- Relasi molar pertama permanen biasanya Klas II.
- Relasi kaninus permanen Klas II.
B. Gambaran Sefalometri Maloklusi Klas II divisi 1
Maloklusi Klas II divisi 1 ditandai dengan posisi mandibula yang lebih posterior retrognasi dan maksila normal atau maksila yang lebih anterior prognasi
atau kombinasi keduanya sedangkan mandibula normal.
18,19
Pertumbuhan maksila berlebihan atau prognasi ditandai dengan sudut SNA yang lebih besar dari 82°. Pada
Klas II, mandibula kurang berkembang atau retrognasi dengan sudut SNB lebih kecil dari 80° dan sudut ANB lebih besar dari 4°. Selain penyimpangan rahang, maloklusi
Klas II divisi 1 memiliki kondisi gigi insisivus yang khas berupa proklinasi insisivus maksila, retroklinasi insisivus mandibula yang dilihat pada pengukuran sudut dan
garis dari I-NA dan I-NB serta sudut interinsisal. Besar sudut I-NA lebih besar dari 22° dan pengukuran linier I-NA memiliki nilai lebih besar dari 4mm. Sedangkan pada
insisivus mandibula sudut I-NB lebih kecil dari 25° serta pengukuran linier I-NB lebih kecil dari 4mm. Sudut interinsisal memiliki nilai lebih kecil dari 130°.
4
2.3.2 Maloklusi Klas II divisi 2
Gambaran maloklusi Klas II divisi 2 yaitu insisivus sentral atas retroklinasi sedangkan insisivus lateral bisa retrokliniasi ataupun proklinasi.
A. Karakteristik gambaran klinis maloklusi Klas II divisi 2
-
Gummy smile.
-
Overjet kecil.
Universitas Sumatera Utara
-
Gigitan dalam.
-
Bibir biasanya kompeten dengan garis bibir bawah yang lebih tinggi.
-
Relasi bibir tertutup.
-
Bentuk lengkung maksila besar dan biasanya berbentuk oval.
-
Bentuk wajah biasanya brachifasial.
-
Profil wajah cenderung lurus sampai sedikit cembung.
B. Gambaran Sefalometri Maloklusi Klas II divisi 2
Maloklusi Klas II divisi 2 memiliki diskrepansi skeletal ringan ditandai dengan sudut FMA yang kecil dan dihubungkan dengan pola pertumbuhan
horizontal. Pada arah vertikal tinggi wajah bagian bawah rendah, sudut nasolabial besar, dan rotasi mandibula berlawanan jarum jam.
5,16
2.4 Penatalaksanaan maloklusi Klas II
Penanganan maloklusi Klas II dapat dilakukan dengan cara modifikasi pertumbuhan yaitu menghambat pertumbuhan maskila dan disaat yang sama
merangsang pertumbuhan mandibula. Perawatan ini hanya dapat dilakukan pada masa pertumbuhan dengan piranti fungsional. Pada pasien dewasa diskrepansi
skeletal dapat dikamuflase dengan pergerakan gigi secara ortodonti dengan atau tanpa pencabutan. Pada kasus dengan diskrepansi yang sangat berat, pilihan perawatan
terbaik adalah kombinasi perawatan ortodonti dengan bedah ortognatik.
5
Kamuflase Maloklusi Klas II dapat dilakukan dalam 2 bentuk:
30
Universitas Sumatera Utara
1. Dengan pencabutan: Pencabutan dibutuhkan untuk retraksi insisivus maksila
yang protrusi. Ini biasanya dicapai dengan pencabutan kedua premolar pertama maksila untuk menggerakkan gigi anterior ke posterior.
20
Keputusan klinisi untuk melakukan pencabutan dalam perawatan ortodonti adalah: adanya crowding, insisivus
yang proklinasi, dibutuhkan perubahan profil wajah, adanya anomali ukuran gigi, pergeseran garis median, overjet yang besar, dan kestabilan hasil perawatan.
21
Pencabutan premolar menyebabkan perubahan profil jaringan lunak, dalam beberapa kasus perubahan ini meningkatkan estetik wajah tetapi di lain pihak hal yang tidak
diinginkan juga dapat terjadi pada wajah.
22
2. Tanpa pencabutan: Dapat dilakukan dengan cara pergeseran gigi di kedua
lengkung yaitu distalisasi gigi geligi maksila dan mesialisasi gigi geligi mandibula. Dalam perawatan dengan pesawat cekat, hal ini dicapai melalui pemakaian headgear,
distal jet maupun alat distalisasi lainnya. Dalam perawatan tanpa pencabutan, dapat juga dibantu dengan pemakaian elastik Klas II. Respons tipikal dari elastik Klas II
atau ekuivalennya, adalah sedikit retraksi lengkung maksila pergeseran lengkung mandibula ke depan, flaring insisivus bawah, elongasi insisivus atas dan molar
bawah serta rotasi bagian anterior searah jarum jam dan bagian posterior berlawanan jarum jam.
4,8
Ada dua masalah utama dengan melakukan hal tersebut, yaitu hasilnya mungkin tidak stabil atau tidak dapat diterima secara estetis. Pertama, menggerakkan
lengkung mandibula ke depan akan menempatkan insisivus dalam posisi tidak stabil, sehingga pasien harus memakai retainer seumur hidup atau akan mudah terjadi relaps.
Universitas Sumatera Utara
Kedua, pergerakan gigi cenderung memperjelas penampilan tak berdagu pasien, karena bibir bawah bergerak ke depan tetapi jaringan lunak dagu biasanya bergerak
ke belakang saat mandibula berotasi ke bawah dan ke belakang. Ketiga, ekstrusi insisivus atas akibat pemakaian elastik Klas II akan menyebabkan rotasi maksila ke
bawah dan ke belakang sehingga mengakibatkan gummy smile
. 3,7,9,20
Berdasarkan alasan tersebut di atas, pemakaian elastik Klas II hampir tidak pernah memberikan hasil yang baik. Selain hasilnya tidak stabil, cara ini gagal
menyamarkan deformitas yang mendasarinya dan dapat menyebabkan deformitas semakin jelas. Penerapan genioplasti untuk menggerakkan dagu ke depan terkadang
diperlukan agar perawatan dapat lebih baik secara estetis.
30
2.5 Indeks Probabilitas Gramling
Indeks adalah sebuah angka atau bilangan yang digunakan sebagai indikator untuk menerangkan suatu keadaan tertentu. Probabilitas adalah kemungkinan.
Dengan menggunakan suatu indeks dapat dinilai beberapa hal yang menyangkut maloklusi, misalnya prevalensi, keparahan maloklusi dan hasil perawatan. Indeks
maloklusi mencatat keadaan maloklusi dalam suatu format kategorik atau numerik sehingga penilaian suatu maloklusi bisa objektif.
5
Merrifield dan Gebbeck 1989 mengemukakan penelitiannya pada perawatan maloklusi Klas II skeletal, bahwa tinggi wajah anterior AFH dan tinggi wajah
posterior PFH berhubungan erat dengan respons mandibula selama perawatan. Respons mandibula menentukan keberhasilan atau kegagalan perawatan maloklusi
Universitas Sumatera Utara
Klas II. Horn 1992 dalam penelitiannya pada perawatan maloklusi Klas II skeletal didapat bahwa tinggi wajah posterior dan tinggi wajah anterior berhubungan dengan
reaksi mandibula yang terjadi selama perawatan. Reaksi mandibula akan mempengaruhi perubahan dimensi vertikal wajah. Oleh karena itu Horn
memperkenalkan indeks tinggi wajah FHI dalam perawatan ortodonti sebagai upaya untuk menetapkan hubungan antara AFH dan PFH. Indeks ini juga dapat
menggambarkan besarnya sudut FMA Frankfort Mandibular Angle yang dapat digunakan untuk membantu perencanaan maupun evaluasi perawatan.
9,13,23,24
Gramling mengumpulkan banyak sampel dari maloklusi Klas II yang berhasil dirawat dan yang tidak berhasil dirawat dan dibandingkan.Tujuannya untuk mencari
suatu metode dalam memprediksi keberhasilan atau kegagalan pada perawatan maloklusi Klas II serta evaluasi hasil perawatan. Gramling mengembangkan suatu
indeks yang dinamakan Indeks Probabilitas yang bertujuan untuk meningkatkan suatu diagnosis dan prognosis serta evaluasi hasil perawatan berdasarkan pada pengamatan
dan perhitungan terperinci dari radiografi sefalometri. Penelitian ini menggunakan lima pengukuran sefalometri kranial dan dental Gambar 3. Lima sudut tersebut
yaitu 1. FMA; 2. ANB; 3. OCC PL; 4. FMIA; 5, SNB.
13-15
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3. Sudut-sudut yang digunakan pada Indeks Probabilitas Gramling
1,5,8
2.6 Titik dan garis yang digunakan pada Indeks Probabilitas Gramling
Beberapa titik yang dijadikan referensi dalam gambaran sefalometri. Titik- titik referensi tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.
4,18-20
- S Sella: titik tengah ruang sella tursika.
- N Nasion: titik paling anterior dari sutura fronto nasalis atau sutura antara
ruang frontal dan tulang nasal. -
Or Orbitale: titik terendah pada tepi rongga mata. -
Po Porion: titik paling superior dari meatus acusticus eksternus . -
titik A Subspinal: titik paling cekung pada kontur premaksila di antara spina nasalis anterior dan gigi insisivus maksila.
- titik B Submentale: titik paling cekung dari lengkung yang dibentuk antara
infra dental dan pogonion. -
Me Menton: titik paling bawah pada dagu.
Universitas Sumatera Utara
- Go Gonion: titik persimpangan antara garis singgung ramus dan korpus
mandibula.
Gambar 4. Titik-titik referensi pada sefalogram lateral yang digunakan pada Indeks
Probabilitas Gramling.
4,18-20
Pada umumnya garis-garis referensi dibuat dengan menghubungkan titik-titik pada gambaran sefalometri lateral. Garis-garis referensi tersebut dapat dilihat pada
Gambar 5.
4,18-20
- Garis basis kranium SN : garis yang menghubungkan Sella dan Nasion
- Garis Frankfort FHP : garis yang menghubungkan Porion dan Orbita.
- Garis Oklusal OCC PL : adalah garis yang melalui oklusi dari gigi molar
pertama dan gigi insisivus maksila dan mandibula. -
Garis mandibula MP : Garis yang menghubungkan Gonion dan Menton.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5. Bidang pada sefalogram Lateral yang digunakan pada Indeks
Probabilitas Gramling.
7,18,19
2.7 Sudut yang digunakan dalam pengukuran Indeks Probabilitas Gramling 2.7.1 FMA
Frankfort - Mandibular Angle
Sudut pertama adalah FMA yaitu sudut yang dibentuk dari perpotongan antara garis Frankfort dan garis mandibula yang dikenal sebagai salah satu kriteria
sefalometri terpenting dalam diagnosis, prognosis dan perencanaan perawatan Gambar 6. Sudut ini mengindikasikan arah pertumbuhan wajah bawah, baik
horizontal dan vertikal.
7
Nilai normal untuk sudut ini adalah 22 ˚ - 28˚. FMA di atas
nilai normal menunjukkan pertumbuhan vertikal yang lebih besar, sementara FMA di bawah nilai normal mengindikasikan pertumbuhan vertikal yang kecil. Sudut ini
merupakan parameter yang baik dari kontrol vertikal selama mekanoterapi sehingga harus diperhatikan dengan baik selama perawatan
. Peningkatan FMA yang terjadi
selama perawatan pada pasien dengan nilai FMA yang sedang sampai besar akan menunjukkan rotasi ke bawah dan ke belakang yang merupakan suatu proses yang
kurang baik dari sistem gaya ortodonti yang tidak terkontrol.
4,7,13
Universitas Sumatera Utara
Gambar 6. FMA Frankfort Mandibular Angle , FMIA Frankfort Mandibular Incisor Angle, IMPA
Incisor Mandibular Plane Angle .
7
2.7.2 ANB