Sejarah Lahirnya Pegadaian PEGADAIAN SEBAGAI SALAH SATU

36 Maka dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa Perum Pegadaian sebagai suatu Lembaga Keuangan Bukan Bank, karena Perum Pegadaian ikut serta dalam penyaluran pinjaman kepada masyarakat untuk membantu jalannya perekonomian masyarakat disamping itu juga tidak lepas dari penimbunan pendapatan.

B. Sejarah Lahirnya Pegadaian

Sejak berdirinya Perusahaan Umum Pegadaian di Indonesia sampai sekarang ini, masih tetap menempatkan posisinya sebagai lembaga yang memberikan pinjaman uang atau kredit kepada masyarakat yang membutuhkan terutama golongan ekonomi lemah. Hal ini terbukti dari missi yang diemban oleh lembaga ini sejak lahir sampai saat ini, secara umum yaitu mencegah masyarakat supaya terhindar dari cengkraman praktek ijon, pegadaian gelap dan sejenisnya, melalui penyaluran pinjaman uang dengan prosedur yang sederhana serta bunga yang dapat dijangkau. Sedangkan pengembalian pinjaman tersebut dilakukan oleh pihak yang dipinjam nasabah sesuai dengan tenggang waktu yang telah ditentukan oleh pihak Perusahaan Umum Pegadaian. Peranan Perusahaan Umum Pegadaian bila ditinjau dari Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1990, maka dapat kita lihat pada tujuan, tugas pokok dan fungsi Perusahaan Umum Pegadaian. Tujuan dari Perusahaan Umum Pegadaian tercantum dalam pasal 5 ayat 2 Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1990 tentang pengalihan bentuk Perusahaan Jawatan Pegadaian menjadi Perusahaan Umum Pegadaian jo pasal 3 ayat 1 Surat Keputusan Direksi Perusahaan Umum Pegadaian No. Sm2129 tanggal 27 Oktober 1990 tentang Organisasi dan Tata Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 37 Kerja Perusahaan Umum Pegadaian sebagai Peratuan pelaksana dari Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1990. Adapun pasal 5 ayat 2 Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1990 menyatakan sebagai berikut : a. Turut melaksanakan dan menjunjung pelaksanaan kebijaksanaan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya melalui penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum gadai. b. Mencegah praktek ijon, pegadai gelap, riba dan pinjaman lain yang tidak wajar. Tugas pokok dari Perusahaan Umum Pegadaian sebagaimana tercantum dalam pasal 6 Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1990 jo pasal 3 ayat 2 Surat Keputusan Direksi Pegadaian tanggal 27 Oktober 1990 adalah : Menyalurkan uang pinjaman atas dasar hukum gadai dan usaha lain yang berhubungan dengan tujuan perusahaan atas dasar persetujuan menteri. Fungsi dari Perusahaan Umum Pegadaian tercantum dalam pasal 4 Surat Keputusan Direksi Pegadaian tanggal 27 Oktober 1990 adalah sebagai berikut : a. Mengelola penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum gadai dengan cara yang sederhana, mudah, murah, tepat dan aman. b. Menciptakan dan mengembangkan usaha-usaha lain yang menguntungkan bagi perusahaan maupun masyarakat. c. Mengelola keuangan. d. Mengelola kelengkapan. e. Mengelola kepegawaian, pendidikan dan latihan. f. Mengelola organisasi, tata kerja dan tata laksana. g. Melakukan penelitian dan pengembangan. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 38 h. Mengawasi pengelolaan perusahaan. Perusahaan Umum Pegadaian disamping berperan sebagai pemberantas lintah darat, pegadaian juga diarahkan untuk tujuan-tujuan yang produktif sejalan dengan upaya pemerintah di dalam melaksanakan program pembangunan. Usaha-usaha berskala kecil dalam masyarakat memerlukan dana kecil dan berjangka pendek. Pada umumnya uang pinjaman yang disalurkan oleh Perusahaan Umum Pegadaian digunakan untuk tujuan produktif maupun konsumtif. Berdasarkan tujuan tersebut penggunaan kredit dibagi dalam 5 sektor yaitu : 1. Pertanian, dengan sasaran pemberian uang pinjaman kepada para petani yang membutuhkan biaya untuk tanaman, obat-obatan, hama, padi, pupuk, ongkos olah dan sebagainya. 2. Perikanan, sasaran pemberian pinjaman kepada para nelayan yang membutuhkan biaya untuk membeli alat-alat penangkapan ikan atau perbaikan dari alat-alat penangkapan serta perbaikan dari perahu dan sebagainya. 3. Industri rumah tanga, sasaran pemberian uang pinjaman kepada pengrajin kecil atau industriawan yang memerlukan biaya untuk tambahan modal atas perbaikan alat-alat atau pembelian alat-alat. 4. Perdagangan, sasaran pemberian uang pinjaman kredit kepada pedagang kecil yang membutuhkan modal usaha ataupun untuk penamahan modal usaha. 5. Kebutuhan lain, dengan sasaran pemberian uang pinjaman kepada para pegawai atau karyawan, para mahasiswa atau pelajar atau yang membutuhkan uang untuk kebutuhan yang mendesak, misalnya biaya pendidikan sekolah, biaya pengobatan, hajatan atau biaya hidup sehari-hari. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 39 Bahwa, gadai menggadai merupakan perbuatan yang tidak asing di kalangan masyarakat Indonesia. Dalam komunikasi penghidupan sehari-hari istilah gadai dapat berarti hubungan pinjam-meminjamkan dengan menyerahkan barang atau tanah kepada yang berpiutang sebagai jaminan atas pinjaman yang berhutang. Gadai dapat juga berarti barang atau tanah yang dijadikan jaminan. Demikian bunyi data sekunder tentang gadai dalam hukum adat. Ter Haar menerangkan untuk perbuatan menggadaikan ada istilah setempat seperti ”megangkan” dan ”nyekelake”. 13 Kerancuan pemakaian istilah gadai tersebut ditemukan pula dalam sejarah gadai di zaman Romawi, yang mempergunakan istilah ”pignus”. Algra cs, 14 menerangkan : istilah gadai atau hak gadai pand berarti hak kebendaan atas barang bergerak untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan. Barang yang digadaikan, dinamakan gadaian pand. Keterangan kamus tentang istilah ”pand” itu dapat diartikan hak dan juga barang yang digadaikan. Pengertian dalam kamus itu bersandar kepada hukum Perdata Barat yang sama juga dikandung dalam Pasal 1150 KUH Perdata. Sedangkan brosur yang disirkulasikan Humas Kantor Pusat Pegadaian menerangkan : istilah ”gadai” berarti ”kredit jangka pendek guna memenuhi kebutuhan dana yang harus dipenuhi pada saat itu juga. Selanjutnya terdapat pergantian istilah : - Nasabah untuk pengganti istilah penggadai ; - Kredit dipergunakan untuk uang yang dipinjamkan Perum Pegadaian 13 B. Ter Haar Bzn, Terjemahan K.Ng. Soebakti Poesponoto, Asas-asas dan Susunan Hukum Adat, Pradnya Paramita, Jakarta, 1980, hal. 131. 14 N.E. Algra cs., Kamus Istilah Hukum Fockema Andreae Belanda-Indonesia, Bina Cipta, Jakarta, 1983, hal. 384-385. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 40 - Sewa modal untuk bunga dan biaya yang dikenakan atas pelunasan kredit ; - Barang polisi untuk barang jaminan pand yang masih dalam urusan polisi. Di luar Perum Pegadaian, di kalangan masyarakat dilakukan gadai dengan tidak menyebutkan barang bergerak atau tidak bergerak. Dari sejarah ilmu hukum Perdata Barat keadaan tersebut terdapat juga dalam masyarakat Romawi, sebagai bangsa cikal bakal pemikir hukum Perdata Barat. Fungsi obyek gadai sejak zaman Romawi maupun sejak zaman akta-akta menjadi kebiasaan di kalangan masyarakat Indonesia sampai sekarang ini tidak berubah yaitu untuk menghindari kerugian kreditur akibat kredit tidak dibayar atau tidak dilunasi debitur. Yang berubah adalah sifat kebendaan dari barang yang menjadi obyek gadai yang sah. Sejak KUH Perdata dinyatakan berlaku di Indonesia tahun 1848, dikenal masyarakat perbedaan sifat kebendaan obyek gadai. Hanya barang bergerak saja yang dinyatakan sah sebagai obyek gadai di Perusahaan Umum Pegadaian yang dikelola oleh Pemerintah. KUH Perdata Bab Kedua Puluh dari Pasal 1150 sampai dengan Pasal 1160 mengatur tentang gadai. Dalam Bab Kesatu Bagian Keempat Pasal 509 dan Pasal 513 ditetapkan pula tentang benda bergerak. Diarahkan oleh uraian Kartono, 15 barang bergerak yang diterima oleh Perum Pegadaian merupakan hasil usaha Perum Pegadaian untuk mendapat jaminan yang lebih kuat dari pada yang ditentukan oleh Pasal 1131 dan 1132 KUH Perdata. Asser mengemukakan bahwa perincian mengenai barang-barang untuk dimasukkan ke dalam jenis barang bergerak bagi barang-barang berwujud lichamelijke zaken yang diatur oleh Pasal 1152 sampai dengan Pasal 1513 KUH Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 41 Perdata merupakan perbuatan mubazir karena ”alles, wat onroerend is, geldt als roerend”. 16 Pendapat Asser ini tidak tepat untuk barang-barang yang dijadikan obyek gadai. Tidak pula semua barang bergerak yang diatur Pasal 1152 sampai 1513 itu dapat digadaikan di Perum Pegadaian. ADP Perum Pegadaian Pasal 6 menentukan pengecualian yang dapat dijadikan gadai sebagai berikut : a. Barang milik negara b. Surat hutang, surat actie, surat efek dan surat-surat berharga lainnya. c. Hewan yang hidup dan tanaman d. Segala makanan dan benda yang sudah busuk ; e. Benda-benda yangkotor ; f. Benda-benda yang untuk menguasainya dan memindahkannya dari satu tempat ke tempat yang lain memerlukan izin ; g. Barang yang karena ukurannya yang besar tidak dapat disimpan dalam gadaian ; h. Barang yang berbau busuk dan mudah merusakkan barang yang lain, jika disimpan bersama-sama ; i. Benda yang hanya berharga sementara atau yang harganya naik turun dengan cepat, sehingga sulit menaksir oleh pejabat gadai ; 15 Kartono, Hak-hak Jaminan Kredit, Cetakan Kedua, Pradnya Paramita, Jakarta,1998, hal. 12-13. 16 C. Asser, Handleiding Tot de Beoefening Van Het Nederlands Burgerlijk Recht, Tweede Deel Zakenrecht, Uitgevers Maatschappij, W.E.J. Tjeenk Willink, Netherland, 1967, hal. 83. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 42 j. Benda yang digadaikan oleh seorang yang mabuk atau seorang yang kurang ingatan atau seorang yang tidak dapat memberi keterangan- keterangan cukup tentang barang yang mau digadaikan itu. Pengecualian itu memberi kesimpulan tentang barang-barang yang tidak dapat dijadikan obyek gadai ialah : a. Yang penerimaannya harus bekerja sama dengan pihak ketiga ; b. Yang dapat menyulitkan penaksir menentukan harganya ; c. Yang menghendaki tempat penyimpanan yang khusus. Namun, sejalan dengan itu barang jaminan atau obyek gadai yang diterima juga terus berkembang. Kemudahan serta minat untuk menjamin kredit dengan barang bergerak, membuahkan pemikiran tentang bagaimana ius constituendum mengatur kategori barang yang bergerak dan tidak bergerak. Seminar Badan Pembinaan Hukum Nasional mengenai hipotik dan lembaga-lembaga jaminan lainnya di Yogyakarta tahun 1977 menghasilkan keputusan : Yang dapat digadaikan adalah barang-barang yang dinamakan ”bergerak” menurut kwalifikasi undang-undang tentang hukum benda tersebut. Dengan demikian merupakan prasyarat bahwa undang-undang hukum benda itu mengadakan suatu perbendaan penggolongan antara barang- barang bergerak dan barang-barang tidak bergerak. 17 Diperkirakan ius constituendum akan mengatur barang bergerak dan tidak bergerak. Barang yang hendak dijadikan obyek gadai mengalami proses sebagai yang tercantum dalam brosur-brosur yang dapat diperoleh di loket-loket Perum Pegadaian. 17 Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, Alumni, Bandung, 1994, hal. 230. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 43 C. Perbedaan Instansi Pegadaian Sebelum dan Sesudah Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1990 Tentang Pengalihan Perusahaan Jawatan Perjan Pegadaian Menjadi Perusahaan Umum Perum Pegadaian Mengenai perbedaan Instansi Pegadaian sebelum dan sesudah Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1990 tentang Pengalihan Perusahaan Jawatan Perjan Pegadaian Menjadi Perusahaan Umum Perum Pegadaian dapat kita lihat dari perkembangannya mulai dari berdirinya sampai saat ini. Dalam hal ini kita harus menilik kembali sejarah berdirinya pegadaian. Pada bab terdahulu telah disinggung mengenai sejarah pegadaian yakni sebelum kemerdekaan Republik Indonesia dan sesudah proklamasi. Sebelum masa kemerdekaan Republik Indonesia sejarah instansi pegadaian dibagi empat golongan yaitu : a. Masa VOC tahun 1746-1811 b. Masa penjajahan Inggris tahun 1811-1816 c. Masa penjajahan Belanda tahun 1816-1942 d. Masa penjajahan Jepang tahun 1942-1945 Fungsi pegadaian pada periode tersebut di atas sebagai penyalur pinjaman dengan jaminan benda bergerak.

a. Masa VOC 1746-1811

Pada masa VOC lembaga gadai dikenal dengan nama Bank Van Leening. Pertama didirikan pada tahun 1746 berdasarkan keputusan Gubernur Jenderal Von Sinhoff, tanggal 28 Agustus 1746. Lembaga ini merupakan perusahaan patungan VOC pemerintah dengan pihak swasta. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 44

b. Masa Penjajahan Inggris 1811 - 1916

Raffles sebagai pimpinan tertinggi di Indonesia pada masa itu tidak menyetujui adanya Bank Van Leening dikelola pemerintah, maka dikeluarkanlah peraturan yang menyatakan bahwa setiap orang dapat mendirikan badan perkreditan ini asal mendapat izin dari penguasa. Peraturan ini disebut Licentie Stelsel. Dalam perkembangannya ternyata bahwa tujuan licentie stelsel, yaitu memperkecil peranan woeker lintah darat tidak mencapai sasaran, artinya tidak menguntungkan pemerintah malahan menimbulkan kerugian terhadap masyarakat karena timbulnya penarikan bunga yang tidak wajar. Oleh karena itu pada tahun 1814, licentie stelsel dihapuskan dan diganti dengan Pacht Stelsel dimana anggota masyarakat umum dapat menjalankan usaha gadai dengan syarat sanggup membayar sewa kepada pemerintah.

c. Masa Penjajahan Belanda 1816-1942

Pada masa ini Pacht Stelsel dihapuskan dan diganti lagi dengan Licentie Stelsel dengan maksud untuk mengurangi pelanggaran-pelanggaran yang merugikan masyarakat dan pemerintah. Tetapi usaha ini tidak berhasil, karena ternyata penyelewengan-penyelewengan masih tetap berjalan tanpa menghiraukan peraturan yang berlaku. Maka pada tahun 1880 Pacht Stelsel diberlakukan kembali. Kemudian pada tanggal 1 April 1901 di Sukabumi didirikan pegadaian negeri pertama di Indonesia dengan Staatsblaad No. 131 tanggal 12 Maret 1901. Pegadaian negara yang dikuasai pemerintah ini berkembang dengan baik sehingga mendorong dikeluarkannya peraturan tentang monopoli. Peraturan monopoli ini dulu hanya berlaku terbatas pada kota-kota dimana pegadaian negara berdiri. Tetapi dengan dikeluarkannya Staatsblaad No. 794 tahun 1914 dan Staatsblaad Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 45 No. 28 jo 420 tahun 1921 sifat monopoli ini berlaku untuk seluruh wilayah Indonesia. Yang dimaksud dengan monopoli disini ialah adanya larangan terhadap anggota masyarakat umum lainnya untuk berusaha dengan cara menerima gadai dan pemberian uang pinjaman maksimum ƒ 100 atau kurang. Sanksi terhadap pelanggaran monopoli ini diatur dalam pasal 509 KUH Pidana. Sampai akhir pemerinthan Belanda, usaha dalam bidang pinjaman gadai merupakan monopoli pemerintah dengan status jawatan di dalam Departemen Keuangan. Kemudian melalui Staatsblaad No. 266 tahun 1930 status jawatan diubah menjadi Perusahaan Negara, sebagai yang dimaksud dalam pasal 2 IBW Indonesische Bedrijvenwet Staatsblaad No. 419 tahun 1927 dimana harta kekayaan pegadaian negara dipisahkan dari kekayaan negara pemerintah.

d. Pegadaian pada Masa Penjajahan Jepang 1942-1945

Pada masa zaman Jepang pegadaian masih merupakan instansi pemerintah jawatan di bawah pimpinan dan pengawasan kantor besar keuangan. Pada masa ini lelang atas barang jaminan yang tidak ditebus sudah daluwarsa dihapuskan sama sekali dan barang berharga seperti emas, intan dan berlian yang ada di pegadaian diambil oleh pemerintah Jepang. Sesudah proklamasi kemerdekan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, penguasan atas Pegadaian Negara beralih kepada Pemerintah Republik Indonesia dan statusnya adalah sebagai jawatan di bawah Menteri Keuangan. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 46 Dengan Peraturan Pemerintah No. 178 tahun 1961 terhitung mulai tanggal 1 Januari 1961 Pegadaian Negara diubah statusnya menjadi Perusahaan Negara Pegadaian. Status sebagai perusahaan negara ternyata menyebabkan pegadaian terus menerus mengalami kemerosotan di bidang keuangan atau pendapatan sehingga statusnya perlu dikembalikan menjadi jawatan. Tetapi kemudian pada tahun 1965 Perusahaan Negara Pegadaian diintegrasikan ke dalam urusan bank sentral. Berdasarkan Peratuan Pemerintah No. 7 tahun 1969, Perusahaan Negara Pegadaian diubah status hukumnya menjadi Jawatan Pegadaian. Dalam rangka deregulasi dan debirokratisasi guna membantu iklim ekonomi yang menunjang perkembangan ekonomi, dipandang perlu untuk lebih meningkatkan peranan Lembaga Kredit atas dasar hukum gadai yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan untuk lebih meningkatkan efisiensi dan produktivitas pengolahan Perusahaan Jawatan Pegadaian yang didirikan dengan Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1969 dipandang perlu mengalihkan bentuknya menjadi Perusahaan Umum Pegadaian. Atas dasar pasal 32 Undang-undang No. 19 Prp tahun 1960 maka pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1990 tanggal 10 April 1990 tentang pengalihan bentuk Perusahaan Jawatan Pegadaian menjadi Perusahaan Umum Pegadaian. Maka setelah keluarnya Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1990 status dari instansi pegadaian berubah menjadi Perusahaan Umum sampai saat ini, dimana tugasnya selain menyalurkan dana kepada masyarakat yang memerlukannya juga dapat memupuk keuntungan pendapatan. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 47 Dari uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa perbedaan instansi pegadaian sebelum dan sesudah Peratuan Pemerintah No. 10 tahun 1990 terletak pada status instansi pegadaian tersebut. Dimana sebelum Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1990 status pegadaian adalah Perusahaan Negara dan Perusahaan Jawatan. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 48

BAB III PERUSAHAAN UMUM PEGADAIAN DAN NASABAH

A. Pengertian Perusahaan Umum

Mengenai pengertian Perusahaan Umum secara umum dapat kita lihat dalam Undang-Undang No. 19PRP1960, LN. 1960-59, dimana dalam hal ini Perusahaan Umum dikategorikan dalam perusahaan negara. Perusahaan negara adalah suatu kesatuan produksi yang bersifat : a. memberi jasa b. menyelenggarakan kemanfaatan umum c. memupuk pendapatan Tujuan perusahaan negara ialah untuk turut membangun ekonomi nasional dengan mengutamakan kebutuhan rakyat dan ketentraman serta kesenangan kerja dalam perusahaan, menuju masyarakat yang adil dan makmur materil dan spritual. Berdasarkan Perusahaan Negara inilah maka dibentuk beberapa Usaha Negara, seperti yang termaktub dalam pasal 1 Undang-undang No. 9 tahun 1969, LN. 1969-40 yaitu : 1. Perusahaan Jawatan PERJAN 2. Perusahaan Umum PERUM 3. Perusahaan Perseroan PERSERO Selanjutnya akan dibahas mengenai Perusahaan Umum, karena Perusahaan Umum inilah yang berhubungan langsung dengan judul skripsi penulis. Maka dalam hal ini perlu dikemukakan sifat usaha dari Perusahaan Umum yaitu berusaha di bidang penyediaan pelayanan bagi kemanfaatan umum disamping mendapatkan keuntungan Pembinaan dari perusahaan umum dilakukan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara