Menurut Rukminto 2001, merencanakan perubahan pengetahuan, sikap, dan tindakan pada individu atau pada sekelompok masyarakat melalui intervensi
komunitas tidak mudah. Pada kenyataan di lapangan, ada berbagai kendala yang sering ditemui, kendala tersebut meliputi kendala yang berasal dari kepribadian
individu dan kendala yang berasal dari sistem sosial yang berkembang dilingkungan kelompok masyarakat tersebut. Kendala individu antara lain adalah kestabilan,
kebiasaan, hal-hal utama yang diyakini, seleksi ingatan dan persepsi, ketergantungan, superego, rasa tidak percaya serta rasa tidak aman. Kendala sistem sosial antara lain
meliputi kesepakatan terhadap norma tertentu, kesatuan dan kepatuhan terhadap sistem dan budaya, hal-hal yang bersifat sakral, kelompok kepentingan, penolakan
terhadap orang luar yang datang ke dalam komunitas tersebut.
2.6 Pengertian dan Tanda-tanda Gizi Buruk
Menurut Arisman 2004, gizi buruk adalah keadaan yang terjadi akibat kekurangan pangan dalam kurun waktu tertentu pada satu wilayah, sehingga
mengakibatkan kurangnya asupan zat gizi yang diperlukan, pada akhirnya berdampak pada kondisi status gizi menjadi kurang atau buruk dan keadaan ini terjadi pada
semua golongan umur anak dan orang dewasa. Kondisi kurang gizi disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi atau protein dalam asupan makanan sehari-hari hingga
tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi AKG, cara menghitungnya yaitu : 1. Dengan cara menimbang berat badan secara teratur setiap bulan, bila
perbandingan berat badan dengan umurnya dibawah 60 standart WHONCHS, maka dapat dikatakan anak tersebut terkena gizi buruk.
Universitas Sumatera Utara
2. Dengan mengukur tinggi badan dan lingkar lengan atas bila tidak sesuai dengan standart anak yang normal waspadai akan terjadi gizi buruk.
Menurut Budiarso 1986, penyebab utama dari gizi kurang dan buruk adalah tidak sesuainya zat gizi yang diperoleh dari makanan dengan kebutuhan tubuh. Akan
tetapi kejadiannya bukanlah akibat satu sebab saja, melainkan juga ada penyebab- penyebab lain yang mendorong terjadinya, antara lain adanya berbagai penyakit
infeksi pada anak seperti campak, diare yang hebat. Konsekuensi masalah kurang gizi dapat dilihat pada gambar 6 sebagai berikut :
GIZI KURANG GIZI BURUK
DADAFAFAan interesting
Kecerdasan terhambat
Resiko kematian meningkat pada
balita gizi buruk Perkembangan
terganggu Pertumbuhan
terganggu Rentan terhadap
penyakit
Penyakit infeksi Asupan Energi, protein dan
zat gizi mikro kurang
Gambar 6 : Konsekuensi Masalah Kurang Gizi
Sumber : Survei
Kesehatan Rumah
Tangga, Buletin
Penelitian Kesehatan Oleh Budiarso 1986.
Universitas Sumatera Utara
Menurut hasil penelitian Butte, dkk., 2001, bahwa peran Air Susu Ibu ASI menunjang pertumbuhan anak sampai usia 4 bulan di Texas. Pertumbuhan bayi yang
diamati ternyata sesuai dengan standart NCHS. Ditunjukkan pula hubungan antara asupan ASI dengan pertumbuhan. Pada penelitian yang dikerjakan oleh peneliti lain
menunjukkan rasio berat badan 10-30 lebih tinggi pada bayi yang mendapatkan ASI dibandingkan dengan yang mendapat susu formula. Ini menunjukkan bahwa bayi
yang mendapatkan ASI lebih efisien menggunakan energi. Penelitian lain yang dilakukan di Washington DC-Baltimore oleh Ahn dan MacLean 2001, bahwa pada
kelompok sosial ekonomi tinggi, kurva berat badan dan panjang badan anak bertambah dengan lama pemberian ASI eksklusif sampai umur 6 bulan akan
menjamin pertumbuhan normal anak. Indonesia sebagai negara sedang berkembang lainnya mempunyai masalah
gizi cukup besar, ditandai masih banyaknya kasus gizi kurang pada anak balita dan anak usia sekolah. Anak yang menderita kurang gizi akan berdampak pada
pertumbuhan, kecerdasan, dan rentan penyakit terlebih lagi apabila kekurangan gizi terjadi sejak masa janin dalam kandungan, kemungkinan besar terjadi Bayi Berat
Lahir Rendah BBLR kurang dari 2500 gram. Hubungan ini dapat dilihat pada gambar 7 Susenas, 2000 :
Universitas Sumatera Utara
Gizi Buruk pada Bayi dan Balita
Kematian Ibu dan Bayi Gizi Buruk pada Ibu Hamil
Menurunnya Kualitas SDM Indonesia Bahkan
“Lost Generation”
Gambar 7 : Hubungan Penderita Kurang Gizi dengan terjadinya BBLR
Sumber : Penanggulangan Masalah Gizi Buruk, Revitalisasi Puskesmas Dan Posyandu oleh Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat 2005.
2.7. Landasan Teori