Tujuan Konseling Karakteristik konseling

membantu individu membuat dan memelihara perubahan diet yang dibutuhkan. Tujuan dari konseling gizi adalah menolong seseorang membuat dan memelihara perubahan pengetahuan makan. Seseorang yang mempunyai masalah gizi, memerlukan perubahan untuk makan yang lebih sehat. Seorang konselor menurut Sofyan 2004 akan mendengarkan apa yanga dikatakan kliennya, dan konselor mencoba memahami apa yang klien rasakan. Konselor membantu klien untuk meningkatkan kepercayaan, sehingga klien dapat mengontrol situasi yang diinginkan. Hubungan konseling bersifat interpersonal. Hubungan konseling terjadi dalam bentuk wawancara secara tatap muka antara konselor dengan klien. Hubungan itu tidak hanya dari kedua belah pihak yang meliputi: pikiran, perasaaan, pengalaman, nilai-nilai, kebutuhan, harapan, dan lain- lain. Keefaktifan konseling sebagia besar ditentukan oleh kualitas hubungan antara konselor dengan kliennya. Dilihat dari segi konselor, kualitas hubungan itu tergantung kemampuannya dalam menerapkan teknik-teknik konseling dan kualitas pribadinya.

2. Tujuan Konseling

Membantu orang tua klien bayi atau anak dalam melihat permasalahannya supaya lebih jelas sehingga klien dapat memilih sendiri jalan keluarnya.

3. Karakteristik konseling

Carl Rogers 1971, menyebutkan tiga karakterisitik konselor yang efektif adalah: a. Congruence Genuineness, Authenticity Kongruensi itu sangat penting sebagai dasar sikap yang harus dipunyai oleh seorang konselor. Ia harus paham tentang dirinya sendiri, berarti pikiran, perasaan dan pengalamannya haruslah serasi. Kalau seseorang mempunyai pengalaman marah, maka perasaan dan pikirannya harus marah, yang tercermin pula dalam tindakannya. Ia harus memahami bias-bias yang ada dalam dirinya, prasangka- prasangka yang mewarnai pikirannya. Ia harus tau kelemahan dan aset- aset yang dipunyainya. Kalau ia menyadari hal ini, ia dapat membuat pembedaan antara dirinya dan orang lain. Ia tahu bahwa orang lain bukanlah dirinya. b. Unconditional positive regard Acceptance Penerimaan tanpa syarat atau respek kepada klien harus mampu ditunjukan oleh seorang konselor kepada kliennya. Ia harus dapat menerima bahwa orang-orang yang dihadapinya mempunyai nilai-nilai sendiri, kebutuhan-kebutuhan sendiri yang lain dari pada yang dimiliki olehnya. Asumsi dasar yang melandasi Acceptande adalah : 1 Individu mempunyai infinite worth and dignity. Individu mempunyai harkat dan martabat yang tak terbatas. 2 Adalah hak manusia untuk membuat keputusannya sendiri dan untuk menjalani hidupnya sendiri. 3 Orang mempunyai kamampuan atau potensi untuk memilih secara bijaksana, dan menjalani hidup yang teraktualisasi dan bermakna secara sosial. 4 Setiap orang bertanggung jawab untuk hidupnya sendiri. c. Empati Empati adalah konsep yang sepertinya mudah dipahami sulit untuk dicerna. Empati itu sangat sederhana, yaitu dengan memahami orang lain dari sudut kerangka berpikir orang lain tersebut, empati yang dirasakan harus juga diekspresikan, dan orang yang melakukan empati harus yang “kuat”, ia harus dapat menyingkirkan nilai-nilainya sendiri, tetapi ia tidak pula boleh terlarut di dalam nilai-nilai orang lain. Baruth dan Robinson III 1987, menyebutkan beberapa karakteristik konselor yang efektif sebagai berikut : 1 Terampil “menjangkau” reaching out kliennya. 2 Mampu menumbuhkan perasaan percaya, kredibilitas dan yakin dalam diri orang yang akan dibantunya. 3 Mampu “menjangkau” kedalam dan keluar. 4 Berkeinginan mengkomunikasikan caring dan respek untuk orang yang sedang dibantunya. 5 Menghormati diri sendiri dan tidak menggunakan orang yang sedang dibantunnya sebagai sarana untuk memuaskan kebutuhannya sendiri. 6 Mempunyai sesuatu pengetahuan dalam bidang tertentu yang akan mempunyai makna khusus bagi orang yang dibantunya. 7 Mampu memahami tingkah laku orang yang akan dibantunya tanpa menerapkan value judgments. 8 Mampu melakukan penalaran secara sistematis dan berpikir dalam kerangka system. 9 Tidak ketinggalan zaman dan memiliki pandangan luas tentang hal- hal yang terjadi di dunia. 10 Mampu mengidentifikasi pola-pola tingakh laku yang self- defeating, yang merugikan dan membantu orang lain mengubah pola tingkah laku yang merugikan dan membantu orang lain mengubah pola tingkah laku yang merugikan diri sendiri ini menjadi pola tingkah laku yang lebih memuaskan.

4. Media Konseling

Dokumen yang terkait

Pengaruh Karakteristik Ibu Menyusui Terhadap Pemberian Asi Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Tahun 2007

0 27 61

Faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu dalam memberikan makanan pendamping air susu ibu di Puskesmas Pamulang 2010

5 16 101

Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014

6 39 152

Alasan Ibu Memberikan Makanan Pendamping ASI Dini Dengan Pendekatan Teori Health Belief Model Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2013

1 36 196

HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PERILAKU IBU TENTANG PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) DENGAN PERKEMBANGAN Hubungan Antara Perilaku Ibu Tentang Pemberian Makanan Pendamping Asi (Mp-Asi) Dengan Perkembangan Motorik Halus Pada Bayi Di Kelurahan Bulakan

0 3 17

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP ASI) PADA ANAK USIA 0-24 BULAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWODADI KECAMATAN PURWODADI KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2010.

1 5 114

HUBUNGAN POLA PEMBERIAN ASI DAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU ( MP – ASI ) DENGAN STATUS GIZI PADA BAYI DI PUSKESMAS BANDARHARJO SEMARANG 2008 - UDiNus Repository

0 0 2

BACA DULU cara membuka KTI Skripsi kode050

0 0 3

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) DINI DI PUSKESMAS JETIS 1 BANTUL

0 0 9

HUBUNGAN KETEPATAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 0-12 BULAN DI PUSKESMAS UMBULHARJO I

0 0 10