Minyak Inti Sawit Asam Lemak Bebas ALB

2.8.1 Komposisi Biji Inti Sawit

Terdapat variasi komposisi inti sawit dalam hal padatan non minyak dan non protein. Bagian yang disebut protein yang tak dapat diekstrak yang mengandung sejumlah sukrosa, gula pereduksi dan pati, tapi dalam beberapa contoh tidak mengandung pati. Komposisi rata-rata inti sawit dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.3 Komposisi Biji Inti Sawit Komponen Jumlah Minyak 47 – 52 Air 6 – 8 Protein 7,5 – 9,0 Nitrogen yang tak dapat diekstrak 23 – 24 Selulosa 5 Abu 2 Ketaren,1986

2.9 Minyak Inti Sawit

Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti sawit yang dinamakan minyak inti sawit Palm Kernel Oil dan sebagai hasil sampingannya adalah bungkil inti kelapa sawit Palm Kernel Meal atau Pellet. Bangkil inti kelapa sawit adalah inti kelapa sawit yang telah mengalami proses ekstraksi dan pengeringan, sedangkan pellet adalah bubuk yang telah dicetak kecil-kecil yang berbentuk bulat panjang dengan diameter kurang lebih 8 mm. Ketaren,1986 Minyak inti sawit atau Palm Kernel Oil PKO adalah berupa minyak putih kekuning-kuningan yang diperoleh dari proses ekstraksi inti buah tanaman kelapa sawit. Kandungan asam lemak sekitar 5. Minyak inti sawit yang baik berkadar asam lemak bebas yang rendah dan berwarna kuning terang serta mudah dipucatkan. Bangkil inti sawit yang diinginkan berwarna relatif terang dan nilai gizi tidak berubah. http:seafast.ipb.ac.id

2.10 Asam Lemak

Asam lemak merupakan suatu asam karbosilat yang diperoleh dari hidrolisis suatu lemak atau minyak, umunya mempunyai rantai hidrokarbon panjang dan tidak bercabang. Asam lemak yang paling tersebar merata dalam alam, yaitu asam oleat, mengandung satu ikatan rangkap. Asam-asam lemak dengan lebih dari satu ikatan rangkap adalah tidak lazim, terutama dalam minyak nabati, minyak-minyak ini disebut poliunsaturat. Fessenden,1986 Karena berguna dalam mengenal ciri-cirinya, asam lemak dibedakan menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak jenuh hanya memiliki ikatan tunggal di antara atom-atom karbon penyusunnya, misalnya: asam kaprilat, asam kaproat, asam laurat, asam miristat, asam palmitat dan asam stearat. Sementara asam lemak tak jenuh memiliki paling sedikit satu ikatan ganda di antara atom-atom karbon penyusunnya, misalnya asam oleat, asam linoleat dan asam linolenat. Asam lemak jenuh bersifat lebih stabil tidak mudah bereaksi daripada asam lemak tak jenuh http:id.wikipedia.orgwikiasam lemak

2.10.1 komposisi Asam Lemak Minyak Inti Sawit

Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80 persen daging buahsabut perikarp dan 20 persen buah yang dilapisi kulit yang tipis, kadar minyak dalam daging buahsabut sekitar 34-40 persen. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap. Table 2.4 Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit. Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit Minyak Inti Sawit Asam kaprilat Asam kaproat Asam laurat Asam miristat Asam palmitat Asam stearat Asam oleat Asam linoleat - - - 1,1 – 2,5 40 – 46 3,6 – 4,7 39 – 45 7 – 11 3 – 4 3 – 7 46 – 52 14 – 17 6,5 – 9 1 – 2,5 13 – 19 0,5 – 2 Kandungan karoten dapat mencapai 1000 ppm atau lebih, tetapi dalam minyak dari jenis tenera kurang lebih 500 – 700 ppm, kandungan tekoferol bervariasi dan dipengaruhi oleh penanganan selama produksi Ketaren, 1986.

2.11. Asam Lemak Bebas ALB

Asam lemak bebas adalah asam yang dibebaskan pada hidrolisis lemak. Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi dalam minyak sawit sangat merugikan. Tingginya asam lemak bebas ini mengakibatkan rendemen minyak turun, untuk itulah perlu dilakukan usaha pencegahan terbentuknya asam lemak bebas dalam minyak sawit. Kenaikan kasar ALB ditentukan mulai dari saat tandan dipanen sampai tandan diolah dipabrik. Kenaikan ALB ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa pada minyak. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan ALB. Reaksi ini akan dipercepat dengan adanya faktor-faktor panas, air, keasaman dan katalis. Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar ALB yang terbentuk Tim Penulis, 1997. O O CH 2 – O – C – R CH 2 – OH 2 R – C – OH O O CH – O – C – R CH – OH + R – C – OH O O CH 2 – O – C – R CH 2 – OH R – C – OH Minyak Sawit Gliserol ALB Gambar 2.5 Reaksi glikolisis trigliserida Minyak inti sawit juga dapat mengalami hidrolisis. Hal ini lebih mudah terjadi pada inti pecah dan inti berjamur. Faktor yang menentukan pada peningkatan kadar ALB minyak inti sawit adalah kadar asam permulaan, proses pengeringan yang tidak baik, kadar air akhir dalam inti sawit kering, dan kadar inti pecah. Inti sawit yang basah akan menjadi tempat biakan mikroorganisme jamur. Prosesnya adalah sama seperti pada minyak sawit. Dalam keadaan normal kadar ALB permulaan minyak inti sawit tidak lebih dari 0,5, sedangkan pada akhir pengolahannya tidak lebih dari 1. Dengan demikian kenaikan kadar ALB selama dan akibat pengolahannya hanya 0,5. Jadi pembentukan ALB lebih banyak trjadi pada penimbunan, yaitu jika tempat penimbunannya lembab nisbi udara sekitar. Mangoensoekarjo,2003 Panas, Air Keasaman,enzim

2.12 Kadar Air