SNB Sudut yang digunakan dalam pengukuran Indeks Probabilitas Gramling .1 FMA

suatu koreksi ortodonti karena maloklusi dikoreksi di sepanjang garis oklusal. Dalam penelitian pada 150 maloklusi Klas II didapat bahwa maloklusi Klas II dengan sudut dataran yang tinggi terbukti paling sulit dikoreksi. 3,4,13,18-20 Nilai normal dari garis OCC PL ke garis FH adalah 8°-12° ± 2° pada pasien laki-laki dan perempuan. Kecuraman rata-rata pada OCC PL laki-laki dan perempuan adalah 9° dan 11° Gambar 9. Nilai di atas dan di bawah rentang normal mengindikasikan tingkat kesulitan dalam perawatan. Peningkatan kecuraman OCC PL selama perawatan mengindikasikan kehilangan kontrol vertikal dan kecenderungan untuk memperoleh hasil perawatan yang kurang stabil karena sudut OCC PL menentukan keseimbangan otot, terutama otot-otot mastikasi. 7,13,18-20 Gambar 9. Nilai normal OCC PL 8°-12°±2°. Rata-rata kecuraman OCC PL pada laki-laki 9° dan perempuan 11°. 19

2.7.5 SNB

Sudut kelima yang digunakan dalam Indeks Probabilitas adalah sudut SNB. Sudut ini paling tepat dalam menggambarkan hubungan anteroposterior mandibula terhadap basis kranium anterior Gambar 10. Nilai 78°-82 ° menyatakan posisi Universitas Sumatera Utara anteroposterior mandibula yang normal. Nilai yang kurang dari 74° menyatakan retrognasi mandibula mengindikasikan bahwa bedah ortognati akan menjadi sangat bermanfaat untuk perawatan. 7,13,18-20 Gambar 10. Nilai normal SNB 78°-82°. 19 Gramling melakukan pengelompokan berdasarkan nilai normal masing- masing sudut, dimana jika lebih besar atau pun lebih kecil dari nilai normal akan memberikan prediksi keberhasilan atau kegagalan perawatan. Namun setelah dianalisis sudut-sudut tersebut memiliki nilai prediktif yang rendah dan tidak valid bila masing-masing dinilai secara terpisah. Jika kelima sudut diukur secara bersamaan dan digabungkan maka hasil pengukuran tersebut ditemukan memiliki kemampuan prediktif dalam menentukan apakah suatu kasus sesuai untuk perbaikan Klas II. Dari latar belakang tersebut Gramling memformulasikan suatu Indeks Probabilitas. Yaitu dengan cara menetapkan faktor kesulitan dan diberikan nilai spesifik dari titik-titik untuk setiap variabel dengan tujuan 1 meningkatkan prosedur diagnostik, 2 panduan prosedur perawatan, 3 memprediksi kemungkinan keberhasilan perawatan atau gagal. Hal ini diharapkan indeks akan menjadi nilai yang Universitas Sumatera Utara memisahkan maloklusi Klas II yang membutuhkan prosedur perawatan alternatif dari kasus-kasus yang membutuhkan koreksi bedah untuk mencapai oklusi yang baik. Indeks Probabilitas Gramling menyatakan bahwa kontrol kelima sudut yaitu FMA, ANB, FMIA, OCC PL dan SNB adalah kunci apakah koreksi ortodonti maloklusi Klas II sukses atau gagal. 13 Tabel 1. Indeks Probabilitas Gramling. Faktor kesulitan Hasil sefalometri Indeks Probabilitas FMA 20°-30° 5 ANB 6 atau kurang 15 FMIA 60° atau lebih 2 OOC PL 7° atau kurang 3 SNB 80° atau lebih 5 Total Tabel diatas menunjukkan nilai kisaran dimana keberhasilan perbaikan maloklusi Klas II muncul ketika nilai sudut jatuh pada kisaran tersebut. Nilai rerata untuk keberhasilan perawatan tersebut yaitu FMA harus memiliki nilai 20-30°; ANB 6° atau kurang; OCC PL 7° atau kurang; FMIA 60° atau lebih dan SNB 80° atau lebih. Tabel 2. Kriteria Indeks Probabilitas Gramling. 100 90 – 99 80 - 89 70 – 79 60 – 69 50 tidak mungkin berhasil tanpa bedah sangat buruk buruk sedang baik sangat baik Universitas Sumatera Utara Tabel 3. Contoh perhitungan Indeks Probabilitas Gramling. Faktor kesulitan Hasil sefalometri Indeks Probabilitas FMA 20°-30° 5 35 25 ANB 6 atau kurang 15 8 30 FMIA 60° atau lebih 2 54 12 OOC PL 7° atau kurang 3 10 9 SNB 80° atau lebih 5 75 25 Total 101 Tabel 3 di atas menunjukkan contoh dari pemakaian Indeks Probabilitas untuk sampel maloklusi Klas II. Cara perhitungannya sangat sederhana, jika sudut FMA 35° maka nilai di luar kisaran indeks adalah 5°, kemudian 5° dikalikan dengan 5, maka Indeks Probabilitas untuk FMA adalah 25. Variabel lainnya dikalkulasikan dengan cara yang sama dan dijumlahkan. Pada contoh ini menghasilkan Indeks Probabilitas sebesar 101, artinya kasus maloklusi Klas II ini memiliki nilai 100. Dengan demikian kasus tersebut termasuk dalam kategori prognosis tidak mungkin berhasil tanpa pembedahan Tabel 2. 13 Gramling menyimpulkan Indeks Probabilitas tidak hanya berguna dalam memprediksi hasil perawatan suatu maloklusi Klas II, namun juga bermanfaat dalam mengevaluasi kinerja ortodontis dalam perawatan ortodonti Klas II. Singkatnya, semakin besar pengurangan Indeks Probabilitas dari suatu maloklusi Klas II, semakin baik metode perawatannya. 13 Universitas Sumatera Utara

2.8 Kerangka Teori