Dengan demikian hakim harus menggali hukum yang tidak tertulis hukum yang hidup.
Pasal 23 ayat 1:” Segala putusan pengadilan selain harus memuat alasan- alasan dan dasar-dasar putusan itu, juga harus memuat pula pasal-pasal tertentu
dari peraturan-peraturan yang bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili”. Pasal 27 ayat 1 :” Hakim sebagai penegak
hukum dan keadilan wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat”
3. HUKUM ADAT DALAM UNDANG UNDANG NO 5 TAHUN
1960 TENTANG PERATURAN DASAR POKOK AGRARIA
Hukum adat dalam UU Nomor 5 tahun 1960 merupakan pengaturan yang sangat bersentuhan langsung dengan masyarakat adat.
39
Dalam Pasal 5 UU No. 5 tahun 1960 ditegaskan : Hukum agraria yang berlaku atas bumi, air dan ruang
angkasa adalah hukum adat, sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional dan negara yang berdasarkan persatuan bangsa, dengan sosialisme
Indonesia beserta dengan peraturan yang tercantum dalam Undang – Undang ini
dan dengan peraturan undang – undang lainnya, segala sesuatu dengan
mengindahkan unsur – unsur yang bersumber pada hukum agama.
Dalam penjelesan Undang – Undang disebutkan : Hukum adat yang
disempurnakan dan disesuaikan dengan kepentingan masyarakat dalam negara modern dan dalam hubungannya dunia internasional beserta sesuai dengan
39
Dr. Dewi sulastri, s.h.,M.H
pengantar hukum adat
sosialisme Indonesia. Ketentuan tersebut merupakan realisasi dari TAP MPRS II MPRS 1960 Lampiran A Paragraf 402. Hukum adat yang dimaksud adalah
bukan adat asli yang senyatanya berlaku dalam masyarakat adat, melainkan hukum adat yang sudah direkonstruksi, hukum adat yang sudah : disempurnakan,
disaneer, modern, yang menurut Moch. Koesnoe menganggap hukum adat yang ada dalam UUPA telah hilang secara materiel, karena dipengaruhi oleh lembaga
– lembaga dan ciri
– ciri hukum Barat atau telah dimodifikasi oleh sosialisme Indonesia sehingga yang tersisa hanyalah formulasinya bajunya saja.
Pereduksian yang dapat dilihat dalam kaitannya dengan kekuasaan negara. Adanya Hak Menguasai Negara HMN, merupakan bentuk penarikan ke negara
dari Hak Ulayat yang dimiliki oleh masyarakat adat atas tanah yang yang berada di wilayah Indonesia, yang kemudian dikontruksi kembali sebagai bentuk
pelimpahan kewenangan negara dalam pelaksanaan dapat dilimpahkan kepada pemrintah di bawahnya. Dengan demikian, Hak Ulayat dalam masyarakat adat
yang semula bersifat mutlak dan abadi, telah direduksi dengan bergantung pada kepentingan dan ditentukan oleh negara. Akibat lebih jauh adalah, timbulnya ha
katas tanah menurut hukum adat, yaitu dengan Hak Membuka Adat
ontginningrecht
atas tanah yang digarapnya. Timbulnya hak milik melalui penunjukan rapat desa di Jawa Tengah
pekulen, norowito
dan Jawa Barat
kasipekan, kanomeran, kacacahan
, oleh UUPA direduksi dan disubordinasikan nelalui peraturan pemerintah, sebagaimana diatur dalam Pasal 22 ayat 1 UUPA :
terjadinya hak milik menurut hukum adat diatur dengan Peraturan Pemerintah.
4. Pengaturan Dalam Konsep KUHP Baru