Pelaksanaan otonomi daerah dipengaruhi oleh faktor-faktor yang meliputi kemampuan si pelaksana, kemampuan dalam keuangan, ketersediaan alat dan bahan,
dan kemampuan dalam berorganisasi. Otonomi daerah tidak mencakup bidang- bidang tertentu, seperti politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter,
fiskal, dan agama. Bidang-bidang tersebut tetap menjadi urusan pemerintah pusat.
2.1.2 Prinsip Otonomi Daerah
Pembanguan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional yang tidak bisa dilepaskan dari prinsip otonomi daerah. Sebagai daerah otonom, daerah
mempunyai kewenangan dan tanggung jawab penyelenggaraan kepentingan masyarakat berdasarkan prinsip keterbukaan partisipasi masyarakat dan
bertanggungjawaban kepada masyarakat. Upaya untuk melaksanakan Otonomi Daerah yang telah di gulirkan 1 Januari 2001, yaitu tahun fiskal 2001 adalah
merupakan tekat bersama, baik aparat yang di pusat maupun yang di daerah. Tentu dalam hal ini harus dilaksanakan dengan hati-hati, seksama namun tidak mengurangi
jangka waktu yang telah dittapkan agar mencapai hasil maksimal dalam pelaksanan Otonomi Daerah. Pelaksanaan otonomi daerah berdasar pada prinsip demokrasi,
keadilan, pemerataan, dan keanekaragaman. Prinsip-prinsip pemberian otonomi daerah
1. Memperhatikan aspek demokrasi, keadilan, pemerataan serta potensi dan
keanekaragaman 2.
Otonomi luas, nyata, dan bertanggung jawab
Universitas Sumatera Utara
3. Otonomi daerah yang luas dan utuh untuk Kabupaten, Otonomi daerah yang
terbatas untuk Propinsi 4.
Sesuai dengan konstitusi sehingga terjamin hubungan serasi antara Pusat dan Daerah serta antar Daerah
5. Lebih meningkatkan kemandirian daerah otonom sehingga dalam
kabupatenkota tidak ada wilayah administrasi 6.
Peningkatan peran dan fungsi Badan Legislatif Daerah wilayah administrasi 7.
Asas dekonsentrasi diletakkan pada Propinsi sebagai wilayah administrasi 8.
Asas Tugas Pembantuan diberikan dari Pemerintah kepada Daerah serta dari Pemerintah dan Daerah kepada Desa
2.1.3 Otonomi Luas, Nyata dan Bertanggung Jawab
Otonomi disebut “luas” artinya kewenangan sisi residu berada ditangan pusat seperti pada negara federal; sedangkan “nyata” berarti kewenangannya
menyangkut hal-hal yang diperlukan, tumbuh dan hidup, serta berkembang di daerah; dan akhirnya disebut “bertanggung jawab” karena kewenangan yang diserahkan
harus diselenggarakan demi pencapaian tujuan Otonomi Daerah, yaitu peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat agar semakin baik, pengembangan
kehidupan demokrasi, keadilan dan pemerataan, serta pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah dan antardaerah. Otonomi seluas-luasnya atau
keleluasaan discration juga mencakup kewenangan yang utuh dan bulat dalam penyelenggaraannya melalui perencanaan, implementasi, pengawasan, pengendalian
Universitas Sumatera Utara
dan evaluasi. Kewenangan yang diahlikan ke daerah disertai juga penyerahan dan
pengalihan pembiayaan, sarana dan prasarana, dan sumber daya manusia.
Transfer kewenangan dari pusat ke daerah berdasarkan prinsip negara kesatuan dengan semangat federalisme. Sejumlah kewenangan yang dikelola pusat
hampir sama dengan yang dikelola oleh pemerintah di negara federal : hubungan luar negeri, pertahanan dan keamana, peradilan, moneter, dan agama serta berbagai jenis
urusan yang memang lebih efisien bila ditangani secara sentralistik oleh pusat, seperti kebijakan makro ekonomi, perimbangan keuangan, standarisasi nasional, administrasi
pemerintah, pengembangan tehnologi tinggi serta badan usaha milik negara. Daerah provinsi memiliki kewenangan yang bersifat lintas kabupatenkota. Sementara itu
kabupatenkota punya kewenangan wajib untuk melaksanakan : pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian, perhubungan, industry dan
perdagangan, penanaman modal, lingkungan hidup, pertahanan, koperasi dan tenaga kerja.
Otonomi Daerah di Indonesia dimulai dengan diberlakukannya UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU No 25 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan Daerah dan Pusat secara penuh pada tahun 2000 diujicobakan dan pada akhirnya dilaksanakan penuh pada tahun anggaran 2001.
Maka otonomi telah berjalan di Indonesia selama 8 tahun dan Undang-Undang itu akhirnya disempurnakan menjadi UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
dan UU No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara pusat dan daerah. Dengan otonomi ini terjadi cukup banyak perubahan mekanisme penentuan anggaran
Universitas Sumatera Utara
penerimaan dan belanja daerah APBD khususnya pada tingkat Daerah Tingkat II KabupataenKota. Dengan diberikan kewenangan lebih besar oleh pemerintah
nasional kepada daerah provinsi, kabupaten, dan kota dan diimbangi juga dengan makin besar dana perimbangan yang di transfer kepada daerah, membuat pemerintah
daerah harus semakin bertanggung jawab terhadap naik turunnya pembangunan ekonomi daerah, dan fluktuasi ekonomi daerah juga sangat dipengaruhi oleh
pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang dibiayai melalui APBD. Oleh sebab itu, APBD menjadi salah satu kunci penentu keberhasilan pembangunan ekonomi daerah.
Artinya, APBD akan efektif mempengaruhi pembangunan ekonomi daerah, apabila alokasi-alokasi pembiayaan sesuai arah prioritas pembangunan daerah untuk
mewujudkan masyarakat makin sejahtera, pengangguran dan jumlah penduduk miskin semakin menurun, dan pertumbuhan ekonomi semakin berkualitas. Pengaruh
otonomi daerah dapat dilihat dari APBD daerah tersebut yaitu perkembangan Pendapatan Asli Daerah PAD dan anggaran pembangunan didaerah tersebut.