Signifikansi dan Keunikan Penelitian

18 Berdasarkan pemaparan di atas, penelitian dilakukan untuk melihat bagaimana gambaran proses grieving dan gambaran penerimaan diri pada diri ibu rumah tangga berstatus HIV positif, serta kaitan antar kedua aspek tersebut pada ibu rumah tangga dengan status HIV positif yang tertular melalui suaminya. B. Fokus Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penelitian ini akan difokuskan pada fenomena ibu rumah tangga berstatus HIV positif yang tertular oleh suaminya, untuk kemudian akan dilihat bagaimana proses grieving yang dilalui dan bagaimana penerimaan diri pada diri ibu rumah tangga berstatus HIV positif.

C. Signifikansi dan Keunikan Penelitian

Beberapa penelitian mengenai proses grieving telah dilakukan di Indonesia baik dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif maupun kualitatif, namun penelitian yang telah ada lebih berfokus pada proses grieving yang dialami terkait kondisi anggota keluarga seperti kematian dan penyakit. Crump 2001 menyatakan bahwa kondisi grieving tidak hanya terjadi karena kondisi anggota keluarga ataupun orang terdekat, namun dapat pula disebabkan oleh kondisi ataupun perubahan pada diri sendiri. Penelitian yang membahas secara spesifik konteks proses grieving pada individu yang mengalami perubahan pada diri sendiri, masih sangat sedikit atau bahkan belum pernah ditemukan. Salah satu penelitian mengenai proses grieving dilakukan oleh Salim 2013, yang melakukan penelitian terkait proses berduka proses grieving akibat kematian orang yang dicintai yang dialami oleh lansia di kabupaten Ngada. Proses kedukaan yang dialami oleh responden meliputi depresi, marah, tawar-menawar, dan mengingkari. Gambaran proses depresi yang 19 teridentifikasi adalah putus asa, perasaan kesepian, dan kesedihan. Gambaran proses marah yang teridentifikasi adalah memproyeksikan kemarahan pada diri sendiri atau lainnya. Gambaran proses tawar-menawar yang teridentifikasi adalah mempunyai keinginan untuk merubah apa yang sudah terjadi. Gambaran proses mengingkari yang teridentifikasi adalah menolak mempercayai bahwa kehilangan terjadi secara nyata. Penelitian yang melihat tentang grieving yang dialami individu dengan status HIV positif masih sangat terbatas. Peters 2013 melakukan sebuah penelitian dengan menggunakan metode studi literatur terhadap fenomena grieving pada individu dengan HIV. Penelitian ini menemukan bahwa individu yang hidup dengan HIV wajar mengalami proses grieving dalam bentuk yang rumit dan waktu yang panjang. Proses grieving membutuhkan dukungan sosial dari lingkungan serta dukungan spiritual yang efektif. Prinsip yang harus dikembangkan para praktisi adalah empati dan berpusat pada individu dengan HIV. Individu harus diberi kesempatan dalam bercerita tanpa penghakiman, prasangka serta diskriminasi. Terkait topik penerimaan diri, adapun beberapa penelitian yang ditemukan adalah : 1. Evitasari 2014, mengenai proses penerimaan diri remaja tunarungu berprestasi. Hasil dari penelitian menemukan bahwa menunjukkan bahwa terdapat tiga fase penerimaan diri yang dialami oleh remaja tunarungu berprestasi, yaitu fase awal, fase konflik, dan fase menerima. Fase awal merupakan fase individu memperoleh kondisi tunarungu. Fase konflik adalah fase timbulnya permasalahan pada individu yang mulai berdamai dengan kondisi difabel individu karena kondisi tunarungu. Fase menerima adalah fase individu mulai memahami dan menerima kondisi diri secara utuh. Individu 20 selanjutnya mengalami perubahan ke arah yang lebih positif dan mulai melakukan penyesuaian pada lingkungan sekitar, serta mulai merencanakan masa depan hingga keberhasilan meraih salah satu impian yang dimiliki. 2. Ardilla dan Herdiana 2013, mengenai dinamika penerimaan diri pada narapidana perempuan. Hasil penelitian ini menemukan bahwa dinamika penerimaan diri pada narapidana perempuan bergantung pada faktor yang menjadi pendukung dari penerimaan diri yakni adanya pandangan diri yang positif, dukungan keluarga terdekat yang diberikan secara konsisten adanya sikap menyenangkan dari lingkungan baru, dalam hal ini adalah lingkungan di dalam lapas, serta kemampuan social skill yang baik pada narapidana perempuan membuat seorang narapidana perempuan dapat menjadikan pengalaman negatifnya menjadi pelajaran positif dalam hidupnya. Penelitian yang mengkaji tentang penerimaan diri pada ibu rumah tangga yang berstatus HIV positif yang tertular melalui suaminya masih sangat terbatas. Putri 2014 meneliti penerimaan diri pada perempuan Bali yang positif terinfeksi HIV- AIDS. Penelitian ini menemukan bahwa terdapat 9 gambaran penerimaan diri pada perempuan Bali yang positif terinfeksi HIV-AIDS yaitu bersyukur, optimis, dan melakukan yang terbaik, menghargai diri sendiri, pembuktian diri, memiliki hak dan merasa sejajar dengan orang lain, tidak ingin diperlakukan berbeda, ingin membantu serta dapat berbagi dengan orang lain, introspeksi diri, mendekatkan diri dengan Tuhan. Penelitian yang dilakukan sama-sama menjadikan individu dengan jenis kelamin perempuan yang berstatus HIV positif sebagai responden penelitian, akan tetapi penelitian yang dilakukan tidak secara spesifik meneliti responden dengan latar 21 belakang sebagai seorang ibu rumah tangga serta faktor penularan HIV yang terjadi pada diri responden. Terkait dengan responden ibu rumah tangga yang berstatus HIV positif, beberapa penelitian yang telah dilakukan di Indonesia adalah : 1. Dalimoenthe 2011, mengenai kajian sosiologi feminis terkait fenomena peningkatan jumlah HIV-AIDS pada kalangan ibu rumah tangga. Hasil dari penelitian ini adalah kalangan ibu rumah tangga terinfeksi HIV-AIDS dari suaminya yang melakukan penyimpangan sosial, baik karena sering berganti- ganti pasangan atau karena pecandu narkoba suntik. Terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah HIV-AIDS pada kalangan ibu rumah tangga yakni, faktor biologis, sosio-kultural, dan ekonomi. Faktor biologis yang menyebabkan ibu rumah tangga rentan terinfeksi HIV-AIDS karena struktur dalam vagina memiliki banyak lipatan yang membuat permukaan menjadi luas dan dinding vagina sendiri memiliki lapisan tipis yang mudah terluka. Anatomi ini memudahkan air mani yang mengandung HIV akan bertahan lebih lama dalam rongga vagina, sehingga memungkinkan terjadinya penularan. Faktor kedua yakni sosio-kultural yang disebabkan oleh budaya patriarki di Indonesia yang sangat kental sehingga kedudukan ibu rumah tangga di mata suami sangat lemah. Lebih lanjut, ibu rumah tangga tidak mampu menolak hubungan seksual dengan pasangannya. Faktor ekonomi, bahwa seorang ibu rumah tangga mengalami ketergantungan secara ekonomi kepada suami yang sekaligus menjadi tulang punggung keluarga, yang menjadikan lemahnya daya tawar yang dimiliki ibu rumah tangga terhadap suami. 22 2. Yulianti dan Wahyudi 2014, mengenai self compassion pada ibu rumah tangga yang berstatus HIV positif di kelurahan X, kota Bandung. Hasil penelitian ini menemukan bahwa sebesar 67 dari total responden memiliki self compassion yang tinggi, sedangkan 33 dari total responden memiliki self compassion yang rendah. Tolok ukur tinggi-rendahnya self compassion dilihat berdasarkan tiga aspek, yakni : self kindness-self judgement, common humanity-isolation, dan mindfulness-over identification. 3. Riasnugrahaini 2011, mengenai forgiveness pada perempuan dengan HIV- AIDS yang terinfeksi melalui suaminya. Hasil penelitian menemukan bahwa ibu rumah tangga yang terinfeksi HIV-AIDS dari suaminya telah mampu mempraktekkan forgiveness dalam kehidupannya. Forgiveness yang dimiliki cenderung dinilai dalam tiga prinsip yakni : forgiveness as l awful expectational forgiveness memaafkan karena sesuai dengan harapan dari falsafah hidup dan agama, forgiveness as social harmony memaafkan untuk memulihkan hubungan baik, dan expectational forgiveness memaafkan karena offender berpikir bahwa memaafkan harus dilakukan, meskipun masih terdapat ketidaknyamanan pada diri ibu rumah tangga yang terinfeksi HIV-AIDS dari suaminya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran proses grieving dan penerimaan diri serta hubungan dari proses grieving dan penerimaan diri pada ibu rumah tangga dengan status HIV positif. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Maciejewski, dkk. 2007 menemukan bahwa terdapat hubungan dengan sifat berbanding terbalik antara proses grieving dan penerimaan diri. Penerimaan diri dapat 23 meningkat apabila kondisi disbelief, yearning, anger, dan depression dalam tahapan grieving menurun. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dipaparkan di atas, dapat dilihat bahwa penelitian yang spesifik mengkaji proses grieving dan penerimaan diri pada ibu rumah tangga yang berstatus HIV positif yang tertular dari suaminya belum pernah dilakukan. Penelitian yang ada lebih berfokus pada salah satu variabel baik proses grieving atau penerimaan diri saja, sehingga belum ada penelitian yang mampu melihat kedua varibel serta melihat kaitan antara keduanya. Masih sedikit penelitian yang secara spesifik membahas faktor penularan HIV-AIDS melalui hubungan heteroseksual dengan pasangan suami atau istri, khususnya fenomena HIV pada ibu rumah tangga yang tertular HIV dari suaminya. Penelitian ini penting untuk dilakukan mengingat di Indonesia sendiri masih sedikit penelitian yang tertarik untuk meneliti ibu rumah tangga berstatus HIV positif yang tertular melalui suaminya. Berdasarkan pemaparan diatas, keaslian dari penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan.

D. Tujuan Penelitian