankan, apalagi para orang tua.
B. Analisis Kelemahan 1. Pandangan Dunia Medis Dan Masyarakat Terhadap Jamu Indonesia
Pandangan dari dunia medis merupakan tantangan dari dalam negeri sendiri untuk industri jamu, yaitu dari sikap dunia medis yang belum sepenuhnya menerima jamu dan obat tradisional. Sikap dari dunia
medis yang belum menerima kehadiran jamu sebagai salah satu bentuk alat pengobatan akan mempengaruhi pandangan masyarakat tentang jamu sebagai alat untuk pengobatan. Hal tersebut dapat menimbulkan
masalah pada keterbatasan pasar industri jamu yang membuat pertumbuhan industri jamu tetap kecil setiap tahunnya, yaitu dengan perputaran uang yang hanya Rp 2 trilyun pertahun.
2. Pangsa Pasar Obat-Obatan Di Dalam Negeri
Pangsa pasar obat-obatan di dalam negeri masih dikuasai oleh obat farmasi. Dari data tahun 2003 Penjualan obat alami di Indonesia sebesar Rp. 2 Trilyun, sedangkan penjualan untuk obat modern atau obat
farmasi sebesar Rp. 17 Trilyun. Market share atau pangsa pasar obat modern 89,5 persen sedangkan obat
alami 10,5 persen dengan tingkat pertumbuhan sebesar 12 persen. Dengan asumsi pertumbuhan konstan maka pada tahun 2010 obat alami akan sebesar Rp. 7,2 Trilyun 16 persen dan obat farmasi Rp. 37 Trilyun
84 persen. Dengan gambaran tersebut untuk tahun 2010 saja pangsa pasar masih tetap didominasi oleh industri farmasi. Apalagi setelah perdagangan bebas AFTA, ada perusahaan farmasi asing yang masuk di
Indonesia, hal tersebut akan semakin mendesak pasar obat alami di dalam negeri. C. Analisis Peluang
1 Pandangan Back To Nature
Dengan dicanangkannya gerakan hidup sehat menuju tahun 2010 oleh Menteri Kesehatan dengan kembali ke alam, sebagian besar produk jamu nasional beralih fungsi dari sebagai pencegah penyakit dan
menjaga kesehatan menjadi produk pengobatan. Gerakan tersebut tidak hanya terjadi di Indonesia, masyarakat luar negeri juga semakin menyadari kebutuhan tersebut, penggunaan barang-barang yang
bersifat alamiah atau back to nature. Sehingga permintaan akan obat alamiah dari tahun ke tahun akan semakin meningkat dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
2 Perdagangan Bebas AFTA dan Era Globalisasi
Dengan adanya perdagangan bebas maka kesempatan untuk mendapatkan pangsa pasar produk jamu akan semakin besar, tidak ada lagi proteksi-proteksi yang di lakukan oleh negara, sehingga kesempatan
ekspor untuk pengusaha jamu nasional akan semakin besar. D. Analisis Ancaman
1. Proteksi Negara Tujuan Ekspor
Kebijakan protektif dari pasar mancanegara dengan maksud melindungi industri obat dan jamu mereka, seperti yang terjadi di Thailand dan Malaysia yang merupakan pasar lama industri jamu di
Indonesia akan menghambat proses ekspor produk jamu Indonesia ke negara tersebut. Sekarang ini kedua negara tersebut menerapkan syarat label cara pembuatan obat tradisional yang baik CPOTB bagi produk
jamu Indonesia. Padahal sebelumnya kedua negar tersebut hanya memberlakukan standar label yang dikeluarkan oleh badan obat dan makanan BPOM.
Akibatnya tantangan espor jamu tahun ini semakin berat. Industri jamu Indonesia sendiri sebenarnya
telah menerapkan sistem uji klinis atau fitofarmaka, sehingga mutu jamu lebih teruji dan terbukti khasiatnya. Selain itu diberlakukannya standar untuk produk jamu utuh berupa CPOTB. Namun fitofarmaka
dan CPOTB tersebut belum diakui negara-negara lain. Hasilnya, produsen-produsen jamu di Indonesia yang hendak mengekspor jamu ke Malaysia misalnya tetap harus melewati proses pengujian lagi sesuai standar
mereka. Selain membutuhkan waktu lama, hal tersebut hanya berlaku selama lima tahun dan kemudian menjalani pengujian ulang. Begitu pula dengan negara lain seprti Korea, Hongkong dan Taiwan.
2. Perusahaan Farmasi Nasional
Seperti yang sudah banyak dibahas diatas, pangsa pasar obat-obatan masih dikuasai oleh industri farmasi, hal tersebut dapat kita lihat dari penguasaan market share industri farmasi yang sebesar 89,5
persen. Hal tersebut akan berdampak pada penjualan obat alami didalam negeri yang masih rendah. Besarnya pangsa pasar obat-obatan yang dimiliki oleh industri farmasi adalah karena dukungan dari
pemerintah yang sejak awal mendukung perkembangan industri farmasi di dalam negeri. Hal tersebut terjadi karena industri farmasi merupakan industri yang sangat penting karena menyangkut tentang kesehatan.
3. Perusahaan Jamu Asing
Pesaing industri jamu untuk meraih pangsa pasar di luar negeri adalah industri jamu dari China. Selain obat tradisional dari China sudah terkenal sejak dulu, harga jamu dari China juga lebih murah dari
jamu Indonesia. Industri obat tradisional China sangat berkembang pesat, selain mendapatkan dukungan dari pemerintah, Masyarakatnya pun mendukung, sehingga obat tradisional di sana sama seperti obat-obatan
farmasi. Ekspor obat tradisional China sangat besar sekali, setiap negara merupakan pangsa pasar penjualan obat tradisional mereka, bahkan Indonesia termasuk di dalamnya. Selain itu obat tradisional dari negara-
negara lain seperti India juga akan menjadi pesaing industri jamu nasional.
4. Jamu Palsu dan Jamu Ilegal
Keadaan industri jamu Indonesia semakin terancam akibat banyak beredarnya dan produsi jamu ilegaldan jamu palsu yang mencampurkan bahan kimia ke dalam jamu yang diproduksi di dalam negeri
maupun yang dari luar negeri. Merebaknya jamu ilegal maupun jamu yang bercampur bahan kimia beberapa waktu ini semakin menambah keraguan masyarakat akan khasiat dan keamanan mengonsumsi jamu.
Beredarnya jamu palsu, yaitu jamu yang bercampur dengan bahan kimia yang makin marak saat ini menjadikan pangsa pasar jamu menjadi semakin sempit. Selain itu jamu palsu yang beredar di masyarakat
yang mengandung bahan kimia sangat berbahaya karena bisa mematikan. Jamu berbahan kimia atau juga disebut jamu bermasalah ada yang merupakan buatan luar negeri seperti jamu buatan Cina dan ada juga
buatan dari dalam negeri yaitu jamu yang diproduksi daerah Cilacap. Peredaran jamu Ilegal yang dicampuri bahan kimia sangat besar sekali, hal tersebut dapat dilihat dari
pasokan bahan baku kimia untuk pembuatan jamu ilegal yang sampai Rp. 2 milyar, padahal harga bahan baku kimia tersebut sangat murah karena bahan baku tersebut merupakan bahan kimia buangan yang
harganya sangat murah. Jika demikian maka nilai produksi jamu kimia tersebut sangat besar sekali GP Jamu,2005
5.2.2 Matrik SWOT a.
Strategi S-O
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Adapun strategi yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut:
¾ Strategi Peningkatan Produksi Untuk Mencukupi Kebutuhan Pasar Dalam Negeri dan Luar Negeri
Dengan adanya pandangan back to nature, konsumsi masyarakat terhadap obat yang bersifat alamiah akan meningkat, untuk memenuhi kebutuhan tersebut, perusahaan jamu nasional harus meningkatkan
produksinya untuk memenuhi kebutuhan permintaan tersebut. Permintaan tersebut tidak hanya dari dalam negeri saja tetapi juga luar negeri. Dengan adanya pasokan yang melimpah dari industri bahan baku, dan
dengan penggunaan teknologi yang modern proses peningkatan produksi tidak akan mengalami kendala.
Kekuatan
1. Kaya bahan baku
2. Tersedianya SDM yang melimpah
3. Harga jamu murah
4. Kebiasaan minum jamu
Kelemahan
1. Pandangan dunia Medis dan
Masyarakat terhadap jamu Indonesia
2. Pangsa pasar obat-obatan di
dalam negeri yang rendah
Peluang
1. Pandangan Back to nature
2. Perdagangan bebas AFTA dan
era globalisasi
Strategi S-O
a. Strategi peningkatan produksi untuk
mencukupi kebutuhan pasar dalam negeri dan luar negeri
S1,S2,S3,S4,O1,O2 b.
Strategi pemasaran yang baik S1,S2,S3,S4,O1,O2
Strategi W-O
a. Stategi pengetahuan tentang jamu
W1,O1,O2 b.
Strategi pengembangan produk jamu ke fitofarmaka W2,O1,O2
Ancaman
1.
Proteksi negara tujuan ekspor
2.
Perusahaan farmasi nasional
3.
Perusahaan jamu asing
4.
Jamu ilegal dan jamu palsu
Strategi S-T
a. Strategi standarisasi kualitas produk
jamu S1,S2,S3,T1,T2,T3,T4 b.
Strategi Goverment To Goverment S1,S2,S3,S4,T1
c. Strategi memerangi jamu palsu T4
Strategi W-T
a. Strategi mendapatkan konsumen
setia W2,T2 b.
Strategi perubahan pandangn negatif tentang jamu Indonesia
W1,T2,T3,T4 c.
Strategi mendapatkan proses pemasaran formal dari
pemerintah W1,W2,T2
Gambar 5.2 Matrik SWOT ¾ Strategi Pemasaran yang Baik
Strategi pemasaran oleh perusahaan sangat penting dalam rangka untuk peningkatan nilai penjualan produk mereka. Hal tersebut juga sangat dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan jamu nasional. Tidak
seperti kebanyakan industri yang lain, mengetahui peta pasar produk-produk jamu, memahami persoalan yang muncul di lapangan, sekaligus berdialog dan bertatap muka langsung dengan para pedagang dan
penjaja jamu gendong merupakan syarat yang harus dilakukan oleh perusahaan-perusahaan jamu nasional.
Strategi pemasaran yang baik adalah seperti melihat kondisi pasar, kondisi produk pesaing dan upaya memperkenalkan produk kita kepada masyarakat, bisa melalui iklan yang lebih menarik perhatian
masyarakat, atau dengan proses kampanye produk ke masyarakat. b.
Strategi S-T
Strategi ini menunjukan bagaimana perusahaan menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk menguasai ancaman. Di bawah ini adalah strategi yang bisa di pakai:
¾ Strategi standarisasi Kualitas Produk Jamu
Proses standarisasi sangat penting untuk produk jamu sekarang ini, hal tersebut untuk membuktikan khasiat jamu tidak beda dengan obat-obatan farmasi. Sebelum jamu dipasarkan, produk jamu harus melalui
uji klinis yang telah ditetapkan oleh badan pengawas obat dan makanan. Selain itu sebelumnya waktu proses produksi, badan POM juga memberikan standarisasi yang berupa CPOTB. Proses standarisasi
tersebut untuk mempermudah ekspor produk jamu ke luar negeri dan membuat masyarakat lebih percaya pada khasiat jamu Indonesia
¾ Strategi Goverment To Goverment
Adanya proteksi yang diberlakukan oleh beberapa negara tujuan ekspor industri jamu Indonesia seperti Thailand dan Malaysia menyebabkan kendala bagi industri jamu untuk mengekspor produk jamu ke
luar negeri. Oleh karena itu perlu adanya campur tangan dari pemerintah dalam hal ini. Pemerintah dapat melaksanakan negosiasi dan lobi antar pemerintah Goverment to Goverment atau G to G kepada negara-
negara tujuan ekspor yaitu dengan melalui perjanjian, produk jamu Indonesia yang telah melewati uji standarisasi dari badan POM tidak perlu melakukan proses standarisasi lagi di negara tersebut. Dengan cara
demikian, produk jamu nasional diharapkan mudah memasuki negara tujuan ekspor karena sudah melalui fitofarmaka dan CPOTB sesuai standar BPOM, Departeman Kesehatan Republik Indonesia.
¾ Strategi Memerangi Jamu Palsu atau Ilegal
Strategi ini dapat dilaksanakan dengan bantuan pemerintah melalui aparat kepolisian. Pemerintah melalui aparat kepolisian diharapkan dapat segera menindaklanjuti laporan tentang adanya perusahaan yang
menghasilkan jamu palsu, dengan memberikan pencekalan tidak boleh berproduksi lagi, dan pelakunya dikenakan hukuman penjara. Sedangkan untuk memerangi adanya jamu ilegal adalah dengan pengetatan
pintu masuk bagi produk luar negeri yang tidak mempunyai dokumen yang sah. c.
Strategi W-O
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada, yaitu:
¾ Strategi Pengetahuan Tentang Jamu
Khasiat jamu asli Indonesia sampai kini masih diakui secara turun temurun. Kendati secara medis, dokter-dokter Indonesia belum berkenan memasukan jamu sebagai resep pengobatan. Untuk mengatasinya
dan sesuai dengan tuntutan konsumen, GPJI telah menjalin kerjasama dengan dengan Universitas Gajah Mada UGM, Yogyakarta membuka pendidikan program diploma 2 D2 dan dengan Universitas Trisakti,
Jakarta membuka program baru khusus mengenai jamu.
Dengan masuknya Jamu ke kampus dan resmi sebagai salah satu jurusan, diharapkan akan merubah pandangan semua pihak terutama dokter akan keampuhan obat tradisional yang menjadi kebanggaan bangsa
Indonesia. Sehingga tidak hanya jamu dapat disejajarkan dengan obat farmasi tetapi jamu dapat dijadikan sebagai metode pengobatan di rumah sakit. Ke depan di negeri ini yang merupakan gudangnya jamu
berkhasit berdiri sebuah rumah sakit yang khusus menggunakan obat-obat tradisional atau jamu dalam pengobatan atau penyembuhan. Karena itulah, para pengusaha jamu asli Indonesia tetap berkomitmen untuk
meningkatkan martabat jamu dengan berbagai upaya yang tidak melanggar norma, etika dan budaya.
¾ Strategi Pengembangan Produk Jamu Menjadi Fitofarmaka
Produk Fitofarmaka merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah
sampai dengan uji klinik pada manusia. Dengan uji klinik akan lebih meyakinkan para profesi medis untuk menggunakan obat herbal di sarana pelayanan kesehatan. Masyarakat juga bisa didorong untuk
menggunakan obat herbal karena manfaatnya jelas dengan pembuktian secara ilimiah , bahan bakunya terdiri dari simplisia atau sediaan galenik yang telah memenuhi persyaratan yang berlaku. Istilah cara
penggunaannya menggunakan pengertian farmakologik seperti diuretik, analgesik, antipiretik dan sebagainya yang telah uji pra klinik dan uji klinik, bahan baku dan produk jadinya telah distandardisasi.
Fitofarmaka harus memenuhi kriteria Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Klaim khasiat harus dibuktikan berdasarkan uji klinik telah dilakukan standardisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam
produk jadi yang memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
d. Strategi W-T