Pengaruh Konsep Diri Dan Strategi Belajar Mahasiswa Terhadap Kejadian Underachiever Di Fakultas Keperawatan USU Medan

(1)

1

KEPERAWATAN USU MEDAN

SKRIPSI

OLEH :

TRI RATNA RITONGA NIM. 0711010150

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

(3)

PRAKATA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat, kasih dan pertolongan dariNya yang tiada henti kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “pengaruh konsep diri dan strategi belajar mahasiswa terhadap kejadian underachiever di Fakultas Keperawatan USU Medan”.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak dengan memberikan butir-butir pemikiran yang sangat berharga bagi penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Dedi Ardinata, M. Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Rika Endah Nurhidayah, S. Kp., M.Pd sebagai dosen pembimbing skripsi dan sebagai dosen pembimbing akademik yang telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Diah Hanum, S.Kp., MNS dan Bapak Mula Tarigan, S.Kp., Ns., selaku dosen penguji yang telah banyak memberika masukan-masukan yang bermanfaat bagi skripsi ini.

4. Seluruh dosen pengajar S1 Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan pendidikan kepada penulis selama proses perkuliahan dan staf nonakademik yang membantu memfasilitasi penulis secara administratif.

5. Teristimewa kepada seluruh keluarga, kepada kedua orang tua yaitu Mamaku tersayang Hj. Ihda Arsyah Marbun dan Papaku tercinta H. Syarifuddin


(4)

Ritonga yang selalu memberikan dukungan baik moril ataupun materil serta selalu mendoakan yang terbaik bagi saya sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini. Kepada kakakku dr. Eka Syafrida Ritonga yang selalu memberikan masukan-masukan serta yang selalu berhasil membuat perasaan saya tenang dan membangkitkan semangat saya dalam mengerjakan skripsi ini. Kepada kembaranku Dwi Fayana Ritonga, SE yang selalu membuat saya terhibur dan tersenyum. Buat seseorang yang special Ali Syafrin Harahap yang selalu menemani dan memberi motivasi dalam mengerjakan skripsi ini.

6. Sahabat-sahabat terbaikku Geng Adek (Melati, Rianti, Rini, Tiva, Wina, dan Novi) terima kasih buat dukungannya dan kegembiraan selama ini.

7. Restiana Simorangkir dan Megita yang menjadi teman saya konsul, dan menjadi teman untuk saling bertukar pendapat dan saling menyemangati . 8. Rekan-rekan mahasiswa S1 Stambuk 2007 Fakultas Keperawatan Sumatera

Utara yang telah memberikan semangat dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

9. Semua pihak yang dalam kesempatan ini tidak dapat seluruhnya disebutkan namanya satu persatu yang telah banyak membantu saya baik dalam penyelesaian skripsi maupun dalam menyelesaikan perkuliahan di Fakultas Keperawatan USU.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Harapan saya semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua kalangan terutama keperawatan.

Medan, Juni 2011


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Prakata ... iii

Daftar Isi... v

Daftar Tabel ... vii

Daftar Gambar ... viii

Abstrak ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ... 1

2. Perumusan Masalah ... 4

3. Tujuan Penelitian ... 4

4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Underachiever ... 6

1.1. Pengertian Underachiever ... 6

1.2. Penyebab Underachiever ... 6

1.2.1. Faktor Emosi dan Motivasi ... 7

1.2.2. Faktor yang Berkaitan dengan Strategi Belajar ... 8

1.3. Karakteristik Mahasiswa Underachiever ... 8

1.4. Prestasi Akademik Mahasiswa Underachiever ... 9

1.5. Mengatasi Mahasiswa Underachiever ... 11

2. Tes Intelegensi ... 13

2.1. Pengertian Intelegensi ... 13

2.2. Teori-Teori Intelegensi ... 15

2.3. Macam-Macam Tes Intelegensi ... 16

2.4. Distribusi Intelegensce Quotient (IQ) ... 17

3. Prestasi Belajar ... 18

3.1. Pengertian Prestasi ... 18

3.2. Pengertian Belajar ... 19

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Konsep Penelitian ... 21

2. Hipotesa Penelitian... 21

3. Definisi Operasional... 22

BAB 4 METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian ... 23


(6)

2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23

3. Populasi dan Sampel ... 23

3.1. Populasi ... 23

3.2. Sampel ... 24

4. Instrumen Penelitian... 24

5. Metode Pengumpulan Data ... 24

6. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 25

7. Teknik Analisis Data ... 26

8. Pengujian Asumsi Klasik ... 27

8.1. Uji Normalitas ... 28

8.2. Uji Multikolinearitas ... 28

8.3. Uji Heterokedastisitas ... 28

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian ... 29

1.1. Konsep Diri Mahasiswa ... 29

1.2. Strategi Belajar Mahasiswa ... 31

1.3. Inteligensia Quetient (IQ) Mahasiswa ... 32

1.4. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) Mahasiswa ... 32

1.5. Mahasiswa Underachiever dan Non underachiever Berdasarkan IQ dan IPK di Fakultas Keperawatan USU Medan ... 33

1.6. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 33

1.6.1. Uji Normalitas ... 33

1.6.2. Uji Multikolinieritas ... 35

1.6.3. Uji Heteroskedastisitas ... 35

1.7. Hasil Analisis Regresi Berganda ... 37

1.8. Hasil Pengujian Hipotesis ... 38

1.8.1. Uji Signifikan Simultan (Uji – F) ... 38

1.8.2. Uji Signifikan Parsial (Uji – t) ... 39

1.8.3. Koefisien Determinan (R2) ... 40

2. Pembahasan ... 42

2.1. Konsep Diri Mahasiswa ... 42

2.2. Strategi Belajar Mahasiswa ... 42

2.3. Inteligensia Quetient (IQ) Mahasiswa Keperawatan USU ... 43

2.4. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) Mahasiswa Keperawatan USU ... 45

2.5. Mahasiswa Underachiever Berdasarkan IQ dan IPK ... 45

2.6. Pengaruh Konsep Diri dan Strategi Belajar Mahasiswa terhadap Kejadian Underachiever... 46


(7)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan ... 47 2. Saran ... 47 DAFTAR PUSTAKA ... 49 Lampiran-lampiran

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden 2. Jadwal Penelitian Instrumen Penelitian 3. Rencana Anggaran Biaya Penelitian 4. Berita Acara Bimbingan Skripsi 5. Instrumen Penelitian

6. Statistik

7. Surat Izin Pengumpulan Data

8. Surat Keterangan Selesai Melakukan Pengumpulan Data 9. Riwayat Hidup


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Distribusi IQ Untuk Kelompok Standarisasi... 18

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Konsep Diri Mahasiswa di Fakultas Keperawatan USU Medan ... 30

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Strategi Belajar Mahasiswa di Fakultas Keperawatan USU Medan ... 31

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi IQ Mahasiswa di Fakultas Keperawatan USU Medan ... 32

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi IPK Mahasiswa di Fakultas Keperawatan USU Medan ... 33

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Mahasiswa Underachiever Berdasarkan IQ dan IPK di Fakultas Keperawatan USU Medan ... 33

Tabel 5.6. Uji Normalitas Data ... 34

Tabel 5.7. Hasil Uji Gejala Multikolinieritas ... 35

Tabel 5.8. Regresi Linear Berganda ... 37

Tabel 5.9. Hasil Uji F Hitung ... 39


(9)

DAFTAR GAMBAR


(10)

Judul : Pengaruh konsep diri dan strategi belajar mahasiswa terhadap kejadian underachiever di Fakultas Keperawatan USU Medan

Nama Mahasiswa : Tri Ratna Ritonga

NIM : 071101015

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun Akademik : 2011

Abstrak

Underachiever dipahami sebagai mahasiswa yang memiliki prestasi rendah dibandingkan tingkat kecerdasan yang dimilikinya. Demi mendapatkan pengetahuan mengenai mahasiswa berbakat berprestasi kurang dan agar mereka dapat kembali memperlihatkan prestasi sesuai dengan potensi yang dimiliki, maka perlu diketahui mengenai permasalahan yang menyebabkan underachiever. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsep diri dan strategi belajar terhadap kejadian underachiever di Fakultas Keperawatan USU Medan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan survei. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa jalur A stambuk 2007 Fakultas Keperawatan USU Medan, yang terdiri dari 56 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep diri dan strategi belajar tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kejadian underachiever, dengan nilai sig. variabel konsep diri adalah 0,216 (α > 0,05), dan nilai sig. variabel strategi belajar adalah 0,141 (α> 0,05). Disarankan bagi mahasiswa keperawatan USU Medan supaya lebih meningkatkan minat dan motivasinya terhadap keperawatan dengan cara meningkatkan pengalaman dan pengetahuannya tentang keperawatan karena motivasi adalah ujung tombak dalam pelaksanan sebagai perawat yang profesional.


(11)

Title : Influence of self-concept and student learning strategies on the incidence of underachiever at the School of Nursing USU Medan

Name : Tri Ratna Ritonga NIM : 071101015

Major : Bachelor of Nursing (S. Kep) Academic Year : 2011

Abstract

Underachiever understood as students who have low achievement compared to the level of intelligence it has. In order to get knowledge about gifted students perform less and so they can return to show achievements in accordance with its potential, you need to know about the problems that cause underachiever. The purpose of this study was to determine the effect of self-concept and learning strategies on the incidence of underachiever at the Faculty of Nursing USU Medan. This type of research is descriptive quantitative survey approach. The population in this study were all students of line A stambuk 2007 School of Nursing USU Medan, which consisted of 56 people. Results showed that self-concept and learning strategies have no significant effect on the incidence of underachiever, with a value sig. self-concept variables is ฀0.216 (> 0.05), and the value of sig. learning strategy ฀variable is 0.141 (> 0.05). It is recommended for nursing students to USU Medan further increase interest and motivation of nursing by increasing experience and knowledge of nursing because the motivation is spearheading the implementation as a professional nurse.


(12)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu antara usia 12 sampai 21 tahun. Mengingat pengertian remaja menunjukkan ke masa peralihan sampai tercapainya masa dewasa, maka sulit menentukan batas umurnya. Pada umumnya remaja masih belajar di Sekolah Menengah atau Perguruan Tinggi (Shaffer, 2002).

Remaja yang menuntut ilmu di perguruan tinggi disebut juga dengan mahasiswa. Menurut Shaffer, (2002) mahasiswa adalah kalangan muda yang berumur antara 19-28 tahun yang memang dalam usia tersebut mengalami suatu peralihan dari tahap remaja ke tahap dewasa. Shaffer juga menyatakan bahwa sosok mahasiswa juga kental dengan nuansa kedinamisan dan sikap keilmuannya yang dalam melihat sesuatu berdasarkan kenyataan objektif, sistematis dan rasional. Dunia mahasiswa berbeda dengan SMU, terutama pada cara belajarnya yang lebih menuntut keaktifan dan kemandirian.

Dalam setiap jurusan pada suatu perguruan tinggi sering sekali mahasiswa yang diterima akan mengakhiri masa perkuliahan pada waktu yang tidak bersamaan dengan mahasiswa yang sama pada saat diterima di jurusan tersebut. Banyak hal yang dapat menyebabkan hal tersebut terjadi antar lain sebelum mengakhiri masa perkuliahannya ada mahasiswa yang sudah meninggalkan bangku kuliahnya atau mengundurkan diri dan ada yang mengalami DO (drop out). Berdasarkan hasil penelitian McCormick & Carrol (2003) terhadap mahasiswa Universitas Saint Louis, menunjukkan bahwa rata-rata 30% dari


(13)

jumlah mahasiswa tingkat pertama gagal untuk lulus ke tingkat berikutnya, selain itu 50% dari jumlah mahasiswa gagal menyelesaikan masa studinya di perguruan tinggi dalam jangka waktu 5 tahun. Salah satu penyebabnya adalah rendahnya motivasi berprestasi pada mahasiswa tersebut.

Banyak dijumpai seseorang yang memiliki inteligensi tinggi tetapi prestasi yang dicapainya rendah. Hal tersebut terjadi dikarenakan berbagai gangguan seperti motivasi yang rendah, sehingga dapat menghambat keberhasilan dalam merealisasikan prestasi yang diharapkan. Maka muncullah istilah underachiever, yang secara sederhana dipahami sebagai anak yang memiliki prestasi rendah dibandingkan tingkat kecerdasan yang dimilikinya. Marland, dalam Munandar, (1999) menyatakan bahwa angka tepat mungkin sulit dikumpulkan mengenai jumlah underachiever, namun diperkirakan terdapat 15-25% anak berbakat berprestasi kurang di Amerika Serikat. Sementara hasil studi studi Yaumil Achir, 1990; dalam Munandar, (1999) di dua SMA di Jakarta menunjukkan bahwa sebanyak 39% dari siswa berbakat yang diidentifikasi berdasarkan tes inteligensi dan tes kreativitas termasuk underachiever.

Masalah tercapainya prestasi jauh dari harapan itu dikenal sebagai underachievement. Tidak ada konsensus mengenai konsep keseluruhan dari underachievement. Walaupun demikian, beberapa ahli tetap memiliki definisi mengenai underachievement untuk dikemukakan. Menurut Delisle, (1992) underachievement dapat didefinisikan dalam arti ketidakcocokan IQ (inteligensia quotient) atau dengan kata lain adanya ketidakcocokan antara komponen kemampuan dan prestasi


(14)

Banyak peneliti yang tertarik pada topik underachievement untuk menjelaskan mengenai penyebabnya. Morando (2006) menyatakan bahwa faktor utama underachievement berasal dari tingkat motivasi siswa. Pernyataan yang sama juga diperoleh dari Siegle & McCoach (2005) yang menyatakan bahwa dari banyak faktor yang berperan dalam prestasi seseorang, motivasi merupakan satu aspek penting. Maka, motivasi juga memainkan peran penting pada seseorang yang kurang berprestasi.

Permasalahan underachievement membawa seseorang pada nilai yang rendah, tidak terkecuali pada anak yang memiliki tingkat intelegensia yang cukup tinggi. Hal ini tentu patut disayangkan mengingat banyaknya kegunaan besar yang seharusnya dapat diwujudkan seorang anak tersebut. Permasalahan ini biasanya sudah dimulai sejak seorang siswa berada ditingkat akhir sekolah dasar, akan tetapi baru pada saat siswa menginjak sekolah menengah pertama gejalanya semakin terlihat dan cenderung menetap. Bahkan underachievement sendiri dianggap memiliki efek snowballing yang berarti gejalanya akan bertambah besar dari hari ke hari jika tidak dilakukan intervensi tertentu untuk menguranginya (Azwar, 2008).

Demi mendapatkan pengetahuan mengenai anak berbakat berprestasi kurang dan agar mereka dapat kembali memperlihatkan prestasi sesuai dengan potensi yang dimiliki, maka perlu diketahui mengenai permasalahan yang menyebabkan underachievement. Menurut penelitian McClelland, Yewchuk dan Mulcahy (dalam oxfordbrooks.ac.uk, 2006) yang menyatakan bahwa ada dua set utama yang mempengaruhi performa underachiever, yaitu: a) faktor emosi dan motivasi, dan b) faktor yang berhubungan dengan strategi belajar. McClelland dan


(15)

rekannya percaya bahwa ketika faktor-faktor pada kedua set tersebut berkombinasi dan saling berinteraksi, bisa menjadi konsekuensi yang paling kuat untuk mencegah siswa menjadi underachiever.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukan di atas maka yang menjadi rumusan masalah adalah : apakah konsep diri dan strategi belajar mahasiswa berpengaruh terhadap kejadian underachiever di Fakultas Keperawatan USU Medan.

3. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui konsep diri mahasiswa di Fakultas Keperawatan USU Medan. 2. Mengetahui strategi belajar mahasiswa di Fakultas Keperawatan USU

Medan.

3. Mengidentifikasi mahasiswa underachiever dan non underachiever berdasarkan IQ dan IPK di Fakultas Keperawatan USU Medan.

4. Mengetahui pengaruh konsep diri dan strategi belajar mahasiswa terhadap kejadian underachiever di Fakultas Keperawatan USU Medan.

4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi Fakultas Keperawatan USU Medan mengenai pengaruh konsep diri dan strategi belajar mahasiswa terhadap kejadian underachiever, sehingga dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam membuat suatu pendekatan yang paling komprehensif untuk mengatasi mahasiswa yang underachiever.


(16)

6 1. Underachiever

1.1. Pengertian Underachiever

Rimm dalam Del Siegle & McCoah, 2008) menyatakan bahwa ketika mahasiswa tidak menampilkan potensinya, maka ia termasuk underachiever. Mahasiswa yang underachiever seringkali salah dinilai sebagai mahasiswa berkesulitan belajar (Peters & Boxtel, 1999). Robinson, (2006) mendifinisikan underachievement sebagai kesenjangan akut antara potensi prestasi (expected achievement) dan prestasi yang diraih (actual achievement). Untuk dapat diklasifikasikan sebagai underachiever, kesenjangan antara potensi dan prestasi tersebut bukan merupakan hasil diagnosa kesulitan belajar (learning disability) dan terjadi secara menetap pada periode yang panjang.

Underachiever ini juga tidak dikaitkan dengan adanya perubahan hormonal menjelang remaja. Saat ini belum ada metode yang tepat yang dapat digunakan psikolog pendidikan untuk mengidentifikasi underachiever. Secara operasional, underachievement dapat didefinisikan sebagai kesenjangan antara skor tes inteligensi dan hasil yang diperoleh mahasiswa di kampus (Ross dalam Peters & VanBoxtel, 1999).

1.2. Penyebab Underachiever

Butler-Por dalam oxfordbrooks.ac.uk, (2006) menyatakan bahwa underachievement bukan disebabkan karena ketidakmampuan untuk melakukan sesuatu dengan lebih baik, tetapi karena pilihan-pilihan yang dilakukan dengan


(17)

sadar atau tidak sadar. Pernyataan ini dijelaskan oleh penelitian McClelland dalam oxfordbrooks.ac.uk, (2006) yang menyatakan bahwa ada dua set utama yang mempengaruhi performa underachiever, yaitu (a) faktor emosi dan motivasi, dan (b) faktor yang berhubungan dengan strategi belajar. McClelland dan rekannya percaya bahwa ketika faktor-faktor pada kedua set tersebut berkombinasi dan saling berinteraksi, bisa menjadi konsekuensi yang paling kuat untuk mencegah mahasiswa menjadi underachiever.

1.2.1. Faktor Emosi dan Motivasi

Yang termasuk dalam faktor ini adalah (dalam oxfordbrooks.ac.uk, 2006):

1. Tidak menyadari potensinya, sehingga mereka kurang memahami dirinya dan orang lain

2. Mempunyai harapan /target yang terlalu rendah, sehingga membuat mereka tidak mempunyai tujuan dan nilai yang jelas.

3. Mempunyai self-esteem yang rendah, dan menjadi peka terhadap penilaian orang lain.

4. Pernah mengalami ‘high incident of emotional difficultiies, dan membuat mereka depresi atau cemas.

5. Tidak termotivasi untuk berprestasi di kampus. 6. Takut mengalami kegagalan.

7. Takut mengalami kesuksesan. 8. Menyalahkan orang lain


(18)

1.2.2. Faktor yang Berkaitan dengan Strategi Belajar

Berikut merupakan faktor yang berhubungan dengan bagaimana indvidu belajar yang dikemukakan McClelland dalam oxfordbrooks.ac.uk, (2006).

1. Tidak bisa menampilkan performa yang baik dalam situasi tes.

2. Meraih prestasi di bawah harapan dalam salah satu pelajaran, sebagian atau keseluruhannya.

3. Mengumpulkan tugas yang belum selesai atau yang dikerjakan secara asal-asalan.

4. Menghindari untuk mencoba hal-hal baru.

5. Mempunyai kecenderungan perfeksionis dan self-critism. 6. Kesulitan untuk bekerja dalam kelompok.

7. Membuat tujuan yang tidak realistis, terlau tinggi atau terlalu rendah.

8. Tidak menyukai kegiatan yang membutuhkan latihan teratur, mengingat dan yang membutuhkan penguasaan keahlian tertentu.

9. Sulit untuk memberikan atensi dan berkonsentrasi dalam tugas.

10.Sulit menjalin dan mempertahankan hubungan persahabatan dengan teman-teman sebayanya.

1.3. Karakteristik Mahasiswa Underachiever

Karakteristik utama yang dihubungkan dengan anak underachiever adalah rendahnya self-esteem (Trevallion, 2008). Pernyataan tersebut juga dipertegas oleh McClelland dalam Adams, (1997) yang menyatakan bahwa salah satu karakteristik kepribadian mahasiswa underachiever adalah rendahnya konsep diri. Mahasiswa biasanya menutupi ini dengan mengembangkan mekanisme


(19)

pertahanan diri (defence mechanism) seperti bertindak agresif ataupun membuat keributan /lelucon di kelas.

Karakteristik sekunder yaitu biasanya mereka memperlihatkan perilaku menghindar. Mereka sering mengatakan bahwa pelajaran di kampus tidak relevan atau tidak penting karena itu mereka biasanya lebih tertarik kegiatan selain kegiatan kampus. Kaufman dalam Trevallion, (2008) menyatakan bahwa karakteristik ini tampil dalam dua arah yaitu agresif atau menghindar. Mereka juga akan memperlihatkan ketergantungan seperti tergantung pada orang lain untuk menyelesaikan tugasnya.

Karakteristik tersier mahasiswa underachiever antara lain buruknya keahlian dalam tugas-tugas kampus, kebiasaan belajar yang buruk, memiliki masalah penerimaan oleh teman sebaya, konsentrasi yang buruk dalam aktivitas kampus, tidak bisa mengatur diri baik di rumah maupun di kampus, mudah bosan, “meninggalkan” kegiatan kelas, memiliki kemampuan berbahasa oral yang baik, tapi buruk dalam menulis, mudah terdistraksi dan tidak sabaran, sibuk dengan pikirannya sendiri, kurang jujur, sering mengkritik diri sendiri, mempunyai hubungan pertemanan yang kurang baik, suka bercanda di kelas (membuat keributan), ramah terhadap orang yang lebih tua, dan berperilaku yang tidak biasa.

1.4. Prestasi Akademik Mahasiswa Underachiever

Menurut Elabum & Vaughn, (2001), pengalaman di kampus akan mempengaruhi persepsi mahasiswa terhadap kemampuan akademis, penerimaan sosial, popularitas, perilaku, self-efficacy, dan bahkan ketertarikan fisik. Pesepsi kemampuan akademiknya akan mempengaruhi penampilan, motivasi terhadap


(20)

tugas akademik, orientasi karir, dan perkiraan keberhasilan di masa depan. Perasaan anak tentang dirinya selama di kampus bisa mempengaruhi perkembangan konsep dirinya terutama konsep diri akademiknya (Swann dalam Elabum & Vaughn, 2001).

Mengacu pada pendapat Shaffer (2002) yang menjelaskan bahwa pada awal masa kanak-kanak, individu mulai membangun konsep dirinya yakni satu set keyakinan mengenai karakteristik mereka. Penelitian Keller, Ford, dan Meacham (dalam Shaffer, 2002) menunjukkan bahwa anak-anak prakampus menggambarkan diri mereka berdasarkan karakteristik yang konkrit, seperti nama, penampilan fisik, kepemilikan, dan perilaku yang khas pada mereka. Usia 8-11 tahun anak mulai menggambarkan dirinya berdasarkan karakternya. Mereka mulai mengurangi penekanan terhadap perilakunya dan mulai menonjolkan kemampuannya. Misalnya “saya dapat mengerjakan ulangan dengan baik”. Mereka juga mulai menggambarkan dirinya berdasarkan sifat-sifat psikologis. Hal tersebut dimulai dari penggambaran kualitas secara umum, seperti “pintar” dan “bodoh”. Selajutnya pada usia remaja, penggambaran diri merekapun berubah. Contoh “saya tidak terlalu pintar dalam matematika”, “Saya senang dengan pelajaran sejarah”.

Underachievement terjadi karena kegagalan individu untuk merealisasikan diri (ReisDel Siegle & McCoah, dalam Gallager, 2005), karenanya underachievement dapat dilihat sebagai dampak dari perkembangan emosi yang berinteraksi dengan status kognisi yang mengarahkan ke keadaan underachievement (Gallager, 2005). Salah satu faktor yang sering muncul pada mahasiswa underachiever adalah rendahnya self-image dan buruknya self-esteem


(21)

(Davis & Rimm, dalam Gallager, 2005). Konsep diri yang positif terbentuk dari prestasi (Gallager, 2005). Hasil tinjauan literartur yang dilakukan Lau dan Chan (2001) juga menunjukkan hal yang sama, bahwa dari berbagai karakteristik mahasiswa underachiever yang diajukan oleh berbagai peneliti, temuan yang paling konsisten adalah rendahnya konsep diri atau self-esteem mereka, terutama pada area konsep diri akademik.

Mahasiswa yang underachiever tidak percaya bahwa mereka mempunyai kemampuan untuk berprestasi, karenanya mereka tidak berusaha keras untuk belajar dan mudah menyerah ketika menghadapi kegagalan. Kemudian kegagalan dalam bidang akademik akan membuat mereka tidak percaya diri dalam belajar sehingga mereka kehilangan konsep dirinya. Hubungan yang negatif antara konsep diri akademik dengan prestasi menjadi lingkaran yang membuat pola underachievement sulit diputus.

1.5. Mengatasi Mahasiswa Underachiever

Beberapa literatur menyatakan bahwa underachievement adalah pola perilaku yang dipelajari dan tentunya dapat juga diubah (Gallagher, 2005; Joan, 2004). Coyle dalam Trevallion, (2008) menyatakan bahwa untuk meningkatkan prestasi anak underachiever dapat dilakukan dengan membangun self-esteem, meningkatkan konsep diri, meningkatkan motivasi intrinsik dan ekstrinsik, mengajari cara belajar (study skills), manajemen waktu dan mengatasi kekurangannya dalam hal akademik. Pringle dalam oxfordbrooks.ac.uk, (2006) juga menyatakan hal yang sama, bahwa untuk mengatasi mahasiswa underachiever dapat dilakukan oleh guru dengan meningkatkan konsep diri dan


(22)

moral mahasiswa, memberikan dukungan, memberikan kesempatan untuk mengerjakan sesuatu dengan bebas, ataupun membuat suasana belajar yang menyenangkan. Jika guru bersikap negatif terhadap mahasiswa underachiever ataupu kurang memperhatikan mereka, akan berakibat makin menguatnya pola underachievement pada mahasiswa tersebut.

Self esteem dan self-concept sangat berhubungan dan biasanya digunakan secara bertukar. Menurut Snow & Jackson dalam Adams, (1997), konsep diri (self-concept) adalah sejauh mana ia mengetahui dirinya (individual’s self- knowlwdge), dan self-esteem adalah persepsi individu harga diri dan penghormatan terhadap dirinya dan kualitas perasaan individu terhadap kedua hal tersebut.

Menurut Branden (1998), konsep diri adalah siapa dan apa yang individu pikirkan mengenai diri sendiri baik secara sadar maupun tidak sadar, mencakup fisik dan psikologi serta kelebihan dan kekurangannya. Harter dalam Papalia, (2007) juga menjelaskan bahwa konsep diri merupakan konstruksi kognitif yang menggambarkan dan menilai diri. Konsep diri diperoleh dari hasil belajar, oleh karena itu konsep diri biasanya menetap dan konsisten. Persepsi tentang diri mengarahkan perilaku seseorang, dan individu akan berperilaku sesuai dengan persepsinya tersebut (Purkey dalam Adams, 1997). Konsep diri berkorelasi dengan prestasi (Snow & Jackson dalam Adams, 1997), motivasi (Raffini, 1993), dan tujuan pribadi (Lazarus dalam Adams, 1997). Perbaikan konsep diri akan mengarahkan peningkatan penyesuaian diri dan prestasi (Snow & Jackson dalam Adams, 1997).


(23)

2. Tes Intelegensi

2.1. Pengertian Intelegensi

Andrew Crider (dalam Azwar, 2008) mengatakan bahwa intelegensi itu bagaikan listrik, gampang untuk diukur tapi hampir mustahil untuk didefinisikan. Kata-kata ini banyak benarnya. Tes intelegensi sudah dibuat orang sekitar diri sendiri delapan dekade yang lalu, akan tetapi sejauh ini belum ada definisi intelegensi yang dapat diterima secara universal.

Alfred binet dan Theodore Simon tahun (1857-1911) mendifinisikan intelegensi atas tiga komponen yaitu: a) kemampuan untuk mengarahkan fikiran atau mengarahkan tindakan; b) kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah dilaksanakan, dan c) kemampuan untuk mengeritik diri sendiri atau melakukan autocritism. Lewis Madison mendefinisikan intelegensi sebagai kemampuan seseorang untuk berfikir secara abstrak. Sedangkan H.H Goddard mendefinisikan intelegensi sebagai tingkat kemampuan pengalaman seseorang untuk menyelesaikan masalah-masalah yang langsung dihadapi dan untuk mengantisipasi masalah-masalah yang langsung dihadapi dan untuk mengantisipasi masalah- masalah yang akan datang (Azwar, 2008).

VAC Henmon salah seorang diantara penyusun tes intelegensi kelompok henmon-nelson, mengatakan bahwa intelegensi terdiri atas dua macam faktor yaitu (a) kemampuan untuk memperoleh pengetahuan, dan (b) pengetahuan yang telah diperoleh (Azwar, 2008).

Edward Lee Thorndike seorang tokoh psikologi fungsionalisme mengatakan bahwa intelegensi adalah kemampuan dalam memberikan respon yang baik dari pandangan kebenaran atau fakta. Galton mendasarkan tes


(24)

intelegensinya pada asumsi bahwa keunggulan intelegensi seseorang tercermin dalam keunggulan kekuatan fisiknya. Dengan demikian variabel yang diukur dalam tes intelegensinya adalah ukuran batok kepala, ketajaman penglihatan, ingatan terhadap bentuk visual, kemampuan bernafas, dan kekuatan genggaman tangan (Sobur, 2003).

George D Stoddard menyebut intelegensi sebagai bentuk kemampuan untuk memahami masalah-masalah yang bercirikan: a) mengandung kesukaran; b) komplek, yaitu mengandung bermacam jenis tugas yang harus dapat diatasi dengan baik dalam arti bahwa individu yang intelegen mampu menyerap kemampuan baru dan memadukannya dengan kemampuan yang sudah dimiliki untuk kemudian digunakan dalam menghadapi masalah; c) abstrak yaitu mengandung simbol-simbol yang memerlukan analisis dan interpretasi; d) ekonomis yaitu dapat diselesaikan dengan menggunakan proses mental yang efesien dari segi penggunaan waktu; e) diarahkan pada suatu tujuan yaitu bukan dilakukan tanpa maksud melainkan mengikuti suatu arah atau target yang jelas; f) mempunyai nilai sosial yaitu cara dan hasil pemecahan masalah dapat diterima oleh nilai dan norma sosial; g) berasal dari sumbernya yaitu pola pikir yang membangkitkan kreativitas untuk menciptakan sesuatu yang baru dan lain (Azwar, 2008).

2.2. Teori-Teori Intelegensi

Menurut sudut pandang mengenai faktor-faktor yang menjadi elemen intelegensi, maka teori-teori intelegensi dapat digolongkan dalam tiga golongan.


(25)

Penggolongan pertama adalah teori-teori yang berorientasi pada faktor tunggal yang kedua adalah teori-teori yang berorientasi pada faktor ganda (Azwar, 2008): 1. Afred Binet (1857-1911)

Menurut Binet intelegensi adalah merupakan sisi tunggal dari karakteristik yang terus berkembang sejalan dengan proses kematangan seseorang.

2. Edward Lee Thondike (1916)

Pada dasarnya teori thorndike menyatakan bahwa intelegensi terdiri atas berbagai kemampuan spesifik yang ditampakkan dalam wujud perilaku intelegen.

3. Charles E Spearman (1927)

Teori menyatakan bahwa kemampuan mental yang popular dengan nama teori dua faktor (two factor theory).

4. Louis Leon Thurtone dan Thelma Gwinn Thurstone (1941)

Teori ini mengatakan bahwa kemampuan mental data dikelompokkan ke dalam enam faktor dan bahwa intelegensi dapat diukur dengan sampel perilaku seseorang dalam keenam bidang termaksud.

5. Cyril Burt (1976)

Dalam teori ini mengatakan bahwa kemampuan mental terbagi atas beberapa faktor yang berbeda pada tingkatan-tingkatan yang berbeda. Faktor-faktor tersebut adalah salah satu faktor umum (general), faktor-faktor kelompok besar (broad group), faktor- faktor kelompok kecil (narrow group), dan faktor-faktor spesifik (specific).


(26)

6. Joy Paul Guilford (1959).

Teori mengenai structure off intellect. Model ini diilustrasikan dalam bentuk kubus atau kotak berdimensi tiga yang masing-masing mewakili satu klasifikasi faktor-faktor intelektual yang bersesuaian satu sama lain.

2.3. Macam-Macam Tes Intelegensi

Tes intelegensi dibagi menjadi enam macam yaitu (Azwar, 2008) : 1. Stanford Binnet intelegence scale

Materi-materi yang terdapat dalam skala Stanford binnet berupa sebuah kotak bermacam-macam benda mainan tertentu yang akan disajikan pada anak-anak. 2. The Wechsler-intellegence scale for children revised (WISC-R)

Skala ini yaitu untuk mengukur intelegensi anak-anak usia 6 sampai dengan 16 tahun.

3. The Wechsler Adult-intellegence scale for revised (WAIS-R)

WAIS-R terdiri dari skala verbal dan IQ performansi sedangkan kombinasi keduanya menjadi dasar untuk perhitungan IQ deviasi sebagai IQ keseluruhan. 4. Tes standard progressive matrices

SPM merupakan tes yang bersifat non verbal artinya materi soal-soalnya diberikan tidak dalam bentuk tulisan ataupun bacaan melainkan dalam waktu gambar-gambar.

5. The Kauffman assement batteray for children (K-ABC)

Tes intelegensi yang disebut K-ABC merupakan rangkaian tes yang relative baru yang diperuntukkan bagi anak-anak usia 2,50 sampai 12,50 tahun. Tes ini


(27)

diciptakan oleh Alan S Kauffman dan Nadden L Kaufman dari The University of albama dan diterbitkan oleh American Guidance service, circle pines, MN.

2.4. Distribusi Intelegensce Quotient (IQ)

Salah satu cara yang sering digunakan untuk menyatakan tinggi rendahnya tingkat intelegensi adalah menerjemahkan hasil tes intelegensi ke dalam angka yang dapat menjadi petunjuk mengenai kedudukan tingkat kecerdasan seseorang bila dibandingkan secara relative terhadap suatu norma. Secara tradisional angka normative dari suatu hasil tes intelegensi dinyatakan dalam bentuk rasio (quotient) dan dinamai intelegensce quotient (IQ). Dari sini kita akan melihat bahwa pengertian tes integensi seringkali dan memang dapat dipertukarkan dengan pengertian tes IQ. Walaupun demikian tidak semua tes integensi akan menghasilkan IQ karena IQ memang bukan satu-satunya cara untuk menyatakan tingkat kecerdasan seseorang. Beberapa macam tes intelegensi bahkan tidak menghasilkan IQ akan tetapi memberikan klasifikasi tingkat integensi normal. Ada pula tes psikologi yang mengukur integensi dan menyatakan hasilnya dalam kategori pola berfikir seperti divergen atau konvergen (Azwar, 2008).


(28)

Tabel 2.1. Distribusi IQ Untuk Kelompok Standarisasi

IQ Klasifikasi

160 – 169 150 – 159 140 – 149

Sangat superior 130 – 139

120 – 129 Superior

110 – 119 Rata-rata tinggi

100 – 109

90-99 Rata-rata/ normal

80-89 Rata-rata rendah

70-79 Batas lemah

60-69 50-59 40-49 30-39

Lemah mental Sumber : Tes Binnet, (1937) dalam Widyastuti, 2010

3. Prestasi Belajar 3.1. Pengertian Prestasi

Murray dalam Beck (1990) mendefinisikan prestasi sebagai berikut: “To overcome obstacle, to exercise power, to strive to do something difficult as well and as quickly as possible”. Kebutuhan untuk prestasi adalah mengatasi hambatan, melatih kekuatan, berusaha melakukan sesuatu yang sulit dengan baik dan secepat mungkin.

Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan. Gagne (1985) menyatakan bahwa pretasi belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu: kemampuan intelektual, startegi kognitif, informasi verbal, sikap dan ketrampilan. Menurut Bloom dalam Arikunto (1990) bahwa hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat dicapai pada saat


(29)

atau periode tertentu. Berdasarkan pendapat tersebut, prestasi dalam penelitian ini adalah hasil yang telah dicapai mahasiswa dalam proes pembelajaran.

3.2. Pengertian Belajar

Untuk memahami tentang pengertian belajar disini akan diawali dengan mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi tentang belajar. Cronbach, Harold Spears dan Geoch dalam Sardiman A.M (2005) sebagai berikut:

1) Cronbach memberikan definisi:

“ Learning is shown by achange in behavior as a result of experience”. Belajar adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman.

2) Harold Spears rmemberikan batasan

“Learning is to observe, to read, to intiate, to try something themselves, to listen, to follow direction”. Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba seseuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjuk /arahan.

3) Geoch mengatakan

“Learning is change in performance as a result of practice” . Belajar adalah perubahan dalam penampilan sebagai hasil praktek.

Dari ketiga definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik kalau si subjek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan


(30)

individu sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan. Dengan demikian terjadinya kegiatan belajar yang dilakukan oleh seorang individu dapat dijelaskan dengan rumus antara individu dan lingkungan Belajar adalah suatu kegiatan yang kita lakukan untuk memperoleh jumlah ilmu pengetahuan. Dalam belajar tidak biasa melepaskan diri dari berbagai hal yang dapat mengantarkan kita berhasil dalam belajar (Djamarah, 2000).


(31)

21 1. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan konsep diri dan strategi belajar mahasiswa yang mempengaruhi terhadap kejadian underachiever di Fakultas Keperawatan USU Medan. Berdasarkan tujuan penelitian dan tinjauan kepustakaan maka kerangka konsep dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian

2. Hipotesa Penelitian

1. Konsep diri mahasiswa berpengaruh terhadap kejadian underachiever di Fakultas Keperawatan USU Medan.

2. Strategi belajar mahasiswa berpengaruh terhadap kejadian underachiever di Fakultas Keperawatan USU Medan.

Konsep Diri Mahasiswa

Strategi Belajar Mahasiswa


(32)

3. Definisi Operasional

1. Konsep diri adalah kecenderungan yang menetap dalam diri mahasiswa untuk merasa tertarik dalam belajar.

2. Strategi belajar adalah sesuatu cara belajar yang dimiliki mahasiswa dalam meningkatkan prestasinya.

3. Underachiever adalah mahasiswa yang memiliki Intelegensce Quotient (IQ) tinggi (≥90) dan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) rendah (≤3,0).


(33)

BAB 4

METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan survei. Menurut Kerlinger dalam Riduwan (2008) penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil tetapi data yang dipelajari adalah data dan sampel yang diambil dari populasi tersebut sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis.

Jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif yaitu untuk mengetahui pengaruh konsep diri dan strategi belajar mahasiswa terhadap kejadian underachiever di Fakultas Keperawatan USU Medan. Menurut Kuncoro (2003) “penelitian deskriptif meliputi pengumpulan data untuk diuji hipotesis atau menjawab pertanyaan mengenai status terakhir dari subjek penelitian”.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Keperawatan USU Medan. Waktu penelitian akan mulai dari bulan Mei sampai dengan Juni 2011.

3. Populasi dan Sampel 3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa jalur A stambuk 2007 Fakultas Keperawatan USU Medan, yang terdiri dari 56 orang.


(34)

3.2. Sampel

Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah totally sampling, yaitu suatu tehnik pengambilan sampel sesuai dengan jumlah populasi atau dengan kata lain semua populasi dijadikan sampel, sehingga besar sampel dalam penelitian ini adalah 56 orang.

4. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 4 (empat) bagian, yaitu :

1. Tes Intelegensce Quotient (IQ), mengacu kepada Munzeret A.W. (2000) dalam bukunya “Tes IQ”.

2. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), dilihat dari nilai IPK semester ganjil tahun akademik 2010/2011 yang diperoleh dari bagian kependidikan Fakultas Keperawatan USU.

3. Tes konsep diri mahasiswa terdiri dari 20 pernyataan, sementara tes strategi belajar terdiri dari 10 pernyataan. Skala yang dipakai dalam penyusunan kuesioner adalah skala Likert, yaitu skala yang berisi 4 (empat) tingkat preferensi jawaban dengan pilihan sebagai berikut: sangat setuju = 4, setuju = 3, tidak setuju = 2, dan sangat tidak setuju = 1.

5. Metode Pengumpulan Data

Responden diminta mengisi kuesioner tentang konsep diri dan strategi belajar dan kemudian dilakukan uji tes intelegensi. Tes intelegensi mahasiswa mengacu kepada Munzeret A.W. (2000) dalam bukunya “Tes IQ”. Sementara data


(35)

hasil prestasi belajar dilihat dari nilai IPK semester ganjil tahun akademik 2010/2011.

6. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Kesioner yang dijadikan instrument pengumpulan data diuji terlebih dahulu dan uji validitas internal yaitu menguji validitas setiap butir pertanyaan. Pengujian validitas menggunakan pearson’s product moment coefficient of correlation yang diolah dengan menggunakan program SPSS 13.0. Dasar keputusan uji validitas dengan membandingkan p-value kurang dari alpha 0,05 maka item pernyataan dikatakan valid, sebaliknya jika p-value lebih besar dari alpha 0,05 maka item pernyataan tidak valid.

Uji reliabilitas diukur dengan menggunakan Alpha Cronbach untuk mengetahui konsistensi internal antar variabel dalam instrumen. Dengan kata lain, uji reliabilitas akan mengindikasikan apakah instrumen-instrumen yang dipergunakan dalam penelitian ini layak dan berkaitan atau tidak. Dalam metode Alpha Cronbach telah ditentukan bahwa jika nilai Alpha Cronbach mendekati 1, maka hal ini menunjukkan bahwa alat ukur yang digunakan sudah sangat baik (reliable) atau jawaban responden akan cenderung sama walaupun diberikan kepada responden tersebut dalam bentuk pertanyaan yang berbeda (konsisten), sedangkan jika berada di atas 0.8 adalah baik, tetapi bila berada di bawah nilai 0.6 tidak baik atau tidak reliabel (Riduwan, 2008).

Pada penelitian ini, uji validitas dan reliabilitas untuk kuesioner tentang strategi belajar dilakukan kepada ahli Psikologi Pendidikan. Uji validitas untuk kuesioner tentang konsep diri telah dilakukan oleh Bagian Jiwa Fakultas Kedokteran USU dengan nilai reliabilitas sebesar 0,732. Instrumen untuk Tes IQ


(36)

mengacu kepada Munzaret A.W., (2000) dalam bukunya “Tes IQ”, sehingga uji validitas dan reliabilitas untuk Tes IQ tidak dilakukan.

7. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis multivariate. Analisis multivariat digunakan untuk mengukur atau mengetahui apakah faktor konsep diri dan strategi belajar mahasiswa yang merupakan variabel bebas mempunyai pengaruh terhadap kejadian underachiever di Fakultas Keperawatan USU Medan sebagai variabel terikatnya. Dengan demikian model analisisnya dinyatakan sebagai berikut :

Y = a+b1X1+b2

a. Kriteria pengujian hipotesis untuk uji F (uji serempak) untuk melihat signifikansi secara simultan variabel terikat terhadap variabel bebas.

X2+ e Dimana :

Y = kejadian underachiever di Fakultas Keperawatan USU Medan. a = konstanta/intercept

X1 = konsep diri X2 = strategi belajar

b1 = koefisien regresi X1

b2 = koefisien regresi X2

e = variabel yang tidak terungkap /Error of Term

Dengan tingkat kepercayaan 95% maka dilakukan tahap analisis sebagai berikut :

H0 : b1,b2= 0 artinya faktor konsep diri dan strategi belajar tidak berpengaruh

secara simultan terhadap kejadian underachiever di Fakultas Keperawatan USU Medan.


(37)

H1 : b1,b2≠ 0 artinya faktor konsep diri dan strategi belajar berpengaruh secara

simultan terhadap kejadian underachiever di Fakultas Keperawatan USU Medan.

Alat uji yang digunakan untuk menerima dan menolak hipotesis adalah dengan uji statistik F, dengan ketentuan jika nilai Fhitung > Ftabel, H0 ditolak dan

H1 diterima, sedangkan jika Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak.

b. Kriteria pengujian hipotesis untuk uji t (parsial)

H0 : b1,b2= 0 artinya faktor konsep diri dan strategi belajar tidak berpengaruh

secara parsial terhadap kejadian underachiever di Fakultas Keperawatan USU Medan.

H1 : b1,b2≠ 0 artinya faktor konsep diri dan strategi belajar berpengaruh secara

parsial terhadap kejadian underachiever di Fakultas Keperawatan USU Medan.

Alat uji yang digunakan untuk menerima dan menolak hipotesis adalah dengan uji statistik t, dengan ketentuan jika nilai thitung > ttabel, H0 ditolak dan

H1 diterima, sedangkan jika thitung < ttabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak.

8. Pengujian Asumsi Klasik

Formulasi regresi linier berganda dipergunakan karena secara teoritis variabel dependen yang diteliti dianggap mempunyai kecenderungan hubungan linier dengan masing-masing variabel independennya. Regresi linier berganda mencocokkan model prediksi ke dalam sebuah model yang telah dimasukkan ke dalam serangkaian data, masalah ini disebut dengan pengujian asumsi klasik yang di dalamnya termasuk pengujian normalitas, multikolinieritas, heterokedastisitas.


(38)

8.1. Uji Normalitas

Uji normalitas menunjukkan data menyebar pada garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas dan jika menyebar jauh atau tidak mengikuti arah garis diagonal maka model tidak memenuhi asumsi normalitas. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual berdistribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal.

8.2. Uji Multikolinearitas

Pengujian multikolinearitas dilakukan untuk menunjukkan adanya hubungan linier diantara variabel-variabel bebas dalam model regresi. Model regresi yang baik tidak menghendaki adanya masalah multikolinearitas. Suatu model regresi bebas dari masalah multikolinearitas jika Variance Inflation Factor (VIF) lebih kecil dari 5, dan jika nilai VIF lebih besar dari 5 menandakan adanya gejala multikolinearitas.

8.3. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas digunakan untuk menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dan satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians berbeda maka disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Uji untuk mengetahui heterokedastisitas ini adalah dengan melihat penyebaran dari residual pada diagram pencar (scatter plot).


(39)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh faktor konsep diri dan strategi belajar terhadap kejadian underachiever di Fakultas Keperawatan USU Medan. Dari 56 mahasiswa yang mengikuti tes IQ, konsep diri, dan tes strategi belajar, diperoleh sebanyak 41 orang yang mengisi Tes IQ, 53 orang mengisi tes konsep diri dan 50 orang yang mengisi tes strategi belajar dengan lengkap. Sehingga jumlah responden dalam menganalisis data secara univariat sesuai dengan jumlah responden yang mengisi masing-masing tes yaitu : tes IQ (41 orang), konsep diri (53 orang), dan strategi belajar (50 orang). Sementara jumlah responden yang digunakan dalam menganalisis data secara multivariat yaitu sebanyak 41 orang.

1. Hasil Penelitian

1.1. Konsep Diri Mahasiswa

Dari hasil penelitian diperoleh sebanyak 7 orang menyatakan tidak menyukai semua yang ada pada dirinya. 15 orang menyatakan bahwa tinggi badannya tidak sesuai dengan standar tinggi badan perawat. 38 orang tidak suka kalau berat badannya bertambah. 15 orang merasa bahwa dirinya tidak mencerminkan sosok mahasiswa keperawatan. 2 orang tidak berusaha untuk belajar keras dalam mendapat indeks prestasi yang memuaskan. Semua responden (53 orang) berharap dapat menyelesaikan studinya dengan tepat waktu. 2 orang menyatakan tidak ingin menjadi perawat yang professional dimasa yang akan datang. 2 orang tidak berusaha untuk menghindari kegagalan. 1 orang merasa bahwa keluarga tidak mendukungnya untuk belajar di akademi keperawatan. Hasil untuk konsep diri mahasiswa secara lengkap dapat dilihat pada tabel 5.1. berikut.


(40)

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Konsep Diri Mahasiswa di Fakultas Keperawatan USU Medan

No Pernyataan

Jawaban Responden

Total

SS S TS STS

n % n % n % n % n %

1. Saya menyukai semua yang ada pada diri

saya 18 34.0 28 52.8 7 13.2 0 0,0 53 100,0

2. Saya merasa tinggi badan saya sesuai

dengan standar tinggi badan perawat 10 18.9 28 52.8 15 28.3 0 0,0 53 100,0 3. Saya tidak suka kalau berat badan saya

bertambah 21 39.6 17 32.1 9 17.0 6

11.

3 53 100,0 4. Saya merasa penampilan saya

mencerminkan sosok mahasiswa 5 9.4 28 52.8 19 35.8 1 1.9 53 100,0 5. Saya berusaha untuk belajar keras agar

mendapat indeks prestasi yang memuaskan

20 37.7 31 58.5 2 3.8 0 0,0 53 100,0 6. Saya berharap dapat menyelesaikan studi

saya dengan tepat waktu. 43 81.1 10 18.9 0 0,0 0 0,0 53 100,0 7. Saya ingin menjadi perawat yang

professional dimasa yang akan dating 30 56.6 21 39.6 1 1.9 1 1.9 53 100,0 8. Saya berusaha untuk menghindari

kegagalan 30 56.6 21 39.6 2 3.8 0 0,0 53 100,0

9. Saya merasa keluarga mendukung saya

untuk belajar di akademi. 27 50.9 25 47.2 1 1.9 0 0,0 53 100,0 10. Saya malu apabila gagal dalam satu atau

lebih mata kuliah yang diujikan. 28 52.8 25 47.2 0 0.0 0 0,0 53 100,0 11. Saya mempunyai hubungan yang baik

dengan teman-teman saya. 19 35.8 32 60.4 2 3.8 0 0,0 53 100,0 12. Saya merasa teman-teman memberikan

dukungan bagi saya untuk menyelesaikan kuliah keperawatan.

19 35.8 33 62.3 1 1.9 0 0,0 53 100,0 13. Saya merasa dapat mengikuti perkuliahan

dengan baik selama ini. 8 15.1 38 71.7 7 13.2 0 0,0 53 100,0 14 Saya dapat menyelesaikan tugas-tugas

perkuliahan tepat waktu. 6 11.3 38 71.7 9 17.0 0 0,0 53 100,0 15. Saya menikmati peran saya sebagai

mahasiswa keperawatan. 4 7.5 37 69.8 10 18.9 2 3.8 53 100,0 16. Saya suka mengisi waktu luang dengan

membaca buku. 6 11.3 22 41.5 24 45.3 1 1.9 53 100,0

17. Saya melakukan dengan baik tanggung

jawab sebagai mahasiswa. 6 11.3 38 71.7 9 17.0 0 0,0 53 100,0 18. Saya bangga menjadi mahasiswa

keperawatan. 5 9.4 38 71.7 8 15.1 2 3.8 53 100,0

19. Saya puas dengan apa yang sudah saya peroleh selama kuliah di akademi keperawatan ini.

1 1.9 27 50.9 24 45.3 1 1.9 53 100,0 20. Saya mampu meningkatkan dan


(41)

1.2. Strategi Belajar Mahasiswa

Dari hasil penelitian diperoleh sebanyak 13 orang tidak memiliki perencanaan dalam belajar. 17 orang tidak memiliki strategi belajar yang baik untuk meraih tujuan atau prestasi yang diinginkan. 18 orang sering tidak mendengarkan dengan seksama ketidak dosen menerangkan. 17 orang tidak membaca ulang pelajaran yang telah diberikan oleh dosen. 4 orang tidak berusaha mempelajari pelajaran meskipun itu terasa sulit. 19 orang tidak melakukan persiapan belajar sebelum mempelajari suatu materi. 10 orang tidak melakukan kegiatan membaca, memahami dan membuat rangkuman di dalam mencapai prestasi yang baik. 10 orang tidak bertanya kepada teman yang mendapatkan nilai yang baik mengenai cara belajarnya. 8 orang tidak membaca berulang-ulang dalam menghapal suatu materi, dan sebanyak 20 orang tidak mencatat hal-hal penting di dalam ruangan, tidak mengulang-ngulang apa yang telah dipelajari, dan tidak mencatat kembali materi kuliah ketika sampai di rumah. Untuk hasil lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Strategi Belajar Mahasiswa di Fakultas Keperawatan USU Medan

No Pernyataan

Jawaban Responden

Total

SS S TS STS

n % n % n % n % n %

1. Saya tidak memiliki perencanaan dalam

belajar 3 6,0 10 20,0 25 50,0 12 24,0 50 100,0

2.

Saya memiliki strategi belajar yang baik untuk meraih tujuan atau prestasi yang saya inginkan

8 16,0 25 50,0 17 34,0 0 0,0 50 100,0

3. Saya sering tidak mendengarkan dengan

seksama ketika dosen menerangkan 2 4,0 16 32,0 30 60,0 2 4,0 50 100,0 4.

Saya tidak membaca ulang pelajaran yang telah diberikan dosen untuk membantu memahaminya

3 6,0 14 28,0 28 56,0 5 10,0 50 100,0

5. Saya berusaha mempelajari pelajaran

meskipun itu terasa sulit 16 32,0 30 60,0 4 8,0 0 0,0 50 100,0 6. Saya tidak melakukan persiapan belajar


(42)

7.

Dalam mencapai prestasi yang baik, yang saya lakukan adalah dengan membaca, memahami dan membuat rangkuman.

17 34,0 23 46,0 10 20,0 0 0,0 50 100,0

8.

Saya bertanya kepada teman yang mendapatkan nilai yang baik mengenai cara belajarnya

14 28,0 26 52,0 10 20,0 0 0,0 50 100,0

9.

Dalam menghapal suatu materi, yang saya lakukan adalah dengan membaca berulang-ulang

26 52,0 16 32,0 8 16,0 0 0,0 50 100,0

10.

Saya mencatat hal-hal penting di dalam ruangan dan kemudian mengulang-ngulang apa yang telah dipelajari dan dicatat ketika sampai di rumah

9 18,0 21 42,0 18 36,0 2 4,0 50 100,0

1.4. Inteligensia Quetient (IQ) Mahasiswa

Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa sebagian besar IQ mahasiswa keperawatan USU Medan berada pada kategori normal yaitu sebanyak 23 orang (66,1%), sementara IQ pada kategori batas lemah dan superior masing-masing 1 orang (2,4%).

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi IQ Mahasiswa di Fakultas Keperawatan USU Medan

No. IQ Klasifikasi Frekuensi Persentase

1. 140-169 Sangat superior 0 0,0

2. 120-139 Superior 1 2,4

3. 110-119 Rata-rata tinggi 11 26,8

4. 90-109 Rata-rata/ normal 23 56,1

5. 80-89 Rata-rata rendah 5 12,2

6. 70-79 Batas lemah 1 2,4

7. 30-69 Lemah mental 0 0,0

Jumlah 41 100,0

1.4. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) Mahasiswa

Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa sebagian besar IPK mahasiswa keperawatan USU Medan berada pada kategori sangat memuaskan yaitu sebanyak 38 orang (67,9%), sementara yang paling sedikit ada pada kategori Cumlaude yaitu sebanyak 3 orang (5,4%).


(43)

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi IPK Mahasiswa di Fakultas Keperawatan USU Medan

No. IPK Klasifikasi Frekuensi Persentase

1. 3,51 - 4,00 Cumlaude 3 5,4

2. 2,76 - 3,50 Sangat memuaskan 38 67,9

3. 2,00 - 2,75 Memuaskan 15 26,8

Jumlah 41 100,0

1.5. Mahasiswa Underachiever dan Non underachiever Berdasarkan IQ dan IPK di Fakultas Keperawatan USU Medan

Berdasarkan tabel 5.5. diketahui mahasiswa underachiever ada sebanyak 10 orang, sementara mahasiswa non underachiever sebanyak 31 orang.

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Mahasiswa Underachiever Berdasarkan IQ dan IPK di Fakultas Keperawatan USU Medan

No. IPK

IQ

Jumlah ≥ 90 < 90

n % n % n %

1. ≥ 3,0 25 96,2 1 3,8 26 100,0

2. < 3,0 10 66,7 5 33,3 15 100,0

1.6. Hasil Uji Asumsi Klasik

Pengujian Statistik dengan analisis regresi dapat dilakukan dengan pertimbangan tidak adanya pelanggaran terhadap asumsi-asumsi klasik. Asumsi-asumsi klasik tersebut antara lain:

1.6.1. Uji Normalitas

Pada hasil pengolahan data menampilkan grafik histogram memberikan pola distribusi normal. Maka model regresi layak dipakai untuk memprediksikan kejadian underachiever berdasarkan faktor konsep diri dan strategi belajar mahasiswa.


(44)

Selain itu, dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan One sample kolmogorov-smirnov test. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai asymptotic significance (2-tailed) adalah 0,073 dan diatas nilai signifikansi (0,05). Dengan kata lain variabel residual berdistribusi normal.

Tabel 5.6 Uji Normalitas Data

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

41 .0000000 .40418153 .201 .159 -.201 1.286 .073 N Mean Std. Deviation

Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardiz ed Residual

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.

-3 -2 -1 0 1 2

Regression Standardized Residual

0 2 4 6 8 10 12 14 Fr eq ue nc y

Mean = 1.67E-16 Std. Dev. = 0.975 N = 41

Dependent Variable: Kejadian Underachiever Histogram


(45)

1.6.2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas digunakan untuk menguji apakah ada korelasi antara variabel independen. Metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya multikolinieritas dengan menggunakan nilai VIF (Variance Inflation Floor), jika nilai VIF di bawah 5, maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi gejala multikolinearitas dalam model penelitian. Hasil pengujian multikolinieritas disajikan pada tabel 5.7.

Tabel 5.7

Hasil Uji Gejala Multikolinieritas

Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 5.7 di atas, karena nilai VIF untuk semua variabel memiliki nilai lebih kecil daripada 5, maka dapat disimpulkan tidak terdapat gejala multikolinieritas antar variabel independen.

1.6.3. Uji Heteroskedastisitas

Heterokedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik Scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana dasar analisisnya adalah: (1) jika titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur, bergelombang, melebar kemudian menyempit maka terjadi heterokedastisitas, dan jika (2) jika tidak ada pola yang jelas titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi gejala heterokedastisitas. Dari grafik Scatterplot penelitian ini terlihat titik-titik

Coefficientsa

-.401 .942

.023 .018 .204 .871 1.148

.017 .011 .243 .871 1.148

(Constant) KD SB Model 1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients Tolerance VIF Collinearity Statistics

Dependent Variable: KUC a.


(46)

menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y hal ini menunjukkan tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi kejaidan keberhasilan pengamanan aset daerah berdasarkan masukan variabel independennya (Inventarisasi, Pembukuan dan Pelaporan).

1.7. Hasil Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi liner berganda dilakukan dengan menggunakan metode enter, karena dengan metode enter seluruh variabel akan dimasukkan kedalam analisis untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Data akan diolah dengan menggunakan metode enter pada input alat bantu program statistik dan dihasilkan output sebagai berikut

-1 0 1 2

Regression Standardized Predicted Value

-2 -1 0 1

R

eg

ressio

n S

tu

den

tiz

ed

R

esid

ual

Dependent Variable: Kejadian Underachiever Scatterplot


(47)

Variables Entered/Removedb

SB, KDa . Enter

Model 1 Variables Entered Variables Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: KUC b.

Berdasarkan Tabel 4.8 variables Entered Removedb menunjukkan analisis statistik deskriptif yaitu sebagai berikut :

a. Variabel yang dimasukkan kedalam persamaan adalah variabel independen yaitu konsep diri (X1) dan strategi belajar (X2).

b. Tidak ada variabel dependen yang dikeluarkan (removed).

c. Metode yang digunakan untuk memasukkan data yaitu metode enter. Tabel 5.8

Regresi Linear Berganda

Berdasarkan hasil pengolahan data yang terlihat pada kolom Unstandardized Coefficients bagian B diperoleh model persamaan regresi linear berganda sebagai berikut :

Y = -0,401 + 0,023X1 + 0,017X2 + e

Dari persamaan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Konstanta (a) = -0.401, menunjukkan harga konstan, dimana jika nilai variabel independen sama dengan nol, maka kejadian underachiever (Y) sama dengan -0,401.

Coefficientsa

-.401 .942 -.426 .673

.023 .018 .204 1.259 .216 .871 1.148

.017 .011 .243 1.502 .141 .871 1.148

(Constant) KD SB Model 1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: KUC a.


(48)

2. Koefisien X1 (b1) = 0,023, menunjukkan bahwa variabel konsep diri

(X1) berpengaruh positif terhadap kejadian underachiever (Y). Artinya jika

variabel konsep diri lebih baik maka akan mengurangi kejadian underachiever pada mahasiswa sebesar 0,023.

3. Koefisien X2 (b2) = 0,017, menunjukkan bahwa variabel strategi belajar

(X2) berpengaruh positif terhadap kejadian underachiever (Y). Artinya jika

variabel strategi belajar lebih baik maka akan mengurangi kejadian underachiever pada mahasiswa sebesar 0,017.

1.8. Hasil Pengujian Hipotesis

1.8.1. Uji Signifikan Simultan (Uji – F)

Uji F dilakukan untuk menguji apakah variabel konsep diri (X1) dan

strategi belajar (X2) secara bersama-sama atau serempak mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap kejadian underachiever (Y). Nilai F hitung diperoleh dengan menggunakan alat bantu program statistikseperti terlihat pada tabel 5.9.

Tabel 5.9 Hasil Uji F Hitung

ANOVAb

1.026 2 .513 2.985 .063a

6.535 38 .172

7.561 40

Regression Residual Total Model 1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), SB, KD a.

Dependent Variable: KUC b.

Probabilitasnya = 0,063, tingkat kesalahan α = 0,05. Probabilitas > 0,05 maka H0 diterima. Artinya variabel konsep diri (X1) dan strategi belajar (X2)


(49)

secara bersama-sama atau serentak tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kejadian underachiever (Y).

1.8.2. Uji Signifikan Parsial (Uji – t)

Uji t dilakukan untuk menguji secara parsial apakah variabel konsep diri (X1) dan strategi belajar (X2), secara parsial atau masing-masing mempunyai

pengaruh terhadap kejadian underachiever (Y).

Nilai t hitung dapat diperoleh dengan menggunakan alat bantu program statistik seperti terlihat pada tabel 5.10.

Tabel 5.10 Hasil Uji T-Hitung

Coefficientsa

-.401 .942 -.426 .673

.023 .018 .204 1.259 .216

.017 .011 .243 1.502 .141

(Constant) KD SB Model 1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig.

Dependent Variable: KUC a.

1) Variabel Konsep Diri (X1)

Variabel konsep diri berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kejadian underachiever dengan nilai sig. variabel konsep diri adalah 0,216. Tidak signifikan karena nilai sig. lebih besar dari 0.05. Dan nilai t hitung (1,259) < t tabel (2,0211) artinya walaupun ditingkatkan variabel konsep diri sebesar satu satuan

maka tidak akan terjadi kejadian underachiever sebesar 0,023 satuan. 2) Variabel Strategi Belajar (X2)

Variabel strategi belajar berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kejadian underachiever dengan nilai sig. variabel strategi belajar adalah 0,141.


(50)

Tidak signifikan karena nilai sig. lebih besar dari 0.05. Dan nilai t hitung (1,502) < t tabel (2,0211) artinya walaupun ditingkatkan variabel strategi belajar sebesar satu

satuan maka tidak akan terjadi kejadian underachiever sebesar 0,017 satuan. 1.8.3. Koefisien Determinan (R2)

Determinan (R²) atau R-Square digunakan untuk melihat berapa besar variabel independen mampu menjelaskan variabel dependen. Dengan kata lain koefisien determinan digunakan untuk mengukur kemampuan variabel konsep diri (X1) dan strategi belajar (X2), dapat menjelaskan variabel kejadian underachiever.

Model Summaryb

.368a .136 .090 .415

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate Predictors: (Constant), SB, KD

a.

Dependent Variable: KUC b.

Hasil analisa regresi secara keseluruhan menunjukkan R sebesar 0,368 yang berarti bahwa korelasi/hubungan antara konsep diri dan strategi belajar dengan kejadian underachiever tidak mempunyai hubungan yang kuat sebesar 36,8%. Dikatakan tidak kuat karena angka tersebut dibawah 0,5 atau dibawah 50%. Sedangkan nilai R Square atau nilai koefisien determinasi sebesar 0,136 yang berarti bahwa variabel dependen (konsep diri dan strategi belajar) tidak mampu dijelaskan oleh variabel independen (kejadian underachiever) karena hanya sebesar 13,6%.


(51)

2. Pembahasan

2.1. Konsep Diri Mahasiswa

Meskipun dari hasil penelitian diperoleh semua mahasiswa (53 orang) berharap dapat menyelesaikan studinya dengan tepat waktu, tetapi masih ada 2 mahasiswa yang tidak berusaha untuk belajar keras dalam mendapat indeks prestasi yang memuaskan. 2 orang menyatakan tidak ingin menjadi perawat yang professional dimasa yang akan datang, dan 2 orang tidak berusaha untuk menghindari kegagalan. Hal tersebut menunjukkan bahwa masih ada beberapa perawat memiliki motivasi dan minat yang rendah. Sehingga tidak banyak yang bisa diharapkan untuk menghasilkan prestasi belajar yang baik dari seseorang yang tidak berminat terhadap sesuatu. Dampaknya, mahasiswa kurang berpartisipasi dalam aktivitas belajar, perhatian menjadi kurang ketika proses belajar mengajar serta semangat belajar menjadi turun. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Dalyono (1997) dalam Djamarah (2002) bahwa minat yang besar terhadap sesuatu maka cenderung akan menghasilkan prestasi yang tinggi, begitupun sebaliknya jika minat terhadap sesuatu itu rendah, maka cenderung akan menghasilkan prestasi yang rendah juga.

2.2. Strategi Belajar Mahasiswa

Dari hasil penelitian diperoleh masih banyak mahasiswa belum memiliki strategi belajar yang baik. Hal tersebut terlihat dari mahasiswa yang tidak memiliki perencanaan dalam belajar yaitu sebanyak 13 orang. 17 orang tidak memiliki strategi belajar yang baik untuk meraih tujuan atau prestasi yang diinginkan. 18 orang sering tidak mendengarkan dengan seksama ketidak dosen menerangkan. 17 orang tidak membaca ulang pelajaran yang telah diberikan oleh


(52)

dosen, dan sebanyak 4 orang tidak berusaha mempelajari pelajaran meskipun itu terasa sulit. Menurut Djamarah, B. (2000), strategi belajar diperlukan untuk dapat mencapai hasil yang semaksimal mungkin. Ada berbagai petunjuk yang penting dalam strategi belajar antara lain : 1) keadaan jasmani yang sehat diperlukan untuk mencapai hasil yang baik; 2) keadaan mahasiswa yang mempunyai emosional kuat, jiwanya merasa tertekan, takut akan kegagalan dan sedang mengalami goncangan tidak dapat belajar secara efektif; 3) tempat belajar hendaknya tenang karena belajar diperlukan konsentrasi pikiran; 4) mengerjakan dengan tidak mengundur waktu karena apabila demikian pekerjaan akan bisa tidak jadi dilakukan; 5) merencanakan sebuah tugas akan dapat menyelesaikan pekerjaan lebih banyak; 6) mengontrol setiap hasil belajar; 7) waktu yang tepat kita jadikan alat untuk memerintah diri kita, apabila tidak sesuai berarti kegagalan; 8) belajar keras tidak perlu menggunakan waktu istirahat untuk belajar, karena akan merusak badan.

2.3. Inteligensia Quetient (IQ) Mahasiswa Keperawatan USU

Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar IQ mahasiswa keperawatan USU Medan berada pada kategori normal yaitu sebanyak 23 orang (66,1%). Meskipun sebagian besar IQ mahasiswa ada pada kategori normal, namun masih ada sebanyak 5 orang (12,2%) pada kategori rendah dan 1 orang (2,4%) pada kategori batas lemah. Hal tersebut dapat terjadi karena kondisi fisik dan psikologis individu sewaktu dikenai tes akan banyak berpengaruh pada hasil tesnya. Bila individu yang dites sedang dalam kelabilan emosi, sedang tidak siap atau sedang dalam kondisi lelah secara fisik maka hasil tes intelegensi tidaklah akan memberi informasi yang benar mengenai kapasitas intelektualnya.


(53)

Tes intelegensi adalah: 1) bukan merupakan tes untuk pengukuran kemampuan bawaan, tes intelegensi sebenarnya mengukur performansi individu pada suatu tugas mental tertentu. Tugas- tugas dalam tes intelegensi dipengaruhi oleh pengalaman di kampus dan dari lingkungan kehidupan sehari-hari. Kemampaun untuk menjawab soal-soal dan pertanyaan dalam tes intelegensi banyak tergantung pada pengalaman dan berbagai faktor lain yang dipelajari sehari-hari; 2) bukan merupakan tes untuk prediksi dari hasil tes intelegensi yang akurat. Sebagaimana telah dikemukakan hasil pengukuran intelegensi tidak menjanjikan apa-apa selama tidak didukung oleh faktor lain yang relevan. Harus pula diingat bahwa hasil tes intelegensi tidak dapat mencapai validitas yang sempurna. Dengan demikian hasil tes intelegensi tidaklah dapat menghasilkan prediksi yang selalu akurat; 3) bukan merupakan tes untuk mengungkapkan semua informasi mengenai kompetensi potensial dan aktual yang dimiliki siswa dan kemampuannya sebagai manusia. Memang hasil tes dapat memberi gambaran mengenai kelemahan dan kekuatan di berbagai bidang yang dimiliki sesorang. Tes juga dapat memperlihatkan posisi relative seseorang diantara teman sekelompoknya. Akan tetapi tidak benar untuk mengatakan bahwa tes dapat memberikan gambaran keseluruhan mengenai seseorang. Banyak deskripsi individu yang hanya digali lewat observasi dan cara- cara pengkapan yang lain. Evaluasi terhadap individu dengan hanya manyandarkan pada hasil tes akan menyesatkan. Disamping itu masih banyak aspek psikologis dalam diri manusia yang masih belum mampu diungkapkan oleh tes dan oleh instrument buatan manusia (Azwar S, 2008).


(54)

2.5. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) Mahasiswa Keperawatan USU

Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar IPK mahasiswa keperawatan USU Medan berada pada kategori sangat memuaskan yaitu sebanyak 38 orang (67,9%), tetapi masih ada mahasiswa yang memiliki IPK pada kategori memuaskan (IPK < 2,75) yaitu sebanyak 15 orang (26,8%). Menurut Slameto (2003), bahwa dalam hal belajar ada cara-cara yang efesien dan tak efesien. Banyak mahasiswa gagal atau tidak mendapat hasil yang baik dalam pengajarannya karena mereka tidak mengetahui cara-cara belajar yang efektif. Mereka kebanyakan hanya mencoba menghafal pelajaran. Seperti diketahui belajar itu sangat kompleks. Belum diketahui segala seluk beluknya. Hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor. Kecakapan dan ketangkasan belajar berbeda secara individual. Ini tidak berarti bahwa mengenal petunjuk-petunjuk itu dengan sendirinya akan menjamin sukses mahasiwa. Sukses hanya tercapai berkat usaha keras. Tanpa usaha tak akan tercapai sesuatu. Pandangan seseorang tentang belajar akan mempengaruhi tindakan-tindakan yang berhubungan dengan belajar, dan setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda tentang belajar.

2.5. Mahasiswa Underachiever Berdasarkan IQ dan IPK

Dari hasil penelitian diketahui mahasiswa underachiever ada sebanyak 10 orang. Marland dalam Munandar (1999), menyatakan bahwa banyak dijumpai seseorang yang memiliki inteligensi tinggi tetapi prestasi yang dicapainya rendah. Hal tersebut terjadi dikarenakan berbagai gangguan seperti motivasi yang rendah, sehingga dapat menghambat keberhasilan dalam merealisasikan prestasi yang diharapkan.


(55)

Hasil tes integensi yang tinggi sebenarnya tidak menjanjikan apa-apa selama tidak ditopang oleh faktor lain yang kondusif. Sebaliknya hasil pengukuran intelegensi yang tidak dapat dianggap sebagai vonis yang mematikan harapan dan usaha untuk berprestasi. Kalaupun hasil tes intelegensi telah dapat memberikan informasi yang tepat mengenai kapasitas intelektual individu, namun daya prediksinya terhadap performansi masih tergantung pada berbagai variabel lain. IQ yang tinggi biasanya memberikan prediksi terhadap prestasi belajar yang baik. Tetapi prestasi yang memiliki IQ tinggi masih tergantung pada faktor-faktor lain seperti minat dan motivasi belajar serta faktor strategi belajar.

2.6. Pengaruh Konsep Diri dan Strategi Belajar Mahasiswa terhadap Kejadian Underachiever

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa variabel konsep diri dan strategi belajar tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kejadian underachiever, dengan nilai sig. variabel konsep diri adalah 0,216, dan nilai sig. variabel strategi belajar adalah 0,141. Hal ini kemungkin dapat terjadi karena mahasiswa keperawatan Sem. VII telah mempelajari materi kuliah tentang konsep diri dan strategi belajar.


(56)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 2. Kesimpulan

1. Sebagian besar IQ mahasiswa keperawatan USU Medan berada pada kategori normal yaitu sebanyak 23 orang (66,1%), sementara IQ pada kategori batas lemah dan superior masing-masing 1 orang (2,4%).

2. Sebagian besar IPK mahasiswa keperawatan USU Medan berada pada kategori sangat memuaskan yaitu sebanyak 38 orang (67,9%), sementara yang paling sedikit ada pada kategori Cumlaude yaitu sebanyak 3 orang (5,4%).

3. Setelah diperoleh nilai IPK dan setelah dilakukan Tes IQ pada mahasiswa keperawatan, maka diperoleh ada sebanyak 10 orang mahasiswa underachiever.

4. Faktor konsep diri dan strategi belajar tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kejadian underachiever, dengan nilai sig. variabel konsep diri adalah 0,216, dan nilai sig. variabel strategi belajar adalah 0,141.

2. Saran

Beberapa saran dan rekomendasi dari peneliti antara lain.

1. Disarankan bagi mahasiswa untuk lebih meningkatkan minat dan motivasinya terhadap keperawatan dengan cara meningkatkan pengalaman dan pengetahuannya tentang keperawatan karena motivasi adalah ujung tombak dalam pelaksanan sebagai perawat yang profesional.


(57)

2. Bagi peneliti lainnya :

a. Supaya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa underachiever dengan variabel-variabel lain, seperti kondisi lingkungan, fasilitas belajar, serta metode dan kondisi proses pembelajaran yang dilakukan. Dan melakukan penelitian tidak pada mahasiswa semester akhir.

b. Menggunakan subjek penelitian yang cakupannya lebih luas untuk dibandingkan hasilnya, seperti dari beberapa fakultas lain dari berbagai jurusan.


(58)

DAFTAR PUSTAKA

Adams, JE. (1997). A Study to Determine the Impact of Precollege Intervention on Early Adolescent Aspiration and Motivation for College in West Virginia. Blacksburg: Virginia Polytechnic Institute and State University: disertation. (www.schoolar.lib.vt.edu)

Azwar, S. 2008. Psikologi Intelegensi. Intelegensi. 4. Yogyakarta. PT. Pustaka Pelajar

Del Siegle & McCoah, DB. 2008. Understanding Underachievement: Recent

Research on Underachievement

Delisle, J. R. 1994. Dealing with the Stereotype of Underachievement. Djamarah, B. 2000. Rahasia Sukses Belajar. Belajar.10. Jakarta. PT Rineka cipta Djamarah, S. B. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Elbaum, Batya., Vaughn, Sharon. (2001). School-based interventions to enhance the self-concept of students with learning disabilities: a meta analysis. The Elementary School Journal; Jan 2001; 101, 3; Academic Research Library pg. 303

Gallagher, Gay. (2005). Underachievement-How Do We Define, Analyse, and Address it in Schools?: a view through the lens of the literature in gifted

education. ACEpapers. March 2005 Issue 15.

(www.education.auckland.ac.nz)

Morando, K. 2006. Gifted Underachievement. Dalam Munandar, U. 1999. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakara: Rineka

Cipta

Oxfordbrooks.ac.uk. 2006. Underachievement: What do We Mean by Underachievement?. Diakses pada 13 September 2010.

Pardede, NM. 2011. Hubungan Konsep Diri Dengan Motivasi Belajar Dalam Meningkatkan Prestasi Mahasiswa Semester III. Skripsi FIK-USU, Medan.

Peters. WA., VanBoxtel. HW. (1999). Irregular Error Pattern in Raven’s Standar Progressive Matrices: a sign of underachievement in testing situation?. High ability studies Vol 10, No. 2,


(59)

Shaffer, D.R. 2002. Developmental Psychology: Chilhood & Adolescence. 6th ed. California: Cole Pub

Siegle,D. & McCoach. 2005. Making A Difference: Motivation Gifted Students Who Are Not Achieving. Dalam

Sobur, A. 2003. Psikologi Umum. Intelegensi.20. Bandung. Pustaka Setia

Trevallion, Deborah. 2008. Underachievement: A Model for Improving Academic Direction In Schools

Widyastuti R. 2010. Hubungan Motivasi Belajar Dan Hasil Tes Intelegensi Dengan Prestasi Belajar. Tesis Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta


(60)

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Mahasiswa Underachiever Pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Oleh Tri Ratna Ritonga

Saya adalah mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh konsep diri dan strategi belajar mahasiswa terhadap kejadian underachiever di Fakultas Keperawatan USU Medan. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Untuk keperluan tersebut, saya memohon kesediaan saudara/i untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Informasi yang saudara/i berikan nantinya akan digunakan untuk pengembangan pendidikan mahasiswa keperawatan dan tidak dipergunakan untuk maksud lain.

Partisipasi saudara/i dalam penelitian ini bersifat suka rela, saudara/i bebas untuk ikut atau menolak untuk menjadi responden dalam penelitian ini tanpa ada sanksi apapun. Jika saudara/i bersedia menjadi responden, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini.

Tanggal :

No. Responden : Tanda Tangan :


(1)

Lampiran 1. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) dan Inteligensia Quotient (IQ)

Mahasiswa di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Utara

No.

IPK

IQ

Keterangan

1

2.60

88

Non Underachiever

2

2.62

90

Underachiever

3

2.08

88

Non Underachiever

4

2.86

76

Non Underachiever

5

3.27

110

Non Underachiever

6

2.41

116

Underachiever

7

2.38

108

Underachiever

8

3.39

110

Non Underachiever

9

3.14

98

Non Underachiever

10

3.10

110

Non Underachiever

11

3.09

110

Non Underachiever

12

2.49

98

Underachiever

13

3.07

90

Non Underachiever

14

3.08

112

Non Underachiever

15

3.01

104

Non Underachiever

16

3.16

98

Non Underachiever

17

3.25

90

Non Underachiever

18

3.11

88

Non Underachiever

19

3.17

92

Non Underachiever

20

2.77

92

Underachiever

21

3.29

100

Non Underachiever

22

3.06

98

Non Underachiever

23

3.49

102

Non Underachiever

24

2.59

92

Underachiever

25

3.21

116

Non Underachiever

26

3.44

94

Non Underachiever

27

2.60

102

Underachiever

28

3.48

98

Non Underachiever

29

3.56

108

Non Underachiever

30

3.39

110

Non Underachiever

31

3.29

132

Non Underachiever

32

3.14

110

Non Underachiever

33

2.80

108

Underachiever

34

3.12

118

Non Underachiever

35

3.21

110

Non Underachiever

36

3.26

96

Non Underachiever

37

3.24

108

Non Underachiever

38

2.19

80

Non Underachiever

39

2.75

84

Non Underachiever

40

2.08

100

Underachiever


(2)

Regression

Variables Entered/Removedb

SB, KDa . Enter

Model 1 Variables Entered Variables Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: KUC b.

Model Summaryb

.368a .136 .090 .415

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Predictors: (Constant), SB, KD a.

Dependent Variable: KUC b.

ANOVAb

1.026 2 .513 2.985 .063a

6.535 38 .172

7.561 40 Regression Residual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), SB, KD a.

Dependent Variable: KUC b.

Coefficientsa

-.401 .942 -.426 .673

.023 .018 .204 1.259 .216 .871 1.148

.017 .011 .243 1.502 .141 .871 1.148

(Constant) KD SB Model 1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF Collinearity Statistics

Dependent Variable: KUC a.

Collinearity Diagnosticsa

2.988 1.000 .00 .00 .00

.010 17.479 .10 .98 .06

.002 35.096 .90 .02 .94

Dimension 1 2 3 Model 1 Eigenvalue Condition

Index (Constant) KD SB

Variance Proportions

Dependent Variable: KUC a.


(3)

Residuals Statisticsa

1.53 2.08 1.76 .160 41

-1.436 2.022 .000 1.000 41

.066 .164 .108 .029 41

1.45 2.09 1.76 .169 41

-.948 .474 .000 .404 41

-2.287 1.143 .000 .975 41

-2.448 1.229 -.001 1.012 41

-1.087 .551 -.001 .436 41

-2.633 1.237 -.014 1.033 41

.052 5.261 1.951 1.554 41

.000 .293 .027 .048 41

.001 .132 .049 .039 41

Predicted Value Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value

Adjusted Predicted Value Residual

Std. Residual Stud. Residual Deleted Residual Stud. Deleted Residual Mahal. Distance Cook's Distance

Centered Leverage Value

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Dependent Variable: KUC a.

Charts

-3 -2 -1 0 1 2

Regression Standardized Residual 0

2 4 6 8 10 12 14

F

re

q

u

en

cy

Mean = 1.67E-16 Std. Dev. = 0.975 N = 41

Dependent Variable: Kejadian Underachiever Histogram


(4)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

41 .0000000 .40418153 .201 .159 -.201 1.286 .073 N

Mean

Std. Deviation Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most Extreme

Differences

Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardiz ed Residual

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

Observed Cum Prob

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

E

xpect

ed

C

um

P

rob

Dependent Variable: Kejadian Underachiever

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual


(5)

-1

0

1

2

Regression Standardized Predicted Value

-2

-1

0

1

R

eg

ressio

n

S

tu

d

en

tiz

ed

R

esid

u

al

Dependent Variable: Kejadian Underachiever

Scatterplot


(6)

RIWAYAT HIDUP

Nama

: Tri Ratna Ritonga

Tempat/ Tanggal Lahir

: Medan/ 18 Mei 1989

Jenis kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Alamat

: Jl. Sosial No. 464 Tanjung Anom

Riwayat Pendidikan

1.

SD Negeri 101830 Medan (1995-2001)

2.

SMP Negeri 1 Medan (2001-2004)

3.

SMA Negeri 1 Medan (2004-2007)

4.

Fakultas Keperawatan USU (2007)