Untuk mengawetkan inti sawit yang keluar dari alat pemisah biji perlu dilakukan usaha untuk menurunkan kandungan air sehingga tidak terjadi proses
penurunan mutu. Proses penurunan mutu umumnya terjadi selama proses penyimpanan. Oleh sebab itu, perlu diperhatikan proses dan kondisi penyimpanan
serta interaksi antara kelembaban udara dan kadar air inti Naibaho,1998. Dalam hal ini harus dilakukan pemerksaan terhadap kadar air dan kadar asam
lemak bebas dari inti yang baru diproduksi dan inti yang disimpan selama 1 minggu dan 2 minggu. Dari hasil analisa yang diperoleh di laboratorium maka akan diketahui
apakah kadar air dan kadar asam lemak bebas yang telah disimpan masih memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan dan pabrik dapat menekan sekecil mungkin
kualitas dan kehilangan minyak selama pengolahan dan penyimpanan inti sawit. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk lebih mendalami dan menulis
karya ilmiah dengan judul,”PENGARUH WAKTU LAMA PENYIMPANAN INTI SAWIT TERHADAP KADAR AIR DAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS
ALB” .
1.2 Perumusan Masalah
Permasalahan utama yang timbul adalah persepsi lama waktu penyimpanan inti sawit terhadap kadar air dan kadar asam lemak bebas sesuai dengan SNI 01-0002-1987
dimana kadar air inti sawit adalah dibawah 7 dan kadar asam lemak bebas inti sawit adalah dibawah 1.
1.3 Batasan Masalah
Untuk mengarahkan pembahasan dalam Karya Ilmiah ini agar tidak menyimpang dari sasaran yang dituju maka perlu membuat batasan ruang lingkup permasalahan.
Sebagai pembatasan masalah ini adalah hanya terbatas pada persepsi lama waktu penyimpanan inti sawit terhadap kadar air dan kadar asam lemak bebas.
1.4 Tujuan
Untuk mengetahui apakah kadar air dan kadar asam lemak bebas dari inti sawit yang disimpan masih memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan.
1.5 Manfaat
- Untuk melihat secara langsung penerapan ilmu yang diperoleh dibangku
perkuliahan terhadap variabel-variabel yang berkaitan dengan proses produksi dalam skala besar.
- Untuk mengetahui kenaikan kadar air dan kadar asam lemak bebas dari inti sawit
yang disimpan -
Sebagai masukan untuk pengembangan proses produksi pabrik
1.6 Lokasi Penelitian
Dalam penyusunan Karya Ilmiah ini penulis mengambil data yang dibutuhkan mengenai pengaruh waktu lama penyimpanan inti sawit terhadap kadar air dan kadar
asam lemak bebas ALB di PT. Perkebunan Nusantara III PKS Rambutan, Tebing Tinggi Sumatera Utara.
1.7 Metodologi Penelitian
Metode Penelitian yang digunakan penulis adalah dengan cara sebagai berikut :
1.7.1 Metode Penelitian Kepustakaan
Penelitian Kepustakaan merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data maupun informasi yang dibutuhkan dengan cara membaca dan
mempelajari buku - buku perkuliahan ataupun umum, serta mencari sumber informasi yang berhubungan dengan objek yang diteliti.
1.7.2 Metode Pengumpulan Data
Dalam melakukan pengumpulan data pada penulisan Karya Ilmiah ini, penulis menggunakan data primer dan sekunder yang didapatkan dari PT. Perkebunan
Nusantara III PKS Rambutan.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Kelapa Sawit
Kelapa sawit Elaeis guineensis Jacq merupakan tumbuhan tropis yang diperkirakan berasal dari Nigeria Afrika Barat karena pertama kali ditemukan di hutan belantara
negara tersebut. Kelapa sawit pertama masuk di Indonesia pada tahun 1848, di bawah dari Mauritius dan Amsterdan oleh seorang warga Belanda. Bibit kelapa sawit yang
berasal dari kedua tempat tersebut masing-masing berjumlah dua batang dan pada tahun itu juga ditanam di Kebun Raya Bogor. Hingga saat ini, dua dari empat pohon
tersebut masih hidup dan diyakini sebagai nenek moyang kelapa sawit yang ada di Asia Tenggara. Sebagai keturunan kelapa sawit dari Kebun Raya Bogor tersebut telah
diintroduksi ke Deli Serdang Sumatera Utara sehingga dinamakan varietas Deli Dura.
Perkebunan kelapa sawit komersial pertama di Indonesia mulai diusahakan pada tahun 1911 di Aceh dan Sumatera Utara oleh Adrien Hallet, seorang
berkebangsaan Belgia. Luas kebun kelapa sawit terus bertambah, dari 1.277 Ha pada tahun 1916 menjadi 92.307 Ha pada tahun 1983.
Sebagai areal perkebunan kelapa sawit di Sumatera pada mulanya dimiliki oleh masyarakat secara perorangan, namun dalam perkembangannya, kepemilikan
perkebunan ini digantikan oleh perusahaan-perusahaan asing di Eropa. Pada tahun 1957, pemerintah Republik Indonesia menasionalisasikan mengambil alih seluruh
perkebunan milik asing menjadi perusahaan milik negara. Perkebunan kelapa sawit di
Indonesia terus mengalami perkembangan, meskipun dalam perjalanannya mengalami pasang surut.
2.2 Varietas Tanaman Kelapa Sawit