68
pailit oleh pengadilan, maka debitor tersebut tidak lagi berwenang untuk mengurus dan mengalihkan harta kekayaannya yang telah menjadi harta pailit.
Kewenangan tersebut sepenuhnya berada ditangan kurator.
C. Tanggung Jawab Kurator Terkait Adanya Pengajuan Gugatan Melawan
Hukum Oleh Debitur Pailit
Pada dunia usaha baik usaha perorangan maupun yang berbadan hukum tidak selalu berjalan dengan mulus, ada saatnya perusahaan tersebut merugi dan
tidak dapat membayar utang-utangnya kepada kreditur. Perusahaan yang tidak mampu membayar utang-utangnya tersebut dapat dimohonkan pailit oleh para
krediturnya atau memohon sendiri untuk dinyatakan pailit. Setelah putusan diputuskan oleh Pengadilan Niaga maka perusahaan tersebut debitur tidak dapat
mengelola harta perusahaannya sendiri yang selanjutnya disebut harta pailit, akan tetapi dilakukan oleh kurator yang tanggung jawabnya melakukan pengurusan dan
pemberesan harta pailit berdasarkan UUK dan PKPU.
76
Pengertian Kurator pada UUK dan PKPU adalah Balai Harta Peninggalan atau orang perseorangan yang diangkat oleh Pengadilan untuk mengurus dan
membereskan harta debitur pailit di bawah pengawasan hakim pengawas. Dalam putusan pernyataan pailit, harus diangkat kurator dan seorang hakim pengawas
yang ditunjuk dari hakim pengadilan. Kurator sendiri pada Pasal 15 ayat 3 UUK dan PKPU disebutkan dalam kedudukannya harus independen, tidak mempunyai
benturan kepentingan dengan debitur atau kreditur, dan tidak sedang menangani
76
Made Bagoes Wiranegara Wesna, Ngakan Ketut Dunia, Ida Ayu Sukihana, Tanggung Jawab Kurator Dalam Pengurusan Dan Pemberesan Harta Pailit Di Kabupaten Badung, Jurnal
Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana, 2010.
Universitas Sumatera Utara
69
perkara kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang lebih dari 3 tiga perkara.
Dalam melakukan tugasnya Kurator memiliki wewenang luas untuk melakukan pengurusan danatau pemberesan harta pailit tanpa keterlibatan pihak
lain selama masih dalam ruang lingkup peran yang sedang dijalankannya. Wewenang yang luas dimiliki Kurator tersebut bukan tanpa tanggung jawab.
Dimana dasar pertanggungjawaban Kurator diatur dalam Pasal 72 Undang- Undang Kepailitan yang menyatakan Kurator bertanggung jawab terhadap
kesalahan atau kelalaiannya dalam melaksanakan tugas pengurusan danatau pemberesan yang menyebabkan kerugian terhadap harta pailit. Undang-Undang
Kepailitan dan PKPU tidak menjelaskan secara terperinci apa yang dimaksud dengan kesalahan atau kelalaian. Undang-undang hanya menetapkan bahwa
kesalahan atau kelalaian tersebut haruslah mengakibatkan kerugian terhadap harta pailit. Namun, secara umum kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh kurator
di sini memiliki beberapa unsur yang harus terpenuhi, yaitu: 1.
Harus terdapat kesalahan atau kelalaian 2.
Kesalahan atau kelalaian tersebut harus dilakukan dalam rangka melaksanakan tugas pengurusan danatau pemberesan berdasarkan undang-
undang 3.
Kesalahan atau kerugian tersebut harus menyebabkan kerugian terhadap harta pailit.
Di samping itu, Undang-Undang Kepailitan juga tidak mengatur cara pertanggungjawaban para Kurator tersebut seandainya terjadi kesalahan atau
Universitas Sumatera Utara
70
kelalaian seperti yang dimaksud dalam Pasal 72. Yang dimaksud dengan “cara pertanggungjawaban” adalah apakah kerugian akibat kesalahan atau kelalaian
Kurator, ditanggung secara pribadi oleh kurator atau harta pailitlah yang akan menanggungnya. Dan bila hal ini terjadi kepada para Kurator, maka bagaimana
pertanggungjawaban di antara mereka, apakah ditanggung secara tanggung renteng atau ditanggung sendiri-sendiri diantara para Kurator.
Undang-Undang Kepailitan dan PKPU memang memungkinkan diangkatnya lebih dari satu kurator dewan kurator sesuai dengan Pasal 73.
Dimana tidak dijelaskan dalam kondisi yang bagaimana diperlukan lebih dari satu kurator. Untuk melakukan tindakan yang sah dan mengikat, para kurator
memerlukan persetujuan lebih dari ½ satu perdua jumlah kurator. Menurut Kartini Muljadi dalam hakim pengawas dan kurator dalam kepailitan serta hakim
pengawas dan kurator dalam penundaan pembayaran utang menyatakan “UUK dan PKPU tidak mengatur siapa diantara para kurator tersebut yang berhak
mewakili para kurator”. Pasal 73 UUK dan PKPU menyatakan bahwa segala tindakan kurator yang
dilakukan tanpa persetujuan hakim pengawas hakim pengawas atau panitia kreditur padahal diisyaratkan demikian oleh undang-undang, tidak mempengaruhi
sahnya perbuatan kurator tersebut terhadap orang-orang ketiga. Sedangkan menurut Jerry Hoff, Pasal 72 UUK dan PKPU tidak menciptakan tanggungjawab
yang lebih berat daripada yang dapat timbul menurut peraturan yang berlaku untuk perbuatan melawan hukum Pasal 1365 KUH Perdata. Seorang kurator
dapat dipertanggungjawabkan jika ia telah melakukan suatu perbuatan melawan
Universitas Sumatera Utara
71
hukum. Suatu tingkat kesalahan dan kelalaian cukup untuk menimbulkan tanggung jawab. Tindakan kurator tersebut dapat dibandingkan dengan tindakan
kurator yang sewajarnya dapat dipercaya.
77
Sedangkan mengenai perbuatan melawan hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 1365 KUH Perdata, menurut R. Setiawan dalam pokok-pokok hukum
perikatan, menyatakan bahwa syarat telah terjadinya suatu perbuatan melawan hukum adalah:
1. Perbuatan yang melawan hukum
a. Melanggar hak orang lain atau
b. Bertentangan dengan kewajiban hukum dari sipembuat
c. Bertentangan dengan kesusilaan
d. Bertentangan dengan kepatutan yang berlaku dalam lalu lintas masyarakat
terhadap diri atau barang-barang orang lain 2.
Harus ada kesalahan Syarat kesalahan ini dapat diukur secara obyektif da subyektif. Secara
obyektif harus dibuktikan bahwa dalam keadaan seperti itu manusia yang normal dapat menduga kemungkinan timbulnya akibat dan kemungkinan ini
akan mencegah manusia yang baik untuk berbuat atau tidak berbuat. Secara subyektif kita harus meneliti, apakah si pembuat berdasarkan keahlian yang ia
miliki dapat menduga akan akibat dari perbuatannya. 3.
Harus ada kerugian yang ditimbulkan baik kerugian materiil maupun kerugian idiil
77
Hoff, Op.Cit, hlm 71
Universitas Sumatera Utara
72
4. Adanya hubungan causal antara perbuatan dan kerugian.
78
Menurut Jerry Hoff dapat dibuat pembedaan “kapan kurator bertanggung jawab sebagai kurator dan kapan seorang kurator bertanggungjawab secara
pribadi”.
79
Disamping tanggung jawab kurator yang diatur pada Pasal 72, UUK dan PKPU juga mengatur beberapa tanggung jawab lain, tanggung jawab ini
dapat dikelompokkan berdasarkan siapa yang meminta pertanggungjawaban Kurator dan Kurator bertanggung jawab kepada :
1. Hakim Pengawas
Dalam proses pengurusan danatau pemberesan terhadap harta pailit, Kurator bertanggung jawab kepada Hakim Pengawas untuk setiap tindakan-
tindakan yang boleh dilakukannya dengan syarat telah mendapatkan persetujuan dari Hakim Pengawas.Pertanggungjawaban dimana Kurator harus menyampaikan
laporan kepada Hakim Pengawas mengenai keadaan harta pailit dan pelaksanaan tugasnya setiap 3 tiga bulan sesuai dengan Pasal 74 ayat 1.Dan pertanggung
jawaban kepada Hakim Pengawas atau laporan yang harus diberikannya setelah sebulan kepailitan berakhir yaitu setelah piutang-piutang para Kreditur yang telah
dicocokkan dibayar penuh atau setelah daftar pembagian penutup memperoleh kekuatan hukum tetap sesuai dengan Pasal 202 ayat 1.
2. Debitur Pailit
Setelah debitur dinyatakan pailit, kekuasaan atas segala hartanya yang termasuk kedalam harta pailit beralih secara hukum kepada kurator yang diangkat
melalui penetapan pengadilan.Atas pemberian kekuasaan itu kurator juga
78
R. Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan Yogyakarta: Penerbit Putra A. Bardin, 1999, hlm 75.
79
Hoff, Op.Cit, hlm 71.
Universitas Sumatera Utara
73
bertanggung jawab terhadap debitur pailit. Bila setelah pernyataan pailit tercapai perdamaian antara debitur dengan para kreditur maka kurator memberikan
pertanggungjawaban kepada debitur dihadapan hakim pengawas.Pertanggung jawaban ini diberikan setelah pengesahan perdamaian memperoleh kekuatan
hukum atas harta pailit sesuai dengan Pasal 167 ayat 1.Disamping itu pula kurator juga bertanggung jawab kepada debitur pailit atas tindakan-tindakan yang
dilakukannya tanpa persetujuan hakim Pengawas padahal UUK dan PKPU mensyaratkan.
3. Kreditur
Sama dengan diatas kurator dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada kreditur atas setiap tindakan-tindakan yang mensyaratkan adanya
persetujuan hakim pengawas namun dilakukannya tanpa persetujuan.Para kreditur memiliki hak untuk mengganti kurator berdasarkan putusan rapat kreditur sesuai
dengan Pasal 71 ayat 2. 4.
Pihak Ketiga Kurator bertanggung jawab atas setiap tindakan yang dilakukannya
terhadap pihak ketiga, misalnya tindakan pengalihan harta pailit kepada pihak ketiga. Dalam beberapa tindakan pengalihan ini diperlukan persetujuan dari
Hakim Pengawas tetapi bila syarat ini tidak dipenuhi kurator, tidak berpengaruh terhadap sahnya tindakan-tindakan tersebut terhadap pihak ketiga.
Menurut Munir Fuady yaitu “kurator bertanggung jawab kepada pihak yang dirugikan, secara pribadi atas kesalahan atau kelalaiannya dalam melakukan
pengurusan dan atau pemberesan sesuai dengan Pasal 72”.
80
Dengan demikian,
80
Munir Fuady, Op.cit, hlm 57.
Universitas Sumatera Utara
74
apabila suatu perbuatan hukum yang dilakukan oleh debitur dan perbuatan hukum tersebut dapat merugikan para kreditur serta melakukan dalam jangka waktu satu
tahun sebelum pernyataan pailit ditetapkan, sedangkan perbuatan hukum tersebut tidak wajib dilakukan debitur kecuali dapat dibuktikan sebaliknya, debitur dan
pihak dengan siapa perbuatan itu dilakukan dianggap mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa perbuatan tersebut akan mengakibatkan kerugian bagi
krediturnya.
81
Menurut sifatnya Kurator dapat melakukan perbuatan melawan hukum. Oleh karena itu, ia juga bertanggung jawab pribadi terhadap kerugian yang
diderita oleh pihak ketiga. Dalam hal ini jika tindakan Kurator yang merugikan harta pailit dan pihak ketiga, tindakan tersebut merupakan tindakan di luar
kewenangan Kurator yang diberikan padanya oleh undang-undang, yang tidak dapat dibebankan pada harta pailit dan merupakan tanggung jawab Kurator secara
pribadi. Akan tetapi apabila tindakan Kurator yang dilakukan sesuai dengan kewenangan yang diberikan kepadanya oleh undang-undang dan dilakukan
dengan itikad baik, namun oleh karena hal-hal di luar kekuasaan Kurator ternyata merugikan harta pailit, maka tidak dapat dipertanggungjawabkan secara pribadi
kepada Kurator dan kerugian tersebut dapat dibebankan pada harta pailit. Tanggung jawab Kurator ini terbagi 2 yaitu
1. Tanggung Jawab Kurator dalam Kapasitas Kurator Tanggung jawab Kurator dalam kapasitas sebagai Kurator dibebankan
pada harta pailit, dan bukan pada Kurator secara pribadi yang harus membayar kerugian. Pihak yang menuntut mempunyai tagihan atas harta kepailitan, dan
tagihannya adalah utang harta pailit, seperti:
81
Zaeni Asyhadie dan Budi Sutrisno, Op.Cit, hlm 227.
Universitas Sumatera Utara
75
a. Kurator lupa untuk memasukkan salah satu Kreditor dalam rencana
distribusi; b.
Kurator menjual aset Debitor yang tidak termasuk dalam harta kepailitan; c.
Kurator menjual aset pihak ketiga; d.
Kurator berupaya menagih tagihan Debitor yang pailit dan melakukan sita atas properti Debitor, kemudian terbukti bahwa tuntutan Debitor itu palsu.
Kerugian yang timbul sebagai akibat dari tindakan Kurator tersebut di atas tidaklah menjadi beban harta pribadi Kurator melainkan menjadi beban harta
pailit. 2. Tanggung Jawab Pribadi Kurator
Kerugian yang muncul sebagai akibat dari tindakan atau tidak bertindaknya Kurator menjadi tanggung jawab Kurator. Dalam hal ini Kurator
bertanggungjawab secara pribadi. Kurator harus membayar sendiri kerugian yang ditimbulkannya. Tanggung jawab ini dapat terjadi, misalnya jika Kurator
menggelapkan harta kepailitan. Apabila kerugian yang timbul adalah akibat dari kelalaian atau karena ketidak profesionalan Kurator, maka akan menjadi tanggung
jawab Kurator. Oleh karena itu kerugian tersebut tidak dibebankan pada harta pailit.
Pembebanan tanggung jawab atas kerugian harta pailit kepada Kurator akan membuat Kurator menjadi tidak kreatif dalam melaksanakan tugasnya,
terutama dalam upaya untuk meningkatkan nilai harta pailit. Sebaliknya tidak semua tindakan hukum yang dilakukan oleh Kurator harus dengan begitu saja
diterima oleh Debitor pailit. Debitor pailit diperbolehkan dengan surat
Universitas Sumatera Utara
76
permohonan mengajukan perlawanan yang ditujukan kepada Hakim Pengawas terhadap setiap perbuatan melenceng yang dilakukan oleh Kurator ataupun
meminta dikeluarkannya perintah hukum, agar Kurator melakukan suatu perbuatan yang telah dirancangkan.
Berkaitan dengan tanggung jawab kurator dalam melaksanakan tugasnya, dapat atau tidak dikategorikan bahwa kurator telah merugikan harta pailit akibat
dari tidak terpenuhinya seluruh tagihan para kreditor khususnya kreditor konkuren, atau ada kreditor konkuren yang tidak mendapatkan pembayaran sama
sekali atau tidak penuh mendapatkan pembayaran sesuai dengan jumlah tagihannya, sementara itu harta pailit sudah sedemikian adanya. Atau sebaliknya,
kerugian yang dialami kreditor seperti dimaksud diatas apakah dapat dikategorikan sebagai akibat kesalahan atau kelalaian dari kurator dalam
melaksanakan tugasnya dan dapatkah hal tersebut dikatakan sebagai perbuatan melawan hukum, hal ini selalu menjadi perdebatan dan tidak jarang menjadi
permasalahan-permasalahan yang menghambat. Di dalam putusan Majelis hakim yang memutus perkara tersebut seperti
telah diuraikan di atas, menunjukan bahwa belum sampai pada tahap pemeriksaan pokok perkara karena eksepsi absolut dari Tergugat I diterima. Hingga timbul
suatu ketidakjelasan, seharusnya kemana gugatan perbuatan melawan hukum terhadap kurator diajukan, apakah ke pengadilan negeri atau pengadilan niaga,
serta dapat atau tidak kurator dimintakan pertanggungjawabannya berkaitan dengan anggapan dari beberapa kreditor bahwa kerugian para penggugat adalah
akibat kesalahan atau kelalaian dari kurator dalam melaksanakan tugasnya yang
Universitas Sumatera Utara
77
merupakan suatu perbuatan melawan hukum. Terlepas dari hal itu, mengingat Pasal 1365 KUHPerdata yang menentukan: “Tiap perbuatan melawan hukum,
yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.” Untuk itu, para
kreditor yang merasa dirugikan oleh kurator dalam melaksanakan tugas pengurus dan atau pemberesan harta pailit, mempunyai hak dan dimungkinkan untuk
mengajukan gugatan perbuatan melawan hukum. Berdasarkan penjelasan yang tersebut di atas, maka tampak jelas bahwa
selain memiliki kewenangan yang besar dalam rangka pengurusan harta milik debitur pailit, kurator juga memiliki tanggung jawab yang besar dan berat. Sebab
setiap kesalahan atau kelalaian oleh kurator yang mengakibatkan kerugian terhadap harta debitur pailit ataupun pihak pihak kreditur serta debitur, bisa
berakibat pada pembebanan tanggung jawab pribadi kepada kurator. Tanggung jawab pribadi ini telah diatur secara jelas dalam UUK-PKPU dan KUHPerdata.
Namun ada kalanya juga tanggung jawab yang timbul sifatnya tidak pribadi, namun hanya “tanggung sebagai seorang kurator.” Tanggung jawab ini timbul bila
memang tidak ada unsur kesalahan ataupun kelalaian dalam pengurusan harta debitur pailit. Kerugian yang timbul dalam hal ini ditanggung oleh harta debitur
pailit.
BAB IV PENGURUSAN DAN PEMBERESAN YANG DILAKUKAN OLEH