1.Pemilikan  harta  yang  pasti  dan  kepemilkan  penuh.  yaitu  harta  benda  yang akan dizakatkan berada dalam kekuasaan dan dimiliki oleh si pemberi zakat.
2.Berkembang,  yaitu  harta  tersebut  berkembang  baik  secara  alami berdasarkan sunatullah maupun dikarena usaha manusia.
3.Melebihi kebutuhan pokok, yaitu harta yang dizakatkan telah melebihi dari kebutuhan pokok seseorang atau keluarga yang mengeluarkan zakat tersebut
4. Bersih dari utang, yaitu harta yang akan dizakatkan harus bebas dari utang baik kepada Allah nazar maupun utang kepada manusia.
5. Mencapai nishab, yaitu harta tersebut telah mencapai batas jumlah minimal yang wajib dikeluarkan zakatnya.
6.  Mencapai  haul,  yaitu  harta  tersebut  telah  mencapai  waktu  tertentu  untuk dikeluarkan zakatnya, biasanya berlaku setiap satu tahun.
2.2.5 Penerima Zakat
Golongan yang berhak mendapat zakat telah diatur dalam ajaran syariat Islam, yakni ada 8 golongan atau asnaf. Hal ini diatur dalam Al-Quran Surat At-Taubah
ayat 60. Delapan golongan tersebut adalah : a.  Fakir
Menurut mazhab Hanafi yang dimaksud dengan fakir adalah orang yang tidak memiliki apa-apa dibawah nilai nishab menurut hukum zakat yang sah Qardawi,
1999  :  512.  Menurut  Mazhab  Maliki,  Syafi‟i  dan  Hambali  yang  di  maksud dengan fakir adalah mereka  yang tidak mempunyai  harta atau penghasilan layak
dalam memenuhi kebutuhan pokoknya Qardawi, 1999 : 513.
Universitas Sumatera Utara
b.  Miskin Menurut  mazhab  Hanafi  yang  dimaksud  dengan  miskin  ialah  mereka  yang
tidak  memiliki  apa- apa.  Mazhab Maliki, Syafi‟i  dan Hambali berpendapat  yang
dimaksud  dengan  miskin  adalah  yang  mempunyai  harta  atau  penghasilan  tetapi tidak sepenuhnya mencukupi. Qardawi, 1999 : 513
c. Amil
Amil  menurut  Zuhayly  1995  :  282  adalah  orang-orang  yang  bekerja mengumpulkan zakat. Menurut Sayyid Sabiq 1978 : 110 amil adalah orang yang
ditugaskan oleh imam, kepala pemerintahan atau wakilnya untuk mengumpulkan zakat,  pemungut-pemungut  zakat,  para  penyimpan,  dan  yang  mengurus
administrasinya. d.
Muallaf. Muallaf  adalah  orang-orang  yang  diharapkan  kecenderungan  hatinya  atau
keyakinannya  dapat  bertambah  terhadap  Islam  Qardawi,  1999  :  563.  Menurut Sayyid Sabiq  1978 :  113  muallaf adalah golongan  yang diusahakan merangkul
dan menarik serta mengukuhkan hatinya dalam keislaman. e.  Budak.
Budak  yang dimaksud disini adalah para budak Muslim yang telah membuat perjanjian  dengan  tuannya  untuk  dimerdekakan  dan  tidak  memiliki  uang  untuk
membayar  tebusan  atas  diri  mereka  meskipun  mereka  telah  bekerja  keras Zuhayly,  1995  :  285.  Pemberian  zakat  terhadap  budak  adalah  salah  satu  cara
Islam untuk menghapus segala bentuk perbudakan Qardawi, 1999 : 589.
Universitas Sumatera Utara
f.  Gharim atau orang yang memiliki hutang Menurut mazhab Abu Hanifah Gharim adalah orang yang mempunyai hutang,
dan  dia  tidak  memiliki  apa-apa  selain  hutangnya  itu  Zuhayly,  1995  :  287. Sedangkan menurut Imam Malik, Syafi‟i dan Ahmad bahwa orang yang memiliki
hutang  terbagi  kepada  dua  golongan.  Golongan  pertama  adalah  orang  yang mempunyai  hutang  untuk  kemaslahatan  dirinya  sendiri.  Kedua,  orang  yang
mempunyai hutang untuk kemaslahatan masyarakat Qardawi, 1999 : 594. g.  Fi Sabilillah atau orang yang berjuang di Jalan Allah
Sabilillah  menurut  Sayyid  Sabiq  1978  :  122  adalah  jalan  yang menyampaikan  kepada  keridhaan  Allah,  baik  berupa  ilmu,  maupun  amal.
Sedangkan menurut Zuhayly 1995 : 287 yang dimaksud dengan Sabilillah ialah para  pejuang  yang  berperang  di  Jalan  Allah  yang  tidak  digaji  oleh  markas
komando karena yang mereka lakukan hanyalah berperang. h.
Ibnu Sabil atau orang yang sedang dalam perjalanan Ibnu Sabil menurut Zuhayly 1995 : 289 adalah orang orang yang berpergian
musafir  untuk  melaksanakan  suatu  hal  yang  baik  dan  tidak  termasuk  maksiat. Ibnu Zayid dalam Yusuf Qardawi 1999 : 645 berkata bahwa  Ibnu Sabil adalah
musafir, apakah dia kaya atau miskin, apabila mendapat musibah dalam bekalnya, atau hartanya sama sekali tidak ada, atau terkena sesuatu terhadap hartanya, atau
ia  sama  sekali  tidak  memiliki  apa-apa,  maka  dalam  keadaan  demikian  itu  hanya bersifat pasti.
Universitas Sumatera Utara
2.2.6 Manfaat Zakat