ASI Ekslusif Manajemen Terpadu Balita Sakit MTBS

9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. ASI Ekslusif

ASI Eksklusif adalah makanan terbaik yang harus diberikan pada bayi, karena didalamnya terkandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi yang tidak terdapat pada susu sapi, dan ASI diberikan selama enam bulan pertama kehidupan Depkes RI, 2006. ASI Ekslusif adalah bayi hanya diberikan ASI tanpa makanan atau minuman lain termasuk air putih, kecuali obat, vitamin dan mineral dan ASI yang diperas. ASI ekslusif adalah pemberian ASI sepenuhnya tanpa disertai tambahan atau selingan apapun sejak bayi lahir sampai bayi berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi mulai dikenalkan dengan makanan lain dan tetap diberikan ASI sampai bayi berumur dua tahun Budiasih, 2008. ASI eksklusif menurut WHO 2003 yaitu bayi hanya diberi ASI saja sebagai sumber makanan tanpa cairan atau makanan lainnya kecuali obat- obatan, suplemen vitamin dan mineral yang diberikan karena alasan medis. Bayi yang menerima ASI sebagai sumber makanan tetapi juga menerima air, sari buah, vitamin dan mineral serta obat-obatan disebut predominan predominant breastfeeding. ASI Eksklusif atau lebih tepat disebut pemberian ASI secara eksklusif adalah hanya diberi air susu ibu saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan dan tanpa makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim sampai bayi berumur 6 bulan Roesli, 2005. Jadi dapat disimpulkan bahwa ASI Eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi baru lahir sampai usia 6 bulan, bayi hanya dibarikan ASI saja tanpa tambahan cairan lain, kecuali obat-obatan, suplemen vitamin dan mineral yang dibarikan karena alasan medis.

B. Makanan pendamping Air Susu Ibu MP-ASI

1. Pengertian MP-ASI

Makanan pendamping ASI MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi diberikan pada bayi atau anak yang berumur 6-24 bulan untuk memenuhi kebutuhan gizinya Depkes, 2006. Semakin meningkat umur bayi atau anak, kebutuhan akan zat gizi semakin bertambah karena proses tumbuh kembang, sedangkan ASI yang dihasilkan kurang memenuhi kebutuhan gizi. MP-ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi atau anak. Pemberian MP-ASI yang cukup dalam kualitas dan kuantitas penting untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan anak yang bertambah pesat pada periode ini Depkes, 2000. Makanan Pendamping ASI MP-ASI adalah makanan yang diberikan kepada bayi yang telah berusia enam bulan atau lebih karena ASI tidak lagi memenuhi kebutuhan gizi bayi. Pemberian MP-ASI ini diberikan pada anak yang berusia 6 sampai 24 bulan secara berangsur-angsur untuk mengembangkan kemampuan anak mengunyah dan menelan serta menerima macam-macam makanan dengan berbagai tekstur dan rasa. Pemberian MP-ASI harus bertahap dan bervariasi, mulai dari bentuk bubur cair ke bentuk bubur kental, sari buah, buah segar, makanan lumat, makanan lembik dan akhirnya makanan padat Sulistijani, 2001. Sesudah bayi berumur 6 bulan, secara berangsur angsur perlu makanan pendamping berupa sari buah, atau buah- buahan, nasi tim, makanan lunak, dan akhirnya makanan lembek. Adapun tujuan pemberian makanan pendamping adalah : a. Melengkapi zat gizi ASI yang kurang b. Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima macam-macam makanan dengan berbagai rasa dan bentuk c. Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan Depkes RI, 2004. MP-ASI sebaiknya diberikan pada bayi yang telah berusia enam bulan karena jika diberikan terlalu dini akan menurunkan konsumsi ASI dan bayi dapat mengalami gangguan pencernaan atau dapat terjadi diare. Risiko pemberian MP-ASI sebelum usia enam bulan adalah kenaikan berat badan yang terlalu cepat risiko obesitas, alergi terhadap salah satu zat gizi yang terdapat dalam makanan tersebut, mendapat zat-zat tambahan seperti garam dan nitrat yang dapat merugikan, mungkin saja dalam makanan padat yang dipasarkan terdapat zat pewarna maupun zat pengawet, dan kemungkinan terjadinya pencemaran dalam penyediaan dan penyimpanannya. Sebaliknya, penundaan pemberian MP-ASI akan menghambat pertumbuhan bayi karena energi dan zat-zat gizi yang dihasilkan ASI tidak mencukupi kebutuhan lagi sehingga akan mengakibatkan kurang gizi Pudjiadi, 2005. 2. Anjuran WHO tentang MP-ASI Dalam deklarasi Innocenti yang dilakukan antara perwakilan WHO dan UNICEF pada tahun 1991, mendefinisikan bahwa pemberian makan bayi yang optimal adalah pemberian ASI eksklusif mulai dari saat lahir hingga usia 4-6 bulan dan terus berlanjut hingga tahun kedua kehidupan. Makanan tambahan yang sesuai baru diberikan ketika bayi berusia sekitar 6 bulan. Selanjutnya WHO menyelenggarakan konvensi Expert Panel Meeting yang meninjau dari 3000 makalah riset dan menyimpulkan bahwa periode 6 bulan merupakan usia bayi yang optimal untuk pemberian ASI esksklusif Gibney, MJ et all, 2009. Pemberian makanan setelah bayi berusia 6 bulan memberikan perlindungan besar dari berbagai penyakit. Hal ini disebabkan imunitas bayi kurang dari 6 bulan sudah lebih sempurna dibandingkan umur bayi lebih dari 6 bulan. Pemberian MP-ASI sebelum berumur 6 bulan lebih banyak terserang diare, sembelit, batuk pilek, dan panas dibandingkan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif Williams, L Wilkins, 2006. Saat bayi berusia 6 bulan atau lebih, sistem pencernaannya sudah relatif sempurna dan siap menerima MP-ASI. Beberapa enzim pemecah protein seperti asam lambung, pepsin, lipase, amylase baru akan diproduksi sempurna. Saat bayi berusia kurang dari 6 bulan, sel-sel di sekitar usus belum siap menerima kandungan dalam makanan, sehingga makanan yang masuk dapat menyebabkan reaksi imun dan terjadi alergi. Menunda pemberian MP-ASI hingga 6 bulan melindungi bayi dari obesitas di kemudian hari. Bahkan pada kasus ekstrim pemberian MP-ASI dini dapat meyebabkan penyumbatan saluran cerna dan harus dilakukan pembedahan Gibney, NJ et all. 2009. 3. Syarat-syarat Makanan Pendamping ASI Makanan tambahan untuk bayi harus mempunyai sifat fisik yang baik, yaitu rupa dan aroma yang layak. Selain itu, dilihat dari segi kepraktisan, makanan bayi sebaiknya mudah disiapkan dengan waktu pengolahan yang singkat. Makanan Pendamping ASI harus memenuhi persyaratan khusus tentang jumlah zat-zat gizi yang diperlukan bayi seperti protein, energi, lemak, vitamin, mineral dan zat-zat tambahan lainnya Nadesul, 2007. Menurut Muchtadi 2004 hal- hal penting yang harus diperhatikan dalam pemberian makanan tambahan pada bayi adalah sebagai berikut : a. Makanan bayi termasuk ASI harus mengandung semua zat gizi yang diperlukan bayi. b. Makanan tambahan harus kepada bayi yang telah berumur 6 bulan sebanyak 4-6 kalihari. c. Sebelum berumur 2 tahun bayi belum dapat mengkonsumsi makanan orang dewasa. d. Makanan campuran ganda multi mix yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, dan sumber vitamin lebih cocok bagi bayi, baik ditinjau dari nilai gizinya maupun sifat fisik makanan tersebut. e. Makanan harus diolah dari bahan makanan yang bersih dan aman. Harus di jaga keamanan terhadap kontaminasi dari mikrobiolagi berbahaya seperti kuman, virus, parasit dan zat kimia, racun yang berbahaya, mulai dari persiapan bahan makanan, pengolahan, penyimpanan, distribusi sampai dengan penyajian. f. Bahan lainnya dapat ditambahkan untuk mempertahankan konsistensi dan rasa makanan asal tidak mengandung zat berbahaya, misalnya gula, garam, dan lainnya. g. Fortifikasi makanan adalah penambahan zat gizi tertentu ke dalam bahan makanan atau makanan sehingga mencapai kadar yang dapat meningkatkan status gizi. Pada MP-ASI yang penting adalah penambahan zat gizi mikro seperti zat besi, yodium ke dalam biskuit, cookies, roti, garam dan makanan suplemen. Kendala penambahan zat gizi mikro ke dalam makanan adalah perubahan cita rasa dan warna, perubahan tekstur dan lain-lain, sehingga memerlukan suatu aplikasi teknologi yang memadai agar dapat mencapai tujuannya. MP-ASI yang dibuat di rumah tangga MP-ASI tradisional pada umumnya kurang memenuhi kebutuhan zat gizi terutama micronutrien seperti Fe, Zn, apalagi pada keluarga dengan tingkat sosial ekonomi yang rendah yang gambarannya dapat dilihat sebagai berikut ini: untuk memenuhi kebutuhan zat besi bayi 6 – 12 bulan 6,8 mg dibutuhkan 108 gr hati ayam 4 pasang atau 550 gr telur atau 500 gr ikan atau 450 gr daging sapi atau 350 gr kacang kacangan sehingga sulit untuk dapat diberikan dari dapur ibu Sunawang, 2000. Pendapat lain, pembuatan MP-ASI di tingkat rumah tangga masih cukup untuk memnuhi kebutuhan gizi apabila dilakukan pengaturan pada sumber makanan bergizi yang sesuai dengan bahan makanan, lokasi yang tersedia baik variasi dan jumlah yang dibutuhkan masing-masing anak. Hal ini dapat terlihat dengan mengatur komposisi jumlah dan jenis makanan untuk makan pagi, makan siang dan makan sore di samping pemberian ASI yang terus dilanjutkan sampai minimal anak berusia 2 tahun seperti berikut ini: makan pagi dengan semangkuk kecil bubur havermout, makan siang dengan sepiring sedang 3 sendok makan nasi, 1 sendok kacang merah, dan setengah butir jeruk, dan makan malam dengan sepiring sedang 3 sendok makan nasi, 1 sendok makan hati dan 1 sendok makan sayuran hijau. Dengan demikian kebutuhan energi hampir terpenuhi, demikian pula dengan kebutuhan protein, vitamin A maupun zat besi. Berdasarkan uraian diatas, makanan tambahan bayi sebaiknya memiliki beberapa kriteria sebagai berikut : 1. Memiliki nilai energi dan kandungan protein yang tinggi. 2. Memiliki nilai suplementasi yang baik serta mengandung vitamin dan mineral yang cocok. 3. Dapat diterima oleh alat pencernaan yang baik. 4. Harganya relatif murah. 5. Sebaiknya dapat diproduksi dari bahan-bahan yang tersedia secara lokal. 6. Bersifat padat gizi. 7. Kandungan serat kasar atau bahan lain yang sukar dicerna dalam jumlah sedikit, jarena kandungan serat kasar yang terlalu banyak justru akan mengganggu pencernaan bayi Murianingsih dan Sulastri, 2003.

4. Prinsip Pemberian MP-ASI

Memasuki usia enam bulan bayi telah siap menerima makanan bukan cair, karena gigi telah tumbuh dan lidah tidak lagi menolak makanan setengah padat. Di samping itu, lambung juga telah lebih baik mencerna zat tepung. Menjelang usia sembilan bulan bayi telah pandai menggunakan tangan untuk memasukkan benda ke dalam mulut. Karena itu jelaslah bahwa pada saat tersebut bayi siap mengkonsumsi makanan setengah padat Arisman, 2004. Selain itu, saat bayi berusia enam bulan ke atas, sistem pencernaannya juga sudah relatif sempurna dan siap menerima MP-ASI. MP-ASI sebaiknya diberikan secara bertahap, sedikit demi sedikit dalam bentuk encer secara berangsur-angsur ke bentuk yang lebih kental Arisman, 2004.

5. Tahap Pemberian MP-ASI

Menurut Depkes 2007 dalam buku Kesehatan Ibu dan Anak, pemberian makanan pada bayi dan anak umur 0-24 bulan yang baik dan benar sebagai berikut: 1 Umur 0-6 bulan a. Berikan ASI setiap bayi menginginkan, sedikitnya 8 kali sehari, pagi, siang, sore, maupun malam b. Jangan berikan makanan atau minuman lain selain ASI ASI eksklusif c. Susui dengan payudara kiri atau kanan secara bergantian 2 Umur 6-12 bulan a. Umur 6-9 bulan, kenalkan makanan pendamping ASI dalam bentuk lumat dimulai dari bubur susu sampai nasi tim lunak, 2 kali sehari. Setiap kali makan diberikan sesuai umur: I. 6 bulan : 6 sendok makan II. 7 bulan : 7 sendok makan III. 8 bulan : 8 sendok makan b. Untuk umur 9-12 bulan, beri makanan pendamping ASI dimulai dari bubur nasi sampai nasi tim sebanyak 3 kali sehari. Setiap makan berikan sesuai umur : I. 9 bulan : 9 sendok makan II. 10 bulan : 10 sendok makan III. 11 bulan : 11 sendok makan c. Beri ASI terlebih dahulu kemudian makanan pendamping ASI d. Pada makanan pendamping ASI, tambahkan telur ayam ikan tahu tempe daging sapi wortel kacang hijau santan minyak pada bubur nasi. e. Bila menggunakan makanan pendamping ASI dari pabrik, baca cara menyiapkannya, batas umur, dan tanggal kadaluarsa. f. Beri makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan, seperti bubur kacang hijau, biskuit, pisang, nagasari, dan sebagainya. g. Beri buah-buahan atau sari buah, seperti jeruk manis dan air tomat saring. h. Bayi mulai diajarkan makan dan minum sendiri menggunakan gelas dan sendok 3 Umur 12-24 bulan a. Teruskan pemberian ASI sampai umur 2 tahun b. Berikan nasi lembek 3 kali sehari c. Tambahkan telur ayam ikan tahu daging sapi wortel bayam kacang hijau santan minyak pada nasi lembek. d. Beri makan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan, seperti kacang hijau, biscuit, pisang, nagasari, dan sebagainya. e. Beri buah-buahan atau sari buah. f. Bantu anak untuk makan sendiri. 6. Jenis-jenis MP-ASI a MP-ASI yang baik adalah terbuat dari bahan makanan segar, seperti: tempe, kacang-kacangan, telur ayam, hati ayam, ikan, sayur mayur dan buah-buahan. Jenis-jenis MP-ASI yang dapat diberikan adalah: Makanan Lumat adalah makanan yang dihancurkan atau disaring tampak kurang merata dan bentuknya lebih kasar dari makanan lumat halus, contoh: bubur susu, bubur sumsum, pisang saringdikerok, pepaya saring, tomat saring, nasi tim saring, dll. b Makanan Lunak adalah makanan yang dimasak dengan banyak air dan tampak berair, contoh: bubur nasi, bubur ayam, nasi tim, kentang puri dll. c Makanan Padat adalah makanan lunak yang tidak nampak berair dan biasanya disebut makanan keluarga, contoh: lontong, nasi tim, kentang rebus, biskuit, dll Tabel 2.1 Pola Makanan Bayi dan Baduta berdasarkan jenis makanan Umur bulan ASI Makanan Lumat Makanan Lunak Makanan Padat – 6 √ 6 – 9 √ √ 9 – 12 √ √ 12 – 24 √ √ Sumber : Depkes RI 2007 Agar makanan pendamping dapat diberikan dengan efisien, sebaiknya diperhatikan cara-cara pemberian sebagai berikut : a. Diberikan secara hati-hati, sedikit demi sedikit, dari bentuk encer secara berangsur-angsur ke bentuk yang lebih kental. b. Makanan baru diperkenalkan satu persatu dengan memperhatikan bahwa makanan betul-betul dapat diterima dengan baik. c. Makanan yang menimbulkan alergi yaitu sumber protein hewani diberikan terakhir. Urutan pemberian makanan tambahan biasanya adalah: buah-buahan, tepung-tepungan, sayuran, dan daging . d. Cara memberikan makanan bayi dipengaruhi perkembangan emosionalnya. Makanan jangan dipaksakan, sebaiknya diberikan pada waktu lapar. Notoatmodjo, 2007. 7. Manfaat pemberian MP-ASI Tujuan dan pentingnya pemberian MP-ASI menurut Persatuan Ahli Gizi Indonesia Persagi, 1992 antara lain: a. Melengkapi zat-zat gizi yang kurang terdapat dalam ASI. b. Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam-macam makanan dengan berbagai rasa dan tekstur. c. Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan. d. Melakukan adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energi yang tinggi. 8. Manfaat Pemberian MP-ASI sesuai tahapan umur Setelah usia 6 bulan, ASI hanya memenuhi sekitar 60-70 kebutuhan gizi bayi. Sehingga bayi mulai membutuhkan makanan pendamping ASI MP-ASI. Pemberian makanan padat pertama ini harus memperhatikan kesiapan bayi, antara lain keterampilan motorik, keterampilan mengecap dan menguyah serta penerimaan tarhadap rasa dan bau. Untuk itu, pemberian makanan pada pertama perlu dilakukan secara bertahap. Misalnya, untuk melatih indera pengecapnya, berikan bubur susu satu rasa dahulu, baru kemudian dicoba dengan multirasa depkes, 200, Bowman, BA, et all, 2001 dalam Albertus Setiawan, 2009. 9. Kerugian Memberikan MP-ASI Terlalu Dini Risiko pemberian MP-ASI pada bayi terlalu dini yaitu infeksi saluran pencernaan muntah, diare, infeksi saluran pernapasan, meningkatkan resiko alergi, meningkatkan resiko serangan asma, menurunkan perkembangan kecerdasan kognitif, meningkatkan resiko kegemukan obesitas, meningkatkan resiko kencing manis diabetes, meningkatkan risiko infeksi telinga tengah, meningkatkan kurang gizi, meningkatkan resiko kematian Roesli, 2008. 10. Kerugian Bila Terlambat Memberikan MP-ASI Resiko pemberian MP-ASI pada bayi bila terlambat yaitu: a. Berat badan bayi tidak bertambah, malah menjadi kurang gizi. b. Akan lebih sulit membujuk bayi mulai makan makanan padat pada usia lebih tua. c. Bayi yang tidak dilatih makan pada umur 6 bulan biasanya tidak mahu makanan lain selain ASI, susu formula, atau minuman cair sesudah berumur 1 tahun. Keadaan ini akan menyebabkan bayi kekurangan gizi. Husein Albar, 2004. 11. Permasalahan dalam Pemberian MP-ASI Dari hasil beberapa penelitian menyatakan bahwa keadaan kurang gizi pada bayi dan anak disebabkan karena kebiasaan pemberian MP-ASI yang tidak tepat. Keadaan ini memerlukan penanganan tidak hanya dengan penyediaan pangan, tetapi dengan pendekatan yang lebih komunikatif sesuai dengan tingkat pendidikan dan kemampuan masyarakat. Selain itu ibu-ibu kurang menyadari bahwa setelah bayi berumur 6 bulan memerlukan MP- ASI dalam jumlah dan mutu yang semakin bertambah, sesuai dengan pertambahan umur bayi dan kemampuan alat cernanya. 12. Beberapa kesalahanketidak tepatan dalam pemberian makanan bayi atau anak umur 0-24 bulan Husein Albar, 2004: a. Pemberian Makanan Pralaktal Makanan sebelum ASI keluar Makanan pralaktal adalah jenis makanan seperti air kelapa, air tajin, air teh, madu, pisang, yang diberikan pada bayi yang baru lahir sebelum ASI keluar. Hal ini sangat berbahaya bagi kesehatan bayi, dan mengganggu keberhASIlan menyusui. b. Kolostrum dibuang Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari-hari pertama, kental dan berwarna kekuning-kuningan. Masih banyak ibu-ibu yang tidak memberikan kolostrum kepada bayinya. Kolostrum mengandung zat kekebalan yang dapat melindungi bayi dari penyakit dan mengandung zat gizi tinggi. Oleh karena itu kolostrum jangan dibuang. c. MP-ASI yang diberikan tidak cukup Pemberian MP-ASI pada periode umur 6-24 bulan sering tidak tepat dan tidak cukup baik kualitas maupun kuantitasnya. Adanya kepercayaan bahwa anak tidak boleh makan ikan dan kebiasaan tidak menggunakan santan atau minyak pada makanan anak, dapat menyebabkan anak menderita kurang gizi terutama energi dan protein serta beberapa vitamin penting yang larut dalam lemak. d. Pemberian MP-ASI sebelum ASI Pada usia 6 bulan, pemberian ASI yang dilakukan sesudah MP-ASI dapat menyebabkan ASI kurang dikonsumsi. Pada periode ini zat-zat yang diperlukan bayi terutama diperoleh dari ASI. Dengan memberikan MP-ASI terlebih dahulu berarti kemampuan bayi untuk mengkonsumsi ASI berkurang, yang berakibat menurunnya produksi ASI. Hal ini dapat berakibat anak menderita kurang gizi. Seharusnya ASI diberikan dahulu baru MP-ASI. e. Frekuensi pemberian MP-ASI kurang Frekuensi pemberian MP-ASI dalam sehari kurang akan berakibat kebutuhan gizi anak tidak terpenuhi. f. Pemberian ASI terhenti karena ibu kembali bekerja Di daerah kota dan semi perkotaan, ada kecenderungan rendahnya frekuensi menyusui dan ASI dihentikan terlalu dini pada ibu-ibu yang bekerja karena kurangnya pemahaman tentang manajemen LAKTASI pada ibu bekerja. Hal ini menyebabkan konsumsi zat gizi rendah apalagi kalau pemberian MP-ASI pada anak kurang diperhatikan. g. Kebersihan kurang Pada umumnya ibu kurang menjaga kebersihan terutama pada saat menyediakan dan memberikan makanan pada anak. Masih banyak ibu yang menyuapi anak dengan tangan, menyimpan makanan matang tanpa tutup makanantudung saji dan kurang mengamati perilaku kebersihan dari pengasuh anaknya. Hal ini memungkinkan timbulnya penyakit infeksi seperti diare mencret dan lain-lain. h. Prioritas gizi yang salah pada keluarga Banyak keluarga yang memprioritaskan makanan untuk anggota keluarga yang lebih besar, seperti ayah atau kakak tertua dibandingkan untuk anak baduta.

C. Konseling

1. Pengertian

Konseling counsel berasal dari bahasa Latin consilium yang berarti “bersama-sama” atau “bercakap bersama”. Kata konseling menurut WHO 1993 terkadang diterjemahkan berbeda. Beberapa bahasa menerjemahkan konseling sebagai pemberian nasihat advising. Konseling dari sekedar member nasehat sederhana, maka dia akan mengatakan apa yang dipikirkan dan apa yang harus dikerjakan. Hal ini berbeda apabila seseorang melakukan konseling, maka dia tidak akan mengatakan apa yang harus dilakukan, tetapi akan membantu memutuskan apa yang terbaik bagi dirinya. Konseling adalah suatu komunikasi dua arah antara konselor dan klien yang bertujuan membantu klien untuk memutuskan apa yang akan dilakukan dalam mengatasi masalah yang dialami oleh klien. Dalam komunikasi tersebut konselor bukan memberi nasihat tetapi memberikan informasi dan alternatif pemecahan masalah, selanjutnya klien memilih dan memutuskan sendiri alternatif yang terbaik untuk dirinya Depkes RI, 2007. Dalam kamus besar bahasa Indonesia konseling adalah pemberian bantuan dari konselor kepada konseli sedemikian rupa sehingga pemahaman terhadap kemampuan diri sendiri meningkat dalam memecahkan masalah, pusat bahasa Bepdiknas, 2002. Definisi konseling sekarang ini lebih menekankan pada kualitas hubungan antara konselor dan klien. Definisi konseling menurut Jones dalam Surya sebagai suatu hubungan yang biasanya bersifat individual atau seorang-seorang, meskipun kadang-kadang melibatkan lebih dari dua orang dan dirancang untuk membantu klien memahami dan memperjelas pandangan terhadap ruang lingkup hidupnya sehingga dapat membuat pilihan yang bermakna bagi dirinya. Surya 2003 berpendapat bahwa konseling merupakan sesuatu hubungan yang bersifat membantu, yaitu interaksi antara konselor dan klien merupakan suatu kondisi yang membuat klien terbantu dalam mencapai perubahan yang lebih baik. Pengertian konseling menurut American School Conselor Association ASCA dalam Ali M. 2007 adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan rahasia penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien, konselor mempergunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk membantu kliennya mengatasi masalah- masalahnya. Adanya perbedaan definisi konseling menurut Ali M, 2007 ditimbulkan karena perkembangan ilmu konseling itu sendiri, juga disebabkan oleh perbedaan pandangan ahli yang merumuskan tentang konseling dan aliran dan teori yang dianutnya. Dalam bidang konseling terdapat berbagai aliran dan teori, yang kemudian dikelompokkan ke dalam beberapa model kategori pula. Ada ahli yang mengklasifikasikan konseling berdasarkan fungsinya menjadi tiga kelompok, yaitu: suportif, reedukatif, dan rekonstuktif. Konseling juga dibedakan berdasarkan metodenya, yaitu metode direktif dan non-direktif. Pengelompokkan konseling ada pula yang mengatakan penekanan masalah yang dipecahkan, yaitu: penyesuaian pribadi, pendidikan dan karir. Pengelompokkan konseling berdasarkan pada kawasan atau ranah perilaku yang merupakan kepeduliannya, yaitu konseling yang berorientasi pada ranah kognitif dan ranah afektif. Konseling yang berhubungan dengan perilaku akan lebih efektif apabila menggunakan teknik konseling individual. Konseling individual adalah kunci semua kegiatan yang bermakna pertemuan konselor dengan klien secara individual dan konselor berupaya memberikan bantuan untuk mengembangkan pribadi klien serta klien dapat mengantisipasi masalah- masalah yang dihadapinya Sofyan 2004. Konseling individual merupakan kunci intervensi dan dapat dilakukan oleh kelompok, pekerja kesehatan, tenaga sukarela, atau diluar anggota keluarga. Seorang konselor perlu mempunyai pengetahuan dan keterampilan, kemampuan mengungkapkan sesuatu sehingga menjadi suatu yang mudah diterima, dan bisa memberikan inspirasi kepada ibu dengan kemampuan konselor tersebut. Kunjungan rumah home visit, kelompok pertemuan, sesi monitoring pertumbuhan dan sesi memasak merupakan peluang yang baik untuk berbagi informasi dan untuk konseling individu WHO, 2003. Konseling gizi menurut Gustafron http:www.eaitright.org merupakan proses yang berkelanjutan yang dilakukan oleh tenaga ahli, biasanya seorang ahli diet, bekerja secara individual untuk menilai asupan makan dan mengidentifikasi area perubahan yang diperlukan. Konselor gizi memberikan informasi, materi pendidikan, dukungan dan ikut membantu individu membuat dan memelihara perubahan diet yang dibutuhkan. Tujuan dari konseling gizi adalah menolong seseorang membuat dan memelihara perubahan pengetahuan makan. Seseorang yang mempunyai masalah gizi, memerlukan perubahan untuk makan yang lebih sehat. Seorang konselor menurut Sofyan 2004 akan mendengarkan apa yanga dikatakan kliennya, dan konselor mencoba memahami apa yang klien rasakan. Konselor membantu klien untuk meningkatkan kepercayaan, sehingga klien dapat mengontrol situasi yang diinginkan. Hubungan konseling bersifat interpersonal. Hubungan konseling terjadi dalam bentuk wawancara secara tatap muka antara konselor dengan klien. Hubungan itu tidak hanya dari kedua belah pihak yang meliputi: pikiran, perasaaan, pengalaman, nilai-nilai, kebutuhan, harapan, dan lain- lain. Keefaktifan konseling sebagia besar ditentukan oleh kualitas hubungan antara konselor dengan kliennya. Dilihat dari segi konselor, kualitas hubungan itu tergantung kemampuannya dalam menerapkan teknik-teknik konseling dan kualitas pribadinya.

2. Tujuan Konseling

Membantu orang tua klien bayi atau anak dalam melihat permasalahannya supaya lebih jelas sehingga klien dapat memilih sendiri jalan keluarnya.

3. Karakteristik konseling

Carl Rogers 1971, menyebutkan tiga karakterisitik konselor yang efektif adalah: a. Congruence Genuineness, Authenticity Kongruensi itu sangat penting sebagai dasar sikap yang harus dipunyai oleh seorang konselor. Ia harus paham tentang dirinya sendiri, berarti pikiran, perasaan dan pengalamannya haruslah serasi. Kalau seseorang mempunyai pengalaman marah, maka perasaan dan pikirannya harus marah, yang tercermin pula dalam tindakannya. Ia harus memahami bias-bias yang ada dalam dirinya, prasangka- prasangka yang mewarnai pikirannya. Ia harus tau kelemahan dan aset- aset yang dipunyainya. Kalau ia menyadari hal ini, ia dapat membuat pembedaan antara dirinya dan orang lain. Ia tahu bahwa orang lain bukanlah dirinya. b. Unconditional positive regard Acceptance Penerimaan tanpa syarat atau respek kepada klien harus mampu ditunjukan oleh seorang konselor kepada kliennya. Ia harus dapat menerima bahwa orang-orang yang dihadapinya mempunyai nilai-nilai sendiri, kebutuhan-kebutuhan sendiri yang lain dari pada yang dimiliki olehnya. Asumsi dasar yang melandasi Acceptande adalah : 1 Individu mempunyai infinite worth and dignity. Individu mempunyai harkat dan martabat yang tak terbatas. 2 Adalah hak manusia untuk membuat keputusannya sendiri dan untuk menjalani hidupnya sendiri. 3 Orang mempunyai kamampuan atau potensi untuk memilih secara bijaksana, dan menjalani hidup yang teraktualisasi dan bermakna secara sosial. 4 Setiap orang bertanggung jawab untuk hidupnya sendiri. c. Empati Empati adalah konsep yang sepertinya mudah dipahami sulit untuk dicerna. Empati itu sangat sederhana, yaitu dengan memahami orang lain dari sudut kerangka berpikir orang lain tersebut, empati yang dirasakan harus juga diekspresikan, dan orang yang melakukan empati harus yang “kuat”, ia harus dapat menyingkirkan nilai-nilainya sendiri, tetapi ia tidak pula boleh terlarut di dalam nilai-nilai orang lain. Baruth dan Robinson III 1987, menyebutkan beberapa karakteristik konselor yang efektif sebagai berikut : 1 Terampil “menjangkau” reaching out kliennya. 2 Mampu menumbuhkan perasaan percaya, kredibilitas dan yakin dalam diri orang yang akan dibantunya. 3 Mampu “menjangkau” kedalam dan keluar. 4 Berkeinginan mengkomunikasikan caring dan respek untuk orang yang sedang dibantunya. 5 Menghormati diri sendiri dan tidak menggunakan orang yang sedang dibantunnya sebagai sarana untuk memuaskan kebutuhannya sendiri. 6 Mempunyai sesuatu pengetahuan dalam bidang tertentu yang akan mempunyai makna khusus bagi orang yang dibantunya. 7 Mampu memahami tingkah laku orang yang akan dibantunya tanpa menerapkan value judgments. 8 Mampu melakukan penalaran secara sistematis dan berpikir dalam kerangka system. 9 Tidak ketinggalan zaman dan memiliki pandangan luas tentang hal- hal yang terjadi di dunia. 10 Mampu mengidentifikasi pola-pola tingakh laku yang self- defeating, yang merugikan dan membantu orang lain mengubah pola tingkah laku yang merugikan dan membantu orang lain mengubah pola tingkah laku yang merugikan diri sendiri ini menjadi pola tingkah laku yang lebih memuaskan.

4. Media Konseling

Media merupakan saluran komunikasi untuk menyampaikan pesan FOA 1994. Hal ini diperlukan utuk membedakan antara dua saluran komunikasi yaitu tatap muka face to face dan media masa mass media. Konseling menggunakan saluran komunikasi tatap muka. Komunikasi yang dilakukan dalam tatap muka adalah secara lisan, sehingga suara merupakan organ komunikasi. Untuk mendukung dalam proses komunikasi tatap muka, maka sangat dianjurkan menggunakan bantuan media pendukung dalam bentuk hasil cetakan, gambar dan audio-visual. Media pendukung ini akan menjadi mengayaan bagi konselor dan bagi klien.

D. Manajemen Terpadu Balita Sakit MTBS

Manajemen Terpadu Balita Sakit MTBS dalam bahasa Inggris Integrated Management of Childhood Illness IMCI adalah suatu manajemen melalui pendekatan terintegrasiterpadu dalam tatalaksana balita sakit yang datang di pelayanan kesehatan, baik mengenai beberapa klasifikasi penyakit, status gizi, status imunisasi maupun penanganan balita sakit tersebut dan konseling yang diberikan surjono et al, wijaya, 2009, Depkes RI, 2008. Manajemen Terpadu Balita Sakit MTBS merupakan pendekatan keterpaduan dalam tatalaksana balita sakit yang datang berobat kefasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan dasar yang meliputi upaya kuratif terhadap penyakit pneumonia, diare, campak, malaria DHF, infeksi telinga, malnutrisi, pemberian vitamin A dan konseling pemberian makan yang bertujuan untuk menurunkan Angka Kematian Bayi dan Anak Balita serta menekan morbilitas untuk penyekit tersebut Depkes RI, 2005.

E. Konseling Dalam MTBS

Dokumen yang terkait

Pengaruh Karakteristik Ibu Menyusui Terhadap Pemberian Asi Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Tahun 2007

0 27 61

Faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu dalam memberikan makanan pendamping air susu ibu di Puskesmas Pamulang 2010

5 16 101

Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014

6 39 152

Alasan Ibu Memberikan Makanan Pendamping ASI Dini Dengan Pendekatan Teori Health Belief Model Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2013

1 36 196

HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PERILAKU IBU TENTANG PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) DENGAN PERKEMBANGAN Hubungan Antara Perilaku Ibu Tentang Pemberian Makanan Pendamping Asi (Mp-Asi) Dengan Perkembangan Motorik Halus Pada Bayi Di Kelurahan Bulakan

0 3 17

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP ASI) PADA ANAK USIA 0-24 BULAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWODADI KECAMATAN PURWODADI KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2010.

1 5 114

HUBUNGAN POLA PEMBERIAN ASI DAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU ( MP – ASI ) DENGAN STATUS GIZI PADA BAYI DI PUSKESMAS BANDARHARJO SEMARANG 2008 - UDiNus Repository

0 0 2

BACA DULU cara membuka KTI Skripsi kode050

0 0 3

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) DINI DI PUSKESMAS JETIS 1 BANTUL

0 0 9

HUBUNGAN KETEPATAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 0-12 BULAN DI PUSKESMAS UMBULHARJO I

0 0 10