Reduksi Data Teknik Analisa Data
Salah satu kelompok batik di Giriloyo yang telah berkembang ialah Kelompok Batik Sri Kuncoro. Kelompok batik tersebut merupakan penghasil
batik halusan dimana hasil karyanya memiliki tingkat kerumitan yang tinggi. Kelompok Batik ini di kelola oleh Imaroh selaku pemilik dari kelompok batik
tersebut. Kelompok batik ini merupakan usaha batik turun temurun dari keluarganya. Imaroh telah membatik sejak berumur sembilan tahun sampai saat
ini dan telah memiliki banyak karya batik. Selain itu, imaroh juga dapat menggambar atau membuat pola gambar langsung pada kain. Hal tersebutlah yang
membuat Kelompok Batik Sri Kuncoro dapat berkembang, karena mampu mengkreasikan, mengembangkan, dan menempatkan hasil gambaran pada batik.
Dalam wawancara dengan Imaroh wawancara langsung, 27 Februari 2014, menyatakan bahwa Kelompok Batik Sri Kuncoro telah ada sejak dahulu,
hanya saja belum memiliki nama atau label batik. Dahulunya kelompok batik ini hanya perajin batik biasa, belum berkembang pesat dan struktur organisasinya
juga belum terbentuk. Kelompok batik ini tidak memproduksi batik sendiri, akan tetapi hanya menerima pesanan yaitu berupa pengerjaan pada proses pencantingan
yaitu pada tahap nglowongi dan isen- isen. Pesanan tersebut berasal dari keluarga di sekitar lingkungan kraton. Kelompok batik tersebut juga baru memiliki lima
orang karyawan dan karya batik yang dimiliki belumlah banyak, tidak seperti saat ini. Hal tersebut dikarenakan batik belum berkembang dan belum adanya proses
pembuatan batik secara keseluruhan baik dari proses pengerjaan barang mentah sampai menjadi barang jadi. Penyebabnya ialah belum adanya pengetahuan secara
lebih luas mengenai ilmu batik.
Menurut Imaroh wawancara langsung, 27 Februari 2014, menyatakan bahwa, sebelum didirikan dan diresmikannya Kelompok Batik Sri Kuncoro ini,
pada tahun 2006 tepatnya pada tanggal 27 Mei, terdapat musibah gempa bumi yang melanda Daerah Istimewa Yogyakarta. Gempa ini mengakibatkan banyak
korban jiwa dan kerusakan pada bangunan-bangunan baik gedung, rumah, pasar dan rusaknya segi ekonomi masyarakat. Kerusakan yang paling parah terdapat di
Kabupaten Bantul. Salah satu kabupaten yang berada di sebelah selatan Kota Yogyakarta. Akibatnya, terdapat banyak perajin batik yang gulung tikar atau
bangkrut, dan berpengaruh pada segi perekonomian di Kabupaten Bantul dan sekitarnya. Kelompok Batik Sri Kuncoro berada di daerah Kabupaten Bantul dan
juga termasuk lokasi terparah akibat gempa tersebut. Proses produksi batik menjadi terhenti karena rumah produksi ambruk, sehingga berhenti hingga
beberapa bulan. Tidak lama kemudian, para perajin batik di Giriloyo, khususnya di Kelompok Batik Sri Kuncoro yang dipimpin oleh Imaroh, memulai
kegiatannya dalam proses pembuatan batik mulai dari awal. Dalam perjalanannya memulai usaha, dari LSM Kabupaten Bantul,
mengadakan pelatihan dan seminar batik kepada perwakilan setiap kelompok batik di Giriloyo. Pelatihan tersebut ialah berupa penjelasan dan praktek langsung
dalam pembuatan batik, mulai dari awal pembuatan sampai dalam wujud barang jadi. Selain itu, dijelaskan tentang ilmu dasar- dasar batik. Pelatihan tersebut
dilatih oleh Balai Besar Kerajinan Batik Yogyakarta. Menurut Imaroh, pelatihan ini sangat bermanfaat bagi para perajin batik khususnya untuk pengetahuan para
karyawannya.