Perjalanan Desentralisasi di Indonesia

menciptakan kemampuan unit pemerintah secara mandiri dan independen. Pemerintah pusat harus rela melepaskan fungsi-fungsi tertentu untuk menciptakan unit-unit pemerintahan yang baru yang otonom dan berada diluar kontrol langsung pemerintah pusat. Dengan kewenangan pemerintah pusat yang sangat kecil dan hanya berhubungan ha-hal tertentu saja, maka pusat hanya memainkan peran pengawasan dan kordinasi. Guna memperkuat kemampuan masyarakat dibawahnya, yang secara teoritik jelas akan berada langsung dibawah wewenang kekuasaan lokal daripada pusat. Ada peralihan kekuatan ke unit-unit pemerintah local yang terletak diluar struktur formal pemerintah pusat sendiri atau yang lazim disebut dengan desentralisasi. Di Indonesia, dekonsentrasi dan desentralisasi agaknya merupakan klasifikasi sistem administrasi pemerintah daerah yang lebih popular digunakan. Ini tercermin dari pasal 18 UUD 1945 beserta undang-undang yang mengatur implementasinya.

2.2.2 Perjalanan Desentralisasi di Indonesia

Dalam kacamata sejarah, praktik desentralisasi di Indonesia nenurut Kuncoro 2004 seperti ayuna pendulum. Pola zig-zag terjadi antara desentralisasi dan sentralisasi. Rangkiman kaleidoskop perjalanan desentralisasi dan sentralisasi di Indonesia sejak tahun 1990 masa penjajahan Belanda, pendudukan Jepang, revolusi, Orde Lama, Orde Baru hingga sekarang. Upaya desentaralisasi sudah dicoba diterapkan pada masa penjajahan Belanda 1900-1940 dan revolusi 1945-1949; diluar periode itu sentralisasi secara adminisrtatif, politik dan fiscal amat terasa Jaya dan Dick,2001; Kuncoro,2004. Universitas Sumatera Utara Mengikuti penjelasan Abdulwahab 2002, perkenalan bangsa Indonesia untuk pertama kali dengan konsep pemerintah modern, khususnya konsep desentralisasi dalam bidang pemerintahan agaknya baru dimulai saat negeri ini dibawah kendali kekuasaan pemerintah colonial Belanda. Semasa Indonesia masih dibawah kekuasaan pemerintah colonial Belanda Nederland IndischeHindia Belanda ketentuan perundangan yang berlaku saat itu adalah Decentralization Wet 1903 yang, sesudah berlangsung beberapa tahun, dan dijabarkan lebih lanjut dalam Bestuurshervoorming Wet 1993. Ketentuan-ketentuan tersebutt selain dimaksudkan oleh pemerintah Kolonial Belanda sebagai landasan yuridis formal bagi daerah-daerah untuk mengatur ikhwal rumah tangganya sendiri, juga untuk membagi daerah-daerah otonom yang mereka kuasai itu menjadi gewest identik dengan pemerintah provinsi sekarang, regenschaap identik dengan pemerintahan kabupaten, staatgemeente identik dengan pemerintah kota. Ketentuan perundangan buatan pemerintah kolonial Belanda tersebut terus berlaku tatkala Indonesia di bawah kekuasaan pemerintah pendudukan Jepang. Sebab, ketika pemerintah pendudukan Jepang menguasai Indonesia selama tiga setengah tahun, mereka tidak sempat membentuk undang-undang tersendiri. Dalam masa pendudukan Jepang yang relatif pendek itu mereka praktis hanyalah melanjutkan ap yang telah digariskan pemerintah kolonial Belanda. Perubahan politik dalam pemerintah di Indonesia baru terjadi sesudah negeri ini merdeka. Dengan beracu pada ketentuan yang termuat dalam pasal 18 UUD 1945 maka dikeluarkanlah UU No. 11945 mengenai Komite Nasional Daerah dan Universitas Sumatera Utara Ketentuan Pokok Pemerintah Daerah, yang berlaku sejak 23 November 1945. Undang-undang ini saat di Indonesia terbentuk Negara Republik Indonesia Serikat RIS digunakan sebagai basis dalam mengatur penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Desentalisasi di Indonesia mempunyai catatan sejarah yang cukup panjang. Selama kemerdekaan saja Indonesia telah memiliki 8 buah UU Pemerintah Daerah : UU No. 11945, UU No.221948, UU No. 11957, UU No.61959, UU No.181965, UU No.51974, UU No.221999, UU No.322004.

2.3. Pembangunan Nasional dan Daerah