d. Pelaksanaan rapat dan partisipasi dalam pengawasan anak
Pada peran ini hanya dilakukan oleh masyarakat yang merupakan wali murid di MI Selopajang 02, bagi masyarakat yang bukan wali murid
di MI Selopajang 02 hanya ikut pada rapat yang diadakan secara terbuka seperti akan pada saat akan diadakan kegiatan desa yang digabung dengan
kegiatan sekolah. Sedangkan rapat untuk wali murid dilakukan secara rutin yaitu untuk membahas membahas ujian nasional, rapat awal tahun
pada saat penerimaan rapot, rapat membahas ujian untuk kelas 6 , rapat untuk pelaksanaan study tour, rapat perpisahan, atau rapat yang
dikhususkan untuk membahas masukan dari masyarakat. Menurut hasil pengamatan penulis melalui data dokumentasi yang diperoleh dari sekolah
serta didukung oleh pengakuan dari beberapa guru MI Selopajang 02 pada 29 April 2013 kehadiran rapat wali murid dalam setiap rapat yang
diadakan mencapai 95 hanya sedikit yang tidak bisa hadir. Pelaksanaan rapat dikunjungi hampir semua yang diundang.Tetapi,
ketika materi dalam rapat dimulai hanya beberapa orang yang mau berkomentar, sebagian besar dari yang hadir hanya ikut berperan pasif
artinya hanya mendengarkan saja, hal ini disebabkan karena kekurang pahaman mereka terhadap materi yang disampaikan. Temuan lain yang
terungkap pada ternyata lebih sulit memberikan pengertian kepada masyarakat Desa Selopajang Timur dibandingkan meminta bantuan berupa
dana meskipun mereka dari golongan ekonomi menengah ke bawah, kesulitan ekonomi masih bisa mereka atasi dibandingkan mengajak
mereka untuk memahami program sekolah atau berkaitan dengan pemikiran. Ketika mereka tidak mempunyai uang mereka akan berusaha
untuk mengusahakannya demi membantu sekolah berbeda dengan ketika mereka diikutkan dalam rapat membahas masukan atau rencana ke depan
program sekolah mereka cenderung banyak yang pasif. Selanjutnya berkaitan dengan peran dalam ikut membantu
mengawasi anak masing-masing. Berdasarkan hasil penelitian peran ini masih dilakukan oleh beberapa wali murid khususnya karena bagi
masyarakat Desa Selopajang Timur yang bukan merupakan wali murid hanya ikut mengawasi jalannya pembelajaran di sekolah yaitu ketika
terjadi ketidaktepatan terhadap pelaksanaan pendidikan masyarakat berhak memberikan kritikan dan masukan terhadap sekolah. Meskipun menurut
pengakuan beberapa masyarakat lihat lampiran halaman 112-120 poin 11 ketika mereka melihat suatu ketidak tepatan dalam pelaksanaan
pembelajaran masyarakat tidak menyampaikan secara langsung dengan sekolah tetapi disampaikan melalui komite atau bahkan ada sebagian dari
mereka yang memilih untuk mengkritik hanya dibelakang saja. Berbeda dengan masyarakat yang merupakan wali murid di MI
Selopajang 02 yang mengatakan Kusniah 29th, Jupri 55th, Ziadatun 29th pada 1-5 Mei 2013, pernah datang ke Sekolah untuk kepentingan
berkonsultasi kepada guru seputar masalah anaknya, beberapa kasus yang dilaporkan yaitu tidak mau memotong rambut yang panjang, nilai rapot
menurun, berkelahi dengan teman baik di rumah atau disekolah.
Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa dalam memberikan kritikan untuk proses belajar mengajar wali murid lebih berperan
dibandingkan dengan masyarakat Desa Selopajang Timur yang bukan merupakan wali murid di MI Selopajang 02. Hal ini membenarkan bahwa
orang tua di lingkungan Desa Selopajang Timur menganggap guru lebih mempunyai potensi dalam memberikan arahan kepada anaknya
dibandingkan dirinya sendiri, antusias terhadap keberadaan sekolah di desa mereka masih tinggi sehingga guru mempunyai kedudukan guru
dipandang tinggi dimasyarakat. Dapat dilihat meskipun dalam uraian di atas kasus yang dilaporkan tergolong ringan tetapi kasus semacam ini
merupakan masalah yang harus diatasi karena jika dibiarkan dapat memberi pengaruh buruk pada masa depan mereka. Berkelahi merupakan
bentuk kurang baiknya hubungan sosial antara anak tersebut dengan temannya sedangkan kerapian juga diperlukan demi tercapainya aturan
yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah, tidak kalah penting yaitu menyangkut dengan nilai karena nilai rapot dapat menentukan kepentingan
dalam melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Terbentuknya suatu pendidikan yang seimbang dengan masyarakat
diperlukan kerja sama antara sekolah dengan masyarakat sebagai contoh yaitu memulai hal dari yang terkecil seperti yang telah diuraikan di atas.
Masyarakat sudah mau membantu kelangsungan proses belajar mengajar di sekolah begitu juga sebaliknya sekolah menanggapi peran yang
diberikan oleh masyrakat dengan memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat yang bersangkutan.
e. Peran berupa tenaga