c. Varietas Tenera
Merupakan persilangan antara varietas Dura D dan Psifera P sehingga sifat- sifat morfologi dan anatomi varietas ini DxP merupakan perpaduan antara kedua
sifat induknya. Tebal tempurung varietas Tenera adalah 0,5-4,0 mm, persentase daging buah terhadap buah 18-23, dan kandungan minyak inti 5.
2.2.2 Berdasarkan Warna Kulit Buah
Pembagian varietas berdasarkan warna kulit buah, terdapat tiga varietas kelapa sawit, yaitu sebagai berikut :
1. Nigrescens, Warna kulit buah kehitaman saat masih muda dan berubah menjadi
jingga kemerahan jika sudah tuamasak. 2.
Virescens, Warna kulit hijau saat masih muda dan berubah menjadi jingga kemerahan jika sudah tuamasak, namun masih meninggalkan sisa-sisa warna
hijau. 3.
Albescens, Warna kulit keputih-putihan saat masih muda dan berubah menjadi kekuning-kuningan jika sudah tuamasak.
Diantara ketiga varietas di atas, Nirescens paling banyak dibudidayakan. Virescens dan Albescens jarang dijumpai dilapangan, umumnya hanya digunakan
sebagai bahan penelitian oleh lembaga-lembaga penelitian.
2.3 Buah Kelapa Sawit
Hasil utama perkebunan kelapa sawit adalah buah kelapa sawit. Selanjutnya buah kelapa sawit diproses ekstraksi di pabrik penggilingan mill sehingga
menghasilkan ekstrak, berupa minyak kelapa sawit mentah atau CPO Crude Palm Oil dan minyak inti sawit PKO Palm Kernel Oil.
Pada kelapa sawit, minyak diambil dari dua sumber. Pertama hasil ekstraksi sabut sebagai sumber utama, dan kedua, dari inti buah yang berada dibagian dalam
tempurung. Sabut pada kelapa sawit disebut daging buah, sedangkan inti buah yang terdapat di bagian dalam tempurung disebut kernel. Hasil ekstraksi sabut kelapa sawit
adalah CPO, sedangkan hasil ekstraksi inti buah adalah KPO. CPO dan KPO merupakan minyak kelapa sawit mentah dan merupakan hasil industri hulu yang
selanjutnya dapat diolah menjadi berbagai produk pangan, nonpangan, dan industri
2.4 Manfaat Kelapa Sawit dan Produknya
Kelapa sawit merupakan tanaman tropis penghasil minyak nabati yang hingga saat ini diakui paling produktif dan ekonomis dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati
lainnya, misalnya kedelai, kacang tanah, kelapa, bunga matahari dan lain-lain. Jika dibandingkan dengan minyak nabati lain, minyak kelapa sawit memiliki
keistimewaan tersendiri, yakni rendahnya kandungan kolesterol dan dapat diolah lebih lanjut menjadi suatu produk yang tidak hanya dikonsumsi untuk kebutuhan pangan
minyak goreng, margarin, vanaspati, lemak dan lain-lain, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan nonpangan gliserin, sabun, detergen, BBM, dan lain-lain.
2.4.1 Kegunaan dari masing-masing produk tersebut adalah:
a. Minyak kelapa sawit merupakan bahan baku untuk keperluan pangan minyak goreng, margarin, vanaspati, lemak dan lain-lain tetapi juga untuk memenuhi
kebutuhan nonpangan gliserin, sabun, detergen, BBM, dan lain-lain. b. Inti sawit yang menghasilkan minyak inti digunakan sebagai bahan sabun, minyak
goreng, kosmetik dan sebagainya.
c. Cangkang atau tempurungnya dapat digunakan sebagai bahan baker. d. Tandan kosong untuk bahan baker ketel uap, mulsa dan abu sebagai pupuk kalium
e. Ampas lumatan daging buah untuk bahan baker ketel uap Hadi,2004.
2.5 Panen
Kelapa sawit biasanya sudah mulai berbuah pada umur 3-4 tahun setelah persemaian. Buah yang pertama keluar masih dinyatakan buah pasir artinya belum dapat diolah
dalam pabrik karena masih mengandung minyak yang rendah Tim Penulis, 1997. Umur buah tergantung pada jenis tanaman, umur tanaman dan iklim, umumnya buah
telah dapat dipanen seteleh berumur 6 bulan terhitung sejak penyerbukan Naibaho, 1998 .
Proses pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna kulit buahnya, dari hijau pada buah muda menjadi merah jingga waktu buah telah masak.
Pada saat itu, kandungan minyak pada daging buahnya telah maksimal. Jika terlalu matang, buah kelapa sawit akan lepas dari tangkai tandannya. Hal ini disebut dengan
istilah membrondol Tim Penulis, 1997 .
2.5.1 Fraksi Tandan Buah Segar TBS
Komposisi fraksi tandan yang biasanya ditentukan di pabrik sangat dipengaruhi perlakuan sejak awal panen di lapangan. Faktor penting yang cukup berpengaruh
adalah kematangan buah yang dipanen dan cepat tidaknya pengangkutan buah ke pabrik. Dalam hal ini, pengetahuan mengenai derajat kematangan buah mempunyai
arti yang penting sebab jumlah dan mutu minyak yang diperoleh nantinya sangat ditentukan oleh faktor ini. Derajat kematangan yang baik yaitu jika tandan yang
dipanen berada pada fraksi 1,2 dan 3.
Tabel 2.1 Tingkatan Fraksi Tandan Buah Segar
No Kematangan Fraksi Jumlah Brondolan
Keterangan 1
2
3 Mentah
Matang
Lewat Matang
00
1 2
3 4
5 Tidak ada, buah berwarna hitam
1 – 12,5 buah luar membrondol 12,5 – 25 buah luar membrondol
25 – 50 buah luar membrondol 50 – 75 buah luar membrondol
75 – 100 buah luar membrondol Buah dalam juga membrondol, ada
buah yang busuk Sangat mentah
Mentah Kurang matang
Matang I Matang II
Lewat Matang I Leawat Matang II
Tim Penulis, 1997 .
2.6. Pengolahan Kelapa Sawit
Tahap – tahap pengolahan Tandan Buah Segar TBS menjadi Crude Palm Oil CPO adalah sebagai berikut:
2.6.1 Tempat Pemungutan Hasil TPH
Sebelum diolah dalam Pabrik Kelapa Sawit PKS, tandan buah segar TBS yang berasal dari kebun pertama kali diterima ditempat pemungutan buah kemudian
diangkut ke stasiun penerimaan buah untuk ditimbang dijembatan timbang weight bridge dan ditampung sementara di penampungan buah loading ramp.
2.6.1.1 Jembatan Timbang
Penimbangan dilakukan dua kali untuk setiap angkutan TBS yang masuk ke pabrik, yaitu pada saat masuk berat truk dan TBS serta saat keluar berat truk. Dari selisih
timbangan saat truk masuk dan keluar, diperoleh berat bersih.
2.6.1.2 Loading Ramp
TBS yang telah ditimbang dijembatan timbang selanjutnya dibongkar di loading ramp dengan menuang langsung dari truk kemudian dilakukan penyortasian. Penyortasian
dilakukan berdasarkan kriteria kematangan buah , hal ini bertujuan pada penentuan rendemen minyak. Loading ramp merupakan merupakan suatu bangunan dengan
lantai berupa kisi-kisi plat besi berjarak 10 cm dengan kemiringan 45
o
. Kisi-kisi tersebut berfungsi untuk memisahkan kotoran berupa pasir, kerikil, dan sampah yang
terikut dalam TBS. Loading ramp dilengkapi pintu-pintu keluaran yang digerakkan dengan hidrolik sehingga memudahkan dalam pengisian TBS ke dalam lori untuk
proses selanjutnya. Setiap lori dapat dimuat dengan 2,5 ton TBS.
Gambar 2.1. Lori untuk mengangkut TBS ke Rebusan
2.6.1.3 Stasiun Rebusan Sterilizer
A. Lori-lori yang telah berisi TBS dikirim ke stasiun rebusan dengan cara ditarik menggunakan capstand yang digerakkan oleh motor listrik hingga memasuki
sterilizer. B. Sterilizer yang digunakan adalah berkapasitas 8 lori atau setara 20 ton TBS. Dalam
proses perebusan, TBS dipanaskan dengan uap temperatur 135
o
C dan tekanan 2,8 – 3,0 kgcm
2
dengan waktu siklus 90-100 menit. C. Tujuan dari perebusan TBS adalah :
a. Menghentikan perkembangan asam lemak bebas ALB atau free fatty acid. b. Memudahkan pemipilan brondol dari tandan.
c. Penyempurnaan dalam pengolahan. d. Penyempurnaan dalam proses pengolahan inti sawit.
Gambar 2.2. Rebusan Sterilizer
Main Inlet Aux. Inlet
Exhaust Savety Valve
Mechanical Interlock
Bleed Valve Dearerator
Condensate Electrical Interlock Switch
2.6.1.4 Stasiun Pemipilan Stripper
TBS berikut lori yang telah direbus dikirim ke bagian pemipilan dan dituangkan kealat pemipil thresher dengan bantuan hoisting crane. Proses pemipilan terjadi akibat
tromol berputar pada sumbu mendatar yang membawa TBS ikut berputar sehingga membanting-banting TBS tersebut dan menyebabkan brondolan lepas dari tandannya.
Pada bagian dalam dari pemipil, dipasang batang-batang besi perantara sehingga membentuk kisi-kisi yang memungkinkan brondolan keluar dari pemipil. Brondolan
yang keluar dari bagian bawah pemipil ditampung oleh sebuah screw conveyor untuk dikirim kebagian digesting dan pressing. Sementara tandan kosong yang keluar dari
bagian bawah pemipil ditampung oleh elevator, kemudian hasil tersebut dikirim ke hopper.
2.6.1.5. Stasiun Pencacahan Digester
Brondolan yang telah terpipil dari stasiun pemipilan diangkut ke bagian pengadukan pencacahan digester. Alat yang digunakan untuk pengadukan pencacahan berupa
sebuah tangki vertikal yang dilengkapi dengan lengan-lengan pemecah dibagian
didalamnya.
Fungsi dari stasiun digester adalah untuk melumatkan daging buah, memisahkan daging buah dengan biji, mempersiapkan feeding fresser, mempermudah
proses di presser, memecahkan oil cell.
2.6.1.6 Stasiun Pengempaan Presser
Brondolan yang telah mengalami pencacahan dan keluar melalui bagian bawah digester berupa bubur. Hasil cacahan tersebut langsung masuk kealat pengempaan
yang persis dibagian bawah digester. Pada pabrik kelapa sawit, umumnya digunakan
screw press sebagai alat pengempaan untuk memisahkan minyak dari daging buah. Proses pemisahan minyak terjadi akibat putaran screw mendesak bubur buah,
sedangkan dari arah berlawanan tertekan oleh sliding cone. Dengan demikian, minyak dari bubur buah terdesak ini akan keluar melalui lubang-lubang press cage,sedangkan
ampasnya keluar melalui celah antara sliding cone dan press cage.
Gambar 2.3 Screw Press
2.6.1.7 Pemurnian Clarifier
Minyak hasil pengempaan dialirkan masuk ke sand trap tank penangkap pasir lalu menuju vibro separator untuk disaring agar kotoran berupa serabut kasar tersebut
dialirkan ketangki penampungan minyak kasar crude oil tank. Selanjutnya dikirim ke Vertical Clarifier Tank VCT, di VCT proses pemisahan dilakukan berdasarkan
berat jenis antara minyak, air dan sludge, dimana minyak yang ringan akan keatas, lalu dikirim ke oil tank, sedangkan sludge dikirim ke sludge tank.
Hidraulic Cones Presscake
Gearbox Worm Screw
Gear Electromotor
V-Belt
Sludge merupakan fasa campuran yang masih mengandung minyak. Di pabrik kelapa sawit, sludge diolah untuk dikutip kembali pada minyak yang masih
terkandung didalamnya, lalu dialirkan kembali ke VCT lalu dikirim ke oil tank. Dari oil tank minyak dimurnikan kembali melalui oil purifier, setelah itu
dikirim ke vacuum drier untuk dihilangkan kandungan air yang ada didalam minyak dan siap dikirim ke tangki penimbunan storage tank Pahan, 2007.
Gambar 2.4 Vertikal Clarifier Tank
2.7. Pengolahan Inti Sawit
Pengolahan biji dimaksudkan untuk memperoleh inti sawit yang berasal dari dari biji sawit nut. Adapun tahap-tahapan pengolahan biji adalah sebagai berikut:
Ke Oil Tank Skimer
Dari Dist. Tank
Ke Sludge Tank
Stirrer Steam Injection
Steam Coil
A. Cake Breaker Conveyor
Cake ampas campur biji yang berasal dari perasan dimasukkan ke dalam cake breaker conveyor. Alai ini berupa tulang yang memiliki dinding rangkap dan
terdapat as screw yang mempunyai pisau-pisau pemecah.
B. Depericarper
Depericarper merupakan tromol panjang dan tegak yang memiliki blower pengisap campuran ampas dan biji. Di dalam alat ini, ampas terisap ke fibre cyclone yang
selanjutnya bisa dijadikan bahan bakar untuk ketel uap. Sementara itu, bijinya jatuh ke nut polishing drum.
C. Nut Polishing Drum
Alat ini berupa drum dengan kerangka berputar dan memiliki plat pada as-nya. Biji kelapa sawit yang telah dipisahkan dari ampasnya masuk ke dalam alat ini. Akibat
putaran drum tersebut, biji-biji akan diproses dilepaskan serat-seratnya yang masih tertinggal pada biji oleh plat yang pada as.
D. Nut Elevator
Nut Elevator berfungsi untuk mengangkut biji yang telah dipolish atau dipisahkan dari kotoran polishing drum menuju Nut Silo.
E. Nut Silo
Fungsi dari Nut Silo adalah tempat penyimpanan sementara nut sebelum diolah pada proses berikutnya. Kebersiahan shaking grade pada nut silo harus diperhatikan karena
berpengaruh terhadap troughput nut silo,agar nut yang terolah sesuai dengan aturan First In First out FIFO. Jumlah nut silo ada 2 unit.
F. Pemecah Biji Ripple Mill
A. Fungsi dari ripple mil adalah memecah nut. Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi pemecahan adalah:
a. Kualitas dan kuantitas umpan b. Kondisi ripple plate dan rotor bar
c. Jarak atau clearance antara cover dengan rotor d. Jumlah bar
B. Kualitas umpan dipengaruhi oleh : 1. Kekoplakan nut, kalau nut tidak koplak, maka banyak inti yang lekat pada
cangkang 2. Jenis buah dura atau tenera
3. Ukuran nut 4. Kadar air yang terkandung pada nut
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya inti pecah yang keluar dari ripple mill adalah :
a. Clearanceantara ripple plate dengan rotor bar terlalu kecil b. Umpan yang terlalu banyak Berlebihan
c. Nut terlalu kering d. Presentasinut pecah pada umpan terlalu besar
G. Light Tenera Dust Separator LTDS
A. Fungsi dari LTDS adalah :
1. Memisahkan cangkang, inti utuh dan inti pecah 2. Membawa cangkang untuk bahan bakar boiler
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja LTDS 1. Hisapan
adalah : dumper airlock danfan
2. Kebocoran ducting 3. Kualitas dan kuantitas umpan
4. Desain 5. Adjustment dumper column
H. Hydrocyclone
Inti dan cangkang masih tercampur akan dipisahkan dalam alat ini berdasarkan gaya sentrifuge dan perbedaan berat jenis. Berat jenis cangkang 1,3 dan berat jenis inti
1,08. A. Fungsi Hydrocyclone adalah alat untuk mengutip kembali inti yang terikut
dengan cangkang, mengurangi loses inti pada cangkang dan kotoran. B. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja hidrocyclone adalah :
a. Kondisi clone b. Kulitas dan kuantitas umpan
c. Penyetelan vortex finder d. Kondisi baffle
Sistem kerja hidrocyclone untuk memisahkan cangkang dengan inti secara basah berdasarkan berat jenis dengan gaya sentrifugal, berat jenis yang lebih ringan
akan naik keatas melalui vortex finder dengan masuk kedalam dewatering drum, sedangkan cangkang yang berat jenisnya lebih berat akan turun kebawah melaui conus
dan masuk kedalam kompartment II. Cangkang yang masih bercampur inti dihisap oleh pompa dan ditekan kedalam tabung pemisah II mengakibatkan inti naik keatas
melaui vortex finder dan dikembalikan kedalam kompartment I. perlu diperhatikan jika persentase inti dalam cangkang terlalu tinggi maka vortex finder diturunkan,
sebaliknya jika persentase cangkang dalam inti tinggi maka vortex finder dinaikkan. Hasil inti yang telah bersih keluar dan masuk ke Wet Kernel Transport Fan menuju
kernel silo sedangkan cangkangnya masuk ke Wet Shell Transport Fan menuju
Penurunan inti harus benar-benar diawasi dengan cermat dan jangan sampai lengah yang mengakibatkan kadar air pada inti produksi tinggi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerjanya adalah : Shell
Hopper.
a. Kebersihan Blower . b. Kebocoran heater fan.
c. Kebersihan Shaking grate. d. Steam
I. Kernel Dryer
A. Fungsi dari kernel dryer adalah untuk mengurangi kadar air yang terkandung didalam inti produksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dari kernel dryer
adalah : a. Temperatur.
b. Waktu. c. Kualitas dan kuantitas umpan
d. Kondisi dan kebersihan heater e. Steam supply, steam trap, strainer
f. Kondisi blowerfan g. Kebersihan kisi-kisi dalam silo
h. FIFO B. Pada kernel dryer ada tiga tingkat temperatur yaitu
a. Bagian atas : 50
o
C b. Bagian tengah : 60
o
C c. Bagian bawah : 70
o
C
J. Kernel Storage
Fungsi dari kernel storage adalah untuk menyimpan inti produksi sebelum dikirim keluar untuk dijual. Kernel storage pada umumnya berupa bulk silo yang seharusnya
dilengkapi dengan fan agar uap air yang masih terkandung didalam inti dapat keluar dan tidak menyebabkan kondisi didalam storage lembab. Kernel storage yang ada di
PKS Rambutan ada 1 unit. www.scribd.com › School Work › Study Guides, Notes, Quizzes
2.8 Inti Sawit