BAB II URAIAN TEORITIS
A. Penelitian Terdahulu
Yuliafitri, Koesmawan, dan Amilin 2005 melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Efektivitas Modal Kerja dan Operating Assets Turnover
Terhadap Tingkat Rentabilitas Pada Sektor Industri Dasar dan Kimia Yang Tercatat Di Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini menggunakan sampel 48 perusahaan
yang bergerak di sektor industri dasar dan kimia yang tercatat di Bursa Efek Jakarta, selama 3 tahun 2001-2003 dengan menggunakan Purposive Sampling
method dan model analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengujian secara parsial individual terhadap perputaran modal kerja dan
Operating Assets Turnover tidak bepengaruh secara signifikan terhadap tingkat rentabilitas.
Nainggolan 2007 melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Rasio Aktivitas Terhadap Return On Investment ROI Pada PT Hutan Baruman Perkasa
Medan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data laporan keuangan selama 12 tahun 1995-2006. Variabel bebas yang digunakan oleh peneliti adalah rasio
aktivitas Inventory Turnover, Average Collection Period, Working Capital Turnover, Fixed Assets Turnover, dan Total Assets Turnover. Sedangkan variabel
terikatnya adalah Return On Investment ROI. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pengujian secara simultan Uji-F keseluruhan rasio aktivitas
Inventory Turnover, Average Collection Period, Working Capital Turnover, Fixed Assets Turnover, dan Total Assets Turnover memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap Return On Investment ROI. Sementara itu, pengujian secara
Universitas Sumatera Utara
parsial Uji-t, Average Collection Period, Working Capital Turnover, Fixed Assets Turnover, dan Total Assets Turnover yang mempunyai pengaruh signifikan
terhadap ROI. Sedangkan Inventory Turnover tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap ROI.
B. Modal Kerja 1. Pengertian Modal Kerja
Perusahaan selalu membutuhkan modal kerja, yaitu aktiva lancar yang digunakan untuk membiayai operasi perusahaan, dimana dana yang diharapkan
dapat kembali masuk ke dalam perusahaan dalam jangka pendek melalui usaha perusahaan. Dana tersebut akan digunakan kembali untuk membiayai operasi
selanjutnya, sehingga dana tersebut akan terus berputar setiap periodenya selama perusahaan beroperasi.
Menurut Wild, dkk, 2004:259, Modal kerja adalah selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Hal senada diungkapkan oleh Keown 2004:190,
Modal kerja bersih merupakan selisih antara asset lancar dan kewajiban lancar, menyediakan gambaran yang sangat berguna dalam menentukan kebijaksanaan
pembiayaan jangka pendek. Jika modal kerja bersih rendah, keuntungan perusahaan cenderung meningkat, tetapi peningkatan keuntungan ini disaat yang
sama juga meningkatkan resiko likuiditas perusahaan. Akibatnya kebijakan pembiayaan jangka pendek perusahaan berpengaruh pada modal kerja bersih.
Burton A. Kolb dalam Sawir 2005:129 menyatakan modal kerja adalah investasi perusahaan dalam aktiva jangka pendek atau lancar, termasuk di
dalammnya kas, sekuritas, piutang, persediaan, dan dalam beberapa perusahaan,
Universitas Sumatera Utara
biaya dibayar di muka. Sedangkan Riyanto 2001:57, mengemukakan tiga konsep pengertian modal kerja, yaitu :
a. Konsep Kuantitatif Konsep kuantitatif mendasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam
dalam unsur-unsur aktiva lancar, dimana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar kembali dalam bentuk semula atau aktiva dimana dana yang tertanam di
dalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu yang pendek. Dengan demikian, modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar.
Atau sering juga disebut sebagai modal kerja kotor gross working capital. b. Konsep Kualitatif
Modal kerja menurut konsep kualitatif adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa
mengganggu likuiditasnya, atau disebut modal kerja bersih net working capital. c. Konsep Fungsional
Konsep fungsional
mendasarkan pada fungsi dari dana dalam
menghasilkan pendapatan income. Setiap dana yang digunakan dalam perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan.
2. Pentingnya Modal Kerja yang Cukup
Modal kerja sebaiknya tersedia dalam jumlah yang cukup agar memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan tidak
mengalami kesulitan keuangan, misalnya dalam menutup kerugian-kerugian dan dapat mengatasi keadaan krisis atau darurat tanpa membahayakan keadaan
keuangan perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Djarwanto 2004:89, manfaat dari tersedianya modal kerja yang cukup, antara lain:
a. Memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan tidak
mengalami kesulitan keuangan. b.
Melindungi perusahaan dari akibat buruk berupa turunnya nilai aktiva lancar.
c. Memungkinkan perusahaan untuk melunasi kewajiban-kewajiban jangka
pendeknya tepat waktu. d.
Menjamin perusahaan mamiliki credit standing dan dapat mengatasi peristiwa yang tidak dapat diduga sebelumnya seperti adanya kebakaran,
pencurian dan sebagainya. e.
Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup guna melayani permintaan konsumennya.
f. Memungkinkan perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang
menguntungkan kepada para langganan. g.
Memungkinkan perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan dalam memperoleh bahan baku, jasa dan
supplies yang dibutuhkan. h. Memungkinkan perusahaan untuk mampu bertahan dalam periode resesi
atau depresi.
Universitas Sumatera Utara
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Modal Kerja
Menurut Syahyunan 2004:40, Kebutuhan modal kerja dalam perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1 Volume Penjualan
Volume penjualan merupakan faktor yang sangat penting yang mempengaruhi kebutuhn modal kerja. Apabila penjualan meningkat maka
kebutuhan modal kerjapun akan meningkat, demikian pula sebaliknya. 2
Besar Kecilnya Skala Usaha Perusahaan 3
Aktivitas Perusahaan Perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa tidak mempunyai persediaan
barang dagangan, sedangkan perusahaan yang menjual barang secara tunai tidak memiliki piutang dagang. Hal ini mempengaruhi tingkat perputaran
dan jumlah modal kerja suatu perusahaan. 4
Perkembangan Teknologi Kemajuan teknologi, khususnya yang berhubungan dengan proses
produksi akan mempengaruhi kebutuhan modal. 5
Sikap Perusahaan Terhadap Likuiditas dan Profitabilitas. Adanya biaya dari semua dana yang digunakan perusahaan mengakibatkan
jumlah modal kerja yang relatif besar mempunyai kecenderungan untuk mengurangi laba perusahaan, tetapi dengan menahan uang kas dan
persediaan barang yang lebih besar akan membuat perusahaan lebih mampu untuk membayar transaksi-transaksi yang dilakukan dan resiko
kehilangan pelanggan tidak terjadi karena perusahaan mempunyai persediaan barang yang cukup.
Universitas Sumatera Utara
4. Jenis-Jenis Modal Kerja Menurut Syahyunan 2004:39, Modal kerja dapat dibedakan atas dua
jenis, yaitu : a.
Modal Kerja Tetap Permanent Working Capital yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk menjalankan operasional
perusahaan sehari-hari. fungsinya. Tanpa adanya modal kerja ini mengakibatkan operasi perusahaan akan berhenti. Modal kerja tetap
dibedakan atas : 1
Modal kerja primer, yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya.
2 Modal kerja normal, yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan sesuai kapasitas produksi normal secara dinamis.
b. Modal Kerja Variabel Variabel Working Capital yaitu modal kerja yang
jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan. Perubahan tersebut dikarenakan fluktuasi musim, fluktuasi konjungtur, dan perubahan
yang sifatnya darurat, sehingga modal kerja variabel dibedakan atas : 1
Modal kerja musiman, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah- ubah disebabkan karena fluktuasi musim.
2 Modal kerja siklis, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-
ubah disebabkan karena fluktuasi konjungtur. 3
Modal kerja darurat, yaitu modal kerja yang besarnya berubah- ubah karena keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
5. Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
Perubahan-perubahan dari unsur-unsur Non Current Account aktiva tetap, utang jangka panjang, dan modal sendiri yang mempunyai efek memperbesar
modal kerja disebut sebagai sumber modal kerja Sources of Working Capital. Sebaliknya perubahan-perubahan dari unsur-unsur Non Current Account yang
mempunyai efek memperkecil modal kerja disebut sebagai penggunaan modal kerja Application of Working Capital. Apabila sumber lebih besar daripada
penggunaan, berarti ada kenaikan modal kerja. Sebaliknya apabila penggunaan lebih besar dari pada sumber, berarti terjadi penurunan modal kerja.
Menurut Syahyunan 2003:11, perubahan unsur-unsur rekening tidak lancar yang mempunyai pengaruh efek memperbesar modal kerja Netto adalah :
Berkurangnya aktiva tidak lancar, Bertambahnya utang jangka panjang, Bertambahnya modal saham, dan Adanya keuntungan dari operasi perusahaan.
Sedangkan perubahan unsur-unsur rekening tidak lancar yang mempunyai pengaruh memperkecil modal kerja Netto adalah : Bertambahnya aktiva lancar,
Bekurangmya utang jangka panjang, Berkurangnya modal saham, Pembayaran deviden tunai, dan Adanya kerugian dalam organisasi perusahaan.
6. Working Capital Turnover WCT
Pada setiap perusahaan kemampuan manajemen modal kerjanya tidak sama, maka ada kebutuhan untuk mengukur efektivitasnya. Efektivitas modal
kerja mempengaruhi tingkat penjualan perusahaan dan akhirnya akan mempengaruhi perputaran dari Operating Asset Riyanto, 2001:62. Efektivitas
modal kerja ditunjukkan dengan rasio perputaran modal kerja, yang
Universitas Sumatera Utara
memperlihatkan adanya keefektivan modal kerja dalam pencapaian penjualan. Tingkat Working Capital Turnover dihitung sebagai berikut:
kali x
s Liabilitie
Current Assets
Current Sales
WCT 1
Perputaran modal kerja ini menunjukkan jumlah rupiah penjualan netto yang diperoleh bagi setiap rupiah modal kerja. Dari hubungan antara penjualan netto
dengan modal kerja tersebut dapat diketahui juga apakah perusahaan bekerja dengan modal kerja yang tinggi atau bekerja dengan modal kerja yang rendah.
Perputaran modal kerja yang tinggi diakibatkan rendahnya modal kerja yang ditanam dalam persediaan dan piutang atau dapat juga menggambarkan tidak
tersedianya modal kerja yang cukup dan adanya perputaran persediaan dan piutang yang tinggi. Tidak cukupnya modal kerja mungkin disebabkan banyaknya
hutang jangka pendek yang sudah jatuh tempo sebelum persediaan dan piutang dapat diubah menjadi uang kas. Perputaran modal kerja yang rendah dapat
disebabkan karena besarnya modal kerja netto, rendahnya tingkat perputaran persediaan dan piutang atau tingginya saldo kas dan investasi modal kerja dalam
bentuk surat-surat berharga.
C. Aktiva 1. Pengertian Aktiva
Aktiva merupakan bentuk dari penanaman modal perusahaan yang bentuknya dapat berupa hak atas kekayaan atau jasa yang dimiliki perusahaan
yang bersangkutan. Harta kekayaan tersebut harus dinyatakan secara jelas, diukur dalam satuan uang dan diurutkan berdasarkan lamanya waktu atau kecepatannya
berubah kembali menjadi uang kas.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia 2004:2 dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan: “Aktiva adalah sumber daya yang
dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan darimana manfaat ekonomi masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan.”
2. Unsur-Unsur Aktiva. Aktiva dapat digolongkan ke dalam dua kelompok, lancar dan tidak lancar.
a. Aktiva Lancar Menurut Wild, dkk 2004:186: “Aktiva Lancar adalah kas dan aktiva lain
yang secara wajar dapat direalisasi sebagai kas dan dijual serta digunakan selama satu tahun atau dalam siklus normal perusahaan jika lebih dari satu tahun.”
Akun neraca biasanya memasukkan efek-efek yang telah jatuh tempo dalam satu tahun fiskal kedepan, kas, piutang, persediaan dan beban dibayar dimuka sebagai
aktiva lancar. Munawir 2004: 14 menyatakan bahwa aktiva lancar adalah uang kas dan
aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumer dalam periode berikutnya paling lama satu
tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam PSAK 1 Penyajian Laporan
Keuangan 2004:42, suatu aktiva diklasifikasikan sabagai aktiva lancar, jika aktiva tersebut:
1 Diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan
dalam jangka waktu siklus operasi normal perusahaan; atau
Universitas Sumatera Utara
2 Dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan
diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal neraca; atau
3 Berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi
Aktiva lancar termasuk persediaan dan piutang dagang yang dijual, dikonsumsi dan direalisasi sebagai bagian dari siklus normal operasi perusahaan
walaupun aktiva tersebut tidak diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal neraca. Surat berharga diklasifikasikan sebagai aktiva lancar
apabila surat berharga tersebut diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal neraca dan jika lebih dari 12 bulan diklasifikasikan sebagai
aktiva tidak lancar. Djarwanto 2004:25 mengemukakan bahwa yang termasuk dalam aktiva
lancar current asset adalah: Kas Cash, Investasi Jangka Pendek Temporary Investment, Wesel Tagih Notes receivable, Piutang dagang Account
Receivable, Penghasilan yang masih akan diterima Accrual Receivable, Persediaan barang Inventories, dan Biaya yang dibayar dimuka Prepaid
expenses. b. Aktiva Tidak Lancar
Menurut Wild, dkk 2004: 257, Aktiva tidak lancar merupakan sumber daya atau klaim atas sumber daya yang diharapkan dapat memberikan manfaat
kepada perusahaan selama periode melebihi periode kini. Aktiva tidak lancar meliputi: investasi jangka panjang, aktiva tetap, aktiva tidak berwujud, beban
biaya yang ditangguhkan dan aktiva tidak lancar lainnya.
Universitas Sumatera Utara
1 Investasi jangka panjang
Investasi jangka panjang dapat berupa saham dan obligasi dari dan pinjaman kepada perusahaan lain; harta kekayaan yang tidak digunakan
dalam operasi rutin perusahaan seperti gedung yang disewakan kepada pihak lain; dana yang diperuntukkan untuk tujuan khusus selain
pembayaran utang jangka pendek dan pinjaman kepada anak perusahaan. 2
Aktiva Tetap Djarwanto 2004:27 mengatakan bahwa Aktiva tetap Fixed cost
merupakan harta kekayaan yang berwujud, yang bersifat relatif permanen, digunakan dalam operasi reguler lebih dari satu tahun, dibeli dengan
tujuan untuk tidak dijual kembali. Yang termasuk dalam aktiva tetap adalah : Tanah Land, Bangunan atau gedung Building, Mesin-mesin
Machinery, Perabot dan peralatan kantor Office furniture and fixtures, Perabot dan peralatan toko Store furniture and fixtures, Alat
pengangkutan Delivery Equipment, dan Sumber-sumber alam Natural resources.
3 Aktiva tidak berwujud
Aktiva tidak berwujud berupa hak-hak yang dimiliki perusahaan. Hak-hak ini diberikan kepada penemunya, penciptanya, atau penerimanya.
Pemilikan hak ini dapat karena menemukan sendiri atau diperoleh dengan jalan membeli dari penemunya, misalnya hak cipta, leashold, franchises,
hak patent, good will, trademark, biaya organisasi.
Universitas Sumatera Utara
4 Beban biaya yang ditangguhkan
Beban biaya yang ditangguhkan adalah pengeluaran-pengeluaran atau biaya yang mempunyai manfaat jangka panjang dimana pembebanannya
sebagai biaya usaha berlangsung untuk beberapa tahun atau periode misalnya biaya pemasaran, biaya penelitian.
5 Aktiva tidak lancar lainnya
Misalnya uang kas pada bank tertutup atau dinegara asing, investasi lain- lain yang tidak termauk investasi jangka panjang atau jangka pendek.
3. Total Assets Turnover TATO
Sawir 2005:17 mengemukakan bahwa Rasio Perputaran Total Aktiva Total Assets Turnover menunjukkan efektivitas penggunaan seluruh harta
perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan atau menggambarkan berapa rupiah penjualan bersih Net Sales yang dapat dihasilkan oleh setiap rupiah yang
diinvestasikan dalam bentuk harta perusahaan. Jika perputarannya lambat, ini menunjukkan bahwa aktiva yang dimiliki terlalu besar dibandingkan dengan
kemampuan untuk menjual. Menurut Djarwanto 2004:203, rasio Total Asset Turnover bertujuan
untuk mengukur pendayagunaan aktiva usaha Operating Asset yakni apakah misalnya terjadi kecederungan kelebihan investasi dalam aktiva dalam kaitannya
dengan volume penjualan yang dicapai. Pada umumnya semakin tinggi perputaran aktiva, semakin efisien penggunaan aktiva tersebut. Perhitungan Total Assets
Turnover dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut Brigham, 2001:83 :
kali Asset
Total Sales
Net Turnover
Assets Total
1
Universitas Sumatera Utara
D. Rentabilitas Ekonomis Basic Earning Power
Rentabilitas pada umumnya diartikan sebagai suatu perbandingan antara laba yang diperoleh dalam operasi perusahaan dengan modal. Riyanto 2001:35,
mengemukakan bahwa rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan
kata lain, rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
Harahap 2004:304 mengemukakan bahwa rasio rentabilitas atau disebut juga profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba
melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Rasio yang
menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba disebut juga Operating Ratio.
Rentabilitas dalam suatu perusahaan umumnya lebih penting daripada laba, karena laba yang besar bukanlah merupakan ukuran bahwa perusahaan telah
bekerja secara efisien. Efisiensi perusahaan dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan atau modal yang
menghasilkan laba tersebut, atau dengan menghitung rentabilitasnya. Penilaian rentabilitas perusahaan bermacam-macam, caranya tergantung
laba dan aktiva mana yang akan dibandingkan, apakah yang dibandingkan itu laba yang berasal dari operasi perusahaan atau laba bersih sesudah pajak dibandingkan
dengan seluruh aktiva yang digunakan ataukah membandingkan laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Rentabilitas hanya
terjadi apabila penggunaan sumber-sumber dana dapat memberikan hasil lebih tinggi terhadap nilai input yang dipergunakan. Dengan
kata lain, semakin tinggi hasil yang diperoleh dari penggunaan sumber-sumber dana dibandingkan input yang digunakan, maka rentabilitaspun akan tinggi.
Dalam praktik, rentabilitas dipakai sebagai ukuran untuk menilai kondisi dan potensi suatu perusahaan.
Rentabilitas Ekonomis atau disebut juga Daya Laba Dasar Basic Earning Power dimaksudkan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam
memanfaatkan seluruh sumber dayanya, yang menunjukkan Rentabilitas Ekonomis perusahaan. Semakin besar rasio ini, semakin baik. Perhitungan
Rentabilitas Ekonomis Basic Earning Power dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut Brigham, 2001: 90:
Rentabilitas Ekonomis = 100
x Aktiva
Total EBIT
Pajak dan
Bunga Sebelum
Laba
Menurut Sawir 2005:19, bahwa tinggi rendahnya Rentabilitas Ekonomis Basic Earning Power ditentukan oleh dua faktor, yaitu :
1. Operating Profit margin, yaitu perbandingan antara laba usaha EBIT dan
penjualan sales. Rasio ini dapat dicari dengan rumus berikut :
Operating Profit Margin = Sales
EBIT Operasi
Laba
Besar kecilnya operating profit margin ditentukan oleh dua faktor yaitu net sales dan laba usaha EBIT. Besar kecilnya laba usaha tergantung
pada pendapatan dari Sales dan besarnya biaya usaha Operating Expense.
Universitas Sumatera Utara
2. Total Assets Turnover Tingakat Perputaran Aktiva
Yaitu tingkat perputaran aktiva dalam satu periode, biasanya satu tahun, berapa kali perputaran aktiva usaha dalam satu tahun. Total Assets
Turnover mengukur sampai seberapa jauh kemampuan semua aktiva menciptakan penjualan. Semakin cepat perputaran rasio ini, akan semakin
baik. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus berikut: Total Assets Turnover =
kali x
Aktiva Total
Sales Net
1
Operating Profit Margin dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat kepada besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya
dengan Sales, sedangkan Total Assets Turnover dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi relatif penggunaan total aktiva perusahaan untuk menghasilkan penjualan
pada suatu periode tertentu. Hasil akhir dari percampuran kedua efisiensi Operating Profit Margin dengan Total Assets Turnover menentukan tinggi
rendahnya Rentabilitas Ekonomis Basic Earning Power. Oleh karena itu, makin tingginya Tingkat Profit Margin atau Total Assets Turnover masing-masing atau
kedua-duanya akan mengakibatkan naiknya Basic Earning Power. Hubungannya antara Operating Profit Margin atau Total Assets Turnover dengan Basic
Earning Power dapat digambarkan sebagai berikut Operating Profit Margin x Total Assets Turnover = Basic Earning Power
Assets Total
Sales x
Sales EBIT
Operasi Laba
= Basic Earning Power
100 x
Aktiva Total
EBIT Pajak
dan Bunga
Sebelum Laba
= Basic Earning Power
Universitas Sumatera Utara
Menurut Riyanto, 2001:39, Ada beberapa cara untuk meningkatkan Rentabilitas Ekonomis antara lain sebagai berikut:
1. Menaikkan Profit Margin yaitu dengan jalan menambah biaya usaha
Operating Expenses sampai tingkat tertentu diusahakan tercapainya tambahan Sales sebesar-besarnya, atau dengan kata lain, tambahan Sales
harus lebih besar daripada tambahan Operating Expenses. 2.
Menaikkan Profit Margin dengan mengurangi pendapatan dari Sales sampai tingkat tertentu diusahakan adanya pengurangan Operating
Expenses yang sebesar-besarnya. 3.
Menaikkan Turnover of Operating Assets dengan menambah modal usaha Operating Assets sampai tingkat tertentu diusahakan tercapainya
tambahan Sales yang sebesar-besarnya. 4.
Menaikkan Turnover of Operating Assets dengan mengurangi Sales sampai tingkat tertentu diusahakan penurunan atau pengurangan Operating
Assets sebesar-besarnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. GAMBARAN UMUM BURSA EFEK INDONESIA
Bursa Efek Indonesia adalah salah satu bursa saham yang dapat memberikan peluang investasi dan sumber pembiayaan dalam upaya mendukung
pembangunan Ekonomi Nasional. Bursa Efek Indonesia berperan juga dalam upaya mengembangkan pemodal lokal yang besar dan solid untuk menciptakan
Pasar Modal Indonesia yang stabil. Bursa Efek Indonesia berawal dari berdirinya Bursa Efek di Batavia, yang
dikenal sebagai Jakarta pada saat ini, oleh pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 14 Desember 1912. Sekuritas yang diperdagangkan adalah saham dan
obligasi perusahaan-perusahaan Belanda yang beroperasi di Indonesia, obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah Hindia Belanda dan sekuritas lainnya.
Perkembangan Bursa Efek di Batavia sangat pesat sehingga mendorong pemerintah Belanda membuka Bursa Efek Surabaya pada tanggal 11 Januari 1925
dan Bursa Efek Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925. Kedua bursa ini kemudian ditutup karena terjadinya gejolak politik di Eropa awal tahun 1939.
Bursa Efek di Jakarta pun akhirnya ditutup juga akibat terjadinya perang dunia ke dua tahun 1942, sekaligus menandai berakhirnya aktivitas pasar modal di
Indonesia. Pasar modal di Indonesia kembali digiatkan dengan dibukanya kembali
Bursa Efek di Jakarta pada tanggal 3 Juni 1952. Pada tahun 1958 kegiatan Bursa Efek di Jakarta kembali dihentikan karena adanya inflasi dan resesi ekonomi. Hal
ini tak berlangsung lama sebab Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali dan
Universitas Sumatera Utara