Memberikan sarana dan prasarana sekolah

Sekolah. Hasil dari kegiatan ini nantinya dikumpulkan menjadi tambahan kas yang akan digunakan untuk keperluan apabila ada hal yang mendesak seperti menjenguk siswa yang sakit, layat dan sebagainya. kegiatan ini bertujuan sebagai sarana dalam menjalin hubungan antara masyarakat dengan sekolah agar semakin baik, kegiatan amal ini sudah dilakukan cukup lama dan sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat Desa Selopajang Timur untuk mengirimkan do’a bagi anggota keluarganya yang sudah meninggal setiap hari Jum’at Kliwon.

b. Memberikan sarana dan prasarana sekolah

Berkaitan dengan peran masyarakat dalam ikut menyediakan sarana dan parsarana sekolah terdiri dari beberapa macam yaitu, menyediakan tempat pembelajaran, membelikan alat musik rebana, membantu membelikan drum band, menyediakan alat dan melatih kesenian kuda lumping, dan bantuan lain masyarakat membantu dalam pembangunan gedung perpustakaan sekolah. 1. Penyediaan tempat pembelajaran Penyediaan tempat pembelajaran dilakukan pada saat MI Selopajang 02 mendapat bantuan dari pemerintah yang digunakan untuk merenovasi kelas 6 dan kantor sekolah, berdasarkan wawancara dengan masyarakat Desa Selopajang Timur Darwati 37th, Sayani 52th, Abdurrohman 55th, Badriyah 45th yang dibenarkan oleh guru MI Selopajang 02 yaitu waluyo 31th pada wawancara 29 April 2013 peran seperti ini sudah diberikan oleh masyarakat sejak MI ini di bangun, karena pada saat itu sekolah belum mempunyai gedung untuk proses pembelajarana. Hingga saat ini warga masih berperan dalam menyediakan tempat pembelajaran jika sekolah membutuhkan, masyarakat tidak keberatan untuk meminjamkan rumah mereka sebagai tempat pembelajaran. Pada saat kelas 1 dan 6 masih dalam perbaikan sehingga kelas 1 sementara dipakai untuk kantor sekolah. Sekolah menggunakan rumah warga untuk tempat pembelajaran sementara selama kurang lebih 2 bulan sampai kelas tersebut selesai diperbaiki. 2. Memberikan bantuan untuk Ekstrakurikuler Pada mulanya Sekolah ini hanya mempunyai ekstrakurikuler pramuka yang dilaksanakan setiap hari Jum’at. Kemudian muncul usul dari masyarakat yang disampaikan melalui komite sekolah usul tersebut berisi tentang maksud masyarakat untuk memberikan alat musik rebana kepada MI Selopajang 02 sebagai alat pembelajaran baru. masyarakat meminta tolong kepada guru MI agar bersedia untuk melatih anak-anak. Kemudian usul tersebut mendapat tanggapan baik dari pihak sekolah, Sekolah menerima dan bersedia untuk melatih anak-anak dalam belajar memainkan rebana. Bantuan ini diberikan oleh masyarakat dalam bentuk alat musik langsung yang diberikan oleh perwakilan masyarakat kepada sekolah. Hal ini diutarakan oleh beberapa masyarakat Desa Selopajang Timur yaitu Sayidin 55th, Mujah 40 th, Sayani 52th bahwa masyarakat memberikan alat rebana yang merupakan milik Desa Selopajang Timur sehingga masyarakat tidak mengeluarkan biaya lagi untuk membeli alat tersebut, alat ini diberikan ke sekolah karena untuk rebana desa sudah mempunyai alat yang baru. Upaya masyarakat dalam ikut membantu memberikan sarana pembelajaran yang baru kepada MI Selopajang 02 tidak sia-sia, karena sekarang rebana di MI Selopajang 02 sudah mulai mempunyai nama dalam berbagai lomba rebana yang diikuti. Bahkan sering ketika ada acara di desa, tetangga desa, kecamatan dan sekitarnya rebana MI ikut diundang untuk mengisi acara. Gambar 2. Ekstrakurikuler drum band yang dimiliki oleh MI Selopajang 02 Sumber : Dokumentasi pribadi, 11 Mei 2013 Keberhasilan dari perwujudan ide yang diberikan masyarakat membuat masyarakat menjadi terinspirasi kembali untuk memberikan ide-ide baru. Sehingga muncullah ide baru dari masyarakat untuk membentuk sebuah grup drum band yang disampaikan wali murid pada saat rapat wali murid yang ternyata juga merupakan usul dari masyarakat Dukuh Blumbang dan Dukuh Jetak yang bukan hanya wali murid di MI Selopajang 02. Berberdasarkan hasil wawancara dengan Mujah 40th, Sayani 52th, Darwati 37th, Ayali 65th yang dikuatkan oleh Anshori 35th Kepala Desa Selopajang Timur lihat lampiran halaman 106 poin 9 Pada saat usul ini tertunda karena adanya keterbatasan dana mengingat alat drum band terbilang mahal, usul ini dapat diwujudkan dengan jalan bantuan dari masyarakat yang rela tidak menerima beras bantuan dari pemerintah selama 3 bulan berturut-turut. Masyarakat yang ikut membantu dalam pembelian alat drum band ini adalah masyarakat Dukuh Blumbang dan Dukuh Jetak yang berjumlah 310 orang dengan per orang memberikan swadaya beras 6 kg setiap bulan atau senilai Rp 12.000,00. Dari dana yang terkumpul tersebut masih kurang sehingga untuk kekurangannya ditanggung oleh MI Selopajang 02 dan komite sekolahnya. Dengan bantuan dari masyarakat tersebut sekarang ekstra ini sudah dilaksanakan setiap 2 minggu sekali yaitu hari Sabtu. Kesenian kuda lumping yang di miliki MI Selopajang 02 juga merupakan sumbangan yang diberikan masyarakat kepada sekolah berbeda dengan ekstra yang lain, ekstra ini selain yang memberikan alat adalah masyarakat, masyarakat juga yang melatih siswa MI Selopajang 02 dalam memainkannya. Menurut pengakuan beberapa masyarakat Desa Selopajang Timur yaitu Sayani 55th, Mujah 40th yang dibenarkan oleh Sayidin 55th pemilik alat kesenian kuda lumping, ekstra ini dimulai dengan usul yang diberikan oleh masyarakat Sayidin pemilik kesenian kuda lumping yang mengutarakan niatnya untuk melatih anak- anak melalui komite sekolah. Ide ini diterima oleh sekolah dan sepakat dimasukan sebagai ekstrakurikuler di MI Selopajang 02 yang dilakukan setiap 2 minggu sekali karena dilakukan bergantian dengan ekstra drum band. Adanya ekstra kuda lumping ini pihak sekolah tidak mengeluarkan biaya sedikitpun, sekolah hanya diminta untuk mengawasi dalam kaitannya dengan pelaksanaan ekstra ini. 3. Membangun gedung perpustakaan Rasanya kurang lengkap jika sekolah tidak mempunyai gedung perpustakaan begitu juga dengan yang dirasakan oleh masyarakat Desa Selopajang Timur. Setelah membantu melengkapi fasilitas untuk kegiatan ekstra, masyarakat memberikan bantuan untuk pembangunan gedung perpustakaan sekolah yang dilakukan dengan cara memberikan iuran seikhlasnya sesuai dengan kemampuan masing-masing dengan batas minimal per orang Rp 25.0000,00 untuk membantu pembangunan gedung perpustakaan sekolah, iuran ini dikumpulkan kepada komite sekolah. peran ini dilakukan berdasarkan kemauan masyarakat sendiri hal ini dapat dijelaskan berdasarkan hasil wawancara dengan Darwati 37th, Mujah 40th, Sayidin 55th, Sayani 52th, yang dikuatkan oleh Anshori 35th. Menurut hasil penelitian ternyata ketika usul dari masyarakat untuk membuat gedung perpustakaan disampaikan, sekolah baru saja memperoleh bantuan dari pemerintah namun sudah digunakan untuk merenovasi 1 unit kelas lagi pada tahun 2012 kemarin. Akibatnya dana untuk membangun gedung perpustakaan belum ada, memang masyarakat besedia memberikan swadaya untuk pembangunan perpustakaan tersebut tetapi pihak sekolah tidak mau terlalu membebani masyarakat yang sudah diketahui mempunyai kondisi ekonomi yang masih terbilang kurang. Adanya peristiwa ini membuat salah satu dari komite sekolah rela menjual pohon sengonnya sebagai dana untuk membantu masyarakat dalam membangun gedung perpustakaan tersebut. Berkat bantuan dari masyarakat, komite dan dibantu sekolah sekarang gedung perpustakaan sudah digunakan meskipun buku yang ada belum begitu lengkap.

c. Menyediakan konsumsi bagi guru