76
BAB IV UPAYA HUKUM PARA PIHAK
DALAM HAL WANPRESTASI PADA PERUSAHAAN UMUM PEGADAIAN
A. Kedudukan Perusahaan Umum Pegadaian Ditinjau dari
Undang-Undang Hukum Perdata
Untuk memperjelas kedudukan Perum Pegadaian ditinjau dari Undang-undang Hukum Perdata maka perlu dijelaskan mengenai pengertian gadai
menurut hukum perdata sebagaimana yang diatur dalam buku II tentang kebendaan, khususnya bab XX pasal 1150 sampai pasal 1160 KUH Perdata.
Pasal 1150 KUH Perdata menyatakan bahwa : Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu
barang bergerak yang diserahkan kepadanya oleh seorang berhutang atau seorang lain atau namanya dan yang memberikan kekuasaan kepada si
berhutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripada orang-orang berpiutang lainnya, dengan
kekecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan,
biaya-biaya mana harus didahulukan. Gadai bersifat kebendaan yang disimpulkan dari pasal 528 KUH Perdata
yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1.
Memberikan kekuasaan langsung atau tidak langsung dengan perantaraan orang lain atau atas suatu benda.
2. Dapat dipertahankan terhadap setiap orang.
3. Mempunyai sifat melekat.
4. Hak yang lebih tua atau hak yang dilakukan terdahulu lebih kuat daripada
hak yang dilahirkan kemudian.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
77 5.
Biasanya didaftarkan atau dilakukan pendaftaran.
24
Subekti, berpendapat bahwa sifat kebendaan nampak dari kekuasaan gadai untuk menjual barang itu tanpa meminta perantaraan hakim, untuk
selanjutnya mengambil pelunasan dari pendapatan penjualan itu dengan mengecualikan orang-orang lain.
25
Berarti kedudukan dari pemegang gadai tidak tergantung pada orang lain, yaitu misalnya dalam hal si berhutang jatuh pailit maka dalam kepailitan
pemegang gadai mempunyai hak yang dilakukan dari kreditur-kreditur lainnya. Wirjono Prodjodikoro, menyatakan bahwa arti gadai adalah sebagai
suatu hak menurut pasal 1150 KUH Perdata yang didapat oleh seseorang berpiutang atas suatu barang bergerak yang diserahkan kepadanya oleh pihak
yang berhutang atau oleh orang lain atas namanya untuk jaminan pembayaran hutang dan memberikan hak kepadanya yang berpiutang untuk dibayar lebih
dahulu daripada berpiutang lainnya.
26
Sifat lain dari gadai adalah benda yang menjadi objek gadai dikuasai oleh pemegang gadai seperti diatur oleh pasal 1152 ayat 1 KUH Perdata
menyatakan bahwa : Hak gadai atas benda-benda bergerak dan atas piutang-piutang bahwa
diletakkan dengan membawa barang gadai di bawah kekuasaan si berpiutang atau seorang pihak ketiga, tentang siapa telah disetujui oleh
kedua belah pihak. Selanjutnya pasal 1152 ayat 3 KUH Perdata mengatakan bahwa :
24
Subekti, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Jakarta, 1987, hal. 16.
25
R. Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT. Intermasa, Cetakan XIX, Jakarta, 1984, hal. 79.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
78 Apabila barang yang digadaikan keluar dari kekuasaan penerima gadai
kreditur maka hak gadai itu menjadi hapus, kecuali apabila benda itu dicuri atau hilang maka si pemberi gadai dapat menuntut kembali barang
yang telah hilang atau dicuri itu, sebagaimana disebutkan dalam pasal 1977 ayat 2 KUH Perdata.
Undang-undang menentukan bahwa orang yang menggadaikan debitur
harus bekwaam artinya cakap untuk bertindak sendiri menurut hukum. Bila ternyata si debitur tidak berhak untuk memberikan barang itu
sebagai tanggungannya, maka hal ini tidak dipertanggungjawabkan pada orang yang menerima tanggungan kreditur. Misalnya, seorang penyewa atau peminjam
barang tidak berhak untuk menggadaikan barang tersebut, tetapi seandainya ia memberikan barang tersebut sebagai tanggungan dalam perjanjian gadai maka hak
gadai yang diperjanjikan tetap sah karena si kreditur menurut undang-unang berhak menganggap barang itu sebagai milik si debitur pasal 1152 ayat 4 jo pasal
1977 ayat 1, bahwa bezit benda bergerak adalah sebagai titel yang sempurna yang juga harus memperhatikan etikat baik dan kejujuran.
Hak gadai adalah suatu tambahan accessoir, yang berarti adanya hak itu tergantung dari adanya suatu perjanjian pokok, yaitu perjanjian hutang piutang
yang dijamin dengan barang atau benda jaminan, hal ini dimaksudkan agar dapat terlaksananya perjanjian pokok yang berupa pembayaran kembali uang pinjaman
dan bunganya oleh debitur. Persetujuan perjanjian gadai harus dibuktikan dengan segala alat yang
diperbolehkan bagi pembuktian persetujuan pokok pasal 1151 KUH Perdata. Perjanjian gadai dalam perjanjian hutang piutang diwujudkan dalam bentuk surat
bukti sebagai alat bukti penyerahan dan penerimaan uang serta penyerahan dan penerimaan barang jaminan.
26
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perdata Tentang Hak-Hak Atas Benda, Bangkit,
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
79 Sifat lain dari gadai adalah untuk menjual sendiri benda gadai dalam hal
pemberi gadai wanprestasi. Penjualan tersebut dilakukan setelah tenggang waktu yang telah ditentukan di dalam surat bukti kredit telah lampau. Penjualan barang
tersebut harus dilakukan di muka umum menurut kebiasaan setempat dengan syarat-syarat yang lazim berlaku guna mengambil pelunasan jumlah piutangnya
beserta bunga dan biaya dari pendapatan dari penjualan tersebut. Penjelasan Pasal 1155 ayat 1 KUH Perdata menyatakan bahwa :
”Apabila terdapat sisa maka harus dikembalikan kepada yang berhak yang menerimanya yaitu debitur”.
B. Wanprestasi Dalam Perjanjian Gadai 1. Pengertian Wanprestasi