sarana dan prasarana yang ada baik itu drainase, fasilitas air bersih, tempat pembuangan sampah, MCK dan fasilitas sosial lainnya. Disamping itu perilaku
masyarakat yang tidak memelihara dan memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang ada sehingga sarana dan prasarana yang tersedia jadi terbengkalai dan menambah
kekumuhan pada lingkungan yang berada di kawasan mereka.
5.2.1. Sumber Air Bersih
Berdasarkan hasil penelitian diketahui sebagian besar responden 55,0 tidak memiliki sumber air bersih pribadi dan responden yang memperoleh air bersih
dari membeli yaitu sebanyak 53,0 dari jumlah yang tidak memiliki sumber air bersih. Berdasarkan tujuan penyediaan sumber air bersih yaitu membantu penyediaan
air yang memenuhi syarat kesehatan dan pengawasan kualitas air bagi seluruh masyarakat baik yang tinggal diperkotaan maupun dipedesaan serta meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk penyediaan dan pemanfaatan air bersih. Namun bila dilihat dari kepemilikan sumber air bersih masyarakat Kelurahan
Belawan I masih belum terpenuhi air bersihnya terlihat dari responden yang membeli air untuk kebutuhannya sehari-hari masih lebih besar dibandingkan dengan
masyarakat yang memiliki sumber air bersih sendiri yaitu sebanyak 45,0 dari seluruh responden masing – masing menggunakan air dari PDAM dan selebihnya
memperoleh air dari sumur gali dan sumur bor. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, responden yang tidak memiliki sumber air bersih lebih besar
disebabkan karena daerah pemukiman yang padat penduduk sehingga sulit membuat saluran air bersih.
5.2.2. Jamban
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.2, dapat dilihat masyarakat yang memiliki jamban ada 55,0 dengan jenis jamban cubluk sebanyak 56,0 dari jumlah
responden yang tidak memiliki jamban. Menurut Mashuri 1994, jamban cubluk adalah jamban yang tempat penampungan tinjanya dibangun dibawah tempat pijakan
atau dibawah bangunan jamban. Jenis jamban ini, kotoran langsung masuk ke jamban dan tidak terlalu dalam karena akan mengotori air tanah, kedalamannya sekitar 1,5-3
meter. Berdasarkan teori tersebut, pencemaran sumber air bersih akan mudah terjadi dan penyakit akibat air yang tercemar tinja juga akan terjadi.
Pada tabel 4.2, dapat dilihat responden yang menggunakan jamban di MCK Komunal sebanyak 87,0 dari jumlah responden yang tidak memiliki jamban.
Berdasarkan persentase tersebut, dapat dilihat bahwa masyarakat telah memanfaatkan salah satu komponen penting pada MCK Komunal yaitu jamban.
Dalam hal ini, jamban merupakan salah satu menjadi prioritas utama dalam pengadaan MCK Komunal sehingga salah satu tujuan pengadaan MCK Komunal di
pemukiman padat menurut Soenarto 1992, yaitu untuk mengkomunalkan sarana mandi, cuci, dan kakus agar limbahnya mudah dikendalikan dan pencemaran
lingkungan dapat dibatasi dapat tercapai. Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan, maka pembuangan kotoran yang tidak saniter akan dapat mencemari lingkungan,
terutama dalam mencemari tanah dan sumber air Soeparman dan Suparmin, 2002. Selain itu, dapat juga dilihat pada penelitian Erlinawati 2008, menyebutkan
bahwa sebagian warga tidak mau membuat jamban karena pembuatan jamban yang memenuhi syarat kesehatan dianggap mahal, sehingga warga memilih membuang air
besar di sungai atau empang karena tidak memerlukan biaya atau juga memanfaatkan
Universitas Sumatera Utara
fasilitas umum seperti MCK Komunal. Menurut Fahmi 1989, pembangunan sarana pembuangan tinja yang memenuhi syarat kesehatan baik untuk pribadi maupun
komunal, memerlukan lahan dan biaya. Demikian pula penyediaan air yang sebaiknya dari Perusahaan Air Minum PAM tetapi perangkat itu terasa tidak mudah
dijangkau oleh golongan masyarakat berpenghasilan rendah. Membangun sarana air bersih dan sarana buangan tinja untuk melayani masyarakat sama pentingnya dengan
membangun sebuah Puskesmas lengkap dengan dokter dan perangkatnya.
5.2.3. Septic Tank