Mekanisme Lemabaga Adat Dalihan Natolu Dalam Menyelesaikan

Menurut Setyo Utomo, bahwa terdapat ciri lain yang menonjol dari restorative justice, dimana kejahatan ditempatkan sebagai gejala yang menjadi bagian tindakan sosial dan bukan sekadar pelanggaran hukum pidana. Kejahatan dipandang sebagai tindakan yang merugikan orang dan merusak hubungan sosial. Berbeda dengan hukum pidana yang telah menarik kejahatan sebagai masalah negara. Hanya negara yang berhak menghukum, meskipun sebenarnya komunitas adat bisa saja memberikan sanksi.

B. Mekanisme Lemabaga Adat Dalihan Natolu Dalam Menyelesaikan

Suatu Pristiwa Pidana Desa Huraba, Kecamatan, Siabu, Kabupaten, Mandailing Natal Dari hasil wawan cara dengan bapak pak karya adat maha raja rodang tinabur selaku salah satu ketua adat dahlian natolu . Dalam penyelesaian tindak pidana secara hukum adat, dalihan natolu baru bekerja setelah ada pengaduan dari masyarakat atau pihak-pihak yang merasa dirugikan dengan adanya suatu tindak pidana. Jadi cara kerjanya adalah tidak secara otomatis tetapi karena lebih dulu ada pihak yang mengadu, apakah itu pihak korban atau warga masyarakat yang merasa terganggu atas pelanggaran terhadap adat istiadat mereka.Dalam hal terjadinya suatu tindak pidana, ini diselesaikan oleh penatua adat dimana dalam hal ini dia bertindak sebagai hakim adat, yang dihadiri oleh semua pihak secara langsung, jika salah satu pihak tidak hadir maka persidangan tidak bisa diputuskan, termasuk pihak korban yang dirugikan, pelaku, saksi, serta semua unsur Dalihan Natolu. Seorang hakim atau penatua adat, baik yang menyelesaikan sengketa perdata maupun pidana, maka dalam proses penyelesaiannya, pihak yang sangat dirugikan akibat suatu tindak pidana, yang dalam hal ini disebut pengadu, maka dia lebih dulu membayarkan sejumlah uang kecil kepada hakim adat atau penatua adat di mana dialah yang dianggap sebagai penatua adat, dan biasanya juga memimpin sidang, sebagai pembuka sibuha-buha. Adapun uang ini disebut ginagat niharungguan yang dimakan oleh mereka yag berhimpun ada juga istilah disebut pago-pago 87 Dalam proses penyelesaian tindak pidana , dalian natolu sangat berperan terutama jika berhubungan dengan tindak pidana seperti perzinahaan ataupun kekerasaan dalam rumah tangga seperti penyiksaan yang di lakukan oleh seoranga suami terhadap istrinya. Dalam hal ini penyelesaian tindak pidana ini berperan pihak mora sangat di butuhkan apalagi yang menjadi korban adalah anak perempuan mereka. Tanpa persetujuan mereka, masalah tersebut tidak akan bisa diselesaikan secara hukum adat atau kekeluargaan. Bahkan akan diteruskan kepihak berwajib. Begitu juga dengan khanggi , mereka harus meminta maaf kepada mora tersebut tadi akibat perbuatan saudara mereka tadi. Sementara pihak boru hanya sebagai pihak yang mempersiapkan acara seperti persidangan, makanan yang menjadi hidangan, serta juga mengundang pihak-pihak. Maka dalam proses persidangan 87 J.V vergouwen berlangsung, sidang dipimpin oleh hakim adat di mana dalam suatu peradilan dia sebagai hakim ketua karena dia yang membuka sidang pertama kali. Hakim ketua biasanya adalah tergantung kesepakatan pihak-pihak yang berperkara. Namun pada umumnya adalah berasal dari pihak semarga atau pihak khanggi dari pihak yang merasa dirugikan. Tetapi perlu diketahui pihak semarga ini disini, bukan semarga karena satu ayah tetapi sudah lebih jauh atau lebih luas. Yaitu karena nenek moyang. Meskipun hakim ketua disini adalah merupakan dongan satu marga si korban dalam pengambilan keputusan dia tidak boleh berat sebelah karena dia dipilih adalah berdasarkan pengakuan warga dalam kehidupan sehari- hari kalau dia, bisa berlaku adil. Keberadaan hakim adat, dalam masyarakat mandailing, tidak selamanya berasal dari pihak khanggi, tetapi adakalanya berasal dari pihak mora, atau boru dan biasanya masyarakat mandailing mempunyai tokoh atau penatua adat yang nantinya dalam acara-acara adat dialah yang mereka jadikan sebagai hakim adat. Apakah mereka sebagai mora , khanggi , atau anak boru .Tergantung upacara apa yang sedang dilangsungkan. Sementara untuk tindak pidana yang para pihak berbeda alihan natolunya, keadaan hakim ketuanya adalah sama, bedanya hakim ketua tersebut di dampingi oleh khanggi sebagai mewakili oleh masing-masing pihak yang berperkara. Sementara Mora dari kedua belah pihak adalah hanya mengikuti jalannya sidang dan biasanya hanya memberi nasehat supaya kedua pihak berdamai. Adapun kedudukan anak boru, mempersiapkan makanan ketika acara tersebut dilangsungkan. Sidang dimulai hakim ketua, membukanya dengan doa secara agama islam, karena masyarakat Mandaling sebagian besar adalah beragama islam. Adapun dalam isi doa tersebut memohon kepada Allah swt, supaya dilancarkan dalam persidangan tersebut. Di samping hakim ketua atau penatua adat biasanya duduk pihak Mora yang diwakili satu orang di sebelah kanan, serta pihak khanggi saudara semarga dari si pelaku yang diwakili satu orang. Jadi ada tiga pihak yaitu hakim adathakim ketua,Mora, dan khanggi. Dan merekalah yang berada di depan persidangan, di hadapan para pihak yang hadir serta juga si pelaku dan juga si korban setelah hakim membuka sidang, kemudian dia menanyakan pertama sekali terhadap korban tentang kejadian yang dialami. Setelah itu barulah kepada pelaku atau terdakwa, tentang benar tidaknya hal yang dituduhkan si korban. Jika dia tetap tidak mau mengakui, maka jalan terakhir adalah mengambil sumpah dengan sebagai wahana. Namun jika dia sudah mengakui perbutannya serta apa alasan dia berbuat demikian, maka penatua adat bersama dengan pihak Mora atau sikorban diwakili, dan juga si pelaku atau khanggi diwakili, akan saling berunding mengenai hukuman apa yang diberikan. Apakah berupa , meminta maaf saja kepada pihak korban di hadapan semua pihak, atau bahkan diusir dari kampung karena telah mengotori kesucian kampung,tergantung kesepakatan bersama. Sementara untuk tindak pidana lain seperti pencemaran nama baik.atau penghinaan lisan paroa-roahon , yang sangat berperan adalah pihak khanggi atau teman semarga baik dari pihak korban maupun pelaku. Di mana persidangan dipimpin oleh sebagai hakim ketua, serta saudara semarga baik dari pihak korban ataupun pelaku. Yang mana proses persidangannya adalah sama seperti hal di atas, begitu juga sampai pada pengambilan keputusan atau hukuman Hukuman yang diberikan berupa hukuman minta maaf kepada semua pihak melalui pengumunan di mesjid melaui toa mesjid bahwasa nya orang di cemarkan nama baiknya tidak benar.bahkan untuk memulihkan nama baik sipelaku harus menyerah kan satu ekor kambing sebagai ganti rugi atas pecemaran nama baiknya dan apabila teman semarga tadi tidak dapat menyelesaikannya, bahkan mereka membela saudara mereka yang jelas sudah melakukan tindak pidana, maka bukan tidak mungkin mereka juga mendapat sanksi adat berupa dijauhi oleh komunitas masyarakat adat yang lain yang ada dilingkungan mereka. Sementara pihak pemberi gadis hanya sebagai penengah saja antara pihak korban dan pelaku. Sedangkan untuk tindak pidana lain seperti, pencurian perkelahian tidak terlalu diwajibkan biasanya cukup dihadiri oleh teman semarga saja dongan tubu atau khanggi. Biasanya untuk tindak pidana pencurian hanya berupa perjanjian agar tidak mengulangi perbuatanya dan mebayar dendan atas apa yang di curinya yaitu berupa 40 kali lipat dari harga yang di curinya sedangkan untuk perkelahian yang mengakibatkan luka ringan pada salah satu orang hanya menggati rugi biaya pengobatan Sedang yang mengakitbatkan luka berat dalam perkelahian yaitu dengan mangupa upapenyembelihan berupa ayam satu ekor yang ber bunyi mulak tondi tu badan dengan menyembelih ayam sebagai alat untuk mangupa upa dan juga ganti rugi yang biasa di sebut pada masyarakat mandailing manggoti baju membayar beberapa uang kepada si korban . Sedangkan untuk sesorang melarikan gadis orang lain, pihak yang melarikan datang ke rumah si gadis yang di larikan dengan membawa mora, khanggi, dan anak boru si yang melarikan dengan tujuan untuk mengakui kesalahan bahwa anak mereka sudah salah membawa gadis tersebut jangan lagi dilaporkan ke pihak ke polisian disini yang sangat berperan adalah mora dan khanggi dalam menyelesaikan kasus ini dalam kasus ini baiasanya tiga sampe empat malam baru selesai Dalam pemeriksaan suatu tindak pidana, yaitu menyangkut tempat persidangan, bisa saja berbeda tergantung sejauh mana peranan Dalihan Natolu dalam menyelesaikannya. Untuk tindak pidana perzinahan dan kekerasan dalam rumah tangga serta tindak pidana lain yang menyangkut hubungan antara suami, istri, bahkan anak, peranan Dalihan Natolu sangat diperlukan yaitu tindak pidana tidak bisa diselesaikan tanpa kehadiran ketiga unsur tersebut. Sedangkan untuk tindak pidana lain seperti, penghinaan lisan, serta pencurian tidak terlalu diwajibkan biasanya cukup dihadiri oleh teman semarga saja dongan tubu atau dongan sabutuha. Kepada semua pihak yang hadir pada saat itu, serta memberikan uang yang dilihat bukan secara materi ingot-ingot. Dan ini adalah sebagai tutup mulut bahwa tindak pidana tersebut telah diselesaikan dipasidung.Dalam pembuktian baik dalam perkara perdata maupun pidana, sumpah adalah merupakan suatu alat bukti. Artinya setiap orang yang dihadapkan di muka pengadilan yaitu diduga telah melakukan suatu tindak pidana atau kesalahan pada saat tertentu ada kalanya untuk disumpah Dengan demikian tali persaudara yang terjalin selama ini tidak berubah BAB V `PENUTUP

A. Kesimpulan