1
Arihdya Caesar Pratikta,2013 Efektivitas Problem Solving Training Untuk Mereduksi Kecenderungan Adiksi Situs Jejaring Sosial
Pada Peserta Didik Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Tiga Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 20132014
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Perkembangan teknologi yang semakin cepat membuat internet terus berkembang dan tersebar ke segenap elemen lapisan masyarakat Winarto, 2012:
Online. Berdasarkan data theultralinx.com, pengguna internet di seluruh dunia meningkat hingga tujuh persen atau 2,1 miliar dalam satu dasawarsa terakhir
Setiawan, 2012: Online. Situs jejaring sosial merupakan situs yang paling diminati pengguna
internet di seluruh dunia Cam Isbulan, 2012: 14. Berdasarkan data comstore.com, pengguna situs jejaring sosial mencapai 1,2 miliar atau 85 dari
seluruh pengguna internet pada tahun 2011. Selain itu, situs jejaring sosial juga mengalahkan penggunaan email yang hanya memiliki 916 juta pengguna atau
65 dari seluruh pengguna internet Aquino, 2011: Online. Situs jejaring sosial adalah salah satu jenis komunikasi virtual yang membantu individu terhubung
dengan orang lain. Situs jejaring sosial yang paling populer dan memiliki pengguna paling banyak di seluruh dunia adalah Facebook dan Twitter Das
Sahoo, 2011: 222. Menurut data Socialbakers 2013: Online, pengguna Facebook di seluruh
dunia sebanyak 981.101.800 pengguna. Indonesia merupakan negara pengguna Facebook terbesar keempat di dunia dengan 50.583.320 pengguna dan sebagian
besar penggunanya adalah usia remaja. Rentang usia 18-24 tahun merupakan rentang usia yang paling banyak menggunakan Facebook yaitu 43 21.830.300
dari pengguna Facebook di Indonesia. Disusul rentang usia 25-34 dengan 22 pengguna lalu rentang usia 16-17 tahun sebesar 14 pengguna dan rentang usia
13-15 tahun sebanyak 10 pengguna. Usia di atas 35 tahun memiliki pengguna sebanyak 10 dari total pengguna Facebook di Indonesia.
Arihdya Caesar Pratikta,2013 Efektivitas Problem Solving Training Untuk Mereduksi Kecenderungan Adiksi Situs Jejaring Sosial
Pada Peserta Didik Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Tiga Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 20132014
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Selanjutnya menurut data Semiocast 2012: Online, pengguna Twitter di seluruh dunia sebanyak 517 juta pengguna. Indonesia merupakan negara
pengguna Twitter terbesar kelima di dunia dengan 29,4 juta pengguna. Sebagian besar pengguna Twitter di seluruh dunia adalah usia remaja. Berdasarkan data
Beevolve 2012: Online, rentang usia 15-25 tahun merupakan rentang usia yang paling banyak menggunakan Twitter yaitu 73,7 dari pengguna Twitter di
seluruh dunia. Disusul rentang usia 26-35 dengan 14,9 pengguna lalu rentang usia 36-45 tahun sebesar 5,5 pengguna dan sisanya adalah pengguna Twitter
dengan usia di atas 46 tahun. Berdasarkan data yang telah dipaparkan, sebagian besar pengguna situs
jejaring sosial Facebook dan Twitter berusia remaja. Menurut data Comscore Aquino, 2011: Online, penggunaan situs jejaring sosial di kalangan remaja
mengalami peningkatan terbesar dibandingkan rentang usia lainnya yaitu sebesar 84,4.
Menurut penelitian Kuss Griffiths 2011a: 3531, aktivitas yang sering dilakukan oleh remaja peserta didik dalam situs jejaring sosial antara lain:
membaca atau merespon komentar yang terdapat pada akun peserta didik atau menulis sesuatu pada akun orang lain, mengirim atau merespons pesan atau
undangan dari orang lain, membuka profil orang lain, dan chatting dengan orang lain Young, 2007: 672.
Menurut Kuss Griffiths 2011b: 68, penggunaan situs jejaring sosial secara berlebihan dapat menyebabkan adiksi bagi penggunanya. Berbagai macam
fitur yang terdapat pada situs jejaring sosial dapat menjadi salah satu penyebab adiksi situs jejaring sosial, terutama meningkatnya waktu penggunaan situs
jejaring sosial pada remaja, sebagaimana dikemukakan oleh Kuss Griffiths: Recent press reports have claimed that the excessive use of online social
networking sites SNSs may be potentially addictive. The mass appeal of social networks on the Internet could potentially be a cause for concern,
especially considering the increasing amounts of time young people spend online.
Arihdya Caesar Pratikta,2013 Efektivitas Problem Solving Training Untuk Mereduksi Kecenderungan Adiksi Situs Jejaring Sosial
Pada Peserta Didik Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Tiga Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 20132014
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
The Center for Internet Addiction melaporkan lebih dari 50 individu yang mengalami adiksi internet juga mengalami adiksi pada hal-hal lain yang
ilegal seperti obat-obatan terlarang, alkohol, rokok, dan seks Caldwell Cunningham, 2010: 4. Penelitian Gadgetology menyebutkan orang-orang di
bawah usia 25 tahun lebih banyak kehilangan waktu tidurnya karena digunakan untuk melihat timeline pada situs jejaring sosial PTI, 2010: Online. Pada tahun
2012, penelitian tentang adiksi situs jejaring sosial menjadi topik yang penting layaknya adiksi merokok, alkohol dan narkoba Cam Isbulan, 2012: 15.
Berdasarkan penelitian Chicago Booth School of Business University, adiksi situs jejaring sosial lebih bersifat adiktif daripada adiksi merokok dan narkoba. Selain
itu, keinginan untuk selalu online pada situs jejaring sosial mengalahkan keinginan untuk tidur dan istirahat The Telegraph, 2012: Online.
Beberapa kasus remaja yang diakibatkan oleh penggunaan situs jejaring sosial yang tidak wajar sebagai berikut: seorang peserta didik SMA di Indiana
Amerika Serikat dikeluarkan dari sekolahnya karena memaki orang lain di Twitter Wong, 2012: Online. Menurut Ketua Komnas Perlindungan Anak Priliawito
Rimadi, 2012: Online sebanyak 21 remaja putri di Indonesia menjadi korban eksploitasi satu korban meninggal dunia akibat berinteraksi melalui jejaring
sosial seperti Facebook. Selain itu, seorang remaja putri di Semarang hilang dari rumahnya setelah mengenal pria melalui Facebook Parwito, 2013.
Penelitian Nurhusni 2012: 90 kepada 321 peserta didik SMP Negeri 15 Bandung menunjukkan 66 atau 212 peserta didik masuk ke dalam kategori
adiksi Facebook sedang, 53 orang lainnya atau 16,5 tergolong pada kategori adiksi rendah. Adapun sisanya sebanyak 56 orang atau 17,4 tergolong pada
kategori adiksi tinggi. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan kepada 38 peserta didik kelas XI IPA 2 SMA Negeri 4 Bandung menunjukkan
65,8 atau 25 peserta didik masuk ke dalam kategori kecenderungan adiksi situs jejaring sosial sedang. 18,4 atau tujuh peserta didik masuk ke dalam kategori
kecenderungan adiksi rendah sedangkan 15,8 atau enam peserta didik masuk ke
Arihdya Caesar Pratikta,2013 Efektivitas Problem Solving Training Untuk Mereduksi Kecenderungan Adiksi Situs Jejaring Sosial
Pada Peserta Didik Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Tiga Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 20132014
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
dalam kategori kecenderungan adiksi tinggi. Penelitian Nurhusni dan hasil studi pendahuluan menunjukkan adanya kasus kecenderungan adiksi situs jejaring
sosial pada usia remaja di kota Bandung. Berdasarkan hasil pretest yang dilakukan kepada 255 peserta didik 98
laki-laki dan 157 perempuan kelas XI SMA Negeri 4 Bandung dengan rata-rata usia 16 tahun menunjukkan 87,84 atau 224 peserta didik masuk ke dalam
kategori kecenderungan adiksi situs jejaring sosial sedang. 5,88 atau 15 peserta didik masuk ke dalam kategori kecenderungan adiksi rendah sedangkan 2,35
atau enam peserta didik masuk ke dalam kategori kecenderungan adiksi tinggi. Berdasarkan situs jejaring sosial yang digunakan, terdapat 17 atau 6,67
peserta didik 7 laki-laki dan 10 perempuan pengguna Facebook dan 14 atau 5,49 peserta didik 5 laki-laki dan 9 perempuan pengguna Twitter. Selanjutnya
terdapat 175 atau 68,63 peserta didik 79 laki-laki dan 96 perempuan pengguna Facebook dan Twitter, 27 atau 10,59 peserta didik 2 laki-laki dan 25
perempuan pengguna Facebook, Twitter, dan Instagram, 9 atau 3,53 peserta didik 2 laki-laki dan 7 perempuan pengguna Facebook, Twitter, Instagram, dan
Path, 7 atau 2,74 peserta didik 2 laki-laki dan 5 perempuan pengguna Facebook, Twitter, dan Tumblr, serta 6 atau 2,35 peserta didik 1 laki-laki dan 5
perempuan pengguna Facebook, Twitter, Instagram, dan Tumblr. Berdasarkan perangkat yang digunakan, 12 atau 4,7 peserta didik 7
laki-laki dan 5 perempuan hanya menggunakan Smartphone, 9 atau 3,53 peserta didik 4 laki-laki dan 5 perempuan hanya menggunakan LaptopNetbook,
7 atau 2,74 peserta didik 3 laki-laki dan 4 perempuan hanya menggunakan Handphone, dan 5 atau 1,96 peserta didik 4 laki-laki dan 1 perempuan hanya
menggunakan PC untuk online situs jejaring sosial. Selanjutnya terdapat 40 atau 15,68 peserta didik 8 laki-laki dan 32 perempuan menggunakan kombinasi
LaptopNetbook dan Smartphone, 24 atau 9,41 peserta didik 12 laki-laki dan 12 perempuan menggunakan kombinasi PC, LaptopNetbook, dan Smartphone, 21
atau 8,23 peserta didik 9 laki-laki dan 12 perempuan menggunakan kombinasi
Arihdya Caesar Pratikta,2013 Efektivitas Problem Solving Training Untuk Mereduksi Kecenderungan Adiksi Situs Jejaring Sosial
Pada Peserta Didik Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Tiga Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 20132014
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
PC, LaptopNetbook, Handphone, Smartphone, dan Tablet, serta 20 atau 7,84 peserta didik 12 laki-laki dan 8 perempuan menggunakan kombinasi PC,
LaptopNetbook, Handphone, dan Smartphone untuk online situs jejaring sosial. Sementara itu 117 atau 45,88 peserta didik 39 laki-laki dan 78 perempuan
menggunakan 19 jenis kombinasi perangkat untuk online situs jejaring sosial lainnya dengan jumlah dan persentase yang lebih kecil.
Young 1996: 10 membagi adiksi internet menjadi tiga tingkatan, yaitu: mild rendah
—individu yang menggunakan internet dalam waktu yang lama, tetapi memiliki kontrol dalam penggunaannya, moderate sedang
—individu yang menganggap internet merupakan hal yang penting tetapi tidak selalu menjadi yang
utama dalam kehidupannya, severe tinggi —individu yang menganggap internet
merupakan hal yang paling utama sehingga mengabaikan kepentingan- kepentingan lainnya.
Individu dapat dikatakan mengalami adiksi situs jejaring sosial apabila memenuhi tiga atau setengah dari enam aspek yang dinyatakan oleh Griffiths
Grusser et al., 2007: 291; Cabral, 2011: 11. Griffiths 2000: 211 menyatakan aspek adiksi situs jejaring sosial, yaitu: salience dominasi situs jejaring sosial
dalam pikiran dan tingkah laku peserta didik, mood modification peserta didik mendapatkan kesenangan dari aktivitas mengakses situs jejaring sosial, tolerance
aktivitas mengakses situs jejaring sosial mengalami peningkatan secara progresif selama rentang periode untuk mendapatkan efek kepuasan, withdrawal perasaan
tidak menyenangkan pada saat peserta didik tidak melakukan aktivitas mengakses situs jejaring sosial, conflict pertentangan yang muncul dari dirinya sendiri
tentang tingkat kegemarannya mengakses situs jejaring sosial yang berlebihan maupun konflik yang terjadi antara remaja dengan orang lain sebagai akibat
perilakunya mengakses situs jejaring sosial, dan relapse kecenderungan perilaku peserta didik untuk mengulangi pola yang sempat dilakukan pada awal mengenal
situs jejaring sosial meskipun telah mencoba melakukan kontrol atas dirinya.
Arihdya Caesar Pratikta,2013 Efektivitas Problem Solving Training Untuk Mereduksi Kecenderungan Adiksi Situs Jejaring Sosial
Pada Peserta Didik Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Tiga Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 20132014
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Gejala individu yang mengalami adiksi situs jejaring sosial dapat dilihat dari aspek perilaku, emosi, fisik, dan kognisinya. Gejala yang berkaitan dengan
perilaku diantaranya: menarik diri dari aktivitas sosial, mengabaikan hubungan sosial dengan teman, susah mengatur kehidupannya, penurunan kebiasaan belajar,
tidak masuk sekolah, dan penurunan prestasi sekolah Young, 2006: 3. Gejala yang berkaitan dengan emosi diantaranya: ketika online merasa puas dan senang,
menghalangi perasaan sakit hati, merasa tidak pasti atau tidak nyaman Caldwell Cunningham, 2010: Online, dan kesepian Caplan, 2005: 722. Gejala yang
berkaitan dengan fisik diantaranya: terlihat lelah dan tertidur di dalam kelas, sakit punggung, dan mata tegang Young, 1999: 4. Gejala yang berkaitan dengan
kognisi diantaranya: keyakinan akan lebih aman, lebih bermanfaat, lebih percaya diri, dan lebih nyaman ketika berinteraksi sosial secara online daripada kegiatan
sosial di dunia nyata Caplan, 2003: 629, merenung, meragukan diri sendiri, self- efficacy rendah, penilaian diri yang negatif Kwon, 2011: 230, rendahnya self-
esteem, dan well being yang rendah Valkenburg et al., 2006: 584. Menurut Young et al. Nurhusni, 2012: 26, laki-laki lebih sering
mengalami adiksi terhadap game online, situs porno, dan perjudian online, sedangkan perempuan lebih sering mengalami adiksi terhadap chatting dan
berbelanja secara online. Adiksi internet juga dapat ditimbulkan akibat masalah- masalah emosional seperti depresi dan gangguan kecemasan dan sering
menggunakan dunia fantasi di internet sebagai pengalihan secara psikologis terhadap perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan atau situasi yang
menimbulkan stres. Penelitian Kuss Griffiths 2011b: 69 telah menyoroti dampak negatif
dari adiksi situs jejaring sosial, antara lain: menjadi seorang prokrastinator, distraction, dan memiliki manajemen waktu yang buruk. Young 1999: 5
mengemukakan individu yang mengalami adiksi internet akan mengalami kesulitan dalam membagi waktu antara mengakses internet, menyelesaikan tugas
rumahnya, belajar untuk ujian, dan waktu untuk tidur sehingga mengganggu
Arihdya Caesar Pratikta,2013 Efektivitas Problem Solving Training Untuk Mereduksi Kecenderungan Adiksi Situs Jejaring Sosial
Pada Peserta Didik Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Tiga Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 20132014
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
aktivitas sekolah. Selain itu, individu yang mengalami adiksi internet akan lebih banyak berkomunikasi melalui dunia maya sehingga kurang perhatian terhadap
keluarga dan teman-teman di sekitarnya. Beberapa peneliti meneliti berbagai pendekatan atau teknik dalam
konseling yang efektif digunakan untuk mereduksi adiksi internet. Motivational Enchancement Therapy terbukti sukses untuk mereduksi adiksi internet.
Motivational Enchancement Therapy menekankan pada upaya kolaboratif dan non-konfrontasi terhadap konseli dalam memandang adiksi internet dan konselor
membuat rencana treatment individual serta tujuan yang akan diraih Chou et al., 2005: 383.
Hur 2006: 514 merekomendasikan pendekatan multimodal sebagai upaya untuk mereduksi adiksi internet. Menurut Palmer 2011: 247, pendekatan
multimodal adalah pendekatan yang sistematik secara teknis bersifat eklektik karena menggunakan teknik yang diambil dari berbagai sistem dan teori psikologi,
tanpa perlu terpaku pada validitas prinsip-prinsip teoretis yang menekankan pada pendekatan-pendekatan berbeda yang menjadi sumber teknik dan metodenya.
Terapi realitas juga digunakan sebagai sebuah strategi dalam menangani berbagai macam adiksi seperti adiksi obat-obatan, seks, makanan dan juga adiksi
internet. Terapi realitas membantu konseli membuat pilihan yang memungkinkan untuk mengontrol perilaku konseli ketika adiksinya kambuh. Terapi realitas
menekankan faktor universalitas, dukungan, konfrontasi, dan wawasan dalam konseling kelompok Kim, 2007: 3.
Young 2007: 677 menganjurkan konselor menggunakan Cognitive Behavior Therapy CBT untuk mereduksi adiksi internet. Penelitian yang
dilakukan terhadap 114 konseli menunjukkan CBT terbukti efektif memperbaiki gejala umum adiksi internet, seperti: motivasi untuk berhenti, online time
management, social isolation, disfungsi seksual, dan menjauhi aplikasi-aplikasi yang bermasalah ketika online. Setelah dilakukan treatment, konseli terbukti
Arihdya Caesar Pratikta,2013 Efektivitas Problem Solving Training Untuk Mereduksi Kecenderungan Adiksi Situs Jejaring Sosial
Pada Peserta Didik Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Tiga Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 20132014
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
mampu memperbaiki gejala-gejala yang muncul dan secara terus-menerus menunjukkan pemulihan pada dirinya.
CBT memiliki tiga asumsi dasar yaitu: 1 aktivitas kognitif akan berakibat terhadap perilaku, 2 aktivitas kognitif dapat diidentifikasi dan diubah, dan 3
perubahan perilaku yang diinginkan disebabkan oleh perubahan kognitif Dobson Dozois, 2010: 3. Berdasarkan hasil studi pendahuluan menunjukkan para
peserta didik yang masuk ke dalam kategori adiksi tinggi memiliki pemikiran yang salah suai terhadap situs jejaring sosial. Para peserta didik berpikir dengan
situs jejaring sosial akan merasa nyaman dan membuat dirinya senang, maka adiksi situs jejaring sosial yang para peserta didik alami merupakan salah satu
bentuk distorsi kognitif yang diakibatkan oleh pikiran negatif peserta didik terhadap peran situs jejaring sosial dalam kehidupannya.
Keunggulan CBT dibandingkan dengan pendekatan lainnya menurut Kim Caldwell Cunningham, 2010: 5 adalah CBT secara empiris terbukti efektif
dan fleksibel diterapkan di berbagai budaya dan populasi. Menurut Caldwell Cunningham 2010: 5 CBT merupakan salah satu pendekatan yang layak
digunakan oleh konselor untuk membantu peserta didik yang mengalami adiksi internet. Selain itu, beberapa ahli Davis, 2001: 187; Wieland, 2005: 158; Young
et al., 2011: 3; Abreu Goes, 2011: 168; Beard, 2011: 183; Kwon, 2011: 229 menganjurkan pendekatan CBT untuk mereduksi adiksi internet karena efektif
mereduksi adiksi internet. Oleh karena itu, pendekatan yang dirasa tepat dan efektif untuk mereduksi kecenderungan adiksi situs jejaring sosial adalah
Cognitive Behavior Therapy.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah