36
Individu yang sehat secara psikologis dan yang dapat digolongkan sebagai individu yang menerima diri adalah individu yang bersikap terbuka terhadap setiap
pengalaman serta mampu menerima setiap kritikan dan masukan dari orang lain. Seperti dikemukakan oleh Jourand dalam Hurlock, 1973 terdapat dua hal penting
dalam penerimaan diri individu, yaitu kemampuan individu menjalankan peran dan mendapatkan kepuasan dari peran yang dimiliki serta berperan sesuai norma yang
berlaku. Penerimaan diri merupakan kondisi individu yang mampu memandang diri
secara positif serta ketiadaan sikap pasrah yang berkaitan dengan kondisi yang dialami. Individu yang memiliki penerimaan diri juga tidak menyesali kehidupan masa lalu
yang merupakan penyebab dari kondisi yang dihadapi saat ini. Ketika individu mampu mencapai penerimaan diri yang efektif, maka melahirkan suatu kondisi kesejahteraan
psikologis.
2. Proses Penerimaan Diri
Proses seorang individu untuk dapat menerima diri tidak dapat muncul begitu saja, melainkan terjadi melalui serangkaian proses yang terjadi secara bertahap.
Menurut Germer 2009, proses penerimaan diri terjadi dalam lima tahap, antara lain: a. Tahap Keengganan
Pertama-tama, reaksi naluriah seorang individu jika dihadapkan dengan perasaan tidak menyenangkan uncomfortable feeling adalah menghindar,
contohnya individu memalingkan pandangan saat melihat adanya pemandangan yang tidak menyenangkan. Bentuk keengganan dapat
ditunjukkan dengan sejumlah cara seperti melakukan pertahanan, perlawanan, atau perenungan Germer, 2009. Reaksi ini merupakan bentuk mekanisme
37
pertahanan, yang mana individu berusaha menghindari kecemasan dan implikasi yang timbul dari kondisi penyakit Livneh dan Antonak, dalam
Evitasari, 2014. Menurut Taylor 2009 individu akan mengembangkan keengganan ataupun penolakan walaupun telah memiliki kesadaran terkait
realitas yang dialami. Taylor 2009 menambahkan bahwa penyangkalan merupakan bentuk pertahanan diri yang primitif dan biasanya tidak pernah
berhasil, karena hanya berfungsi sesaat dan menimbulkan kecemasan. Contoh dari tahap keengganan adalah ketika individu kehilangan benda
berharga, pada kesempatan lain individu tidak mau melihat barang seperti miliknya yang telah hilang. Pada akhirnya individu berpikir bahwa kehilangan
benda adalah hal wajar dan individu harus mencari benda yang hilang. Tahap keengganan merupakan kondisi mengelak terhadap konsekuensi
negatif setelah individu menanamkan komitmen untuk menerima diri sebagaimana adanya. Pengelakan terjadi hanya sementara dan dapat berubah
sesuai kondisi masing-masing individu. b. Tahap Keingintahuan
Setelah melewati masa keengganan, individu akan mengalami adanya rasa keingintahuan terhadap permasalahan dan situasi yang dihadapi sehingga
menimbulkan keinginan mempelajari lebih lanjut mengenai permasalahan yang dihadapi walaupun dapat membuat individu merasa cemas Germer,
2009. Menurut Bastaman 1996, dalam upaya individu untuk mengembangkan penerimaan diri, hal utama yang harus dimiliki adalah
pemahaman individu terhadap kondisi diri sendiri. Bastaman 1996 menambahkan bahwa pemahaman diri merupakan peningkatan kesadaran atas
38
kondisi diri saat ini dan adanya keinginan yang kuat untuk melakukan perubahan ke arah kondisi yang lebih baik, yang didahului dengan adanya
keinginan untuk mengetahui kondisi diri. Keingintahuan yang dimiliki terkait pada aspek yang merupakan kekurangan dan kelebihan pada diri individu
berdasarkan kondisi yang dialami. Contoh dari tahap keingintahuan adalah ketika individu kehilangan
benda berharga, individu akan mencari benda yang hilang ke tempat-tempat yang disinggahi sebelumnya, individu dapat pula bertanya kepada orang-orang
di sekitarnya mengenai keberadaan benda yang dimiliki. Tahap keingintahuan merupakan kondisi individu mengalami dan
mengembangkan keingintahuan sebagai akibat dari kondisi perubahan dengan tujuan untuk mengembangkan pemahaman akan diri, serta dalam tahap
keingintahuan individu melakukan sejumlah cara tertentu guna mengakomodir rasa keingintahuan tersebut.
c. Tahap Toleransi Pada tahap ketiga ini, individu akan menahan perasaan tidak
menyenangkan yang dirasakan sambil berharap hal perasaan negatif akan hilang dengan sendirinya Germer, 2009. Allport dalam Hjelle Zeigler,
1992 menemukan bahwa individu yang mau menerima diri secara utuh adalah individu yang memiliki sikap toleransi terhadap hal negatif yang mungkin
terjadi sebagai dampak dari kondisi yang dihadapi. Allport dalam Hjelle Zeigler, 1992 menambahkan bahwa dengan adanya sikap toleransi
menyebabkan individu lebih lanjut mampu mengatur kondisi diri secara aktif sehingga dapat dengan mudah beradaptasi.
39
Contoh dari tahap toleransi ini adalah ketika individu kehilangan benda berharga, individu menganggap bahwa hal wajar merasakan kesedihan dan
kekecewaan. Perasaan negatif dinilai tidak permanen dan akan hilang dengan berjalannya waktu.
Tahap toleransi merupakan kondisi individu menahan perasaan tidak menyenangkan sebagai dampak dari perubahan yang membutuhkan adanya
sikap toleransi. d. Tahap Pembiaran
Setelah melalui proses bertahan akan perasaan tidak menyenangkan telah selesai, individu akan mulai membiarkan perasaan negatif datang dan
pergi begitu saja. Individu secara terbuka membiarkan perasaan itu mengalir dengan sendirinya Germer, 2009. Pada tahap ini individu telah mencapai
stabilitas dalam bereaksi dalam setiap kondisi perubahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Hurlock 1973 bahwa salah satu hal yang memengaruhi penerimaan
diri adalah stabilitas individu dalam memandang kondisi kehidupan secara objektif.
Contoh dari tahapan pembiaran ini adalah ketika individu kehilangan benda berharga dan melihat teman yang memiliki benda serupa. Individu wajar
merasakan kesedihan, akan tetapi tidak membiarkan perasaan negatif berlarut- larut bahkan memengaruhi hubungan individu dengan teman yang memiliki
benda serupa. Tahap pembiaran merupakan kondisi individu yang mampu bertahan
secara konsisten dan stabil saat berhadapan dengan perasaan tidak menyenangkan sebagai dampak dari perubahan.
40
e. Tahap Persahabatan Seiring dengan berjalannya waktu, individu akan mulai bangkit dari
perasaan tidak menyenangkan yang dimiliki sebelumnya dan mencoba untuk dapat memberi penilaian atas kesulitan yang dihadapi secara objektif Germer,
2009. Menurut Hurlock 1973 bahwa individu yang telah mencapai penerimaan diri dapat mengembangkan penilaian diri secara kritis terkait
kondisi yang dialami. Germer 2009 menambahkan bahwa individu yang telah mencapai penerimaan diri akan mengembangkan rasa bersyukur atas manfaat
yang didapatkan berdasarkan situasi ataupun emosi yang hadir Germer, 2009. Contoh dari tahap persahabatan ini adalah ketika individu kehilangan
benda berharga, individu menyadari bahwa kehilangan adalah hal wajar yang terjadi dalam hidup dan mampu mengevaluasi diri tentang kecerobohan yang
telah dilakukan. Pada kesempatan yang lain, individu akan berusaha lebih teliti dan hati-hati.
Tahap persahabatan merupakan kondisi dimana individu pada akhirnya mampu bersahabat dengan segala dampak baik ataupun buruk dari perubahan
yang terjadi dan mampu hidup serta berdaya atas perubahan yang terjadi, dan kemudian mampu melakukan penilaian atas kondisi diri sendiri,
Proses penerimaan diri terdiri dari lima tahapan yakni tahap keengganan, keingintahuan, toleransi, pembiaran, dan persahabatan. Ketika individu berhasil
melalui tahapan penerimaan diri maka mampu melahirkan kondisi penerimaan diri yang efektif, Menurut Sheere dalam Cronbach, 1963, terdapat lima karakteristik
individu yang memiliki penerimaan diri yang efektif, yakni :
41
a. Mempunyai keyakinan
akan kemampuannya
untuk menghadapi
kehidupannya. b. Menganggap diri berharga sebagai seorang manusia yang sederajat
dengan orang lain. c. Berani memikul tanggung jawab terhadap perilakunya.
d. Menerima pujian dan celaan secara objektif. e. Tidak menyalahkan diri sendiri akan keterbatasan yang dimiliki ataupun
mengingkari kelebihannya. Proses penerimaan diri merupakan proses yang bersifat berkelanjutan atau
kontinyu B. White, 2011. B. White 2011 menambahkan dalam proses penerimaan diri terjadi perubahan persepsi individu tentang kondisi yang dimiliki terkait tiga aspek
penting, yakni tubuh yang menciptakan kesehatan, perubahan pemikiran hingga masalah emosional yang terselesaikan.
Proses penerimaan diri merupakan proses berkelanjutan yang terdiri dari tahapan keengganan, keingintahuan, toleransi, pembiaran, dan persahabatan. Dalam
proses individu menumbuhkan penerimaan diri, dimungkinkan terjadinya serangkaian perubahan persepsi atas kondisi yang dialami. Pada tahapan persahabatan, individu
mampu secara utuh bersahabat akan kondisi yang dihadapi bahkan mampu menilai manfaat dan perubahan positif pada diri.
42
3. Faktor-Faktor yang Mendukung Penerimaan Diri